• Tidak ada hasil yang ditemukan

pimpinan redaksi ''Sin Po", ' segera disajikan kepada masyarakat umum oleh surat kabar Cina - Melayu yang bersimpati ter

hadap perjuangan angkatan muda itu . . Secara agak terperinci

disebutkan bahwa konperensi lanjutan. Kongres Pemuda Indo­

nesia Pertama itu mendapat dukungan penuh dari sejumlah

organisasi pemuda dan mahasiswa yang ada di Betawi

: Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Batak, Ambonsche Studee­ renden.

Hanya

Jong Islamieten Bond

yang tidak memberikan

suara

(abstain),

tapi juga tidak bersikap menentang. Konperensi

lanjutan Kongres Pemuda Indonesia Pertama yang diusahakiln

oleh M. Tabrani �Ian teman-temannya (yang menjadi anggota

Panitia Kongres Pemuda Indonesia Pertama) dengan dukungan

l 0 l

penuh dari organisasi-organisasi mahasiswa dan pemuda itu menghasilkan putusan : Supaya usaha yang telah dimulai oleh Kongres Pemuda Indonesia Pertama, dilanjutkan. 48 >

Kurang lebih seminggu setelah konperensi lanjutan Kong­ res Pemuda Indonesia Pertama berakhir, Wage Rudolf Suprat­ man kembali menalihkan perhatiannya pada kelompok Sugondo Joyopuspito karena kelompok ini memperlihatkan kegiatan yang lebih intensif. Mereka nampak lebih sering berkumpul di IC Kramat l 06 untuk memperoleh dukungan dati para maha­ siswa guna mewujudkan konsepsi mereka. Pada akhir bulan Agustus 1 926, Wage Rudolf Supratman berhasil bertemu dengan Sugondo Joyopuspito di IC Kramat

I

06, 1maka maha­ siswa periang yang pandai berdiplomasi itu nampak sudah siap untuk memberikan jawaban. Tetapi ternyata Sugondo Joyo­ puspito cepat-cepat pergi diikuti oleh teman-temannya. Tampak Muhammad Yamin bersama mereka.

Wage Rudolf Supratman menghampiri beberapa orang mahasiswa yang telah dikenalnya dan masih asyik berbincang­ bincang di ruang depan IC. Dari mereka ia memperoleh infor­ masi bahwa sebagian besar para mahasiswa RHS dan STOVIA telah menyatakan dukungan terhadap kelompok Sugondo Joyopuspito yang merencanakan untuk dalam waktu dekat mendirikan suatu organisasi mahasiswa Indonesia yang tidak bersifat kedaerahan, tidak bersifat kesukuan tapi bersifat nasio­ nal. Namun ia segera juga mengetahui bahwa ada sebagian kecil mahasiswa yang tidak mendukung gagasan kelompok Sugondo Joyopuspito dengan alasan bahwa organisasi mahasiswa yang akan didirikan oleh kelompok itu lebih mengutamakan tujuan perjuangan politik. Mereka yang tidak setuju mahasiswa ikut ambil bagian dalam perjuangan politik itu lalu memisahkan diri. Dan dengan anggota yang hanya berjumlah belasan orang saja, mereka mendirikan sebuah organisasi sendiri yang diberi nama mentereng: Unitas Studisorum Indonesiensis disingkat USI,

artinya Perhimpunan Mahasiswa Indonesia, merupakan tempat penampungan bagi mahasiswa yang takut pada politik. 49 ) Kelahiran USI mendapat sambutan yang sangat dingin, baik di kalangan mahasiswa maupun pers Melayu. Hanya pers putih yang secara menyolok menyiarkan berita kelahiran USI disertai

· komentar yang penuh sanjungan. Namun karena kehadiran USI

sama saja dengan menentang arus semangat perjuangan maha­ siswa pada masa itu maka dalam waktu singkat saja USI sudah bubar tanpa kapar berita lagi.

Dalam bulan September

1 926,

kelompok Sugondo Joyo­ puspito yang semakin banyak pengikutnya itu menunjukkan kegiatan yang luar biasa dengan lebih sering mengadakan per­ temuan-pertemuan, baik di Fromberg Park maupun di IC Kramat

1 06.

Wage Rudolf Supratman yang pan tang menyerah dalam mencari dan mendapatkan bahan berita · aktual lagi penting itu, terus-menerus mengikuti gerak-gerik Sugondo Joyopuspito. Akhirnya dalam suatu kesempatan Sugondo J oyopuspito menjelaskan :

"Mas Pratman ini ada berita penting, boleh disiarka.n seka­ rang. Begini Mas, kami sudah sepakat untuk mendirikan suatu organisasi mahasiswa yang tidak bersifat kesukuan, tidak bersifat kedaerahan dan tidak bersifat keagamaan. Kami sepakat untuk memberi nama PPPI (Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia). Landasan idiil PPPI adalah Nasionalisme, dan program politiknya ialah perjuangan menuju Indonesia merdeka. Landasan perjuangan ialah antithese kolonial, yang berarti menentang faham Kolonia­ lisme. Bagi kita di tanah air, berarti menentang penjajahan Belanda terhadap bangsa Indonesia. Dan perjuangan me­ nentang kolonialisme Belanda baru diakhiri bila telah ter­ capai kemerdekaan tanah air dan bangsa Indonesia. Senjata PPPI dalam perjuangan politiknya ialah Persatuan Indo­ nesia. Ya persatuan yang . kokoh akan menjadi senjata ampuh dalam perjuangan melawan kolonialisme Belanda. Fungsi PPPI dalam kegiatan para mahasiswa menjadi

tern-1 03

pat studi politik. Membina calon-calon ·pemimpin bangsa

Indonesia yang cerdas, berbudi luhur, bertanggung jawab,

p,enuh rasa pengabdian dengan faham kebangsaan. PPPI

menggalakkan para mahasiswa agar mereka lebih tekun dalam disiplin studi masing-masing. Agar kelak mereka menjadi patriot-patriot yang tidak cuma sadar politik tapi juga berilmu tinggi dalam berbagai ilmu pengetahuan. Mahasiswa yang menjadi anggota PPPI bebas untuk men­ jadi organisasi apa saja, t�rmasuk organisasi kepanduan.

Cukup sekian dulu ya, wah maaf mas Pratman saya ada

keperluan yang mendesak. Sampai jumpa". 5 0 )

Setibanya di kantor Sin Po, WR. Supratman segera me­

nyusun bahan berita itu lalu diserahkan kepada Kwee Kek

Beng, pcmimpin redaksi Sin Po. Oengan gembira berita yang

ditcrimanya itu diedit dan dimuat di halaman depan.

PPPI olch Pemerintah Hindia Belanda dinilai sebagai orga­ nisasi mahasiswa pribumi yang bersifat nasionalistis-ekstrim karena mempunyai tujuan perjuangan politik yang tegas, yakni :

Kemerdekaan Indonesia. 5 1 ) Akan tetapi karena PPPI tidak

mc lakukan kegiatan politik praktis maka Pemerintah Hindia Belan<la tidak mempunyai alasan yang cukup kuat untuk me­ nyatakan PPPI sebagai organisasi yang terlarang. Meski demi­ kian para penguasa setempat terus-menerus melakukan peng­ awasan ketat terhadap setiap kegiatan yang dilakukan oleh PPPI. Agen-agen PIO yang berpakaian preman senantiasa rajin

mengunjungi "markas" PPPI di IC Kramat I

06

untuk melaku­

kan pengawasan. Tapi berkat kekompakan dan solidaritas para mahasiswa, baik yang menjadi anggota PPPI maupun tidak, mereka selalu menggagalkan setiap usaha agen PIO untuk menyelundup guna mengikuti pembicaraan-pembicaraan dalam setiap pertemuan. Setiap kali ada agen PIO memasuki halaman

IC Kramat I

06

dengan berlagak ramahtamah dan pura-pura

menjadi simpatisan PPPI, para mahasiswa bila sedang mengada­ kan pertemuan segera menghentikan kegiatannya dan mengubah

pertemuan dengan obrolan jenaka atau membaca-baca majalah dan surat kabar yang tersedia di ruang tengah gedung itu. Malah ada beberapa mahasiswa yang dengan sikap ramah, mehemui agen PID itu, mengajaknya berbincang-bincang sambil secara serius menyindirnya hingga si agen PID cepat-cepat mohon diri. Sa tu kegiatan pen ting -dari PPPI yang melalui Wage Rudolf Supratman disiarkan oleh Sin Po dan · buletin Alpena ialah diterbitkannya majalah bulanan Indonesia Raya oleh organi­ sasi mahasiswa itu dengan Abdullah Sigit sebagai pemimpin redaksinya. Majalah itu memuat esei (essay) tentang politik, ilmu pengetahuan, kebudayaan dan puisi yang hampir seluruh­ nya ditulis oleh para mahasiswa dalam bahasa Belanda dan Melayu. Tapi demi pertimbangan keamanan, mereka pada umumnya mempergunakan nama samaran. Karena karangan­ karangan tentang· politik seringkali berisikan kecaman terhadap politik kolonial Belanda maka Abdullah Sigit tidak jarang di­ panggil ke kantor PID untuk mendapat peringatan dan ancam­ an akan dikenakan delik pers (pers delict) berdasark•.m pasal

1 53 ter KUHP Kolonia! serta ancaman akan membredel atau melarang terbit majalah Indonesia Raya .

Majalah mahasiswa" itu terus menyajikan karangan-karang­ an mengenai berbagai masalah politik terutama yang bertema anti Kolonialisme dan persatuan Indonesia. Bahkan juga dengan tema kemerdekaan Indonesia. Pada umupmya karangan menge­ nai politik itu ditulis secara ilmiah populer sehi�a mudah diikuti dan difaharni oleh para pembaca yang bukan mahasiswa. Walaupun pemah diancam akan dibredel, namun tidak pernah dilaksanakan karena memang tidak ada satu pun di antara karangan mengenai politik itu yang isinya berupa himbauan, anjuran ataupun hasutan untuk menempuh jalan kekerasan dalam perjuangan mencapai kemerdekaan Indonesia.

Dalam bulan Oktober 1 926, suasana di Betawi terasa kian

1 05

kaum buruh yang diperalat PKI semakin meningkat kegiatan­