• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menurut Sobur (2003), motivasi merupakan istilah yang lebih umum yang menunjuk pada seluruh proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkannya

dan tujuan atau akhir dari gerakan atau perbuatan. Motivasi merupakan dorongan yang muncul dari dalam diri individu maupun dari luar individu, dorongan dari luar individu dapat berasal dari dukungan masyarakat berupa kehadiran. Orang yang mendapat motivasi akan melakukan suatu tindakan untuk mencapai tujuan sesuai dengan keinginannya.

Melalui tradisi tilik wong loro ini, masyarakat yang datang membesuk pasien, tidak hanya melihat kondisi pasien saja, tetapi mereka juga memberikan semangat dan nasihat kepada pasien, sehingga membuat pasien mempunyai semangat, keinginan untuk sembuh. Selain itu, pasien merasa senang dan patuh terhadap anjuran yang diberikan oleh tim medis, selama menjalani pengobatan dan perawatan di rumah sakit.

Menurut Hariandja (2012), sumber motivasi dapat berasal dari motivasi internal dan eksternal, namun dalam penelitian ini, yang akan dibahas hanya motivasi eksternal. Motivasi eksternal adalah motivasi yang berasal dari luar individu atau dipengaruhi oleh proses interaksi antara individu dengan lingkungan di sekitarnya, seperti kehadiran dan dukungan baik dukungan material maupun non material, yang diberikan oleh masyarakat kepada seseorang.

Pasien yang sedang dirawat di rumah sakit, membutuhkan dukungan sosial agar termotivasi untuk sembuh, karena dengan adanya motivasi pasien mau mengikuti pengobatan dan perawatan yang diberikan oleh rumah sakit. Kehadiran dan dukungan yang diberikan masyarakat melalui tradisi tilik wong loro, ini mempunyai pengaruh terhadap psikologis pasien rawat inap, yang sedang menjalani perawatan dan pengobatan di rumah sakit. Dampak psikologis yang timbul adalah pasien merasa senang, terhibur, bangga dan merasa diperhatikan oleh masyarakat apalagi yang datang membesuknya banyak orang, selain itu masyarakat juga membuat humor yang membuat pasien merasa senang.

Masyarakat yang datang juga menanyakan kondisi pasien selama menjalani pengobatan di rumah sakit. Dari interaksi yang dilakukan antara masyarakat dengan pasien, ini juga membantu pasien menceritakan tentang kondisinya yang dapat mengurangi beban pikiran tentang penyakitnya, yang membuat pasien menjadi berpikir positif dan mau menerima saran dari masyarakat untuk mengikuti anjuran yang diberikan oleh tim medis.

Johnson dan Jhonson dalam Saputri dan Indrawati (2011), mengatakan bahwa dengan keberadaan orang lain,

dapat memberi dukungan, semangat, perhatian yang dapat meningkatkan kualitas hidup yang bersangkuan. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati dan Turnianti (2006), menunjukan bahwa dukungan sosial yang diberikan oleh PMO dapat meningkatkan motivasi pasien TB untuk sembuh. Melalui tradisi tilik wong loro, masyarakat yang datang memberikan semangat, memberikan nasihat kepada pasien, mengingatkan pasien untuk jangan lupa kepada Tuhan dan masyarakat juga mendoakan pasien.

Semangat yang diberikan masyarakat kepada pasien, dimaksudkan agar pasien tergerak untuk melakukan suatu tindakan yang dapat mempercepat penyembuhannya. Semangat juga membuat pasien tidak menyerah dalam menghadapi kondisi yang sedang dialaminya, karena dengan semangat pasien mampu mengatasi masalah yang sedang dihadapinya.

Percaya kepada Tuhan dan berdoa. Hal ini dikarenakan masyarakat percaya dengan kekuatan iman dapat membuat pasien berpikir positif, sehingga tetap optimis dalam menghadapi penyakit yang sedang dideritanya dan masyarakat percaya bahwa doa yang diberikan masyarakat dimaksudkan sebagai kekuatan

spiritual yang dapat membuat pasien menjadi sembuh. Dalam tradisi tilik wong loro masyarakat yang membesuk, selalu berdoa bersama untuk kesembuhan pasien, karena masyarakat Jawa yang tinggal di Kota Salatiga mempunyai pemahaman dan keyakinan bahwa doa banyak orang lebih didengar dan dikabulkan oleh Tuhan, daripada hanya doa satu orang atau beberapa orang saja, sehingga pasien akan cepat sembuh karena didoakan oleh banyak orang. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Kinasih dan Wahyuningsih (2012), hasilnya menunjukan bahwa peran pendampingan spiritual dapat mempengaruhi motivasi sembuh pada pasien lanjut usia.

Pemberian nasihat dalam tradisi tilik wong loro mempunyai maksud bahwa, dengan adanya nasihat yang diberikan masyarakat, dapat mempengaruhi perilaku pasien untuk mengikuti semua anjuran yang diberikan oleh tim medis, agar pasien cepat sembuh dari penyakit yang sedang dideritanya. Nasihat merupakan sebuah informasi yang diterima pasien, tentang pentingnya anjuran yang diberikan oleh tim medis mengenai pengobatan dan perawatan, dengan adanya informasi dapat menambah pengetahuan pasien untuk memahami pentingnya pengobatan dan perawatan, serta dapat mempengaruhi

perilaku pasien, agar melakukan semua yang dianjurkan oleh tim medis, untuk mempercepat penyembuhannya.

Dukungan yang diberikan masyarakat melalui tradisi tilik wong loro, membuat pasien mempunyai keinginan untuk sembuh. Keinginan pasien untuk sembuh, ini bukan semata-mata hanya untuk keinginan tetapi merupakan suatu kebutuhan dari pasien untuk sembuh, karena kebutuhan untuk sembuh merupakan hal yang harus dipenuhi, jika tidak dipenuhi akan mengganggu keberlangsungan hidupnya. Menurut Abraham Maslow (dalam Sobur, 2003), motivasi didasarkan pada kebutuhan manusia. Dari kebutuhan itulah, pasien termotivasi untuk melakukan tindakan yang dapat mempercepat penyembuhannya, yaitu mengikuti semua anjuran yang diberikan oleh tim medis seperti minum obat secara teratur, habiskan makanan yang diberikan dan melakukan pemerikasaan medis lainnya.

Dukungan yang diberikan oleh masyarakat melalui tradisi tilik wong loro ini, merupakan sebuah motivasi untuk pasien, sehingga membuat pasien patuh terhadap proses pengobatan dan perawatan yang sedang dijalaninya.

Ada beberapa aspek yang dapat mempengaruhi motivasi sembuh pasien. Menurut Smeet dalam Hardhiyani (2013) mengatakan bahawa motivasi sembuh pasien dapat

ditunjukan dengan tiga aspek, diantaranya aspek memiliki sikap positif, aspek orientasi pada tujuan dan aspek kekuatan pendorong individu.

Aspek sikap positif yang ditunjukan oleh pasien dalam penelitian ini adalah pasien tidak merasa takut dan kuatir terhadap penyakit yang sedang dideritanya, tetapi pasien memiliki rasa optimis dan keinginan untuk sembuh. Pasien yang memiliki sikap postif akan menerima anjuran yang diberikan oleh tim medis, selama menjalani perawatan dan pengobatan di rumah sakit.

Aspek orientasi pada tujuan ditunjukan pasien dengan cara selalu mengikuti anjuran yang diberikan oleh tim medis misalnya minum obat secara teratur, habiskan makanan yang diberikan oleh rumah sakit. Semua yang dilakukan pasien itu berorientasi pada tujuan yang dinginkan oleh pasien yaitu untuk sembuh.

Aspek kekuatan pendorong individu adalah ketika pasien menerima dukungan sosial yang diberikan oleh masyarakat melalui tradisi tilik wong loro, ini sebagai motivasi kepada pasien untuk sembuh. Motivasi ini mendorong pasien untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat mempercepat penyembuhannya, seperti mengikuti

anjuran yang diberikan oleh tim selama menjalani pengobatan dan perawatan di rumah sakit.

Dari penelitian yang dilakukan, hasilnya menunjukan bahwa dalam hal besuk secara berkelompok “tilik wong loro”

ada keterkaitannya dengan motivasi sembuh pasien yang sedang dirawat di rumah sakit. Dukungan sosial yang diberikan masyarakat melaui tradisi tilik wong loro dapat berpengaruh terhadap perilaku pasien yang sedang dirawat di rumah sakit, sehingga membuat pasien patuh terhadap perawatan dan pengobatan yang diberikan oleh tim medis.

Dokumen terkait