• Tidak ada hasil yang ditemukan

E. Metode Analisis Data

1. Biaya

rupiah.

12. Kontribusi pendapatan merupakan perbandingan pendapatan usaha lebah

madu dengan pendapatan total rumah tangga, dinyatakan dalam persentase.

I. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif analitis. Menurut Surakhmad (1994), metode deskriptif yakni

metode yang memusatkan perhatian pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang. Sedangkan analitik dilakukan dengan cara menyusun data-data yang telah terkumpul disusun, dijelaskan, dianalisis dan selanjutnya disimpulkan serta didukung teori-teori yang ada dari hasil penelitian terdahulu.

B. Metode Penentuan Responden

1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive

atau sengaja, yaitu cara pengambilan daerah penelitian dengan pertimbangan-pertimbangan yang berdasarkan tujuan penelitian. Dalam

purposive harus mengetahui terlebih dahulu sifat populasi tersebut dan

sampel yang akan ditarik diusahakan supaya mempunyai sifat-sifat seperti populasi tersebut (Singarimbun, 1995). Daerah penelitian yang dipilih adalah Kabupaten Batang dengan pertimbangan yaitu Kabupaten Batang merupakan salah satu kabupaten sentra produksi madu dan satu-satunya paguyuban yang terdapat di Kabupaten Batang adalah Paguyuban Peternak Lebah Bunga Alam Lestari.

2. Metode Pengambilan Responden

Menurut Singarimbun (1995) data yang dianalisis harus menggunakan sampel yang cukup besar. Jumlah sampel yang akan dianalisis harus mengikuti distribusi normal, dimana sampel tergolong berdistribusi normal adalah sampel yang jumlahnya lebih besar atau sama dengan 30. Berdasarkan pertimbangan tersebut, jumlah sampel peternak lebah madu dalam penelitian ini adalah 30 peternak yang telah menjadi

commit to user

anggota paguyuban peternak lebah Bunga Alam Lestari Kabupaten Batang.

Pemilihan sampel peternak lebah madu dilakukan secara simple

random sampling (sampel acak sederhana) maksudnya adalah semua

individu dalam populasi diberikan kesempatan untuk dipilih menjadi anggota sampel (Singarimbun, 1995). Sampel dalam penelitian ini adalah peternak lebah madu yang telah menjadi anggota Paguyuban Peternak Lebah Bunga Alam Lestari karena keuntungan dari anggota paguyuban ini adalah peternak dapat lebih mudah memasarkan produk madunya. Peternak yang telah menjadi anggota paguyuban sebanyak 40 peternak kemudian diambil 30 peternak sebagai sampel secara acak dengan cara

teknik undian dengan pengembalian. Pertama-tama dibuat kerangka

pengambilan sampel terlebih dahulu, yaitu dengan mencatat semua nama anggota paguyuban yang jumlahnya 40 peternak kemudian menuliskan nama-nama tersebut pada secarik kertas, seperti kalau kita menarik undian. Kemudian kertas-kertas yang berisi nama tersebut diambil secara acak. Setiap gulungan kertas yang telah diambil, kemudian ditulis nomor dan namanya, kemudian dikembalikan lagi untuk diundi lagi, sehingga kesempatan setiap unit sampel untuk terpilih adalah sama.

Gambar 2. Bagan Teknik Pengambilan Responden

C. Jenis Dan Sumber Data

1. Data primer

Data primer dalam penelitian ini yaitu data yang diperoleh dari produsen maupun pihak yang terkait melalui wawancara dengan menggunakan kuisioner yang sudah dipersiapkan. Daftar pertanyaan tersebut diantaranya

Anggota Paguyuban Peternak Lebah Bunga Alam Lestari

sebanyak 40 peternak

Jumlah sampel responden sebanyak 30 peternak

commit to user

berisi tentang karakteristik responden (peternak lebah madu), tenaga kerja, biaya produksi lebah madu, produksi madu dan harga madu.

2. Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dengan cara mengutip data laporan maupun dokumen dari instansi yang terkait dengan penelitian ini. Instansi tersebut adalah Kantor Kecamatan, Kantor Statistik, Departemen Kehutanan dan Perkebunan. Data tersebut adalah keadaan daerah umum penelitian, jumlah penduduk dan keadaan perekonomian.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data dimana peneliti melakukan pengamatan langsung terhadap obyek penelitian yaitu usaha lebah madu.

2. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data primer dengan wawancara secara langsung dengan peternak lebah madu sesuai daftar pertanyaan.

3. Pencatatan

Pencatatan merupakan teknik pengumpulan data dengan mencatat hasil wawancara dengan responden dan data yang ada pada instansi pemerintah atau lembaga yang terkait dengan penelitian ini.

4. Kuisioner

Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan kepada responden dimana pertanyaan tersebut bisa berupa pertanyaan terbuka maupun tertutup.

E. Metode Analisis Data

1. Biaya

Biaya yang diperlukan dalam usaha lebah madu yaitu biaya tetap dan biaya variabel atau biaya tidak tetap. Biaya tetap meliputi biaya investasi

commit to user

yaitu biaya peralatan (stup) dan biaya penyusutan, sedangkan biaya variabel meliputi biaya bahan pakan, biaya tenaga kerja, biaya listrik, biaya air dan biaya untuk sewa lahan untuk meletakkan stup. Biaya penyusutan dihitung dengan metode garis lurus dalam satuan rupiah : Penyusutan = is UmurEkonom tasiAkhir NilaiInves tasiAwal NilaiInves -...(persamaan 1) Untuk menghitung biaya total dalam usaha lebah madu secara sistematis dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

TC = TFC + TVC ... (persamaan 2) Dimana :

TC = Biaya total usaha lebah madu (Rupiah)

TFC = Total biaya tetap usaha lebah madu (Rupiah)

TVC = Total biaya variabel usaha lebah madu (Rupiah) 2. Penerimaan

Penerimaan total dari usaha lebah madu dapat diperoleh dengan mengalikan jumlah produk yang dihasilkan dengan harga produk tersebut. Untuk mengetahui penerimaan usaha lebah madu, secara sistematis dirumuskan :

TR = Q x P ... (persamaan 3) Dimana :

TR = Penerimaan total lebah madu (Rupiah)

Q = Jumlah madu yang dihasilkan (kg)

P = Harga (Rupiah)

3. Keuntungan

Keuntungan usaha lebah madu paguyuban peternak lebah bunga alam lestari Kabupaten Batang adalah selisih antara penerimaan total dengan biaya total, secara sistematis dirumuskan :

π = TR – TC ... (persamaan 4) Dimana :

π = Keuntungan usaha lebah madu (Rupiah)

commit to user

TC = Biaya total usaha lebah madu (Rupiah)

4. Profitabilitas

Untuk menjawab apakah usaha tersebut menguntungkan atau tidak, maka perlu diketahui rasio profitabilitas. Profitabilitas merupakan hasil bagi antara keuntungan usaha lebah madu dengan total biaya dikalikan 100%, secara sistematis dirumuskan sebagai berikut :

Profitabilitas = x100%

TC

p

... (persamaan 5) Dimana :

p = Keuntungan usaha lebah madu (Rupiah)

TC = Biaya total usaha lebah madu (Rupiah)

Kriteria pengambilan keputusan:

Profitabilitas > 0 berarti usaha lebah madu menguntungkan Profitabilitas ≤ 0 berarti usaha lebah madu tidak menguntungkan. 5. Efisiensi Usaha

Efisiensi usaha dapat dihitung dengan menggunakan analisis R/C rasio yaitu dengan membandingkan antara besarnya penerimaan total dengan biaya total. Secara sistematis dirumuskan sebagai berikut :

R/C ratio =

C R

... (persamaan 6) Dimana :

R = Penerimaan usaha lebah madu (Rupiah)

C = Biaya total usaha lebah madu (Rupiah)

Kriteria yang digunakan dalam penilaian efisiensi adalah : R/C ratio < 1 : Usaha lebah madu tidak efisien (merugi)

R/C ratio = 1 : Usaha lebah madu break even point atau mencapai kondisi impas (belum efisien)

R/C ratio > 1 : Usaha lebah madu efisien (menguntungkan).

commit to user

Untuk mengetahui adanya kontribusi pendapatan dari usaha lebah madu tersebut digunakan pendekatan kontribusi pendapatan. Untuk menghitung kontribusi pendapatan terlebih dahulu harus menghitung besarnya pendapatan dalam usaha lebah madu. Pendapatan bersih pada usaha lebah madu dihitung dari total penerimaan usaha lebah madu dikurangi total biaya usaha lebah madu. Biaya yang digunakan dalam menghitung pendapatan bersih adalah biaya mengusahakan dari usaha lebah madu, secara sistematis dirumuskan :

Pd = TR – Bm ... (persamaan 7) Dimana :

Pd = Pendapatan usaha lebah madu (Rupiah)

TR = Penerimaan total usaha lebah madu (Rupiah)

Bm = Biaya mengusahakan dari usaha lebah madu (Rupiah)

Kontribusi pendapatan dihitung dengan membandingkan pendapatan usaha lebah madu dengan pendapatan total rumah tangga dikalikan 100%, secara sistematis dirumuskan sebagai berikut :

Kontribusi = x100%

PdT PdU

... (persamaan 8) Dimana :

Kontribusi = Kontribusi pendapatan dari usaha lebah madu terhadap pendapatan total rumah tangga (%)

PdU = Pendapatan usaha lebah madu (Rupiah)

commit to user

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN BATANG

A. Keadaan Geografis

1. Letak dan Wilayah Admnistratif

Kabupaten Batang merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang terletak di pesisir utara Propinsi Jawa Tengah, berjarak 93 km dari pusat Propinsi Jawa Tengah. Secara geografis Kabupaten Batang berada pada 6o 51’ 46” LS – 7o 11’ 47” LS dan 109o 40’ 19” BT – 110o 03’ 006” BT. Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Batang adalah :

Sebelah Utara : Laut Jawa

Sebelah Timur : Kabupaten Kendal

Sebelah Selatan : Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara

Sebelah Barat : Kabupaten Pekalongan dan Kota Pekalongan

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Batang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Pembentukan Kecamatan Kabupaten Batang, jumlah kecamatan di Kabupaten Batang yang semula 12 kecamatan berubah menjadi 15 kecamatan. Pemekaran wilayah ini dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Batang sebagai upaya untuk menghadapi tantangan dan permasalahan dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat khususnya pada tingkat kecamatan, desa, dan kelurahan. Adapun 15 kecamatan tersebut, yaitu Kecamatan Wonotunggal, Bandar, Blado, Reban, Bawang, Tersono, Gringsing, Limpung, Subah, Tulis, Batang, Kandeman, Pecalungan, Banyuputih dan Warungasem. Luas wilayah Kabupaten Batang secara keseluruhan mencakup 78.865 Ha. Kecamatan yang memiliki luas terbesar adalah Kecamatan Subah seluas 12% dari total luas Kabupaten Batang, sedangkan luas terkecil di Kecamatan Warungasem dengan 3% dari total luas Kabupaten Batang. Menurut pembagian wilayah setingkat desa dan kelurahan, wilayah Kabupaten Batang terdiri atas 239 desa, 9 kelurahan dan 164.171 RT (BPS Kabupaten Batang, 2011).

commit to user

2. Topografi

Kabupaten Batang memiliki relief yang beraneka ragam, berupa dataran rendah, dataran tinggi dan berbukit pegunungan landai hingga curam dan daerah dataran pantai. Berdasarkan letak kemiringannya, wilayah Kabupaten Batang dikelompokkan menjadi empat kelas sebagai berikut :

a. Kelas lereng pertama (kemiringan 0-2%) seluas 23,63% dengan penyebarannya di sebagian Kecamatan Batang, Bandar, Warungasem, Tulis, Kandeman, Limpung, Banyuputih, Gringsing dan Wonotunggal.

b. Kelas lereng kedua (kemiringan 2-15%) seluas 38,13%,

penyebarannya meliputi Kecamatan Wonotunggal, Bandar, Blado, Reban, Bawang, Tersono, Gringsing, Limpung, Banyuputih, Subah, Pecalungan, Tulis, Kandeman, Batang dan Warungasem.

c. Kelas lereng ketiga (kemiringan 15-40%) seluas 22,69%,

penyebarannya meliputi sebagian wilayah Kecamatan Wonotunggal, Bandar, Blado, Reban, Bawang, Tersono, Gringsing, Limpung, Banyuputih, Subah, Pecalungan dan Batang.

d. Kelas lereng keempat (kemiringan lebih dari 40%) seluas 15,55%, penyebarannya di Kecamatan Wonotunggal, Bandar, Reban, Batang, Tersono, dan sebagian kecil Gringsing, Limpung, Banyuputih, Subah dan Pecalungan.

Kabupaten Batang dilihat dari letak ketinggian dari permukaan air laut, di bagi menjadi lima wilayah ketinggian, mulai dari 0 meter (pantai) sampai dengan 2.565 meter (pegunungan), yaitu :

a. Ketinggian 0-15 meter, seluas 2,30% terletak di sebagian Kecamtan Batang, Gringsing, Tulis dan Kandeman.

b. Ketinggian 15-100 meter, seluas 7,20% meliputi Kecamatan

Gringsing, Limpung, Subah, Pecalungan, Kandeman, Tulis dan Batang.

c. Ketinggian 100-500 meter, seluas 73% meliputi sebagian wilayah Kecamatan Bandar, Blado, Reban dan Batang.

commit to user

d. Ketinggian 500-1000 meter, seluas 12,30% meliputi sebagian wilayah Kecamatan Bandar, Blado, Reban dan Batang.

e. Ketinggian di atas 1000 meter, seluas 5,20% terletak di sebagian Kecamatan Blado, Reban dan Bawang.

3. Keadaan Iklim dan Curah Hujan

Kabupaten Batang memiliki iklim tropis dengan jumlah hari hujan pada bulan Oktober-April dan musim kemarau pada bulan April-Oktober, di mana kedua musim ini silih berganti sepanjang tahun. Curah hujan di wilayah Kabupaten Batang memiliki perbedaan yang cukup mencolok sepanjang tahun, meliputi :

a. Daerah atas (Kecamatan Wonotunggal, Bandar, Blado, Reban,

Bawang dan Tersono) mempunyai rata-rata curah hujan tahunan lebih tinggi, yaitu rata-rata 6.307 mm dengan jumlah hari hujan rata-rata 209 hari.

b. Daerah bawah (Kecamatan Gringsing, Limpung, Banyuputih, Subah, Pecalungan, Tulis, Kandeman, Batang dan Warungasem) mempunyai rata-rata curah hujan tahunan lebih rendah, yaitu rata-rata 4.010 mm dengan jumlah hari hujan rata-rata 151 hari.

Dilihat dari curah hujan per tahun, Kabupaten Batang terbagi ke dalam empat zona, yaitu :

a. Curah hujan lebih dari 3.000 mm/tahun, meliputi sebagian besar wilayah Kecamatan Bawang, Reban, Blado, Bandar dan Wonotunggal. b. Curah hujan antara 2.500-3.000 mm/tahun, meliputi sebagian wilayah

Kecamatan Tersono, Reban, Subah, Pecalungan, Bandar dan Wonotunggal.

c. Curah hujan antara 2.000-2.500 mm/tahun, meliputi sebagian wilayah Kecamatan Tersono, Limpung, Banyuputih, Tulis, Subah, Pecalungan, Kandeman, Warungasem dan Wonotunggal

d. Curah hujan kurang dari 2.000 mm/tahun, meliputi sebagian besar wilayah Kecamatan Tersono, Gringsing, Subah, Pecalungan, Tulis, Kandeman, Warungasem dan Batang.

commit to user

Keadaan iklim dan curah hujan sangat berpengaruh terhadap proses budidaya lebah madu karena iklim dan curah hujan akan berhubungan terhadap keadaan cuaca yang berpengaruh terhadap fase pembungaan. Tanaman berbunga sebagai penghasil tepungsari yang digunakan untuk pakan lebah. Pertumbuhan koloni lebah dan hasil madu yang baik terjadi bila cuaca panas.

B. Keadaan Penduduk

1.Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Keadaan penduduk menurut jenis kelamin dapat digunakan untuk mengetahui jumlah penduduk serta besarnya sex ratio di suatu daerah, yaitu angka yang menunjukkan perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan. Keadaan penduduk di Kabupaten Batang menurut jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. Keadaan Penduduk Kabupaten Batang Menurut Jenis Kelamin Tahun 2010

No. Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%) Sex Ratio

1. 2. Laki-laki Perempuan 354.650 355.773 49,92 50,08 Jumlah 710.423 100,00 99,68

Sumber : Batang Dalam Angka Tahun 2011

Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah penduduk di Kabupaten Batang tahun 2010 sebanyak 710.423 jiwa. Jumlah penduduk perempuan sebanyak 355.773 jiwa (50,08 %) dan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 354.650 jiwa (49,92 %). Jumlah penduduk perempuan lebih banyak daripada jumlah penduduk laki-laki dari keseluruhan jumlah penduduk di Kabupaten Batang.

Angka sex ratio dapat dihitung besarnya dengan cara membagi jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan. Besarnya angka sex ratio Kabupaten Batang tahun 2010 adalah 99,68%. Hal tersebut berarti bahwa setiap 100 penduduk perempuan di Kabupaten Batang terdapat 99 penduduk laki-laki. Keadaan penduduk menurut jenis kelamin

commit to user

ini mempengaruhi jumlah tenaga kerja yang dapat terserap dalam usaha lebah madu. Tenaga kerja laki-laki di Kabupaten Batang cukup banyak tersedia, sehingga tidak ada hambatan usaha lebah madu di Kabupaten Batang dalam segi kekurangan tenaga kerja laki-laki.

2.Penduduk Menurut Umur

Keadaan penduduk di Kabupaten Batang menurut golongan umur akan mempengaruhi keberhasilan pembangunan di wilayah tersebut. Penduduk berdasarkan kelompok umur dapat dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu : penduduk usia non produktif dan penduduk usia produktif. Penduduk usia non produktif yaitu penduduk yang berusia 0-14 tahun dan penduduk yang berusia lebih dari 65 tahun, sedangkan penduduk usia produktif yaitu penduduk yang berusia 15-64 tahun. Keadaan penduduk Kabupaten Batang berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. Keadaan Penduduk Kabupaten Batang Menurut Kelompok Umur Tahun 2010

No. Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa)

1. 0 – 14 219.574

2. 15 – 64 458.627

3. ≥ 65 32.228

Angka Beban Tanggungan 54,90

Sumber: Batang Dalam Angka 2011

Tabel 4 menunjukkan Angka Beban Tanggungan (ABT) di Kabupaten Batang. Angka Beban tanggungan (ABT) adalah rasio antara jumlah penduduk usia non produktif dengan jumlah penduduk usia produktif. Jumlah penduduk di Kabupaten Batang menurut kelompok umur, yang paling banyak adalah penduduk dengan kelompok umur produktif atau penduduk yang berusia antara 15-64 tahun. Angka beban tanggungan yang didapat adalah sebesar 54,90 dimana setiap 100 orang kelompok penduduk usia produktif harus menanggung 55 penduduk usia tidak produktif. Hal ini berarti bahwa penduduk di Kabupaten Batang yang bekerja dalam usia produktif lebih banyak, dan usaha lebah madu di

commit to user

Kabupaten Batang bisa lebih ditingkatkan karena sumber daya manusia yang digunakan lebih besar.

3.Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan penduduk akan mempengaruhi kemampuan penduduk dalam menerima teknologi baru dan mengembangkan usaha di daerahnya. Keadaan penduduk Kabupaten Batang berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5. Keadaan Penduduk Kabupaten Batang Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2010

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. Tidak/belum Tamat SD 229.385 35,86

2. Tamat SD/ Sederajat 267.226 41,77

3. Tamat SMP/ Sederajat 81.774 12,78

4. Tamat SMA/ Sederajat 48.624 7,60

5. Tamat Akademi/ PT 12.721 1,99

Jumlah 639.730 100,00

Sumber : Batang Dalam Angka Tahun 2011

Tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Kabupaten Batang memiliki tingkat pendidikan yang relatif rendah. Hal ini ditunjukkan dengan sedikitnya jumlah penduduk yang tamat akademi/PT yaitu sebesar 1,99 % (12.721 jiwa) dari seluruh penduduk di Kabupaten Batang. Banyaknya jumlah penduduk yang tamat SD/sederajat bahkan sampai perguruan tinggi tersebut menggambarkan bahwa kesadaran penduduk akan pentingnya pendidikan di Kabupaten Batang relatif kurang. Keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan dapat digunakan untuk mengetahui kualitas sumber daya manusia di suatu wilayah tersebut. Tingkat pendidikan tenaga kerja yang tersedia rata-rata hanya mengenyam pendidikan tamat SD sebesar 41,77% (267.226 jiwa). Keadaan ini akan mempengaruhi kemampuan penduduk dalam menerima teknologi baru dan mengembangkan usaha terutama dalam usaha lebah madu.

commit to user

4.Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Keadaan penduduk Kabupaten Batang berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 6. Keadaan Penduduk Kabupaten Batang Menurut Mata Pencaharian Tahun 2010

No. Mata Pencaharian Persentase (%)

1. Sektor Pertanian 48,79

2. Sektor Perdagangan 14,59

3. Sektor Industri 10,28

4. Sektor Lain 26,34

Jumlah 100,00

Sumber : Batang Dalam Angka Tahun 2011

Tabel 6 menunjukkan bahwa sektor pertanian masih menjadi gantungan hidup tenaga kerja di Kabupaten Batang, terbukti sebanyak 48,79% penduduknya bekerja pada sektor ini yang meliputi subsektor tanaman bahan pangan, perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan. Sektor lain selain sektor pertanian yang banyak diminati adalah sektor perdagangan sebesar 14,59% dan sektor industri sebesar 10,28%.

C. Keadaan Perekonomian

Keadaan perekonomian suatu wilayah merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan di wilayah tersebut. Salah satu sektor yang berperan adalah sektor pertanian, dimana sektor pertanian juga didukung oleh subsektor kehutanan. Di Kabupaten Batang ini luas hutan yang dimiliki adalah hutan rakyat sebesar 35 ha dan hutan negara sebesar 13.299 ha. Dengan adanya lahan kehutanan yang cukup luas sangat cocok digunakan untuk mengusahakan budidaya lebah madu, karena hasil kehutanan seperti pohon randu atau kapuk bunganya sangat baik untuk pakan lebah sehingga madu yang dihasilkan mempunyai kualitas yang baik.

Perkembangan perekonomian juga dapat dilihat dari ketersediaan sarana perekonomian yang memadai. Sarana perekonomian tersebut dapat berupa lembaga-lembaga perekonomian yang baik yang disediakan pemerintah maupun pihak swasta serta dari swadaya masyarakat setempat.

commit to user

Sarana tersebut dapat berfungsi sebagai sarana yang dapat menunjang jalannya roda perekonomian di suatu daerah. Semakin baik sarana perekonomian suatu daerah, akan mendorong kegiatan perekonomian di daerah tersebut untuk tumbuh dan berkembang.

D. Keadaan Usaha Lebah madu

Usaha lebah madu di Kabupaten Batang sangat baik untuk dikembangkan, karena keadaan alamnya sangat mendukung terhadap keberhasilan budidaya lebah madu dan terdapat potensi tanaman randu dan karet sebagai penyediaan pakan lebah. Selain menghasilkan madu, lebah sangat membantu penyerbukan tanaman dan dapat memberikan nilai ekonomi bagi peternak lebah.

Mengingat keadaan para peternak lebah yang masih hidup sendiri-sendiri dan banyaknya persoalan yang dihadapi mengenai perlebahan, kadang kala tidak dapat diatasi secara sendiri-sendiri maka timbullah gagasan-gagasan untuk membentuk kelompok yang diberi nama “Paguyuban Peternak Lebah Bunga Alam Lestari” yang berlokasi di Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang.

Adanya Paguyuban Peternak Lebah Bunga Alam Lestari diharapkan segala kebutuhan-kebutuhan bisa diatasi secara bersama-sama, saling menjaga kebersamaan antara peternak lebah madu, mempererat tali persaudaraan dan kekeluargaan antar peternak lebah, saling membantu dalam mengatasi masalah dalam usaha lebah madu sehingga diharapkan nantinya dapat menjadi peternak lebah yang mandiri dan modern.

Struktur organisasi dari Paguyuban Peternak Lebah Bunga Alam Lestari sebagai berikut :

Ø Pelindung : 1. Camat Gringsing

2. Kapolsek Kecamatan Gringsing 3. Danramil Kecamatan Gringsing 4. Ka Bpppk Kecamatan Gringsing

Ø Penasehat : 1. Ade Rojak, SE

commit to user 3. Tri Laksito

Ø Ketua : Riyanto

Ø Wakil Ketua : H. Subadi

Ø Sekretaris I : Gunarto

Ø Sekretaris II : Abdul Khalim, SE

Ø Bendahara I : Taftoyani

Ø Bendahara II : Nur Efendi, SE

Persyaratan anggota Paguyuban Peternak Lebah Bunga Alam Lestari adalah bagi peternak yang ingin bergabung dengan paguyuban harus mempunyai lebah minimal 30 stup, membayar simpanan pokok sebesar Rp 350.000,00 yang dibayarkan ketika masuk menjadi anggota paguyuban dan membayar simpanan wajib sebesar Rp 15.000,00 yang dibayarkan setiap bulan. Uang dari simpanan pokok dan simpanan wajib dimasukkan ke dalam kas paguyuban yang digunakan untuk biaya perijinan lokasi angon lebah, biaya konsumsi ketika pertemuan anggota dan biaya untuk kegiatan keluar daerah misalnya mengikuti Musnas Asosiasi Perlebahan Indonesia dan untuk mengikuti pelatihan yang diadakan oleh Pusat Apiari Madu Pramuka.

Usaha lebah madu anggota Paguyuban Peternak Lebah Bunga Alam Lestari sebagian besar dikelola sendiri oleh pemilik lebah atau peternak lebah. Peternak umumnya tidak memiliki tenaga kerja tetap dan hanya menggunakan tenaga kerja borongan yang dipekerjakan pada saat musim panen, musim paceklik dan musim pemeliharaan. Jenis lebah yang dibudidayakan adalah Apis mellifera. Jenis lebah ini merupakan jenis lebah unggul yang mempunyai keistimewaan mampu beradaptasi dengan keadaan iklim di Indonesia dan dapat menghasilkan madu lebih banyak serta kualitas madunya lebih baik.

Lebah merupakan jenis serangga yang pakannya tergantung dengan musim bunga, sehingga peternak harus menggembalakan lebahnya ke tempat yang banyak tanaman berbunga. Jika musim paceklik atau keadaan sulit mendapatkan tanaman berbunga, peternak harus memberikan pakan tambahan berupa gula untuk menjaga kelestarian hidup lebah.

commit to user

Anggota Paguyuban Peternak Lebah Bunga Alam Lestari biasanya menjual produk madunya ke pedagang pengumpul dan ada yang dijual ke Pusat Apiari Madu Pramuka. Madu yang dijual bukan madu dalam bentuk kemasan, melainkan madu curah yang dijual kiloan. Paguyuban Peternak Lebah Bunga Alam Lestari saat ini berencana akan mendirikan koperasi, sehingga dapat membantu anggota-anggotanya dalam memasarkan produk madunya. Selain itu, Paguyuban Peternak Lebah Bunga Alam Lestari juga telah mengajukan proposal kepada Dinas Kehutanan Kabupaten Batang

Dokumen terkait