• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDAM Penjual Air Keliling Pompa air

86 Sumber : Hasil Analisis, 2014

Gambar 4.12 Kondisi Prasarana Drainase di Permukiman Kumuh Rendah

Untuk pemenuhan prasarana sanitasi, umumnya masyarakat telah memiliki kamar mandi dan juga jamban masing-masing yaitu masing-masing-masing-masing sebesar 62,5% dan 50%. Sedangkan sisanya memanfaatkan kamar mandi bersama dan juga jamban bersama. Umumnya masyarakat yang menggunakan kamar mandi dan jamban bersama tersebut, tinggal di kontrakan yang juga banyak ditemui pada daerah tersebut.

Gambar 4.13 Diagram Kondisi Sanitasi 25%

62%

13%

Saluran Air

Tidak Ada

Ada, tidak berfungsi dengan baik

Ada, berfungsi dengan baik

62,5% 37,5%

Kamar Mandi Pribadi Kamar Mandi Bersama

50% 25%

25%

Jamban Pribadi Jamban Umum Jamban Bersama

87

Dalam pemenuhan prasarana sampah, umumnya masyarakat telah memiliki tong sampah masing-masing dirumahnya, yaitu sebesar 50% sedangkan sebanyak 38% masyarakat menimbun sampahnya di lahan kosong, dan sisanya sebanyak 12% masyarakat langsung membakar sampah yang dihasilkan tersebut.

Sumber : Hasil Analisis, 2014

Gambar 4.14 Kondisi Persampahan di Permukiman Kumuh Rendah

Untuk aspek aksesibilitas, umumnya jalan yang ada dilingkungan permukiman tersebut sudah diperkeras baik menggunakan aspal maupun paving, mayoritas kondisnya terawat (62%), hanya sebesar 25% masyarakat yang menyatakan bahwa kondisi jalan di lingkungannya tidak terawat sedangkan sisanya (13%) masih berupa jalan tanah.

Sumber : Hasil Analisis, 2014

Gambar 4.15 Kondisi Prasarana Jalan di Permukiman Kumuh Rendah

50% 12%

38% Tong Sampah Pribadi

Dibakar

Ditimbun dilahan Kosong Dibuang di kali/sungai 62% 25% 13% Diperkeras, kondisinya terawat Diperkeras, kondisinya tidak terawat Berupa Jalan Tanah

88 4.2.1.2 Fisik

Kondisi fisik bangunan yang ada di permukiman ini umumnya merupakan bangunan dengan konstruksi semi permanen. Hal ini terlihat dari material konstruksi bangunan yang dipakai masyarakat untuk membangun rumahnya. Sebanyak 63% masyarakat memakai asbes sebagai bahan atap rumah mereka, 50% menggunakan semen sebagai bahan lantai, dan sebanyak 50% bahan dinding rumah mereka berupa½ tembok- ½ papan.

Tabel 4.12 Kondisi Fisik Permukiman Kumuh Rendah

Atap Lantai Dinding

Kondisi Persentase Kondisi Persentas e

Kondisi Persentase

Genteng 25 % Keramik 37% Tembok 12%

Seng 22% Semen 50% Papan 25%

Asbes 63% Tanah 13% ½ tembok- ½ papan 50%

Lainnya 0% Lainnya 0% Lainnya 13%

Total 100% Total 100% Total 100%

Sumber : Survey Primer, 2014 4.2.1.3 Sosial

Berdasarkan hasil kuesioner (Lampiran D), diketahui bahwa rata-rata masyarakat di lingkungan permukiman tersebut tidak memiliki jenjang pendidikan yang tidak tinggi. Sebanyak 38% masyarakat menyatakan bahwa mereka hanya mengenyam pendidikan sampai bangku SMP, sebanyak 25% tamat SD, 25% tidak tamat SMP dan sisanya sebesar 12% menyatakan mereka tidak tamat SD.

89 Sumber: Hasil Analisis, 2014

Gambar 4.16 Tingkat Pendidikan Masyarakat Permukiman Kumuh Rendah

Berdasarkan hasil kuesioner, diketahui bahwa masyarakat yang terdapat di lingkungan hunian ini tidak hanya mereka yang berasal dari Jakarta (37%), namun juga mereka yang berasal dari luar Jakarta (63%), seperti misalnya Tegal, Brebes, Majalengka, Kebumen dan Cilacap (Lampiran D).

Sumber : Hasil Analisis, 2014

Gambar 4.17 Asal Daerah Masyarakat Permukiman Kumuh Ringan

Apabila dilihat dari nilai modusnya mayoritas masyarakat memilih lokasi hunian adalah karena adanya kedekatan dengan lokasi bekerja, yaitu sebesar 50%, sebagian masyarakat lainnya memilih lokasi hunian tersebut karena harganya yang murah (25%) dan sisanya (13%) karena lokasi tersebut mudah untuk dijangkau oleh angkutan umum.Alasan kedekatan dengan lokasi

12% 25% 25%

38% Tidak Tamat SD/sederajat Tamat SD/sederajat Tidak Tamat SMP/sederajat Tamat SMP/sederajat

37% 63%

Jakarta Luar Jakarta

90

bekerja dipilih karena pada umumnya masyarakat di permukiman tersebut merupakan masyarakat pendatang, yang berasal dari berbagai daerah untuk bekerja di Jakarta, sehingga hal tersebut juga turut mempengaruhi pola bermukim masyarakat tersebut.

Sumber: Hasil Analisis, 2014

Gambar 4.18 Alasan Memilih Hunian Masyarakat Permukiman Kumuh Rendah

Untuk status kependudukan, sebagian masyarakat masih menggunakan KTP Asal Daerah (62%), sedangkan hanya sebesar 38% masyarakat yang sudah memiliki KTP Jakarta.

Sumber : Hasil Analisis, 2014

Gambar 4.19 Status Kependudukan Masyarakat

Sedangkan untuk tingkat kekerabatan masyarakat, dapat dilihat dari kegiatan sosial yang terdapat di lingkungan masyarakat itu sendiri. Di permukiman kumuh rendah kegiatan sosial yang ada di lingkungan masyarakat yaitu kegiatan PKK (63%) dan juga kerja bakti (37%).

50% 25%

12% 13%

Dekat dengan lokasi bekerja Murah dan Harganya Terjangkau Fasilitas air bersih, listrik dan jalan tersedia denga baik

Mudah Dijangkau dengan Angkutan Umum lainnya 62% 38% KTP Daerah Asal KTP Jakarta

91 Sumber : Hasil Analisis, 2014

Gambar 4.20 Tingkat Kekerabatan Masyarakat 4.2.1.4 Ekonomi

Sebagian besar masyarakat responden di lingkungan permukiman ini memiliki mata pencarian sebagai buruh (38%) dan sebesar 25% bekerja sebagai pedagang, dan sisanya (37%) umumnya bekerja di sektor informal, seperti sebagai tukang jagal ataupun serabutan, namun adapula yang bekerja sebagai wiraswasta.

Sumber: Hasil Analisis, 2014

Gambar 4.21 Jenis Pekerjaan Masyarakat Permukiman Kumuh Rendah

Untuk pendapatan, sebagian besar masyarakat responden memiliki penghasilan dengan rentang antara Rp. 2.100.000 s/d Rp. 2.500.000. Hal tersebut dikarenakan karakteristik masyarakatnya yang umumnya bekerja sebagai buruh, sehingga kurang lebih mereka menerima gaji sesuai dengan Upah Minimum Regional (UMR) DKI Jakarta, yaitu sebesar 2.441.301. 37% 63% PKK Kerja Bakti Arisan lainnya 25% 38% 37% Pegawai Swasta Pegawai Negeri Pedagang Buruh lainnya

92 Sumber: Hasil Analisis, 2014

Gambar 4.22 Tingkat Pendapatan Masyarakat 4.2.1.5 Bahaya (hazard)

Berdasarkan data kuesioner, diketahui bahwa lingkungan hunian di permukiman kumuh rendah ini merupakan permukiman rawan banjir. Hal ini sesuai, karena sebesar 63% masyarakat responden menyatakan bahwa lingkungan permukiman mereka setiap tahun tergenang oleh banjir, 12% menyatakan setiap 5 tahun permukiman mereka tergenang oleh banjir.

Sumber : Hasil Analisis

Gambar 4.23 Intensitas Banjir di Permukiman Kumuh Rendah Sedangkan untuk ketinggian banjir/genangan itu sendiri sekitar 62% masyarakat responden menyatakan bahwa ketinggian banjir di lingkungan huniannya antara 25 cm – 50 cm, 12% menyatakan antara 50 cm – 1 meter, dan 13% menyatakan bahwa ketinggian genangan tersebut antara 5 cm – 25 cm.

12% 12% 13% 50% 13% < Rp. 500.000 Rp. 500.000 s/d 1.000.000 1.000.000 s/d 1.500.000 1.500.000 s/d 2.000.000 Rp. 2.000.000 s/d 2.500.000 > Rp. 2.500.000 12% 63% 25% Setiap 5 tahun Setiap Tahun lainnya

93 Sumber : Hasil Analisis, 2014

Gambar 4.24 Ketinggian Banjir di Permukiman Kumuh Rendah Untuk lamanya genangan, lebih dari separuh dari masyarakat responden (75%) menyatakan bahwa lama genangan/banjir yang terdapat di lingkungan mereka adalah selama sehari, sedangkan sebanyak 13%% menyatakan bahwa lama genangan yang terjadi di lingkungan permukiman tersebut adalah antara 2-3 hari.

Sumber: Hasil Analisis, 2014

Gambar 4.25 Lama Genangan di Permukiman Kumuh Rendah

4.2.2 Karakteristik Permukiman Kumuh Sedang 4.2.2.1 Sarana dan Prasarana

Dalam pemenuhan akan kebutuhan air bersih, nilai modus yang ada menunjukan bahwa sebagian besar masyarakat di

12% 62%