• Tidak ada hasil yang ditemukan

D. Keadaan Usaha Lebah Madu

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5. Pemasaran

Pemasaran produk madu biasanya dijual ke pedagang pengumpul dan Pusat Apiari Madu Pramuka yang juga terletak di Kabupaten Batang. Madu dijual per kilo dalam bentuk curah dan diletakkan dalam wadah drum. Harga madu per kilo berbeda-beda tergantung jenis madunya. Madu kapuk biasanya dijual dengan harga Rp40.000,00-Rp42.000,00 per kilo. Madu karet per kilonya dijual dengan harga Rp30.000,00- Rp35.000,00. Madu rambutan per kilonya dijual dengan harga Rp38.000,00 dan madu kopi dijual dengan harga Rp35.000,00-Rp40.000,00 per kilo. Selain itu, ada beberapa peternak yang menjual madu dalam produk kemasan botol untuk memenuhi kebutuhan konsumen secara langsung. Di samping madu, peternak juga menjual produk lain yaitu royal jelly yang dijual dengan harga Rp700.000,00-Rp750.000,00 per kilo dan bee pollen yang dijual dengan harga Rp70.000,00-Rp72.000,00 per kilo.

6. Analisis Usaha a. Biaya

Biaya yang dimaksud adalah seluruh biaya yang digunakan dalam usaha lebah madu baik biaya yang benar-benar dikeluarkan maupun biaya yang tidak secara langsung dikeluarkan. Biaya tersebut terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap atau biaya variabel. Biaya tetap meliputi biaya penyusutan peralatan dan biaya bunga modal sendiri. Biaya variabel

commit to user

meliputi biaya tenaga kerja, biaya saprodi, biaya transportasi, biaya sewa lahan, biaya pemasaran, biaya pengemasan dan biaya keamanan kas desa. Tabel 8. Rata-rata Biaya Tetap Usaha Lebah Madu Anggota Paguyuban

Peternak Lebah Bunga Alam Lestari Kabupaten Batang

No. Biaya Tetap Rata-Rata Per Tahun Persentase (%)

1. Penyusutan peralatan Rp 5.703.356,15 69,27

2. Bunga modal sendiri Rp 2.529.849,83 30,73

Rp 8.233.205,99 100

Sumber : Diadopsi dan diolah dari lampiran 4

Berdasarkan Tabel 8, dapat diketahui bahwa rata-rata biaya tetap anggota paguyuban peternak lebah bunga alam lestari adalah sebesar Rp8.233.205,99/tahun. Biaya tetap tersebut terdiri dari biaya penyusutan peralatan sebesar Rp 5.703.356,15/tahun dan biaya bunga modal sendiri sebesar Rp 2.529.849,83/tahun. Biaya tetap terbesar yang dikeluarkan dalam usaha lebah madu adalah biaya penyusutan peralatan yaitu sebesar 69,27%. Peralatan usaha lebah madu seperti penyangga stup rata-rata mempunyai umur ekonomis 8 tahun, kotak lebah rata-rata mempunyai umur ekonomis 6 tahun, sarang pondasi rata-rata mempunyai umur ekonomis 6 tahun, sikat lebah rata-rata mempunyai umur ekonomis 5 tahun, masker rata mempunyai umur ekonomis 5 tahun dan drum rata-rata mempunyai umur ekonomis 5 tahun. Sedangkan peralatan yang mempunyai umur ekonomis lebih lama seperti ekstraktor rata-rata mempunyai umur ekonomis 16 tahun, pengungkit rata-rata mempunyai umur ekonomis 16 tahun, penyekat rata-rata mempunyai umur ekonomis 15 tahun dan pollen trap rata-rata mempunyai umur ekonomis 14 tahun. Untuk perhitungan biaya bunga modal sendiri menggunakan suku bunga riil 6,5% per tahun. Penggunaan nilai suku bunga riil adalah data dari Bank Indonesia bulan Desember tahun 2010, karena peternak mulai menyediakan modal uangnya setelah musim panen yaitu dimulai tiap bulan Desember.

commit to user

Tabel 9. Rata-rata Biaya Variabel Usaha Lebah Madu Anggota Paguyuban Peternak Lebah Bunga Alam Lestari Kabupaten Batang

No. Biaya Variabel Rata-Rata Per Tahun Persentase (%)

1. Biaya tenaga kerja Rp 20.054.666,67 32,37

2. Biaya saprodi Rp 22.673.133,33 36,59

Bahan pakan (gula) Rp 22.520.833,33

Obat-obatan Rp 152.300,00

3. Biaya transportasi Rp 7.953.333,33 12,84

4. Biaya sewa lahan Rp 2.933.333,33 4,73

5. Biaya pemasaran Rp 5.915.833,33 9,55

Pengemasan Rp 712.500,00

Bahan bakar Rp 5.203.333,33

6. Biaya keamanan dan kas desa

Rp 2.433.333,33 3,92

Rp 61.963.633,33 100

Sumber : Diadopsi dan diolah dari lampiran 7

Berdasarkan Tabel 9, rata-rata biaya variabel usaha lebah madu adalah sebesar Rp 61.963.633,33/tahun. Biaya tersebut terdiri dari biaya tenaga kerja sebesar Rp 20.054.666,67/tahun, biaya saprodi sebesar Rp22.673.133,33/tahun meliputi biaya pakan sebesar Rp 22.520.833,33 dan biaya obat-obatan sebesar Rp 152.300,00, biaya transportasi sebesar Rp 7.953.333,33/tahun, biaya sewa lahan sebesar Rp 2.933.333,33/tahun, biaya pemasaran sebesar Rp 5.915.833,33 meliputi biaya bahan bakar sebesar Rp 5.203.333,33/tahun dan biaya pengemasan sebesar Rp 712.500,00./tahun serta biaya keamanan kas desa sebesar Rp 2.433.333,33/tahun. Biaya variabel terbesar yang dikeluarkan dalam usaha lebah madu adalah biaya saprodi yaitu sebesar 36,59%. Biaya saprodi tersebut terdiri dari biaya pakan dan obat-obatan. Dalam usaha lebah madu, pakan selama masa paceklik untuk lebah harus benar-benar mencukupi agar dapat menjaga kelangsungan hidup lebah.

commit to user

Tabel 10. Rata-rata Biaya Total Usaha Lebah Madu Anggota Paguyuban Peternak Lebah Bunga Alam Lestari Kabupaten Batang

No. Jenis Biaya Rata-Rata Per Tahun Persentase (%)

1. Biaya tetap Rp 8.233.205,99 11,73

2. Biaya variabel Rp 61.963.633,33 88,27

Rp 70.196.839,32 100

Sumber : Diadopsi dan diolah dari lampiran 9

Berdasarkan Tabel 10, rata-rata biaya total usaha lebah madu adalah sebesar Rp 70.196.839,32/tahun. Biaya tersebut terdiri dari biaya tetap sebesar Rp 8.233.205,99/tahun dan biaya variabel sebesar Rp61.963.633,33/tahun. Biaya total terbesar yang dikeluarkan dalam usaha lebah madu adalah biaya variabel yaitu sebesar 88,27%, sedangkan biaya tetapnya hanya 11,73%.

b. Penerimaan

Penerimaan yang dimaksud adalah seluruh penerimaan yang diterima dalam usaha lebah madu. Penerimaan dalam usaha lebah madu diperoleh dari jumlah produk madu yang terjual dikalikan dengan harga dari produk madu tersebut.

Tabel 11. Rata-rata Penerimaan Usaha Lebah Madu Anggota Paguyuban Peternak Lebah Bunga Alam Lestari Kabupaten Batang

No. Jenis Penerimaan Rata-Rata Per Tahun Persentase (%)

1. Madu kapuk Rp 34.953.333,33 31,49 2. Madu rambutan Rp 31.005.000,00 27,93 3. Madu karet Rp 26.065.000,00 23,48 4. Madu kopi Rp 12.851.666,67 11,58 5. Royal jelly Rp 3.048.166,67 2,75 6. Bee pollen Rp 3.071.666,67 2,77 Rp 110.994.833,33 100

Sumber : Diadopsi dan diolah dari lampiran 8

Berdasarkan Tabel 11, rata-rata penerimaan dalam usaha lebah madu adalah sebesar Rp 110.994.833,33/tahun. Penerimaan tersebut diperoleh dari penjualan madu kapuk sebesar Rp 34.953.333,33/tahun, madu rambutan sebesar Rp 31.005.000,00/tahun, madu karet sebesar Rp26.065.000,00/tahun, madu kopi sebesar Rp 12.851.666,67/tahun, royal

commit to user

jelly sebesar Rp 3.048.166,67/tahun dan bee pollen sebesar

Rp3.071.666,67/tahun. Penerimaan terbesar diperoleh dari penjualan madu kapuk sebesar 31,49% dan penerimaan terkecil dari penjualan royal jelly sebesar 2,75%. Walaupun harga royal jelly mahal yakni per kilonya mencapai Rp 750.000,00, namun peternak jarang yang secara sengaja memproduksi royal jelly karena untuk memproduksi royal jelly membutuhkan proses yang sulit dan waktnya lama.

c. Keuntungan

Keuntungan usaha lebah madu diperoleh dari penerimaan usaha lebah madu dikurangi biaya total yang dikeluarkan dalam usaha lebah madu. Profitabilitas usaha lebah madu diperoleh dari persentase perbandingan antara keuntungan dengan biaya total usaha lebah madu. Tabel 12. Rata-rata Keuntungan Usaha Lebah Madu Anggota Paguyuban

Peternak Lebah Bunga Alam Lestari Kabupaten Batang

No. Uraian Rata-Rata Per Tahun

1. Biaya total Rp 70.196.839,32

2. Penerimaan Rp 110.994.833,33

3. Keuntungan Rp 40.797.994,01

4. Profitabilitas 58,12%

Sumber : Diadopsi dan diolah dari lampiran 10

Berdasarkan Tabel 12, dapat diketahui bahwa rata-rata keuntungan

yang diperoleh dari usaha lebah madu adalah sebesar

Rp40.797.994,01/tahun. Rata-rata tingkat keuntungan atau profitabilitas yang diperoleh dari usaha lebah madu adalah sebesar 58,12% sehingga usaha lebah madu dikatakan menguntungkan dan profitabel.

d. Efisiensi Usaha

Efisiensi usaha lebah madu diperoleh dari perbandingan antara penerimaan usaha lebah madu dengan biaya total yang dikeluarkan dalam usaha lebah madu.

commit to user

Tabel 13. Rata-rata Efisiensi Usaha Lebah Madu Anggota Paguyuban Peternak Lebah Bunga Alam Lestari Kabupaten Batang

No. Uraian Rata-Rata Per Tahun

1. Biaya total Rp 70.196.839,32

2. Penerimaan Rp 110.994.833,33

3. R/C rasio 1,58

Sumber : Diadopsi dan diolah dari lampiran 10

Berdasarkan Tabel 13, dapat diketahui bahwa nilai R/C rasio sebesar 1,58 yang berarti bahwa setiap Rp 1,00 yang dikeluarkan dalam usaha lebah madu akan didapatkan penerimaan 1,58 kali dari biaya yang telah dikeluarkan dalam usaha lebah madu.

e. Kontribusi Pendapatan

Kontribusi pendapatan diperoleh dari persentase perbandingan antara pendapatan usaha lebah madu dengan pendapatan total rumah tangga. Besarnya pendapatan dihitung dari total penerimaan usaha lebah madu dikurangi biaya mengusahakan usaha lebah madu. Biaya yang digunakan untuk menghitung pendapatan adalah biaya total dikurangi biaya bunga modal sendiri.

Tabel 14. Rata-rata Kontribusi Pendapatan Usaha Lebah Madu Anggota Paguyuban Peternak Lebah Bunga Alam Lestari Kabupaten Batang

No. Uraian Rata-Rata Per Tahun

1. Biaya mengusahakan Rp 67.666.989,49

2. Penerimaan Rp 110.994.833,33

3. Pendapatan usaha lebah madu Rp 43.327.843,85

4. Pendapatan total rumah tangga Rp 68.727.843,85

5. Kontribusi pendapatan 63,04%

Sumber : Diadopsi dan diolah dari lampiran 11

Berdasarkan Tabel 14, dapat diketahui bahwa kontribusi pendapatan usaha lebah madu sebesar 63,04% yang berarti bahwa usaha lebah madu memberikan kontribusi pendapatan sebesar 63,04% terhadap pendapatan total rumah tangga.

commit to user

B. Pembahasan

1. Analisis Usaha Lebah Madu

Analisis usaha lebah madu pada dasarnya menggunakan konsep komersial, sehingga dalam hal ini semua biaya dalam usaha lebah madu diperhitungkan baik biaya yang benar-benar dikeluarkan maupun biaya yang tidak sebenarnya dikeluarkan. Usaha lebah madu merupakan usaha yang dilakukan selama satu tahun dimana selama satu tahun dibedakan menjadi dua masa yaitu masa paceklik atau masa pemeliharaan pada bulan desember-mei dan masa panen pada bulan juni-november. Dalam hal ini penelitian dilakukan terhadap usaha lebah madu pada tahun 2011.

Biaya yang dikeluarkan dalam usaha lebah madu adalah biaya tetap dan biaya tidak tetap atau biaya variabel. Biaya tetap meliputi biaya penyusutan peralatan dan biaya bunga modal sendiri. Kedua biaya tetap tersebut sebenarnya tidak benar-benar dikeluarkan, namun karena usaha lebah madu menggunakan konsep keuntungan sehingga biaya tersebut harus diperhitungkan. Biaya penyusutan peralatan dihitung dengan metode garis lurus yaitu harga beli alat dikurangi dengan nilai sisa dari alat tersebut kemudian dibagi umur ekonomis alat tersebut. Rata-rata besarnya biaya penyusutan adalah Rp 5.703.356,15/tahun. Untuk biaya bunga modal sendiri dihitung dengan mengalikan modal untuk pembelian peralatan dengan suku bunga riil. Rata-rata besarnya biaya bunga modal sendiri adalah Rp 2.529.849,83/tahun. Rata-rata biaya tetap dalam usaha lebah madu sebesar Rp 8.233.205,99/tahun.

Biaya variabel meliputi biaya tenaga kerja, biaya saprodi, biaya transportasi, biaya sewa lahan, biaya pemasaran dan biaya keamanan kas desa. Besarnya biaya variabel yang dikeluarkan oleh masing-masing peternak berbeda-beda untuk melakukan usaha lebah madu. Hal tersebut terjadi karena jumlah stup dan koloni lebah yang dimiliki oleh masing-masing peternak berbeda-beda sehingga sangat mempengaruhi dalam proses pemeliharaan baik untuk biaya saprodi maupun biaya tenaga kerja. Biaya saprodi merupakan biaya variabel terbesar yang dikeluarkan dalam

commit to user

usaha lebah madu yaitu sebesar Rp22.673.133,33/tahun yang digunakan untuk membeli pakan tambahan sebesar Rp 22.520.833,33 dan biaya obat-obatan sebesar Rp 152.300,00. Biaya terbesar kedua adalah biaya tenaga kerja yaitu sebesar Rp 20.054.666,67/tahun dimana tenaga kerja dibedakan menjadi empat yaitu dalam proses pemeliharaan, pemindahan, panen dan pengemasan. Biaya transportasi sebesar Rp 7.953.333,33/tahun digunakan untuk melakukan pindahan atau angon lebah agar lebah dapat tetap memperoleh pakan alami sehingga produksi madu tidak berkurang. Biaya sewa lahan sebesar Rp 2.933.333,33/tahun digunakan untuk menyewa lahan atau lokasi angon lebah. Biaya pemasaran terdiri dari biaya yang dikeluarkan dalam memasarkan madu yaitu biaya bahan bakar untuk menjual madu kepada pedagang pengumpul sebesar Rp5.203.333,33/tahun dan biaya pengemasan sebesar Rp 712.500,00/tahun serta biaya keamanan dan kas desa sebesar Rp 2.433.333,33/tahun. Rata-rata besarnya biaya variabel yang dikeluarkan dalam usaha lebah madu sebesar Rp 61.963.633,33/tahun, sehingga rata-rata biaya total yang dikeluarkan dalam usaha lebah madu adalah sebesar Rp 70.196.839,32/tahun.

Penerimaan dalam usaha lebah madu tidak hanya madu, tetapi ada produk lain yaitu royal jelly dan bee pollen. Namun, untuk royal jelly dan bee pollen tidak menghasilkan penerimaan yang cukup besar karena untuk memproduksi keduanya membutuhkan proses yang sulit dan waktu yang lama. Biaya yang dikeluarkan dalam memproduksi royal jelly dan bee pollen sudah termasuk dalam biaya usaha lebah madu, karena dalam budidaya lebah madu selain menghasilkan madu juga menghasilkan produk lain yaitu royal jelly dan bee pollen. Jenis madu yang dihasilkan juga ada beberapa jenis seperti madu kapuk, madu rambutan, madu karet dan madu kopi. Penerimaan yang diperoleh dari usaha lebah madu berbeda-beda antara peternak yang satu dengan yang lainnya. Hal tersebut terjadi karena adanya perbedaan antara jumlah stup yang dimiliki oleh masing-masing peternak. Selain itu kualitas produk madu yang dihasilkan juga berbeda-beda sehingga dapat mempengaruhi harga dari produk madu

commit to user

tersebut. Rata-rata penerimaan yang diperoleh dari usaha lebah madu adalah Rp 110.994.833,33/tahun.

Analisis usaha lebah madu menggunakan konsep keuntungan, sehingga biaya bunga modal sendiri, biaya penyusutan dan biaya tenaga kerja dalam yang merupakan biaya yang tidak benar-benar dikeluarkan juga diperhitungkan. Keuntungan merupakan selisih antara penerimaan total usaha lebah madu dengan biaya total usaha lebah madu. Dari hasil analisis bahwa usaha lebah madu memberikan rata-rata keuntungan sebesar Rp 40.797.994,01/tahun dan rata-rata profitabilitas yang diperoleh dari usaha lebah madu adalah sebesar 58,12%. Tingkat profitabilitas usaha lebah madu lebih dari 0, sehingga berdasarkan kriteria usaha lebah madu menguntungkan dan profitabel. Hasil analisis tersebut sesuai dengan hipotesis yang diambil bahwa usaha lebah madu anggota Paguyuban Peternak Lebah Bunga Alam Lestari Kabupaten Batang menguntungkan dan profitabel.

Efisiensi usaha atau R/C rasio merupakan perbandingan antara penerimaan usaha lebah madu dengan biaya total yang dikeluarkan dalam usaha lebah madu. Dari hasil analisis nilai R/C rasio sebesar 1,58 yang berarti bahwa setiap Rp 1,00 yang dikeluarkan dalam usaha lebah madu akan didapatkan penerimaan 1,58 kali dari biaya yang telah dikeluarkan dalam usaha lebah madu. Nilai R/C rasio usaha lebah madu lebih dari 1 sehingga berdasarkan kriteria usaha lebah madu sudah efisien. Hasil analisis tersebut sesuai dengan hipotesis yang diambil bahwa usaha lebah madu anggota Paguyuban Peternak Lebah Bunga Alam Lestari Kabupaten Batang sudah efisien.

Kontribusi pendapatan merupakan prosentase dari perbandingan antara pendapatan usaha lebah madu dengan pendapatan total rumah tangga. Besarnya pendapatan dihitung dari total penerimaan usaha lebah madu dikurangi biaya mengusahakan usaha lebah madu. Biaya yang digunakan untuk menghitung pendapatan adalah biaya total dikurangi biaya bunga modal sendiri. Dari hasil analisis kontribusi pendapatan usaha

lebah madu sebesar 63,04%. Hasil analisis tersebut sesuai dengan hipotesis yang diambil bahwa usaha lebah madu anggota Paguyuban Peternak Lebah Bunga Alam Lestari Kabupaten Batang memberikan kontribusi pendapatan terhadap pendapatan rumah tangga anggota Paguyuban Peternak Lebah Bunga Alam Lestari Kabupaten Batang.

2. Permasalahan Dalam Usaha Lebah Madu

Ada beberapa permasalahan yang sering dihadapi oleh peternakdalam melakukan usaha lebah mdu, diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Faktor alam atau keadaan cuaca yang tidak menentu akan sangat mempengaruhi produksi madu.

b. Semakin sempitnya lahan yang digunakan untuk angon atau

menggembalakan lebah dan banyak pohon penghasil pakan lebah yang ditebang dan tidak ditanami lagi terutama tanaman randu, sehingga peternak harus sering melakukan pindahan agar lebah dapat memperoleh pakan alami dari tanaman berbunga. Hal tersebut akan menambah biaya usaha lebah madu karena biaya transportasinya juga bertambah.

c. Belum adanya sentra penjualan madu dari paguyuban kepada

pedagang pengumpul, sehingga ketika panen raya peternak kesulitan untuk memasarkan produk madunya.

d. Semakin banyaknya madu palsu yang dijual di toko-toko, dengan harga yang sangat murah sehingga sangat mengganggu kualitas madu yang asli.

e. Belum adanya media informasi kepada masyarakat tentang manfaat budidaya lebah madu, sehingga ada lokasi yang terdapat banyak bunga tidak boleh ditempati untuk angon lebah, padahal lebah tidak merusak bunga-bunga justru membantu penyerbukan bunga.

commit to user

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai analisis usaha lebah madu anggota Paguyuban Peternak Lebah Bunga Alam Lestari Kabupaten Batang dari segi keuntungan, profitabilitas, efisiensi usaha, dan kontribusi pendapatan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Rata-rata biaya yang dikeluarkan dalam usaha lebah madu adalah sebesar Rp 70.196.839,32/tahun dan rata-rata penerimaan dari usaha budidaya lebah madu adalah sebesar Rp 110.994.833,33/tahun. Usaha lebah madu memberikan rata-rata keuntungan sebesar Rp 40.797.994,01/tahun dan rata-rata profitabilitas yang diperoleh dari usaha lebah madu adalah sebesar 58,12%.

2. Nilai R/C rasio usaha lebah madu sebesar 1,58 yang berarti setiap Rp1,00 yang dikeluarkan dalam usaha lebah madu akan didapatkan penerimaan 1,58 kali dari biaya yang telah dikeluarkan dalam usaha lebah madu sehingga dikatakan usaha lebah madu sudah efisien.

3. Kontribusi pendapatan usaha lebah madu sebesar 63,04% yang diperoleh dari perbandingan antara rata-rata pendapatan usaha lebah madu sebesar Rp 43.327.843,85/tahun dengan rata-rata pendapatan total rumah tangga sebesar Rp68.727.843,85/tahun.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan demi kemajuan usaha lebah madu anggota Paguyuban Peternak Lebah Bunga Alam Lestari Kabupaten Batang diantaranya sebagai berikut :

1. Bagi peternak lebah madu sebaiknya :

a. berusaha mencari lokasi terdekat yang dapat dijadikan ternak lebah sehingga dapat meminimalkan biaya.

b. peternak lebah madu dapat menambah jumlah stup untuk meningkatkan

bertambah dan biaya tenaga kerja yang dikeluarkan akan berkurang sehingga keuntungan juga akan bertambah. Misalnya peternak yang melakukan pemeliharaan lebahnya dengan tenaga kerja luar dan mempunyai 50 stup dengan jumlah tenaga kerja 2 orang, biaya yang dikeluarkan akan lebih besar dibandingkan dengan peternak yang melakukan pemeliharaan lebahnya dengan tenaga kerja luar dan mempunyai 80 stup dengan jumlah tenaga kerja 2 orang.

2. Bagi Paguyuban Peternak Lebah Bunga Alam Lestari sebaiknya :

a. segera mewujudkan perencanaan untuk mendirikan koperasi agar dapat membantu anggotanya dalam memasarkan produk madunya.

b. paguyuban juga dapat membantu peternak dalam membuat strategi pemasaran agar konsumen tertarik dengan produk madunya misalnya melakukan penjualan melalui media internet maupun membuat brosur tentang pentingnya mengkonsumsi madu untuk kesehatan, sehingga ketika panen raya peternak tidak kesulitan untuk memasarkan produk madunya.

3. Bagi pemerintah sebaiknya :

a. dapat melakukan penyuluhan terhadap masyarakat bahwa lebah tidak merusak tanaman justru akan membantu proses penyerbukan pada tanaman, sehingga peternak tidak kesulitan dalam mencari lokasi untuk ternak lebah.

b. diharapkan adanya peran pemerintah dalam hal pengawasan secara ketat untuk penjualan madu palsu di toko-toko, sehingga kualitas madu asli dapat tetap terjaga.

Dokumen terkait