• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyebab Pertumbuhan Permukiman Kumuh Cities Alliance (2000) dalam Chang (2009) Cities Alliance (2000) dalam Chang (2009)

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Permukiman Kumuh

2.1.4 Penyebab Pertumbuhan Permukiman Kumuh Cities Alliance (2000) dalam Chang (2009) Cities Alliance (2000) dalam Chang (2009)

menyebutkan bahwa permukiman kumuh terjadi karena adanya penerapan kebijakan yang tidak sesuai/tepat sasaran, pasar lahan yang tidak berfungsi dengan baik, sistem keuangan yang tidak responsif terhadap masyarakatberpenghasilan rendah, dan politik.Sedangkan menurut Constantinos A. Doxiadis (1968) dalam Surtiani (2006)pertumbuhan permukiman kumuh dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah :

a. Growth of density (pertumbuhan penduduk)

Dengan adanya pertambahan penduduk yaitu dari kelahiran dan adanya pertambahan jumlah keluarga, maka akan membawa masalah baru. Secara manusiawi mereka ingin menempati rumah milik mereka sendiri. Dengan demikian semakin bertambahlah jumlah hunian yang terdapat di kawasan permukiman tersebut yang menyebabkan pertumbuhan perumahan permukiman.

b. Urbanization (Urbanisasi)

Dengan adanya daya tarik pusat kota maka akan menyebabkan arus migrasi desa ke kota maupun dari luar kota ke pusat kota. Kaum urbanisyang bekerja di pusat kota ataupun masyarakat yang membuka usaha di pusat kota, tentu saja memilih untuk dapat tinggal di permukiman di sekitar pusat kota. Hel ini juga akan

29

menyebabkan pertumbuhan perumahan permukiman di kawasan pusat kota.

Pendapat lain yang mengatakan mengenai faktor-faktor yang menyebabkan munculnya permukiman kumuh di perkotaan menurut (Masrun-Dinas PU Kabupaten Konawe, Kendari, 2009), yaitu :

a. Aspek Urbanisasi

Terdapat beberapa masyarakat yang beranggapan bahwa peluang dan kesempatan kerja akan lebih banyak ditemui di kawasan perkotaan. Hal tersebutlah yang kemudian memicu pesatnya laju urbanisasi, sehingga terjadi pertambahan penduduk tiap tahunnya yang jauh melampaui penyediaan kesempatan kerja di dalam wilayahnya.Hal inilah yang membuat semakin bertambah beratnya permasalahan perkotaan.

b. Aspek Ekonomi

Desakan ekonomi yang ada, memaksa para kaum urban untuk menempati slum areayang kemudian membentuk lingkungan permukiman kumuh.Selain itu, karena rendahnya tingkat ekonomi yang dimiliki masyarakat tersebut juga berakibat pada terbatasnya akses masyarakat dalam menjangkau hunian yang layak dan juga terbatasnya kemampuan mereka untuk dapat mengakses pelayanan sarana dan prasarana yang layak.

c. Aspek Lahan Perkotaan

Pertumbuhan dan perkembangan kota yang sangat pesat telah menyebabkan berbagai persoalan serius, diantaranya adalah permasalahan terkait perumahan. Permasalahan perumahan sering disebabkan oleh ketidakseimbangan antara penyediaan unit hunian bagi kaum mampu dan kaum tidak mampu dipertkotaan.

30

d. Aspek Peran Pemerintah Dalam Penyediaan dan Pelayanan Prasarana dan Sarana Dasar

Pada umumnya lingkungan permukiman kumuh dicirikan dengan tidak memadainya kondisi sarana dan prasarana dasar seperti misalnya suplai airbersih, drainase, sanitasi, listrik, sekolah, pusat pelayanan kesehatan, ruang terbuka, pasar, dan sebagainya. Rendahnya ketersediaan pelayanan sarana dan prasarana dasar ini umumnya disebabkan oleh keterbatasan kemampuan pemerintah dalam memenuhi kebutuhan tersebut.Selain pemerintah, adanya kemampuan dan kapasitas serta kesadaran masyarakat yang juga terbatas kerap kali menambah buruk permasalahan terkait penyediaan sarana dan prasarana dasar tersebut.

e. Faktor Sosial Budaya

Umumnya permukiman kumuh juga ditandai dengan rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan yang dimiliki masyarakatnya. Rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan tersebut umumnya juga akan berpengaruh pada rendahnya tingkat pendapatan yang dimiliki masyarakat tersebut sehingga membatasi akses mereka terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia, pemenuhan hunian dan lingkungan yang sehat. f. Faktor Tata Ruang

Perencanaan tata ruang kota yang dilakukan juga perlu didasarkan pada pemahaman bahwa pengembangan kota harus dilakukan sesuai dengan daya dukungnya termasuk daya dukung yang relatif rendah di lingkunga permukiman kumuh. Investasi yang salah terhadap pemanfaatan ruang kota akan menimbulkan dampak yang merusak lingkungan serta berpotensi mendorong tumbuh kembangnya

31

lingkungan permukiman kumuh atau kantong-kantong lingkungan permukiman kumuh baru. Berdasarkan paparan menurut Masrun (2009) tersebut dapat diketahui bahwa yang menyebabkan tumbuhnya suatu lingkungan kumuh adalah akibat adanya laju urbanisasi, keterbatasan ekonomi, peran pemerintah, keterbatasan lahan perkotaan, minimnya sarana dan prasarana, sosial budaya, dan juga aspek tata ruang. Selain pendapat dari kedua teori tersebut, terdapat pendapat lainnya yang juga membahas mengenai penyebab adanya permukiman kumuh menurut Rindarjono (2007) adalah :

a. Faktor Urbanisasi

Laju urbanisasi yang tidak terkendali serta proses urbanisasi yang tidak teroganisir dengan baik berakibat terhadap adanya krisis perumahan.

b. Faktor Lahan

Peningkatan kebutuhan akan lahan untuk bertempat tinggal bagi penduduk kota yang tdak diimbangi dengan peningkatan luas lahan akan menyebabkan terjadinya pemadatan rumah mukim (densifikasi) dan menurunnya kualitas permukiman itu sendiri (deteriorisasi)

c. Faktor Ekonomi

Umumnya seseorang atau sebuah keluarga yang berpenghasilan rendah akan cenderung meletakan prioritas lokasi rumah yang berdekatan dengan tempat yang dapat memberikan kesempatan kerja karena tanpa adanya kesempatan kerja yang dapat menopang kebutuhan sehari-hari maka akan sulit bagi mereka untuk dapat mempertahankan hidupnya.

Berdasarkan paparan dari berbagai pendapat mengenai faktor penyebab terbentuknya permukiman kumuh

32

tersebut, hampir semuapendapat sepakat bahwa urbanisasi merupakan salah satu aspek yang memicu terbentuknya lingkungan kumuh.Selain urbanisasi, hal lainnya yang juga turut mempengaruhi adalah aspek lahan, hal ini disebabkan karena adanya keterbatasan luas lahan yang terdapat di perkotaan.Minimnya penyediaan kebutuhan sarana dan prasarana juga menjadi aspek pembentuk lingkungan kumuh lainnya. Hal tersebut dikarenakan adanya keterbatasan kemampuan dari pemerintah dalam memenuhi kebutuhan tersebut. selanjutnya, aspek sosial budaya juga merupakan salah satu aspek yang ambil bagian dalam pembentukan lingkungan kumuh di perkotaan karena pada umumnya, masyarakat yang menempati lingkungan tersebut memiliki tingkat pendidikan dan keterampilan yang rendah yang kemudian juga akan berpengaruh terhadap rendahnya tingkat pendapatan sehingga dapat membatasi akses masyarakat terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia serta pemenuhan hunian yang layak. Aspek lainnya adalah lokasi, umumnya masyarakat yang berpenghasilan rendah akancenderung meletakan prioritas lokasi rumah yang berdekatan dengan tempat yang dapat memberikan kesempatan kerja.

Dari kajian diatas, maka dapat dirumuskan indikator penelitian terkait dengan faktor yang menyebabkan permukiman kumuh, yaitu

1. Urbanisasi

Variabel yang dapat digunakan dalam mengukur indikator tersebut adalah dengan melihat pada pertambahan jumlah penduduk yang ada.

2. Peran Pemerintah

Variabel yang dapat digunakan dalam mengukur indikator tersebut adalah dengan melihat pada, penyediaan perumahan layak.

33 3. Sarana dan Prasarana

Variabel yang dapat digunakan dalam mengukur indikator tersebut adalah dengan melihat pada penyediaan sarana dan prasarana air bersih, persampahan, sanitasi, saluran drainase dan jalan yang memadai.

4. Sosial Budaya

Variabel yang dapat digunakan dalam mengukur indikator tersebut adalah dengan melihat pada tingkat pendidikan masyarakat

5. Ekonomi

Variabel yang dapat digunakan dalam mengukur indikator tersebut adalah dengan melihat padajenis pekerjaan masyarakat, lokasi tempat bekerja, dan tingkat pendapatan masyarakat. 6. Peran Masyarakat

Variabel yang dapat digunakan dalam mengukur indikator tersebut adalah dengan melihat pada keinginan masyarakat di dalam menjaga dan memelihara lingkungannya, kemampuan masyarakat dalam menjangkau kebutuhan sarana dan prasarana dasar dan kapasitas masyarakat dalam peningkatan lingkungannya.

2.2. Upaya Peningkatan Kualitas Lingkungan