• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tilik Wong Loro: Studi Kasus Budaya Besuk Masyarakat Jawa di Kota Salatiga T1 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tilik Wong Loro: Studi Kasus Budaya Besuk Masyarakat Jawa di Kota Salatiga T1 BAB IV"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Setting Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga terletak di Jl Osamiliki No. 19 dan Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga, terletak di Jl Hasanudin No. 806. Kedua rumah sakit ini merupakan rumah sakit, yang termasuk di wilayah administrasi Kota Salatiga.

(2)

Jumlah dokter yang bekerja di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga berjumlah 48 dokter, yang terdiri dari dokter umum sebanyak 17 orang, dokter spesialis 26 orang, dokter gigi 2 orang, spesialis gigi 2 orang dan dokter bedah 1 orang, sedangkan jumlah perawat sebanyak 226 perawat. (Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga, 2016, http://www.rsudkotasalatiga.com/index.php#. Diakses, 3 Agustus, 2016). Rumah sakit ini didirikan untuk membantu Pemerintah Kota Salatiga, dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan terhadap masyarakat, terkhususnya masyarakat di Kota Salatiga.

(3)

raung ICU khusus Paru, ruang ICU penyakit dalam, ruang kelas III, kelas II, kelas I, kelas VIP II, kelas VIP, kelas I dan kelas II untuk anak.

Jumlah dokter yang bekerja di rumah sakit ini, sebanyak 25 dokter yang terdiri dari 12 dokter umum, 12 dokter spesialis dan 1 dokter gigi, sedangkan jumlah perawat yang bekerja di rumah sakit ini sebanyak 173 perawat, (Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Kota Salatiga. 2016. Dari http://Www.Rspaw.Or.Id/. Diakses 3 Agustus 2016).

Kedua rumah sakit ini rata-rata digunakan oleh penduduk Kota Salatiga, sebagian lainnya berasal dari penduduk di sekitar Kota Salatiga seperti Semarang, Boyolali, Purwodadi, Solo, Purwokerto dan lain-lain. Secara sosio budaya, masyarakat Kota Salatiga sebagian besar merupakan etnis Jawa. Kebudayaan Jawa masih sangat mempengaruhi masyarakat Kota Salatiga dalam kehidupan sehari-hari, salah satu ciri khasnya adalah membesuk pasien rawat inap secara berkelompok.

4.1.2 Proses penelitian

(4)

Fakultas, surat perijinan dari KESBANGPOL Kota Salatiga, perijinan penelitian dari Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga dan Surat ijin penelitian dari Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga. Pada penelitian ini, data diperoleh melalui wawancara dan observasi. Partisipan dalam penelitian ini sebanyak 4 orang partisipan yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan, namun sebelumnya partisipan sudah diberi penjelasan tentang penelitian dan bersedia menandatangani informed consent sebagai bentuk kesediaan menjadi partisipan dalam penelitian ini. Wawancara yang dilakukan selama penelitian, kurang lebih 19 menit sampai 45 menit. Wawancara ini menggunakan alat rekam dengan telepon genggam, wawancara ini disesuaikan dengan kondisi dan situasi serta kesediaan dan kesiapan dari partisipan. Semua partisipan sangat terbuka dalam memberikan informasi kepada peneliti.

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Gambaran Umum Partisipan

4.2.1.1 Partisipan 1

(5)

pekerja swasta. Wawancara dilakukan pada tanggal 4 Mei 2016 di Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga. Wawancara dilakukan pada pukul 10:25 WIB. Partisipan tampak tenang dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peneliti dan wawancara berlangsung lancar. Partisipan sebagai pembesuk dan hubungan partisipan dengan pasien adalah keluarga dari pasien.

4.2.1.2 Partisipan 2

Partisipan bernama Ny. S berusia 80 tahun, partisipan memiliki 4 orang anak serta memiliki 12 orang cucu dan partisipan tinggal di Desa Wara Kota Salatiga. Partisipan bekerja sebagai ibu Rumah Tangga. Wawancara dilakukan pada tanggal 5 Mei 2016 pukul 14:20 WIB di Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga. Wawancara berjalan kurang lancar karena partisipan sendiri tidak bisa mendengar dengan jelas, sehingga harus dibantu oleh anak partisipan. Partisipan adalah pasien rawat inap di Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga. Pasien menjalani perawatan di rumah sakit selama 3 hari karena menderita penyakit Paru.

4.2.1.3 Partisipan 3

(6)

partisipan tinggal di Kelurahan Tegalrejo, Kota Salatiga. Pekerjaan partisipan adalah sebagai seorang wirausaha. Wawancara dilakukan pada tanggal 18 Mei 2016 di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga, pada pukul 10:25 WIB. Selama proses wawancara, partisipan tampak tenang dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peneliti dan wawancara berlangsung lancar. Partisipan sebagai pembesuk dan hubungan partisipan dengan pasien adalah sebagai tetangga.

4.2.1.4 Partisipan 4

(7)

4.2.2 Analisa data

Data penelitian dari hasil wawancara, peneliti membaginya menjadi 4 tema. 4 dari tema tersebut adalah (1) besuk sebagai tradisi, (2) Ikatan sosial sebagai dorongan membesuk (3) memperat hubungan kekeluargaan (4) besuk sebagai salah satu dorongan pasien untuk sembuh. 4 tema tersebut dijelaskan sebagai berikut:

4.2.2.1 Besuk sebagai tradisi

Terdapat suatu tradisi unik yang terjadi di masyarakat Jawa yang tinggal di Kota Salatiga, dalam hal membesuk pasien yang sedang dirawat di rumah sakit. Tradisi unik ini adalah ketika akan membesuk pasien, lebih sering dilakukan secara berkelompok daripada sendiri-sendiri. Menurut partisipan ini sudah menjadi kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat secara turun-temurun ketika akan membesuk pasien di rumah sakit. Tradisi unik ini dikenal oleh masyarakat Jawa yang tinggal di Kota Salatiga dengan nama Tilik wong loro. Seperti yang diungkapkan oleh partisipan berikuti ini.

(8)

Sering terjadi, lia orang sakit masuk Rumah Sakit pasti ada yang jenguk secara bergerombol secara bersamaan. P3 (169-170) tilik itu cuma orang-orang bahasa jawa… P3 (99)

Iya mas tapi mau bagaimana mas, saya juga tidak bisa larang kan orang yang datang besuk memang sudah kebiasaan seperti itu lo mas. Kemarin juga ada yang di sebelah itu nganu opo ada yang jenguk kan sampe penuh juga mas tapi orangnya sudah pulang. Disini penuh juga tapi saya ya tidak tegur istilahnya mereka kan datang untuk membesuk keluarga mereka masa kita mau larang itu kan tidak bagus gitu lo mas. P4 (26-31) ..selama saya dirawat disini hamper setiap hari dibesuk secara bergerombol gitu mas. P4 (46-47) Iya mas, kalau di daerah saya itu dikenal dengan namanya opo, namanya tilik wong loro. P4 (79-80)

Jumlah masyarakat Jawa Salatiga yang datang membesuk pasien yang sedang dirawat di rumah sakit, jarang sekali yang datang besuk hanya 1 atau 2 orang saja, tetapi jumlah pembesuk yang datang membesuk pasien sekitar 5 – 15 orang bahkan lebih, yang datang membesuk pasien secara berkelompok di rumah sakit. Hal ini diungkapkan partisipan seperti berikut ini.

Minimal seperti yang saya katakan tadi 10 sampai 20 orang. Kadang kala sampe tidak enak dengan orang lain, tapi gimana namanya orang mau besuk ya. Ikut mendoakan. P1 (16-19)

Iya memang adat-istiadatnya jawa kan begitu de. Kalau orang sakit yang nengok itu jarang banget 1,2 itu belum pernah kali pasti lebih dari 5 orang. Paling nda itu 20, 15 itu pasti, selain harian lo mas harian itu bergantian. P2 (35-37) .. Ya kalau waktu datang itu orang kampong datang semua sampai tempatnya penuh (tempat ruang inap di RS) terus karna penuh nda sampe tempat e. kadang sehari 3 sehari 4 jadi bergilir itu lo mas. Jadi punya saudara-saudara itu nda pernah 1 orang 2 orang itu nda pernah mesti gerombol. P2 (41-45)

Udah sekitar, ya dua mobil sekitar 30an. P3 (13)

(9)

Menurut partispan sebelum masyarakat datang membesuk pasien di rumah sakit, diantara masyarakat saling mengabarkan untuk datang membesuk pasien di rumah sakit secara bersama-sama. Di antara masyarakat yang datang membesuk pasien di rumah sakit, ada salah satu dari anggota masyarakat tersebut yang mengkoordinir masyarakat. Orang yang mengkoordinir masyarakat, bertugas untuk menentukan tempat untuk berkumpul, sebelum membesuk pasien ke rumah sakit. Selain itu, orang tersebut juga menyediakan alat transportasi. Alat transportasi yang digunakan oleh masyarakat bisa dengan disewa atau meminjam anggota masyarakat lain yang mempunyai alat transportasi. Jikalau, menggunakan alat transportasi pribadi dari salah satu anggota masyarkaat untuk membesuk pasien ke rumah sakit, maka masyarakat hanya perlu iuran untuk membeli bahan bakar minyak. Sebelum masyarakat datang membesuk pasien di rumah sakit, terlebih dahulu mereka memberi kabar, kepada keluarga pasien dan pasien bahwa, mereka akan datang membesuk pasien di rumah sakit, seperti dalam ungkapan berikut ini.

Iya pasti itu, jadi kalau orang mau mebesuk orang di rumah sakit saling mengabarkan atau mengajak yang lain sekalian,

(10)

rencana besuk seumpanya jam 7 gitu ya jam 7 nanti apaya istilahnya ko belum lengkap ya nanti yang lainnya nyusul. P1 (80-82)

Memang orang kampung begitu mas. Kalau ada orang sakit

ada yang saling kabari…P2 (47-48) Tilik, tilik orang sakit, tapi sebelum tilik kasi kabar ke saya atau anak dulu. P2 (82)

Biasanya ada yang koordinir, soalnya itu di dalam koordinir itu ada acara istilahnya memajukan ajaran sosial... P3 (172-173).

Pakai mobil, pick up, bis juga bisa. Kalau datang itu orang sini nyewo mas. Kalau ada yang punya kita urunan beli minyak aja.

P3 (240-241).

Iya mas, kalau kumpul-kumpul ada koordinir, ayo ngumpul di mana dan juga menyewa kendaraan kalau tidak punya mobil untuk ke Rumah sakit gitu. Kalau ada yang punya, kita urunan kangge tumbas minyak. P4 (231-233) Jadi dengan kesadaran sendiri mas tanpa diajak pun mereka mau datang ya tapi kalau misal e sebelum datang begitu mereka kasih tau juga kepada yang lain gitu lo. Kalau ne memang ada yang mau ikut yo datang ke Rumah Sakit ne secara bersama-sama. P4 (239-2342)

4.2.2.2 Ikatan sosial sebagai dorongan membesuk

Ikatan sosial yang terbangun dalam masyarakat mendorong mereka untuk datang membesuk pasien saat dirawat di rumah sakit. Menurut partisipan yang mendorong masyarakat untuk datang membesuk pasien di rumah sakit, salah satunya adalah mereka ingin mengetahui kondisi pasien selama dirawat di rumah sakit. Masyarakat ingin mengetahui, apakah status kesehatan pasien sudah mulai membaik atau malah memburuk. Seperti dalam ungkapan berikut ini.

(11)

Ingin tau kondisi dan keadaannya penderita, si penderita juga itu kan mereka datang untuk ingin mengetahui kondisi saya seperti apa. Gitu mas. P4 (365-367)

Selain ingin mengetahui kondisi pasien di rumah sakit. Ikatan sosial ini juga membuat tetangga, teman, saudara atau anggota kelompok sosial, yang tidak datang membesuk pasien di rumah sakit merasa tidak enak atau malu terhadap pasien, keluarga pasien dan masyarakat yang datang membesuk pasien di rumah sakit. Jika masyarakat tidak ikut membesuk pasien di rumah sakit, maka orang tersebut akan mendapat sanksi sosial dari masyarakat seperti dijauhi atau dikucilkan. Hal ini dapat menggangu hubungan sosial yang telah terbangun di antara masyarakat. Hal tersebut diungkapkan oleh partisipan berikut ini.

…tidak kena sanksi sosial. Jadi kita enak gitu sama tetangga,

teman, saudara tetap enak jadi tidak ada keterbatasan. P1 (64-istilah ne. saling menghargai kan nyaman. P4 (359-363)

(12)

sebelum sakit, perilaku pasien baik dan suka mengikuti kegiatan sosial serta sosialisasinya baik dengan teman, tetangga, saudara, keluarga, serta perkumpulan sosial yang melibatkan pasien, maka masyarakat yang datang membesuknya juga banyak orang. Sebaliknya, jika perilaku pasien sebelum sakit kurang baik di masyarakat maka yang datang besuk juga sedikit bahkan tidak ada orang yang datang untuk besuk, seperti ungkapan partisipan berikut ini.

Ya itu sering pa, tetapi itu juga tergantung orangnya perilaku si penderita sakit itu juga kalau perilakunya kurang menyenangkan di masyarakat yaitu dijaan diaja bersamaan ya agak enggan gitu lo maksudnya umpama mau ya agak terpaksa karena terpaksa itu ikut berjenguk bersama teman-tenannya. Tapi kalau orangnya itu sering berjiwa sosial, bermasyarakat, perilakunya bagus gitu ya tidak usah diajakpun situ sudah diajak bersama-sama. P3 (49-55)

Iya kalau istilanya perilaku atau kelakuan ne bae pasti seng jenguk atau yang besuk juga banyak tapi kalau perilaku nya buruk yang besuk itu juga sedikit, jadi itu tergantung juga dari perilaku orang itu mas kalau orang baik pasti banyak yang datang kalau orangnya tidak baik ya yang datang besuk juga tidak banyak orang gitu lo mas. P4 (257-261)

(13)

masyarakat. Kelompok sosial tersebut seperti dari kelompok PKK, Jemaat Gereja, RT/ RW, tetangga, teman, saudara dan keluarga dari pasien serta teman dari keluarga pasien. Hal ini seperti dalam diungkapkan berikut ini.

Ya kerabat, apa saudara terumata, tetangga juga. P1 (8)

Iya, gereja. Gereja itu 2 tempat ; gereja saya sendiri dan gereja anak cucu saya sendiri. Ini BETHEL karang alek. Kalau saya di GPI semua jadi ditanya keluhan apa?. P2 (27-29)

Anu biasanya itu, pas hari minggu pas kumpulan TR/ RW itu, habis kumpulan itu rombongan bersama-sama jenguk ke Rumah Sakit. P3 (15-16)

(14)

kepada pasien, yang paling penting adalah pemberian doa, karena masyarakat menganggap bahwa, semua doa memiliki tujuan yang baik yaitu, untuk membuat pasien menjadi sembuh. Seperti dalam pernyataan berikut ini.

Ya beraneka ragam misalnya kasi salam, bingkisan ada maaf ya ini juga (uang). Saya jujur bilang apa adanya seperti ini kasi berupa uang. Tapi, yang kita utamakan bukan berupa uang tapi doanya. yang pentingkan itu. P1 (87-90) Iya doa, semangat, istilahnya apaya ada juga nilai ekonomi juga. istilahnya support itu bukan hanya doa saja tapi juga dalam bentuk materi juga. P1 (103-105)

Ya kalau maknanya itu tentu ya ada ya, sekali dia meninjau dengan membantu uang pengobatan, ya entah itu 10.000 entah itu 2.000 entah itu 1.000 pasti amal kasih pada saya, Ya doa, kalau orang Kristen itu ya doa. Sama orang islam kalau datang ya doa tapi saya ngga tau jadi saya Cuma diem aja. P2 (67-71).

Yang penting itu doa mas, ya ada uang, ada makanan tapi bagi saya itu yang penting itu doa. P2 (143-144)

Sebagaian besar bawa kalau anu sebagian besar tu bawa. Pengalaman saya tu ada, kalau nda mau kasi berupa uang diwujudkan secara barang, ada juga doa... P3 (221-223). Yang golongan biasa itu minim 1.000 naek, 10 ke bawah itu banyak kalangan masyarakat anu itu ringan bisa menjamu kebersamaan, tapi kalau besar kan untuk kalangan-kalangan orang-orang tertentu jadi untuk kebersamaan… P3 (227-230).

Kalau datang besuk bergerombol itu yang dilakukan itu biasanya ada yang kipas, mijit, ada yang kalau lagi makan disuapin. Biasanya itu ada juga yang bawa bingkisan bingkisan itu ya bauh ada, makanan juga ada minuman, ada juga yang ngasih uang. P4 (265-269). Ya kalau uang itu bervariasi mas ada yang ngasih 5.000 sampe 20.000 ada juga sampe 100.000.

P4 (270-271)

4.2.2.3 Mempererat hubungan kekeluargaan

(15)

kebersamaan antara pembesuk dengan pasien, pembesuk dengan keluarga pasien itu sendiri, maupun pembesuk dengan pembesuk lain yang datang membesuk pasien di rumah sakit. Hal ini diungkapkan oleh partisipan berikut ini.

Kearapan diantara warga to, sini termasuk warga juga. selain antarwarga antar agama juga. entah laki, entah perempuan. Ya sama-sama saling menghormati itukan tetap enak. Ya memangnya orang-orang sini baik-baik to mas. P2 (62-65). tilik orang sakit itu penting ne harta benda diabaikan tapi kalau tinjau-meninjau itu penting kalau orang jawa, kebiasaan orang jawa gitu mas. Nda punya apa-apa ya nda apa-apa tapi menengok itu penting, kalau ada ya amal kasih kalau nda ada ya nda pa-pa yang penting meninjau, menengok, keabraban. P2 (88-92)

…ada juga opo yo nganu membangun kebersamaan antara

tetangga, teman, keluarga maupun masyarakat itu sendiri mas, jadi kalau berkumpul itu rasa kebersamaannya lebih dapat gitu lo mas. P4 (109-111).

Melalui besuk secara berkelompok ini, selain membangun kebersamaan juga sebagai tali silaturahmi antara pembesuk dengan pasien, keluarga pasien maupun antara pembesuk dengan pembesuk lain. Silaturahmi yang dilakukan masyarakat melalui tradisi ini, mempunyai tujuan agar hubungan sosial diantara masyarakat tetap terjaga. Hal ini menandakan bahwa masyarakat Jawa Salatiga menjunjung tinggi hidup kekeluargaan. Seperti dalam ungkapan partisipan berikut ini.

Ya istilahnya ada silaturahmi , cuma mendekatkan secara kekeluargaan. P3 (104).

(16)

Menurut partisipan, masyarakat yang datang membesuk pasien di rumah sakit, dapat mempererat hubungan kekeluargaan dan menjaga kerukunan diantara masyarakat. Melalui tradisi ini, akan membuat masyarakat untuk saling menjaga, saling memaafkan, menjaga silaturahmi dan menjaga kerukunan dalam hidup bermasyarakat. Dengan kata lain, masyarakat menggunakan tradisi ini sebagai media untuk berkumpul yang dapat mempererat hubungan kekeluargaan diantara masyarakat. Hal ini diungkapkan oleh partisipan berikut ini.

..Tapi kalau saya pribadi itu, menyimpulkan besuk itu istilahnya merekatkan tali persaudaraan, saling memeafkan, silahturami, supaya tidak ada perpecahan dan hidup rukun dalam masyarakat. P1 (59-62)

Dalam hal kerukanan, menjaga kerukunan di antara masyarakat. P3 (160)

Nganu opo, kalu pandangannya itu bagus untuk membangun kebersamaan dalam masyrakat. Arti ne opo iku hidup rukun, saling peduli, saling memperhatikan juga, saling menjaga, saling memaafkan satu sama lain dan hidup saling berdampingan untuk menjaga damai di dalam masyarkat gitu mas. P4 (95-98).

Yaitu mas manfaatnya menjaga tali persaudaraan, selain itu juga ada membangun tali silaturahmi, mempersatu masyarakat agar tidak terjadi pecah bela. P4 (107-109)

Dalam tradisi ini, menurut partisipan masyarakat yang datang membesuk pasien di rumah sakit, tidak hanya masyarakat yang memiliki agama yang sama dengan pasien. Akan tetapi, ada juga masyarakat yang memiliki agama yang berbeda dengan pasien, datang membesuk pasien di rumah sakit. Seperti pernyataan berikut ini.

(17)

keselamatan, disini bae-bae mas. Ya meringankan beban yang sakitlah. P2 (73-75).

Iya kalau nda kita sesuai dengan keyakinan kita masing-masing ya kalau yang muslim ya pasti doa. Saya kira semua sama ya entah itu buda, entah itu hindu saya kira tetap sama. Cumakan cara berdoanya yang sendiri-sendiri. P3 (92-95).

Ya, kalau doa ada mas, jadi yang datang itu kita juga berdoa bersama, karna saya Kristen jadi kita berdoa bersama jadi saya juga didoakan mas.Tapi saya juga pernah dibesuk oleh teman

Melalui kehadiran dan dukungan dari masyarakat, dapat memberi semangat kepada pasien, agar tetap semangat meskipun dalam keadaan sakit. Masyarakat juga memberi nasihat kepada pasien agar mendekatkan diri kepada Tuhan, supaya diberi kesembuhan. Selain itu, mereka mendorong pasien untuk cepat sembuh, dengan cara menganjurkan pasien untuk mengikuti anjuran yang diberikan oleh tim medis selama menjalani pengobatan dan perawatan di rumah sakit, seperti minum obat teratur dan habiskan makanan yang diberikan oleh rumah sakit. Hal ini diungkapkan oleh partisipan berikut ini.

Iya pasti itu,Istilah orang jawa jangan nglokro itu apaya kaya nda punya smangat gitu sama skali. Jadi memberi semangat, nasihat untuk minum obat, rajin berdoa, ikuti anjuran medis, supaya cepat sembuh. P1 (99-101).

Menukangi, memotivasi si penderita sakit itu kalau didorong ada yang hibur , ada yang ada yang istilahnya ngasih semangat itu dari fisiknya dulu itu e ingin rasa sembuh itu banya, padahal

(18)

Iya ada yang bilang cepat sembuh jangan lupa berdoa supaya lekas sembuh jangan lupa sama yang diatas gitu, rajin minum obat, makan yang banyak agar cepat sembuh supaya bisa cepat pulang ke rumah. P4(283-385).

Dalam tradisi ini, aktivitas yang hampir tidak terlewatkan ketika masyarakat membesuk pasien adalah berdoa. Setiap masyarakat yang datang membesuk pasien mereka selalu serdoa bersama-sama dengan pasien dan keluarga pasien. Masyarakat Jawa Salatiga mempunyai pemahaman bahwa doa mampu membuat pasien mejadi dikabulkan Tuhan. P1 (119-122). Saya kira seperti itu. Saya kira tetap lebih bagus doa banyak orang dari anu, apa istale beberapa orang ya. Kalau menurut saya begitu. P1 (124-125).

Karna saya orang Kristen, jadi saya maunya doa, doa orang banyakan lebih didengar daripada hanya beberapa orang. P2 (146-147).

Oh kalau doa itukan hubungan dengan Tuhan. Doakan tujuannya baik untuk saya sembuh. Ya kalau orang percaya saya tetap percaya bahwa akan sembuh. Kalau ne doa yang dikasih banyak orang itu lebih baik istilah ne lebih di dengar gitu, daripada hanya doa satu orang atau sedikit orang saja. P4 (297-301)

(19)

dan kelompok sosial yang melibatkan pasien, sehingga membuat pasien merasa bangga, terhibur, senang, dan merasa masih ada yang mau memperhatikannya serta tidak takut dan kuatir terhadap penyakit yang sedang dideritanya. Dari dukungan yang diberikan masyarakat saat besuk, selain membuat pasien merasa senang dan bangga. Seperti dalam ungkapan yang disampaikan oleh partisipan berikut ini.

ada mas, senang artinya senang jadi bangga saya orang sakit itu ne ditinjau orang banyak rasanya kan bangga, senang terhibur gitu lo. P2 (127-128)

Ya terhibur mas kalau ada yang besuk apalagi kalau yang datang banyak kan membuat saya lebih senang dan tidak kuatir

dan takut terhadap penyakit ini… P4 (291-293). Iya mas, istilahnya pengaruh kepada psikis gitu. Apalagi saya melihat banyak orang yang datang besuk itu banyak orang baik dari keluarga, teman. P4 (309-311)

Dukungan yang diberikan masyarakat melalui tradisi ini, membuat pasien merasa senang dan memiliki keinginan untuk sembuh. Keinginan sembuh, ini membuat pasien terdorong untuk melakukan kegiatan yang mempercepat penyembuhannya, dengan cara mengikuti semua anjuran yang diberikan oleh tim medis selama menjalani perawatan dan pengobatan di rumah sakit, misalnya minum obat secara teratur. Seperti pernyataan yang disampaikan oleh partisipan berikut ini.

Tetap to mas, masih pengen hidup ko. Ingin cepat sembuh mas, supaya kembali bersama keluarga dan hidup seperti biasa

(20)

kalau sudah mau makan habis makan minum pil, anjuran dokter.

P2 (140-141)

Ya membuat senang dan saya itu opo yo pengen, pengen cepat sembuh gitu lo mas. Yang tadinya rasanya biasa saja. Ne setelah dijenguk pengen cepat sembuh. kalau tidak sakit kan baik, bisa kumpul-kumpul. P4 (327-329). Iya mas, jadi aku minum obat yang untuk 1 hari itu Cuma minum 2 biji tapi ada obat juga yang sehari aku harus minum 3 biji. P4 (342-343).

Semua anjuran dari Rumah Sakit saya ikuti entah itu minum obat teratur, makan harus habis harus ini itu ya saya ikuti mas. P4 (352-353)

4.3 Pembahasan

Soekanto dan Sulistyowati (2014), kebudayaan mengatur manusia untuk mengerti cara bertindak, berperilaku, berbuat dan bersikap ketika sedang berinteraksi dengan orang lain. Budaya yang dianut oleh masyarakat akan mempengaruhi cara berpikir dan berperilaku mereka dalam kehidupan sehari-hari dan ini sering disebut dengan sistem sosial. Menurut Koenjaraningrat (2015) bahwa, sistem sosial merupakan aktivitas manusia dalam berinteraksi dengan manusia lainnya yang terjadi di setiap detik, hari ke hari, bulan ke bulan, tahun ke tahun, serta mengukit pola-pola tertentu berdasarkan norma yang mengatur perilaku mereka.

4.3.1 Besuk sebagai tradisi

(21)

generasi ke generasi selanjutnya (Tjaya dan Sudarminta, 2005). Tradisi ada karena sebelumnya masyarakat telah melakukan sebuah kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari, kemudian kebiasaan tersebut dilakukan secara terus-menerus dan diwariskan ke generasi berikutnya.

Masyarakat Jawa Salatiga mempunyai sebuah tradisi unik yang dikenal dengan nama “tilik wong loro” yaitu membesuk pasien yang sedang sakit secara berkelompok. Dari hasil penelitian yang dilakukan, sejarah kapan dimulai tradisi tilik wong loro ini belum diketahui secara pasti, tetapi tradisi tilik wong loro ini, sudah dilakukan sejak zaman dulu.

(22)

tetapi mereka hanya yuran untuk membeli bahan bakar minyak.

Masyarakat yang sudah berkumpul di tempat dan waktu yang ditentukan, mereka langsung menuju ke rumah sakit, tetapi jika ada masyarakat yang terlambat, mereka akan menyusul ke rumah sakit. Sebelum masyarakat membesuk ke rumah sakit mereka sudah lebih dulu mengabarkan kepada keluarga pasien dan pasien, bahwa mereka akan datang besuk di rumah sakit. Masyarakat yang datang membesuk pasien berasal dari berbagai kelompok sosial yang melibatkan pasien dan teman dari keluarga pasien seperti, keluarga, tetangga, teman, kelompok PKK, dan jemaat Gereja. Jumlah masyarakat yang datang membesuk pasien di rumah sakit jumlahnya bervariasi sekitar 5 – 30 orang atau bahkan lebih.

(23)

ketika pasien mau makan. Masyarakat juga menanyakan kondisi pasien, bercerita tentang kehidupan mereka, bercanda serta membuat humor yang membuat pasien tertawa. Selain itu juga, masyarakat memberi semangat dan nasihat kepada pasien yaitu jangan lupa berdoa, ingat kepada Tuhan, jangan lupa makan serta habiskan makanan yang diberikan dan mengikuti anjuran yang diberikan oleh tim medis agar cepat sembuh.

Dalam tradisi tilik wong loro ini, masyarakat yang membesuk juga memberikan makanan, minuman, buah dan juga uang kepada pasien. Hal ini dikarenakan, masyarakat Jawa yang tinggal di Kota Salatiga suka menolong antar sesama. Setelah selasai membesuk pasien, ketika masyarakat akan pulang, masyarakat berdoa untuk kesembuhan pasien.

Interaksi seperti itulah yang terjadi, ketika masyarakat datang membesuk pasien di rumah sakit atau yang dikenal dengan nama tilik wong loro oleh masyarakat Jawa yang tinggal di Kota Salatiga.

(24)

sistem kekerabatan yang masih kental serta rasa kepedulian dalam masyarakat masih sangat tinggi. Ada sebuah peribahasa Jawa “mangan ora mangan seng penting

kumpul kabeh” artinya makan tidak makan yang penting

kumpul semua, ini bermakna bahwa hidup dalam kebersamaan sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat Jawa. Terkhususnya masyarakat Jawa Kota Salatiga yang masih bertahan hingga sekarang.

Tradisi tilik wong loro, ini juga dilatarbelakangi pemahaman tentang nilai dalam masyarakat bahwa kehadiran dari masyarakat secara berkelompok atau banyak orang untuk datang membesuk pasien di rumah sakit, serta doa yang mereka panjatkan kepada Tuhan saat besuk akan membuat pasien tersebut, merasa senang dan akan membuat pasien menjadi sembuh.

(25)

Alasan tilik wong loro sebagai tradisi, didasarkan bahwa tradisi ini sudah dilakukan oleh orang tua dan leluhur masyarakat Jawa yang tinggal di Kota Salatiga. Selain itu, ketika masyarakat datang membesuk pasien di rumah sakit, tidak hanya para orang tua saja tetapi juga anak-anak juga ikut datang membesuk. Hal ini yang membuat tradisi ini dapat terus dilakukan oleh masyarakat yang ada di Kota Salatiga sampai sekarang, karena pada saat membesuk pasien, anak-anak menerima informasi dan mengikuti atau meniru aktivitas yang dilakukan oleh orang tua mereka dalam tradisi tilik wong loro. Selain itu, tradisi ini masih dilakukan masyarakat karena memiliki manfaat untuk masyarakat.

Tradisi tilik wong loro ini merupakan bagian dari tradisi gotong-royong, karena dalam tradisi tilik wong loro ini masyarakat melakukan kegiatan sosial yaitu tolong-menolong. Gototong-royong merupakan sebuah aktivitas tolong-menolong yang dilakukan masyarakat untuk melakukan kegiatan sosial (Koenjaraninggrat 2015).

(26)

sudah tidak memiliki fungsi. Tradisi tilik wong loro ini masih dilakukan masyarakat sampai sekarang karena masih memiliki fungsi. Hal ini dikarenakan tradisi Tilik wong loro ini merupakan tradisi yang diturunkan dari generasi sebelumnya yang wajib dilestarikan, menjaga ikatan sosial diantara masyarakat serta melalui tradisi tilik wong loro, ini dapat mempererat hubungan kekeluargaan, saling tolong-menolong di antara masyarakat dan dapat mendorong pasien untuk sembuh.

4.3.2 Ikatan sosial sebagai dorongan membesuk

(27)

perilaku mereka dalam menjaga hubungan sosial dengan orang lain dan sebagai bentuk dukungan sosial kepada seorang pasien, yang sedang dirawat di rumah sakit. Hal ini dikarenakan, masyarakat mempunyai pemahaman bahwa dengan kehadiran dari masyarakat, dapat membuat pasien merasa senang dan nyaman. Dukungan sosial mengacu pada rasa aman, kepedulian, menghargai atau bantuan kepada seseorang dari orang lain atau kelompok (Uchino dalam Sarafino, 2012).

Dalam kehidupan bermasyarakat semua tindakan manusia dibatasi oleh nilai dan norma yang dianut oleh masyarakat, untuk bertindak dan berperilaku sesuai dengan apa yang dianggap baik oleh masyarakat tersebut. Masyarakat Jawa mempunyai nilai dan norma tertentu dalam hidup bermasyarakat, begitupun dalam hal interaksi sosial antar masyarakat. Ada berbagai nilai dan norma dalam masyarakat Jawa, salah satunya adalah cara berhubungan dengan orang lain misalnya hormat kepada orang lain, hidup rukun dan lain sebagainya.

(28)

baik serta sejalan dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat, maka akan banyak masyarakat yang datang membesuk ke rumah sakit sebagai bentuk penghargaan masyarakat terhadap perilakunya. Akan tetapi, jika perilakunya sebelum sakit kurang menyenangkan di masyarakat, maka jumlah masyarakat yang datang besuk juga sedikit atau bahkan tidak ada, karena masyarakat mempunyai pemahaman bahwa perilaku pasien sebelum sakit kurang baik berarti orang tersebut, tidak mau untuk ikut bergabung dengan masyarakat sehingga masyarakat juga tidak peduli terhadap pasien tersebut, yang dapat mempengaruhi dukungan sosial yang diberikan masyarakat kepada pasien.

(29)

mendapatkan sanksi sosial dari masyarakat yang menganut nilai dan norma tersebut. Hal ini juga tergambarkan dalam kehidupan masyarakat Jawa yang tinggal di Kota Salatiga, jika tidak membesuk pasien yang sedang dirawat di rumah sakit, maka orang yang tidak ikut membesuk pasien tersebut, akan dikucilkan atau dijauhi oleh masyarakat yang datang membesuk pasien. Itulah bentuk sanksi sosial, yang diterima oleh individu dari masyarakat, jika tidak ikut membesuk pasien di rumah sakit.

(30)

Pemberian uang dari masyarakat kepada pasien dimaksudkan untuk membantu biaya pengobatan dan perawatan pasien selama dirawat di rumah sakit, sedangkan pemberian doa dimaksudkan agar pasien diberi kesembuhan oleh Tuhan, karena doa merupakan cara untuk berhubungan dengan Tuhan, dan doa yang diberikan oleh masyarakat semua memiliki tujuan, yaitu untuk kesembuhan pasien. Hal ini menunjukan bahwa ikatan sosial menimbulkan rasa empati dari masyarakat kepada pasien, sehingga menggerakan masyarakat datang secara bersama-sama memberikan dukungan serta berdoa kepada pasien dan berharap agar pasien cepat sembuh.

Pemberian dukungan kepada pasien menunjukan, bahwa masyarakat masih memegang tradisi gotong-royong atau saling membantu yang merupakan bagian dari tradisi tilik wong loro, yang dapat menjaga ikatan sosial diantara mereka. Hal ini merupakan bentuk dukungan sosial yang diberikan masyarakat kepada pasien. Kedua pasien yang menjadi partisipan dalam penelitian ini mendapatkan dukungan sosial yang berbeda-beda. Pasien membutuhkan dukungan sosial agar membantu proses penyembuhannya.

(31)

didapat seseorang, berupa nasihat verbal dan nonverbal, bantuan atau tindakan yang diberikan oleh masyarakat atau kehadiran keluarga, yang memiliki manfaat secara emosional dan memberikan efek bagi perilaku yang menerima. Ada empat bentuk dukungan sosial yang diberikan masyarakarat kepada seorang individu. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa dukungan sosial yang diberikan oleh masyarakat melalui tradisi tilik wong loro adalah dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan informasi dan dukungan jaringan.

Dukungan emosional yang diberikan oleh masyarakat yang datang membesuk adalah berupa rasa empati, perhatian, dan rasa peduli kepada pasien dengan cara membesuk pasien, karena pada saat besuk mereka berdoa untuk kesembuhan pasien. Ada juga pembesuk yang memijit, menyuapi pasien ketika pasien akan makan dan mengipas pasien. Selain itu, masyarakat juga memberikan semangat, dan menghibur pasien. Hal ini yang membuat pasien merasa diperhatikan dan merasa senang.

(32)

bentuk dukungan untuk membantu biaya pengobatan dan perawatan pasien selama menjalani perawatan dan pengobatan di rumah sakit.

Dukungan informasi yang diberikan masyarakat, berupa pemberian informasi atau nasihat kepada pasien, yang mempunyai tujuan agar pasien selalu mengikuti anjuran yang diberikan oleh tim medis, selama menjalani pengobatan dan perawatan di rumah sakit, karena dengan bertambahnya infromasi yang didapat pasien dapat membantunya untuk memahami pentingnya pengobatan dan perawatan yang diberikan oleh tim medis yang dapat membuat pasien menjadi sembuh.

Dukungan jaringan yang diterima oleh pasien adalah para pembesuk yang datang berasal dari teman, tetangga, saudara, serta dari kelompok sosial tertentu yang melibatkan pasien seperti dari kelompok PKK dan Gereja, sebagai bentuk ketegasan bahwa pasien menjadi bagian dari kelompok sosial tersebut.

(33)

dikarenakan dapat mempertahankan hubungan sosial yang telah mereka jalin.

4.3.3 Mempererat hubungan kekeluargaan

Endraswara (2005) mengatakan bahwa, kehidupan masyarakat Jawa bukan hubungan antara individu satu dengan individu lainnya saja, atau hubungan dengan masyarakat tetapi lebih dari itu, masyarakat Jawa merupakan sebuah kesatuan yang lekat dan terikat satu dengan lainnya oleh norma-norma hidup dan tradisi. Pengertian ini menunjukan bahwa, masyarakat Jawa menjunjung tinggi hidup dalam kebersamaan dan mereka juga mempunyai norma-norma yang mengatur kehidupan mereka dan tradisi yang harus tetap mereka jalankan dalam kehidupan sehari-hari. Interaksi sosial yang terjadi melalui tradisi tilik wong loro atau besuk secara berkelompok ini juga mempererat hubungan kekeluargaan antar masyarakat yaitu membangun kebersaman, silaturahmi antar pasien dengan pembesuk, pembesuk dengan keluarga pasien, maupun pembesuk dengan pembesuk lain.

(34)

padha eling, pring padha pring” artinya susah sama susah,

senang sama senang, ingat sama ingat, bambu sama bambu. Peribahasa ini mempunyai makna bahwa, seseorang yang hidup di lingkungan masyarakat harus bisa menyatu dengan masyarakatnya, susah dan senang dirasakan secara bersama-sama. Sehubungan dengan itu, jika seseorang mampu melakukan nilai-nilai seperti yang diungkapkan dalam peribahasa tersebut, maka dia akan menemukan ketentraman, disayangi dan mendapat pertolongan dari banyak orang. Peribahasa ini juga menunjukan bahwa, masyarakat Jawa mempunyai keinginan yang besar dan menjunjung tinggi hidup dalam kebersamaan yang sudah ada sejak dulu.

Silaturahmi yang terjadi dalam tradisi tilik wong loro yang dilakukan oleh masyarakat Jawa Kota Salatiga, saat membesuk pasien di rumah sakit, serta aktivitas yang dilakukan seperti menyapa dan bercerita, hal ini dapat mempererat hubungan kekeluargaan di dalam masyarakat, karena silaturahmi dapat memperbaiki hubungan diantara masyarakat, baik hubungan antara pembesuk dengan pasien, maupun pembesuk dengan pembesuk lainnya.

(35)

masyarakat dalam keadaan yang harmonis. Keadaan harmonis disebut rukun. Rukun berarti “berada dalam

keadaan selaras”, “tenang, dan tentram”,”tanpa perselisihan

dan pertentangan”, “bersatu dalam maksud untuk saling

membantu”. Ada sebuah peribahasa Jawa yang berbunyi

agawe santosa crah agawe bubrah yang artinya kerukunan akan membuat kita bersatu sedangkan perselisihan membuat kita tercerai-berai. Prinsip ini yang dipegang oleh masyarakat Jawa, terkhususnya masyarakat Jawa yang tinggal di Kota Salatiga.

Dalam tradisi tilik wong loro ini, pasien tidak hanya dibesuk oleh keluarga pasien saja tetapi juga dari berbagai kelompok sosial, bahkan masyarakat yang datang membesuk pasien di rumah sakit juga, datang dari masyarakat yang memiliki perbedaan agama dengan pasien. Hal ini menunjukan bahwa perbedaan bukan merupakan suatu penghalang bagi masyarakat untuk bersatu, karena melalui tradisi tilik wong loro ini dapat mempererat hubungan kekeluargaan dan kerukunan di antara masyarakat.

(36)

membangun kerukunan di antara masyarakat, sehingga tercipta keadaan yang harmonis dalam masyarakat, karena pada saat besuk tidak hanya kondisi pasien saja yang ditanyakan oleh masyarakat yang datang membesuk, tetapi mereka juga bercerita tentang kondisi kehidupan mereka. Selain itu, masyarakat juga saling memaafkan ketika mereka mempunyai masalah dengan pasien maupun dengan masyarakat lain yang datang membesuk pasien.

Dari pemaparan yang sudah disampaikan, dapat dikatakan bahwa tilik wong loro ini sebagai media atau wadah untuk berkumpul bagi masyarakat Jawa Kota Salatiga yang mempunyai tujuan yaitu, untuk membangun kebersamaan, silaturahmi dan juga membangun serta menjaga kerukunan dalam masyarakat. Hal ini merupakan salah satu cara yang dilakukan masyarakat untuk mempererat hubungan kekeluargaan di antara masyarakat.

4.3.4 Besuk sebagai salah satu dorongan pasien untuk

sembuh

(37)

dan tujuan atau akhir dari gerakan atau perbuatan. Motivasi merupakan dorongan yang muncul dari dalam diri individu maupun dari luar individu, dorongan dari luar individu dapat berasal dari dukungan masyarakat berupa kehadiran. Orang yang mendapat motivasi akan melakukan suatu tindakan untuk mencapai tujuan sesuai dengan keinginannya.

Melalui tradisi tilik wong loro ini, masyarakat yang datang membesuk pasien, tidak hanya melihat kondisi pasien saja, tetapi mereka juga memberikan semangat dan nasihat kepada pasien, sehingga membuat pasien mempunyai semangat, keinginan untuk sembuh. Selain itu, pasien merasa senang dan patuh terhadap anjuran yang diberikan oleh tim medis, selama menjalani pengobatan dan perawatan di rumah sakit.

(38)

Pasien yang sedang dirawat di rumah sakit, membutuhkan dukungan sosial agar termotivasi untuk sembuh, karena dengan adanya motivasi pasien mau mengikuti pengobatan dan perawatan yang diberikan oleh rumah sakit. Kehadiran dan dukungan yang diberikan masyarakat melalui tradisi tilik wong loro, ini mempunyai pengaruh terhadap psikologis pasien rawat inap, yang sedang menjalani perawatan dan pengobatan di rumah sakit. Dampak psikologis yang timbul adalah pasien merasa senang, terhibur, bangga dan merasa diperhatikan oleh masyarakat apalagi yang datang membesuknya banyak orang, selain itu masyarakat juga membuat humor yang membuat pasien merasa senang.

Masyarakat yang datang juga menanyakan kondisi pasien selama menjalani pengobatan di rumah sakit. Dari interaksi yang dilakukan antara masyarakat dengan pasien, ini juga membantu pasien menceritakan tentang kondisinya yang dapat mengurangi beban pikiran tentang penyakitnya, yang membuat pasien menjadi berpikir positif dan mau menerima saran dari masyarakat untuk mengikuti anjuran yang diberikan oleh tim medis.

(39)

dapat memberi dukungan, semangat, perhatian yang dapat meningkatkan kualitas hidup yang bersangkuan. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati dan Turnianti (2006), menunjukan bahwa dukungan sosial yang diberikan oleh PMO dapat meningkatkan motivasi pasien TB untuk sembuh. Melalui tradisi tilik wong loro, masyarakat yang datang memberikan semangat, memberikan nasihat kepada pasien, mengingatkan pasien untuk jangan lupa kepada Tuhan dan masyarakat juga mendoakan pasien.

Semangat yang diberikan masyarakat kepada pasien, dimaksudkan agar pasien tergerak untuk melakukan suatu tindakan yang dapat mempercepat penyembuhannya. Semangat juga membuat pasien tidak menyerah dalam menghadapi kondisi yang sedang dialaminya, karena dengan semangat pasien mampu mengatasi masalah yang sedang dihadapinya.

(40)

spiritual yang dapat membuat pasien menjadi sembuh. Dalam tradisi tilik wong loro masyarakat yang membesuk, selalu berdoa bersama untuk kesembuhan pasien, karena masyarakat Jawa yang tinggal di Kota Salatiga mempunyai pemahaman dan keyakinan bahwa doa banyak orang lebih didengar dan dikabulkan oleh Tuhan, daripada hanya doa satu orang atau beberapa orang saja, sehingga pasien akan cepat sembuh karena didoakan oleh banyak orang. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Kinasih dan Wahyuningsih (2012), hasilnya menunjukan bahwa peran pendampingan spiritual dapat mempengaruhi motivasi sembuh pada pasien lanjut usia.

(41)

perilaku pasien, agar melakukan semua yang dianjurkan oleh tim medis, untuk mempercepat penyembuhannya.

Dukungan yang diberikan masyarakat melalui tradisi tilik wong loro, membuat pasien mempunyai keinginan untuk sembuh. Keinginan pasien untuk sembuh, ini bukan semata-mata hanya untuk keinginan tetapi merupakan suatu kebutuhan dari pasien untuk sembuh, karena kebutuhan untuk sembuh merupakan hal yang harus dipenuhi, jika tidak dipenuhi akan mengganggu keberlangsungan hidupnya. Menurut Abraham Maslow (dalam Sobur, 2003), motivasi didasarkan pada kebutuhan manusia. Dari kebutuhan itulah, pasien termotivasi untuk melakukan tindakan yang dapat mempercepat penyembuhannya, yaitu mengikuti semua anjuran yang diberikan oleh tim medis seperti minum obat secara teratur, habiskan makanan yang diberikan dan melakukan pemerikasaan medis lainnya.

Dukungan yang diberikan oleh masyarakat melalui tradisi tilik wong loro ini, merupakan sebuah motivasi untuk pasien, sehingga membuat pasien patuh terhadap proses pengobatan dan perawatan yang sedang dijalaninya.

(42)

ditunjukan dengan tiga aspek, diantaranya aspek memiliki sikap positif, aspek orientasi pada tujuan dan aspek kekuatan pendorong individu.

Aspek sikap positif yang ditunjukan oleh pasien dalam penelitian ini adalah pasien tidak merasa takut dan kuatir terhadap penyakit yang sedang dideritanya, tetapi pasien memiliki rasa optimis dan keinginan untuk sembuh. Pasien yang memiliki sikap postif akan menerima anjuran yang diberikan oleh tim medis, selama menjalani perawatan dan pengobatan di rumah sakit.

Aspek orientasi pada tujuan ditunjukan pasien dengan cara selalu mengikuti anjuran yang diberikan oleh tim medis misalnya minum obat secara teratur, habiskan makanan yang diberikan oleh rumah sakit. Semua yang dilakukan pasien itu berorientasi pada tujuan yang dinginkan oleh pasien yaitu untuk sembuh.

(43)

anjuran yang diberikan oleh tim selama menjalani pengobatan dan perawatan di rumah sakit.

Referensi

Dokumen terkait

Filosofi gethuk sendiri sehingga menjadi acara Grebeg Gethuk ini juga dapat dimaknai sebagai kegiatan untuk menjalin tali silaturahmi antara warga Kota Magelang

GAMBARAN KONSEP DIRI PASIEN DIABETES MELLITUS TYPE II DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

Penanganan keluarga terhadap pasien gangguan jiwa pasca perawatan rumah sakit. Gangguan jiwa adalah sebuah penyakit

komunikasi para jurnalis dengan sejumlah pihak sebagai mitra. diantaranya Pemkot Salatiga, DPRD Salatiga, Polres Salatiga

1 Berdasarkan pada hasil kajian dan identifikasi bangunan bersejarah di Kota Salatiga yang dilakukan BAPPEDA Kota Salatiga bersama BPCB Jawa.. Tengah pada

Drumband Blek atau yang biasa dikenal dengan Drumblek merupakan kesenian musik dari kota Salatiga yang memiliki kemiripan dengan permainan.. musik drumband, namun

Frent nando, 462012062, Faktor Penyebab Multi Drugs Resistance Pada Pasien TB di Rumah Sakit Dr Ario Wirawan Salatiga, Skripsi, Fakultas Ilmu Kesehatan

Masyarakat Jawa yang telah menyadari akan hal tersebut kemudian secara sukarela banyak yang membeli truk bak sapi, sebagai solusi tersendiri dalam menjalani tradisi tilik,