• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Paguyuban Drumblek Salatiga dalam Mengembangkan Kesenian Drumblek sebagai Identitas Budaya Kota Salatiga T1 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Paguyuban Drumblek Salatiga dalam Mengembangkan Kesenian Drumblek sebagai Identitas Budaya Kota Salatiga T1 BAB IV"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

GAMBARAN UMUM KESENIAN DRUMBLEK SALATIGA

4.1. Dinamika Kesenian Drumblek

Drumband Blek atau yang biasa dikenal dengan Drumblek merupakan kesenian musik dari kota Salatiga yang memiliki kemiripan dengan permainan

musik drumband, namun perbedaan permainan musik ini terletak pada

penggunaan peralatannya, perkusi drumblek menggunakan peralatan yang lebih

sederhana dari pada drumband, yaitu dengan menggunakan peralatan-peralatan

dari barang bekas seperti tong bekas, blek (wadah bekas biskuit), kentongan, tong kecil, tong besar, dan cakram.

Drumblek telah ada sejak tahun 1984, namun kesenian ini pertama kali

dikenalkan didepan publik pada Tahun 1986 oleh warga Pancuran, untuk

memperingati hari ulang tahun Republik Indonesia pada masa itu. Bermula pada

tahun 1984, ketika beberapa anak-anak muda yang sedang berkumpul-kumpul di

lapangan ping-pong, kemudian para pemuda mengambil alat seperti “Blek” atau kaleng bekas untuk dipukul-pukul mengiringi permainan gitar. Blek yang

dipukul-pukul tersebut terdengar selaras dengan permainan gitar. Pada tahun

1986 ketika warga Pancuran ingin memberikan sebuah pertujunkan untuk

memeriahkan HUT-RI ke 41, pada awalnya mereka ingin menampilkan suatu

pertunjukan musik Marching Band atau drumband, namun karena mahalnya harga peralatan untuk bermain drumband, muncul satu ide dari salah seorang

warga pancuran dengan membuat drumband menggunakan barang-barang bekas

yang biasa mereka mainkan sebelumnya.

“Dulu awalnya (kumpulan anak muda) dari do nunggu ping-pong, nunggu ping-pong itu terus do ngambil alat itu untuk ditutak-tutuk, dulu sama gitar.. sama apa lupa namanya.. kok iso nganu.. (selaras) gitu. Terus ada kegiatan (tujuhbelasan) itu terus cah-cah itu do.. yang anak muda itu langsung do ngambil barang bekas, mboh itu dari roti opo (kaleng), teko diambil ditutuk itu”.1 (Dulu berawal (kumpulan anak

1 Wawancara dengan sesepuh drumblek pancuran, Bapak Budi Sutrisno, Pada 17 Oktober 2016

(2)

muda) dari menunggu permainan pong, menunggu permainan ping-pong itu terus mereka saling mengambil alat itu untuk dipukul-pukul, dulu mainnya sama gitar.. sama apa lupa namanya saya.. kemudian kok bisa terdengar selaras gitu. Terus waktu ada kegiatan Tujuhbelasan itu anak-anak saling.. anak-anak muda itu langsung mengambil barang bekas, entah itu kaleng dari wadah roti apa, mereka ambil lalu mereka pukul itu).

Tidak disangka permainan drumband dari barang-barang bekas tersebut

mendapat perhatian luas dari masyarakat kota Salatiga, permainan perkusi dari

barang bekas tersebut terus berkembang dan menyebar hingga saat ini dan telah

menjadi salah satu ikon kesenian kota Salatiga. Kesenian ini dikenal dengan sebutan “Drumband Blek” atau biasa disebut “Drumblek”.

Seiring dengan berjalannya waktu kesenian ini begitu banyak mengalami perkembangan dan kemajuan yang sangat pesat. Maka dari itu dibutuhkan kerjasama yang baik dari pelaku kesenian ini, pemerintah yang menaungi maupun masyarakat penikmat kesenian ini. 2

Hampir di seluruh wilayah RW di kota Salatiga telah mempunyai

kelompok drumblek masing-masing, bahkan higga keluar dari wilayah kota

Salatiga seperti di Banyubiru, Ampel, Suruh, Ambarawa, Solo, Semarang dan

beberapa kota lainnya.

4.2. Anggota Kesenian Kelompok Drumblek

Dalam permainan kesenian drumblek, personil atau anggota kelompok

drumblek menjadi poin penting dalam permainan kesenian tersebut, semakin

banyak jumlah anggota pemain drumblek, maka semakin memungkinkan bagi

permainan drumblek menjadi lebih baik dan ramai, dikarenakan inti dari drumblek

adalah kemeriahan dari aspek permainan alat musik, tarian, dan juga kostum yang

digunakan, sehingga anggota dari kelompok drumblek menjadi hal utama yang

2

(3)

perlu dikoordinir dengan baik, sehingga memunculkan harmonisasi keramaian

tersebut.

Suatu kelompok drumblek terdiri dari beberapa anggota yang bertugas

untuk memainkan alat, memimpin ketukan, dan menjadi penari. Jumlah standar

pemain drumblek dalam sebuah kelompok drumblek yang biasanya diikuti sekitar

50-60 orang, namun berbeda dengan drumblek Pancuran3, dalam sekali mengikuti

kegiatan terdapat 250-300 orang, sesuai pernyataan mas Suwarno berikut ini:

“Kalau untuk Gempar sendiri, Gempar sendiri semua.. semua warga Pancuran itu yang mau ikut dari remaja, anak-anak sampai bapak-bapak itu sampai ibu-ibu, itu pokoknya putra-putri semua ikut gitu.. kadang keluar itu bisa sampai 250-300 (orang). kalau yang sekarang yang lainnya gempar itu paling banyak, mentok 50-60 personil.”4

Kelompok drumblek dari Pancuran memang berbeda dengan kelompok

drumblek dari daerah lain, karena drumblek Pancuran atau yang dikenal dengan

Gempar (Generasi Pemuda Pancuran) melibatkan seluruh warga dalam satu RW

untuk bermain drumblek. Pernyataan tersebut selaras dengan pendapat pak Budi

dalam wawancara berikut :

“Ya memang kita gini, ee.. Pancuran itu dibandingkan dengan yang lain

itu berbeda, kalau kami itu bentuknya kolosal.. banyak. Kadang-kadang kalau kita (tampil) itu sekitar 300 (orang) itu.. luarnya itu, kalau yang lain kan hanya sekedar anu mas.. kalau kita kan memang dari anu.. semua

umur, sampai anak kecil pun bisa ikut.”5

4.3. Peralatan dan Fungsi alat dalam kesenian Drumblek

Pembagian pemain dari anggota kelompok drumblek memiliki tugas untuk

memainkan peralatan, yang menghasilkan keharmonisan suara dari alat yang

dimainkan. Terdapat beberapa peralatan yang digunakan dalam permainan

3

Drumblek pancuran yang dikenal sebagai pencetus drumblek memang mempunyai pengorganisasian sendiri sebelum terbentuknya PDS

4 Wawancara dengan pelatih drumblek Pancuran, Mas Suwarno pada 3 Mei 2017 pukul 11.17

WIB di kantor Disbudpar Salatiga.

5 Wawancara dengan sesepuh drumblek pancuran, Bapak Budi Sutrisno, Pada 17 Oktober 2016

(4)

perkusi drumblek, peralatan yang biasa digunakan antara lain terdapat alat dari

bambu atau biasa disebut kentongan, merupakan pengaplikasian dari cowbell, kemudian terdapat tong besar yang berfungsi sebagai bass atau drumnya, tong

plastik kecil merupakan pengaplikasian dari conga (perkusi dari latin), dan instrumen utama dalam perkusi ini adalah blek atau kaleng bekas wadah bikuit, berfungsi sebagai snare (senar drum). Selain itu terdapat beberapa peralatan

yang digunakan sebagai melodi, yaitu bellyra dan glockenspiel, namun belakangan ini banyak grup-grup drumblek yang menambahkan drum. Hal

tersebut seperti yang dijelaskan dalam wawancara dengan mas Warno berikut

ini:

“Peralatan yang digunakan itu kan pertama ee.. pastinya blek, blek

itu kaleng-kaleng bekas.. ya kaleng lah, kaleng terus sama tong-tong plastik besar dan kecil sama bambu, bambu itu buat kentongan itu. Untuk alat masing-masing instrumen itu kan pengaplikasian dari beberapa alat konvensional yang sudah ada, semacam tong besar itu pengaplikasian dari bass atau drumnya, terus untuk tong kecilnya, tong yang kecil itu tong plastik kecil itu pengaplikasian dari conga, alat-alat conga perkusi latin.. terus bleknya sendiri buat snare, untuk kentongan pengaplikasian dari conga.. aa bukan conga maaf, dari cowbell. Terus untuk alat melodisnya, perkusi melodisnya bellyra sama glockenspiel”.6

Komposisi pemain drumblek sebelum tahun 2000-an lebih banyak

menggunakan penari dari pada pemain instrumen musik, namun pada tahun

2005 oleh mas Warno, komposisi pemain drumblek tersebut dirubah dengan cara mengurangi penari dan menambahkan pada pemain pada intrumen musik,

seperti yang dinyatakan oleh mas Warno dalam wawancara berikut ini: “Kalau saya mulai ngajar itu, mulai apa istilahnya.. latihan disitu

bareng itu dari delapan.. ee.. ya 90-an lah, dari 90-an. Terus mulai bisa.. kalau dulu kan saya penari, kan dulu ada klothekan kan ada penarinya kan gitu kan.. lebih banyak penarinya dari pada yang pegang instrumen, terus tahun 2005 saya pulang dari Jakarta, mencoba merubah semua, merubah katakanlah aransemen.. merubah instrumen-instrumen yang..

6 Wawancara dengan pelatih drumblek Pancuran, Mas Suwarno pada 3 Mei 2017 pukul 11.17

(5)

menambahkan bukan merubah, menambahkan instrumen-instrumen yang belum ada saya tambahi, seperti apa.. seperti drum-drum besar, seperti kentongan, seperti tong-tong kecil kan gitu”.7

Dalam buku Drumblek, seni budaya asli Salatiga, dijelaskan bahwa

komposisi permain dalam instrumen drumblek dapat diubah-ubah sesuai

keperluan masing-masing grup drumblek, namun komposisi standar dalam

permainan instrumen drumblek adalah 50 orang pemain snare (menggunakan blek/kaleng bekas), 30 orang pemain kentongan dari bambu, 20 orang pemain

tenor (menggunakan tong plastik kecil), 10-15 orang pemain bass (menggunakan tong besar), beberapa pemain belira (glockenspiel) dan drum. Selain itu terdapat juga pemain pendukung seperti penari, mayoret atau gitapati.

Gambar peralatan yang digunakan dalam bermain drumblek dan fungsi:

Alat Fungsi

Gambar 1. Kuarto tom-tom/ tam-tam

(sumber : Dokumentasi Pribadi, Jum’at 30 Juni 2017)

Alat melodis,

sebagai patokan

atau acuan untuk

mengatur

ketukan atau

tempo dalam

permainan

drumblek

7 Wawancara dengan pelatih drumblek Pancuran, Mas Suwarno pada 3 Mei 2017 pukul 11.17

(6)

Gambar 2. Glockenspiel

(sumber : Dokumentasi Pribadi, Jum’at 30 Juni 2017)

Alat melodis,

untuk

memainkan

nada-nada

melodi, sehingga

pendengar

mudah menebak

lagu apa yang

sedang

dimainkan

Gambar 3. Alat musik kentongan

(sumber : Dokumentasi Pribadi, Jum’at 30 Juni 2017)

Pengaplikasian

dari alat musik

(7)

Gambar 4. Kaleng bekas atau tong kecil bekas (sumber : Dokumentasi Pribadi, Jum’at 30 Juni 2017)

Berfungsi

sebagai

pengganti drum snare yang ada dalam permainan

drumband

Gambar 5. Tong plastik sedang

(sumber : Dokumentasi Pribadi, Jum’at 30 Juni 2017)

Merupakan

pengaplikasian

dari alat musik

conga, berfungsi sebagai tenor

dan alat

pengiring dalam

permainan

(8)

Gambar 6. Tong plastik besar atau Drum (sumber : Dokumentasi Pribadi, Jum’at 30 Juni 2017)

Berfungsi

sebagai bass dalam permainan

drumblek

Tabel 1

Peralatan kesenian drumblek

4.4. Ragam Kostum dan Permainan Musik Pemain Drumblek

Kostum pada pemain drumblek merupakan sarana pendukung atau sebagai

pelengkap dalam sebuah pertunjukan drumblek, kostum-kostum yang digunakan

kelompok drumblek dalam pertunjukan sangatlah beragam, karena tidak ada

standarisasi dalam penggunaan kostum dalam sebuah kelompok drumblek,

semua bebas asal masih menjaga kesopanan dan semua tergantung atas

kreatifitas dari masing-masing kelompok drumblek. Kostum-kostum yang

digunakan pemain drumblek terpengaruh dari kostum kesenian topeng ireng,

selain karena kostum topeng yang terlihat menarik serta sudah banyak tersedia,

para pemain drumblek menggunakan kostum topeng ireng yang telah tersedia

untuk keperluan tampil. Penggunaan kostum pada pemain alat perkusi drumblek

tidak begitu penting, karena yang menjadi pusat perhatian dalam barisan

kelompok drumblek adalah mayoret, maka dari itu kenapa kostum untuk

mayoret-mayoret drumblek dibuat sedemikian rupa menarik agar menjadi poin

tersendiri bagi suatu grup drumblek. Kostum pemain dalam sebuah kelompok

(9)

atau instrumen drumblek, kostum bagi para penari dalam drumblek, serta

kostum bagi mayoret dan gita pati dalam permainan drumblek.

Gambar 7. Ragam kostum pemain drumblek

(Dokumentasi grup facebook Paguyuban Drumblek Salatiga, Senin 17 Juli 2017)

Gambar 8. Kostum mayoret dalam drumblek

(10)

Gambar 9. Kostum penari dalam drumblek)

(Dokumentasi grup facebook Paguyuban Drumblek Salatiga, Senin 17 Juli 2017)

Alunan musik yang dimainkan kelompok drumblek pada umumnya

terdengar sangat menarik dan enak didengar, dengan aransemen atau

perubahan-perubahan yang dilakukan pada sebuah lagu. Menurut wawancara dengan

beberapa narasumber, permainan musik tersebut diawali dengan pemilihan lagu,

setelah menentukan lagu apa yang ingin dimainkan selanjutnya adalah tugas

bagi pemegang kontrol musik (biasanya pada pemain glockenspiel dan Tam-tam) untuk mencari ketukan dan menentukan tempo, kemudian diikuti oleh

pemain alat lain seperti kentongan, pemain yang menggunakan snare, bass, dan seterusnya.

4.5. Penyebaran dan Pengelolaan kesenian Drumblek di Desa

Berawal dari Pancuran, kesenian drumblek kini telah berkembang hingga

diseluruh wilayah di kota Salatiga, bahkan hingga wilayah-wilayah sekitar kota

Salatiga. Hampir di setiap RW, bahkan RT di kota Salatiga memiliki grup

drumbleknya masing-masing. Jumlah drumblek yang berada di kota Salatiga dan

sekitar saat ini jumlahnya telah lebih dari 120 kelompok drumblek. Persebaran

(11)

proses, yang pertama ada pemain drumblek dari Pancuran yang pindah domisili

ke kampung lain, kemudian di kampung tempat tinggalnya yang baru dia

melatih dan mengembangkan drumblek sendiri, sehingga kampungnya yang

baru memiliki kelompok drumblek.

Cara kedua, ada orang-orang seperti mas Warno. Seorang warga Pancuran dan menjadi pelatih drumblek Pancuran. Selain melatih di kampungnya mas

Warno diminta melatih di tempat lain, sesuai dengan pernyataannya di bawah

ini:

“Iya kalau kemarin-kemarin cukup banyak sih di Tingkir, dari Nobo, dari Klero, dari Tegalwaton, Ngaglik, dan masih banyak, cuma kan lupa

namanya saya”.8

Terakhir, pada masa-masa awal kampus Universitas Kristen Satya Wacana

mengenal drumblek, pihak kampus mendatangkan pelatih drumblek dari

Pancuran. Selain itu ada beberapa orang mahasiswa yang ikut berlatih di

Pancuran.dengan begitu proses alih ketrampilan bisa berjalan lancar.

Kesenian drumblek berkembang dan banyak diminati saat ini, karena

menjadi salah satu tempat untuk menyalurkan minat dan bakat, mengembangkan

dan mengasah kreatifitas dalam bermain perkusi, serta berfungsi sebagai

pemersatu antar individu dalam masyarakat, dari sinilah beberapa daerah

diberbagai desa membuat kelompok drumblek masing-masing.

Pengelolaan drumblek pada desa biasanya tidak terlalu terorganisir, karena

bagi mereka bermain drumblek adalah salah satu wadah khususnya bagi remaja

(karena kebanyakan kelompok drumblek berisi anak-anak muda) untuk

berkumpul dan mengisi waktu luang, dan bagi orang tua yang mengizinkan

putra-putrinya untuk bermain drumblek memiliki alasan karena drumblek

merupakan kegiatan alternatif yang positif dan berguna bagi putra-putrinya

dalam mengasah dan mengembangkan kreatifitas bermusik.

8 Wawancara dengan pelatih drumblek Pancuran, Mas Suwarno pada 3 Mei 2017 pukul 11.17

(12)

4.6. Tantangan kelompok kesenian Drumblek

Drumblek memang sedang menjadi kesenian yang banyak dinikmati warga

kota Salatiga (pada khususnya) saat-saat ini. Seiring dengan menjamur dan

bertambah jumlah banyaknya kelompok-kelompok drumblek, tentu hal tersebut

selanjutnya menjadi tantangan bagi kelompok-kelompok drumblek untuk tetap

menjaga ketenangan dan tidak membuat permasalahan yang memicu terjadinya

konflik antar kelompok pemain drumblek, seperti misal perebutan jadwal

pertunjukan atau tidak terima atas kekalahan dalam lomba, dan sebagainya.

Hal lain yang menjadi tantangan bagi kelompok para pemain kesenian

drumblek adalah bagaimana tetap menjaga atau melestarikan kesenian drumblek

agar tidak mendapat pengakuan dari wilayah lain di luar kota Salatiga, selain itu

agar kesenian drumblek tidak lenyap karena masuknya budaya asing, serta

seiring dengan kemajuan zaman. Selanjutnya para pelaku dan penikmat kesenian

perkusi drumblek juga memiliki tugas untuk membawa kesenian drumblek ke

mata dunia, sehingga kesenian drumblek dapat dikenal masyarakat luas sebagai

Gambar

Gambar peralatan yang digunakan dalam bermain drumblek dan fungsi:
Gambar 2. Glockenspiel sumber : Dokumentasi Pribadi, Jum’at 30 Juni 2017
Gambar 4. Kaleng bekas atau tong kecil bekas sumber : Dokumentasi Pribadi, Jum’at 30 Juni 2017
Tabel 1 Peralatan kesenian drumblek

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Berdasarkan hasil wawancara dengan Hakim di Pengadilan Negeri Klas IB Metro, pada hari Senin tanggal 6 Oktober 2014, pada pukul 11.15. Pegawai di Lembaga Pemasyarakatan Klas II

Distribusi frekuensi merupakan salah satu cara untuk meringkas serta menyusun sekelompok data mentah (raw data) yang diperoleh dari penelitian dengan didasarkan pada

Jika perkara ditangani dengan penyidik, maka penyidikan akan dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (selanjutnya disebut PPNS) BPOM, namun jika perkara

2. Accountability yaitu tanggung gugat terhadap apa yang dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku dan bertanggung jawab terhadap klien, diri sendiri,

“Strategi inquiry berarti suatu rangkaian kegiatan yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari ndan menyelidiki secara

(RIBA), robot nurse yang membantu pasien untuk mobilisasi dalam ruangan (DO-U-MI),robot nurse untuk melayani pasien yang tidak bisa bepergian jauh namun butuh konsultasi

Agar suatu kebijakan dapat berjalan sesuai dengan harapan maka suatu kebi- jakan harus terlaksana dengan baik seperti kecocokkan antara hukum tertulis dengan kebiasaan yang berlaku