• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perumusan Arahan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh

TAHAP ORGANIZING

3.8 Perumusan Arahan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh

3.8 Perumusan Arahan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh

Setelah mengetahui faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab kekumuhan di Kelurahan Kapuk, maka kemudian hasil tersebut dijadikan input dalam perumusan arahan peningkatan kualitas permukiman kumuh di Kelurahan. Dalam merumuskan arahan, digunakan pula alat analisis konten, namun berbeda dengan analisis konten yang TAHAP RESULTING Developing analysis matrice Data gathering by content Grouping Categorization

Pada tahapan peng-organisasian ini hasil teks dalam transkrip wawancara akan diberikan kode dan jawaban-jawaban dari para stakeholder tersebut kemudian akan dilakukan pengelompokan kode berdasarkan pada variabel faktor-faktor yang menyebabkan terbentuknya lingkungan permukiman kumuh kedalam suatu matriks.

Selanjutnya pengkodean juga dilakukan untuk mengelompokan penjelasan dari masing-masing stakeholder berdasarkan pada makna dalam verbatim (kutipan). Pengkategorian dilakukan berdasarkan 3 kategori utama, yaitu validasi (V), Eksplasani (E) dan Penemuan amatan baru (N).

Abstraksi Pada tahapan ini merupakan tahapan akhir, dimana akan diperoleh kesimpulan mengenai faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terbentuknya lingkungan permukiman kumuh di Kelurahan Kapuk.

59

digunakan dalam mencapai sasaran 2 dimana proses konten yang digunakan adalah Deductive Content Analysis, pada sasaran 3 ini proses konten yang digunakan adalah Inductive

Content Analysis. Berikut proses yang digunakan pada proses Inductive Content Analysis ini.

Gambar 3.2 Proses Inductive Content Analysis

Sumber : Diolah dari Boyatzis, 1998

Content analysis diawali dengan proses pengolahan

data mentah (transkrip wawancara) secara induktif (data

driven). Setelah itu, dilakukan pemberian kode pada catatan

transkrip wawancara yang telah dilakukan. Selanjutnya setelah dilakukan pengkodean, langkah selanjutnya adalah dengan melakukan pengkategorian terhadap jawaban responden untuk kemudian dilakukan abstraksi guna mengetahui arahan yang tepat digunakan di wilayah studi. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Robson (1993), Burnard (1996), dan Polit & Beck (2004) dalam Elo & Kyngas (2008), yang mengatakan bahwa :

Abstraction means formulating a general description of the research topic through generating categories”

Berikut merupakan alur dalam pelaksanaan Inductive

content analysis yang dilakukan dalam mencapai sasaran 3

menurut Elo & Kyngäs (2008). Mencatat data yang diperoleh secara sistematis Pengelompokan data dan membangun kode Menginterpretasikan hasil dan menarik

60

Open coding

Coding Sheets

Grouping

Categorization

Pada tahapan peng-organisasian ini hasil teks dalam transkrip wawancara akan diberikan kode untuk kemudian dimasukkan kedalam suatu matriks (coding sheets).

Selanjutnya dilakukan proses pengelompokkan, yaitu dengan mengelompokan penjelasan dari masing-masing stakeholder berdasarkan pada makna dalam verbatim (kutipan), yaitu Eksplasani (E) dan Penemuan amatan baru (N). Setelah itu, langkah selanjutnya adalah dengan melakukan pengategorian berdasarkan 3 kategori, yaitu Sub-category, Generic-category, dan Main-category. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 3.4

Abstraksi Pada tahapan ini merupakan tahapan akhir, dimana akan diperoleh kesimpulan mengenai arahan peningkatan kualitas permukiman kumuh yang terdapat di wilayah studi.

TAHAP PREPARATION

Selecting the unit of analysis

Making sense of the data

Setelah didapatkan faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terbentuknya lingkungan kumuh di wilayah studi, kemudian hasil tersebut dijadikan input dalam proses konten ini untuk kemudian ditanyakan kepada responden. Setelah dilakukan proses wawancara. Tahapan selanjutnya adalah dengan melakukan proses mentranskripkan hasil wawancara, dimana dalam proses penulisan transkrip tersebut, penulis juga sekaligus melakukan pemahaman kembali terhadap percakapan yang telah dilakukan sebelumnya.

TAHAP ORGANISING

61

Sumber : Diolah dari Elo & Kyngäs (2008) dan Rahmawati (2013) Gambar 3.3 Tahapan Proses dalam Inductive Content Analysis

Sasaran 3

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dimana pada tahapan organising dalam mencapai sasaran 3 ini dilakukan proses pengkategorian, pengkategorian ini dilakukan berdasarkan 3 kategori, yaitu Sub-category, Generic-category, dan Main-category. Berikut agar lebih jelasnya.

Sumber: Diolah dari An example of the abstraction process dalam Elo & Kyngas (2008)

Gambar 3.4 Proses Pengkategorian dalam Sasaran 3 Arahan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh di

Wilayah Studi

Sub-category

Penjelasan berdasarkan data mentah (kutipan

responden)

Generic category

Penginterpretasian dari kutipan responden yang memiliki

kesamaan makna, untuk kemudian mengerucut pada

aspek yang diteliti

Main category

Aspek yang diteliti dan ditanyakan kepada responden

Contoh:

“…perlu adanya pembatasan masayarakat yang datang…”

Contoh:

“…orang yang mau tinggal di Jakarta dengan syarat-syarat tertentu…”

Contoh:

“…tapi nanti kalau sudah menjadi warga Jakarta kan timbul sense of belonging dari mereka…”

Contoh:

“…bagi yang tidak memenuhi administrasi bisa ditertibkan mereka …” Pembatasan penduduk pendatang Pengurusan Administrasi Penduduk Pendatang Penertiban Penduduk Pendatang Faktor Pertambahan Jumlah Penduduk Pendatang

62 3.9. Tahapan Penelitian

Berikut ini merupakan tahapan-tahapan penelitian yang dilakukan dalam penelitian.

1. Perumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan tahapan identifikasi isu permasalahan yang akan diteliti. Dalam penelitian ini mengangkat masalah kondisi lingkungan kumuh yang terjadi di permukiman Kelurahan Kapuk, Cengkareng, Jakarta Barat.Dimana pada kelurahan tersebut memiliki keragaman tingkat kekumuhan, mulai dari rendah, sedang, hingga berat. Pemerintah sudah berupaya mengatasi permasalahan tersebut dengan melakukan berbagai program/kegiatan terkait permukiman kumuh.Hanya saja kegiatan tersebut belum maksimal berdampak pada perbaikan lingkungan mereka.Maka dari itu, dalam penelitian ini sebelum menganalisis mengenai arahan upaya perbaikan yang dapat dilakukan, terlebih dahulu akan dilakukan identifikasi mengenai karakteristik permukiman kumuh di masing-masing tingkat kekumuhan untuk mengetahui bagaimana gambaran eksisting di tiap-tiap kategori kumuh tersebut selanjutnya dilakukan analisis mengenai faktor apa saja yang sebenarnya menyebabkan terjadinya kekumuhan di kelurahan tersebut untuk kemudian dianalisis bagaimana arahan peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh yang tepat

Setelah mengetahui arahan upaya peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh tersebut, maka kedepannya diharapkan arahan tersebut dapat dipertimbangkan dalam pelaksanaan penanganan permukiman kumuh di Kelurahan Kapuk.

2. Tinjauan Pustaka

Tahapan ini merupakan tahap pengumpulan informasi dan literatur yang terkait dengan fokus pembahasan yang akan diteliti. Dimana dalam hal ini literatur yang

63

digunakan adalah terkait dengan teori yang membahas mengenai permukiman, permukiman kumuh, dan juga upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam penanganan permukiman kumuh.

3. Pengumpulan Data

Pada tahapan ini merupakan proses pengumpulan data-data yang dibutuhkan untuk proses analisa, yaitu yang berkaitan dengan variabel-variabel penelitian. Dalam penggunaan data dalam penelitian ini menggunakan sumber data baik secara primer maupun sekunder.

4. Analisis

Setelah mendapatkan data/informasi dari proses sebelumnya, maka tahapan selanjutnya adalah melakukan tahapan anlisis. Tahapan analisis ini dilakukan dengan menggunakan teknik analisis yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam tahapan ini dilaksanakan segala sesuatu yang telah dirumuskan dalam desain penelitian.

5. Penarikan kesimpulan

Ini merupakan tahapan selanjutnya yang dilakukan setelah proses analisis. Tahapan ini dilakukan penarikan kesimpulan atas rumusan permasalahan yang ditetapkan pada tahapan awal penelitian. Kesimpulan ini dilakukan setelah melalui proses analisis yang dilaksanakan sebelumnya. Tahapan selanjutnya adalah rekomendasi, merupakan tahapan yang berisi rekomendasi mengenai upaya-upaya lain yang mungkin dapat dipertimbangkan dalam memaksimalkan peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh di wilayah studi.

64

33

Gambar 3.5 Kerangka Berpikir Penelitian

Penarikan Kesimpulan Pengumpulan Data Analisa Rumusan Masalah Tinjauan Pustaka

Survey Primer Survey Sekunder

Menganalisis Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Kekumuhan di Kelurahan Kapuk

Mengidentifikasi karakteristik permukiman kumuh di masing-masing tingkat kekumuhan

Menganalisis Arahan Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman Kumuh di Kelurahan Kapuk

Arahan Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman Kumuh di Kelurahan Kapuk, Jakarta Barat

- Tingkat kekumuhan yang bervariasi dari kumuh rendah, sedang, hingga berat - Adanya faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kekumuhan di Kelurahan Kapuk - Perlu adanya suatu upaya penanganan yang dapat memahami secara komprehensif mengenai

kebutuhan dan juga permasalahan yang terdapat di Kelurahan Kapuk

Karakteristik Permukiman Kumuh Tipologi Permukiman Kumuh Faktor yang menyebabkan kekumuhan

Hasil studi yang terkait

Content Analysis Content Analysis Statistik Deskriptif Latar Belakang

66

67 BAB IV

GAMBARAN UMUM DAN PEMBAHASAN