BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kebudayaan
Kebudayaan adalah seluruh gagasan dan karya manusia yang
didapat dengan belajar serta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya
(Koenjaraningrat, 2015). Pengertian ini menunjukan bahwa, hampir
semua tingkah-laku manusia dipengaruhi oleh budaya.
Budaya merupakan perangkat dari pandangan, kepercayaan, nilai
dan perilaku hidup manusia yang dapat diturunkan dari satu generasi ke
generasi penerusnya (Tseng dan Streltzer, 2008). Dari pengertian ini,
menunjukan bahwa perilaku hidup manusia yang sudah dilakukan oleh
suatu generasi akan diwariskan kepada generasi berikutinya. Misalnya,
interaksi sosial yang terjadi pada suatu masyarakat akan diturunkan ke
generasi selanjutnya.
Negara Indonesia memiliki beragam suku dan budaya, salah
satunya adalah suku Jawa. Suku Jawa banyak menempati pulau Jawa
terutama di Propinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dalam memandang
kesehatan, masyarakat Jawa juga mempunyai pandangan tersendiri.
Palmarani (2010) mengatakan bahwa konsep sehat menurut orang Jawa
adalah keselarasan antara individu dengan lingkungannya dan konsep
lingkungan dimana dia tinggal. Hal ini menunjukan bahwa individu harus
mematuhi semua aturan-aturan yang berada di tempat tinggalnya.
Konsep sehat-sakit menurut masyarakat Jawa pada intinya adalah
keharmonisan antara individu dengan lingkungan.
Menurut Endraswara (2010), hubungan dalam masyarakat Jawa,
bukanlah merupakan hubungan antara individu satu dengan individu
yang lainnya saja atau hubungan dengan masyarakat tetapi, lebih dari itu
masyarakat Jawa merupakan sebuah kesatuan, yang lekat dan terikat
satu dengan yang lainnya oleh norma-norma hidup dan tradisi. Hal ini
menunjukan bahwa dalam kehidupan Jawa sangat menjunjung tinggi
kebersamaan, yang dapat dilihat dalam tradisi masyarakat Jawa yang
sangat menonjol tentang hidup bersama-sama, seperti tradisi gotong
royong. Filosofi masyarakat Jawa adalah gotong royong (Endraswara,
2010).
2.1.2 Dukungan sosial
Dukungan sosial merupakan informasi, berupa nasihat verbal dan
nonverbal, bantuan atau tindakan yang diberikan oleh masyarakat atau
kehadiran keluarga, masyarakat yang memiliki manfaat secara emosial
dan memberikan efek perilaku bagi yang menerima (Rachmawati dan
Turniani, 2006). Dukungan sosial terjadi juga karena adanya ikatan sosial
dukungan sosial dapat mempengaruhi perilaku individu yang menerima
dukungan sosial tersebut.
Menurut Johnson dan Jhonson dalam Saputri dan Indrawati (2011),
dukungan sosial adalah keberadaan orang lain yang dapat memberikan
dukungan, semangat, perhatian, yang dapat meningkatkan kualitas hidup
bagi individu yang bersangkutan. Dukungan sosial menggambarkan
pengaruh, serta bantuan secara emosional maupun material yang
diberikan kepada pasien dari anggota keluarga, saudara atau teman.
Orang yang mendapat dukungan sosial yang tinggi akan memiliki rasa
optimis yang lebih dalam menghadapi masalah yang sedang
dihadapinya. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Berkam dan Kawachi
(2000), ditemukan bahwa ada efek dari hubungan sosial dan dukungan
sosial pada keadaan sakit dan kematian. Orang yang banyak
mendapatkan hubungan sosial dan dukungan sosial dapat berakibat
pada penurunan strees yang berpengaruh terhadap penurunan penyakit
kardiovaskular, yang dapat menyebabkan kematian (Winkelman, 2009).
Menurut Sarafino (2012). Ada empat bentuk dukungan sosial:
1. Dukungan penghargaan atau emosional, yaitu berupa
pemberian empati, hal positif, rasa aman, perhatian dan
kepedulian kepada seseorang.
2. Dukungan nyata atau instrumental, meliputi pemberian bantuan
secara langsung atau pemberian dukungan dalam bentuk
3. Dukungan informasi, berupa dukungan yang diberikan berisikan
informasi atau pengetahuan kepada seseorang.
4. Dukungan jaringan, yaitu mempunyai rasa menjadi bagian dari
sebuah kelompok dalam berbagai kegiatan sosial.
Semua bentuk dukungan sosial yang diberikan masyarakat, ini
melalui sebuah interaksi yang dikenal dengan istilah interaksi sosial.
Interaksi sosial merupakan hubungan yang dinamis, yang terjadi antara
individu dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan
kelompok. Dengan kata lain, apabila dua individu bertemu disitulah
terjadi interaksi sosial. Aktivitas interaksi sosial adalah berjabat tangan,
saling sapa, dan lain sebagainya (Soekanto dan Sulistyowati, 2014).
Menurut Soekanto dan Sulistyowati (2014), proses interaksi sosial
dalam masyarakat dapat terjadi melalui dua syarat yaitu :
a. Kontak sosial, yaitu hubungan sosial antara individu dengan
individu lain atau dengan kelompok, seperti berjabat tangan dan
memberi salam.
b. Komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan atau informasi
dari seseorang kepada orang lain, baik secara langsung maupun
secara tidak langsung.
2.1.3 Motivasi
Menurut Sobur (2003) motivasi merupakan istilah yang lebih umum
mendorong, dorongan yang timbul dalam diri individu, tingkah-laku yang
ditimbulkannya dan tujuan atau akhir dari gerakan atau perbuatan.
Motivasi adalah pendorong dalam diri seseorang untuk melakukan
kegiatan tertentu agar tercapai tujuan yang diinginkannya (Rachmawati
dan Turniani, 2006).
Dari pendapat yang telah disampaikan dapat disimpulkan bahwa
motivasi merupakan daya pendorong, penggerak, yang muncul dari
dalam diri seseorang sebagai sebab yang membuat orang tersebut
bertindak untuk mencapai tujuannya. Orang yang mendapat motivasi
akan mendorongnya untuk melakukan sesuatu agar tercapai tujuan,
sesuai dengan keinginannya, begitupun seorang pasien. Pasien yang
didiagnosa dokter menderita penyakit tertentu, jika tidak didukung
dengan motivasi untuk sembuh akan menghambat proses
penyembuhannya, karena motivasi dapat mempengaruhi perilaku pasien
untuk melakukan pengobatan.
Abraham Maslow (dalam Sobour, 2003) berpendapat bahwa
motivasi didasarkan pada kebutuhan manusia, dan dari kebutuhan itu
membentuk suatu hirarki atau jenjang peringkat kebutuhan. Hirarki dari
kebutuhan Maslow tersebut adalah kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan
rasa aman, kebutuhan rasa cinta dan memiliki-dimiliki, kebutuhan
penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri. Manusia yang telah
terpenuhi akan kebutuhan fisiologisnya, akan berusaha memenuhi
Menurut Hariandja (2012), ada dua faktor sebagai sumber motivasi
yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri individu yang disebut moitvasi
internal dan bersumber dari luar individu atau dari lingkungan yang
disebut motivasi eksternal. Motvasi internal adalah motivasi yang
bersumber dari dalam diri individu tanpa dipengaruhi oleh rangsangan
dari luar individu. Motivasi eksternal adalah motivasi yang bersumber dari
luar individu atau bisa juga berkembang melalui proses interaksi dengan
lingakungannya. Salah satu contoh dari motivasi eksternal adalah
dukungan sosial.
Menurut Smeet dalam Hardhiyani (2013), motivasi sembuh pasien
dapat ditunjukan dengan tiga aspek. Aspek tersebut adalah aspek
memiliki sikap positif, aspek orientasi pada tujuan dan aspek kekuatan
pendorong individu.
1. Aspek memiliki sikap posititf
Individu yang memiliki sikap positif akan mempunyai
kepercayaan diri yang kuat dan selalu optimis dalam
menghadapi suatu masalah.
2. Aspek orientasi pada tujuan
Individu yang memiliki motivasi mengarahkan tingkah laku
individu yang berorientasi pada tujuan yang diinginkannya.
3. Kekuatan yang mendorong individu
Adanya kekuatan yang mendorong individu akan menjadi
dari dalam diri individu dan luar individu atau lingkungan
sekitar.
2. 2 Perspektif Teoretis
Masyarakat Jawa masih memegang tradisi gotong-royong yang
masih dilakukan hingga sekarang. Gotong-royong merupakan sebuah
aktivitas yang dilakukan masyarakat dalam rangka tolong-menolong
untuk melakukan sebuah kegiatan sosial, misalnya kerja bakti
(Koenjaraninggrat, 2015).
Penelitian yang dilakukan ini adalah penelitian yang memberi
gambaran budaya besuk masyarakat Jawa Kota Salatiga yang berkaitan