• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ikatan sosial di masyarakat yang telah terbangun, menimbulkan rasa peduli dan empati masyarakat kepada pasien, sehingga menggerakan masyarakat untuk datang membesuk, agar mengetahui kondisi pasien di rumah sakit dan ini sudah menjadi sebuah keharusan yang dilakukan, ketika seorang pasien sedang dirawat di rumah sakit. Menurut M.Z Lawang dalam Sulasmono (Wiloso, 2012), nilai merupakan penjelasan dari apa yang diinginkan, pantas, berharga yang dapat mempengaruhi perilaku manusia dalam hidup bermasyarakat. Terdapat perasaan bersalah, jika masyarakat tidak membesuk pasien di rumah sakit. Nilai ini yang dipegang oleh masyarakat dan mempengaruhi

perilaku mereka dalam menjaga hubungan sosial dengan orang lain dan sebagai bentuk dukungan sosial kepada seorang pasien, yang sedang dirawat di rumah sakit. Hal ini dikarenakan, masyarakat mempunyai pemahaman bahwa dengan kehadiran dari masyarakat, dapat membuat pasien merasa senang dan nyaman. Dukungan sosial mengacu pada rasa aman, kepedulian, menghargai atau bantuan kepada seseorang dari orang lain atau kelompok (Uchino dalam Sarafino, 2012).

Dalam kehidupan bermasyarakat semua tindakan manusia dibatasi oleh nilai dan norma yang dianut oleh masyarakat, untuk bertindak dan berperilaku sesuai dengan apa yang dianggap baik oleh masyarakat tersebut. Masyarakat Jawa mempunyai nilai dan norma tertentu dalam hidup bermasyarakat, begitupun dalam hal interaksi sosial antar masyarakat. Ada berbagai nilai dan norma dalam masyarakat Jawa, salah satunya adalah cara berhubungan dengan orang lain misalnya hormat kepada orang lain, hidup rukun dan lain sebagainya.

Dalam hal membesuk, interaksi antara pasien sebelum sakit dengan masyarakat akan mempengaruhi masyarakat untuk datang membesuk pasien ketika sedang dirawat di rumah sakit, jika perilaku pasien sebelum sakit

baik serta sejalan dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat, maka akan banyak masyarakat yang datang membesuk ke rumah sakit sebagai bentuk penghargaan masyarakat terhadap perilakunya. Akan tetapi, jika perilakunya sebelum sakit kurang menyenangkan di masyarakat, maka jumlah masyarakat yang datang besuk juga sedikit atau bahkan tidak ada, karena masyarakat mempunyai pemahaman bahwa perilaku pasien sebelum sakit kurang baik berarti orang tersebut, tidak mau untuk ikut bergabung dengan masyarakat sehingga masyarakat juga tidak peduli terhadap pasien tersebut, yang dapat mempengaruhi dukungan sosial yang diberikan masyarakat kepada pasien.

Ikatan sosial yang telah terbangun dan dukungan yang diberikan masyarakat pada pasien berupa kehadiran ini, mempunyai nilai di masyarakat yang mempengaruhi pola pikir serta pemahaman dalam masyarakat, bahwa jika tidak membesuk pasien, dapat mengganggu hubungan sosial yang telah terbangun. Menurut Salasmono dalam Wiloso (2012), dalam kehidupan bermasyarakat, nilai-nilai sosial yang dianut dirumuskan dalam bentuk norma-norma yang mempunyai sanksi terhadap pelanggarnya. Nilai dan norma yang dianut oleh masyarakat jika dilanggar akan

mendapatkan sanksi sosial dari masyarakat yang menganut nilai dan norma tersebut. Hal ini juga tergambarkan dalam kehidupan masyarakat Jawa yang tinggal di Kota Salatiga, jika tidak membesuk pasien yang sedang dirawat di rumah sakit, maka orang yang tidak ikut membesuk pasien tersebut, akan dikucilkan atau dijauhi oleh masyarakat yang datang membesuk pasien. Itulah bentuk sanksi sosial, yang diterima oleh individu dari masyarakat, jika tidak ikut membesuk pasien di rumah sakit.

Endraswara (2005) mengatakan bahwa gambaran hidup orang Jawa adalah saling tolong-menolong antar warga atau keluarga. Pada saat membesuk pasien di rumah sakit, masyarakat biasanya memberikan dukungan kepada pasien baik dalam bentuk materi maupun non materi. Dukungan dalam bentuk materi yang diberikan masyarakat kepada pasien berbeda-beda, namun dukungan yang diterima pasien saat besuk dalam bentuk materi, yang diberikan pada umumnya ialah berupa makanan, minuman, buah, dan uang. Dukungan dalam bentuk non materi yang diterima pasien adalah berupa doa, selain itu juga masyarakat memberi semangat, memotivasi pasien, menasihati, membuat humor yang membuat pasien merasa senang.

Pemberian uang dari masyarakat kepada pasien dimaksudkan untuk membantu biaya pengobatan dan perawatan pasien selama dirawat di rumah sakit, sedangkan pemberian doa dimaksudkan agar pasien diberi kesembuhan oleh Tuhan, karena doa merupakan cara untuk berhubungan dengan Tuhan, dan doa yang diberikan oleh masyarakat semua memiliki tujuan, yaitu untuk kesembuhan pasien. Hal ini menunjukan bahwa ikatan sosial menimbulkan rasa empati dari masyarakat kepada pasien, sehingga menggerakan masyarakat datang secara bersama-sama memberikan dukungan serta berdoa kepada pasien dan berharap agar pasien cepat sembuh.

Pemberian dukungan kepada pasien menunjukan, bahwa masyarakat masih memegang tradisi gotong-royong atau saling membantu yang merupakan bagian dari tradisi tilik wong loro, yang dapat menjaga ikatan sosial diantara mereka. Hal ini merupakan bentuk dukungan sosial yang diberikan masyarakat kepada pasien. Kedua pasien yang menjadi partisipan dalam penelitian ini mendapatkan dukungan sosial yang berbeda-beda. Pasien membutuhkan dukungan sosial agar membantu proses penyembuhannya.

Rachmawati dan Turnianti (2006), mengatakan bahwa dukungan sosial merupakan sebuah informasi yang

didapat seseorang, berupa nasihat verbal dan nonverbal, bantuan atau tindakan yang diberikan oleh masyarakat atau kehadiran keluarga, yang memiliki manfaat secara emosional dan memberikan efek bagi perilaku yang menerima. Ada empat bentuk dukungan sosial yang diberikan masyarakarat kepada seorang individu. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa dukungan sosial yang diberikan oleh masyarakat melalui tradisi tilik wong loro adalah dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan informasi dan dukungan jaringan.

Dukungan emosional yang diberikan oleh masyarakat yang datang membesuk adalah berupa rasa empati, perhatian, dan rasa peduli kepada pasien dengan cara membesuk pasien, karena pada saat besuk mereka berdoa untuk kesembuhan pasien. Ada juga pembesuk yang memijit, menyuapi pasien ketika pasien akan makan dan mengipas pasien. Selain itu, masyarakat juga memberikan semangat, dan menghibur pasien. Hal ini yang membuat pasien merasa diperhatikan dan merasa senang.

Dukungan instrumental yang diterima pasien dari pembesuk adalah pemberian bantuan berupa materi, hal ini terlihat ketika pembesuk datang membesuk pasien mereka membawa makanan, minuman dan juga uang sebagai

bentuk dukungan untuk membantu biaya pengobatan dan perawatan pasien selama menjalani perawatan dan pengobatan di rumah sakit.

Dukungan informasi yang diberikan masyarakat, berupa pemberian informasi atau nasihat kepada pasien, yang mempunyai tujuan agar pasien selalu mengikuti anjuran yang diberikan oleh tim medis, selama menjalani pengobatan dan perawatan di rumah sakit, karena dengan bertambahnya infromasi yang didapat pasien dapat membantunya untuk memahami pentingnya pengobatan dan perawatan yang diberikan oleh tim medis yang dapat membuat pasien menjadi sembuh.

Dukungan jaringan yang diterima oleh pasien adalah para pembesuk yang datang berasal dari teman, tetangga, saudara, serta dari kelompok sosial tertentu yang melibatkan pasien seperti dari kelompok PKK dan Gereja, sebagai bentuk ketegasan bahwa pasien menjadi bagian dari kelompok sosial tersebut.

Dukungan sosial yang diberikan oleh masyarakat, ini menjadi salah satu cara yang mereka lakukan untuk menjaga hubungan sosial, yang telah mereka jalin untuk hidup saling menghargai dan menjalankan tradisi. Hal ini

dikarenakan dapat mempertahankan hubungan sosial yang telah mereka jalin.

Dokumen terkait