• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II: LANDASAN TEORI

B. Biarawati

1. Pengertian Biarawati

Dalam Kamus Besar Indonesia edisi 4 dijelaskan bahwa biarawati berasal dari kata dasar biara yang berarti bangunan tempat tinggal laki-laki atau perempuan yang memfokuskan diri terhadap ajaran dibawah pimpinan seorang ketua menurut aturan alirannya.

Dalam buku Iman Katholik (1996), biarawati diartikan sebagai anggota kelompok yang memfokuskan diri mereka dalam kehidupan kebiaraan dan bertugas untuk membantu uskup. Meski begitu, biarawati atau suster tidak termasuk dalam hierarki gereja Katolik. Hal ini dipertegas oleh Konsili Vatikan II yang mengajarkan “Meskipun

status yang terwujudkan dengan pengikraran nasihat-nasihat Injil, tidak termasuk susunan hierarki Gereja, namun juga tidak dapat

diceraikan dari kehidupan dan kesucian Gereja (LG44), sebab hidup membiara berkembang dari kehidupan Gereja sendiri, bahkan

“nasihat-nasihat Injil didasarkan pada sabda dan teladan Tuhan” (LG43)” (dikutip dari Konferensi Waligereja Indonesia dalam bukunya yang berjudul Iman Katolik, 1996, hal.375).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa biarawati adalah wanita yang memfokuskan hidupnya dalam kehidupan membiara dan hidup dengan memegang teguh kaul suci yang mereka hayati.

2. Gaya Hidup Biarawati

Gaya hidup seorang biarawati atau suster adalah hidup untuk lebih melayani sesama dan menghayati ajaran-ajaran Injil dalam hidup berdoa. Melayani sesama ini diwujud nyatakan dalam semangat kerasulan ordo atau tarikat yang mereka ikuti, baik dibidang pendidikan, sosial, kesehatan, ataupun pastoral. Semangat kerasulan di bidang pendidikan diwujud nyatakan biarawati dengan menjadi pengelola dan pendidik di sekolah Katholik yang dimiliki kongregasi, seperti sekolah Ursulin yang dimiliki Ordo Santa Ursula (OSU). Semangat kerasulan di bidang sosial diwujud nyatakan biarawati dengan memberikan pendampingan dan konseling, seperti yang dilakukan Ordo Klaris Kapusines (OSC Cap.) yang memberikan perhatian khusus untuk melayani para wanita yang tersesat, tertindas, dan tersingkir. Semangat kerasulan dibidang kesehatan diwujud

nyatakan biarawati dengan mengelola rumah sakit, poliklinik, dan pusat kesehatan di desa-desa yang dimiliki kongregasi. Hal ini juga dilakukan oleh para biarawati Carolus Borromeus (CB). Selain itu, semangat kerasulan dibidang pastoral diwujud nyatakan dengan pengelolaan rumah retret dan aktif dalam kegiatan gereja

(http://www.indonesianpapist.com/2011/04/situs-ordo-dan-kongregasi-suster-di.html). Kemudian, menghayati ajaran-ajaran Injil dalam hidup berdoa diwujud nyatakan para biarawati dengan melakukan doa, baik itu dilakukan secara pribadi ataupun secara bersama.

Selain itu, hidup dengan memegang teguh kaul suci yang mereka hayati dan peraturan-peraturan biara menurut ordo mereka masing-masing. Selain itu dalam menghidupi kaul-kaul suci, suster atau biarawati memilih hidup membiara dan menjaga kesucian mereka dengan tidak menikah. Hal ini dilakukan sebagai komitmen mereka akan kaul selibat atau keperawanan. Kaul selibat atau keperawanan berbicara tentang totallitas dalam melayani Tuhan dan terus menerus berusaha mengarahkan hidup mereka kepada Kristus, khususnya dalam hidup doa (Iman Katolik, 1996). Biarawati atau suster dituntut untuk taat dan hidup sesuai dengan aturan-aturan. Hal ini dilakukan dengan berpegang pada janji suci atau kaul ketaatan. Kaul ketaatan berbicara tentang melayani satu sama lain diantara mereka (antara biarawati atau suster dengan biarawati atau suster) dan hidup taat

terhadap ajaran-ajaran Injil, yang secara khusus diajarkan oleh masing-masing “lembaga-lembaga religius” atau yang sering kita

dengar sebagai Ordo (Iman Katolik, 1996). Biarawati atau suster yang dituntut untuk hidup dalam kesederhanaan bahkan hidup dalam kemiskinan. Hal ini dilakukan mereka sebagai wujud komitmen mereka terhadap kaul kemiskinan yang mereka hidupi. Kaul kemiskinan berbicara tentang meninggalkan segala yang dimiliki

untuk hidup seperti “hamba” seperti ajaran Yesus (Iman Katolik,

1996). Hal ini diwujud nyatakan dengan gaya hidup sederhana yang dilakukan oleh biarawan atau suster dan nampak jelas dari gaya berpakaian, hidup keseharian di biara, dan hidup membantu mereka yang lemah, miskin, sakit, dan dipandang tidak berguna di masyarakat.

Berdasarkan penjelasan diatas maka gaya hidup biarawati adalah hidup untuk melayani sesama dan menghayati ajaran-ajaran Injil dalam hidup berdoa. Melayani sesama ini diwujud nyatakan dalam semangat kerasulan ordo atau tarikat yang mereka ikuti, baik dibidang pendidikan, sosial, kesehatan, ataupun pastoral. Kemudian, menghayati ajaran-ajaran Injil dalam hidup berdoa diwujud nyatakan para biarawati dengan melakukan doa, baik itu dilakukan secara pribadi ataupun secara bersama. Selain itu, hidup mereka sangat memegang teguh kaul suci yang mereka hayati dan peraturan-peraturan biara menurut Ordo mereka masing-masing.

3. Tahapan Dalam Menjadi Biarawati

Menurut hasil wawancara informal dengan salah biarawati dari Kongregasi Suster Fransiscan St. Lusia (17 Agustus, 2014), terdapat 4 tahapan dalam seseorang menjadi seorang biarawati secara umum, yaitu:

1. Aspiran atau juvenis

Aspiran atau juvenis merupakan tahapan awal untuk menjadi seorang biarawati. Mereka adalah wanita yang baru beberapa bulan masuk dalam kehidupan membiara.

2. Postulant atau novice

Postulant atau novice adalah mereka sudah hidup membiara selama 1 hingga 2 tahun.

3. Junior atau biarawati mediator

Pada tahap ini mereka memiliki para biarawati sudah diberikan kepercayaan untuk menjalankan tugas kerasulan ordo atau kongregasi. Bisa dikatakan mereka adalah tonggak dalam pekerjaan misi sebuah ordo atau kongregasi karena mereka memiliki peran dan tanggung jawab dalam menjalankan misi ordo, baik itu disekolah-sekolah, dibiara, ataupun ditempat pelayanan mereka yang lain.

4. Kaul kekal

Pada tahapan ini para biarawati mengucapkan janji setia pada kehidupan yang akan dijalaninya selama hidup sebagai

seorang biarawati. Kaul kekal juga berbicara tentang penyerahan total pada kehidupan pada pelayanan sesuai ajaran Kristus.

Dokumen terkait