• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS USAHA LEBAH MADU ANGGOTA PAGUYUBAN PETERNAK LEBAH BUNGA ALAM LESTARI KABUPATEN BATANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS USAHA LEBAH MADU ANGGOTA PAGUYUBAN PETERNAK LEBAH BUNGA ALAM LESTARI KABUPATEN BATANG"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

ANALISIS USAHA LEBAH MADU ANGGOTA PAGUYUBAN

PETERNAK LEBAH BUNGA ALAM LESTARI

KABUPATEN BATANG

SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

Program Studi Agribisnis

Oleh :

RISKY KUSUMANINGRUM

H 0808195

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

ANALISIS USAHA LEBAH MADU ANGGOTA PAGUYUBAN

PETERNAK LEBAH BUNGA ALAM LESTARI

KABUPATEN BATANG

yang dipersiapkan dan disusun oleh:

Risky Kusumaningrum

H0808195

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

pada tanggal:

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Ketua Anggota I Anggota II

Dr. Ir. Minar Ferichani, MP R. Kunto Adi, SP, MP Bekti Wahyu Utami, SP, M.Si NIP. 19670331 199303 2 001 NIP. 19731017 200312 1 002 NIP. 19780715 200112 2 001

Surakarta,

Mengetahui

Universitas Sebelas Maret

Fakultas Pertanian

Dekan

(3)

commit to user

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayahNya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “Analisis Usaha Lebah Madu Anggota Paguyuban Peternak

Lebah Bunga Alam Lestari Kabupaten Batang”, sebagai salah satu syarat dalam

memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa selama penulisan skripsi ini tidak terlepas dari

bantuan banyak pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS, selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Dr. Ir. Mohd. Harisudin, M.Si, selaku Ketua Program Studi Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ibu Nuning Setyowati, SP, M.Sc, selaku Komisi Sarjana Program Studi

Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Ibu Dr. Ir. Minar Ferichani, MP, selaku Pembimbing Akademik sekaligus

Pembimbing Utama skripsi yang telah memberi bimbingan dan arahan

kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak R. Kunto Adi, SP, MP, selaku Pembimbing Pendamping dalam skripsi

ini, terimaksih atas diskusi, bimbingan serta arahan kepada penulis.

6. Ibu Bekti Wahyu Utami, SP, M.Si, selaku Penguji Tamu dalam skripsi ini,

terimakasih atas diskusi, bimbingan serta arahan kepada penulis.

7. Seluruh Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta atas

bimbingan yang telah diberikan kepada penulis selama kegiatan studi di

Fakultas Pertanian Universitas Surakarta.

8. Seluruh karyawan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

yang telah membantu administrasi penulis yang berkenaan dengan studi dan

(4)

commit to user

iv

9. BAPPEDA Kabupaten Batang, yang telah memberikan ijin penelitian kepada

penulis.

10. Dinas Kehutanan dan BPS Kabupaten Batang, atas bantuan kepada penulis

selama penelitian.

11. Seluruh Anggota Paguyuban Lebah Bunga Alam Lestari Kabupaten Batang

yang telah bersedia menjadi responden dan memberikan bantuan kepada

penulis selama penelitian.

12. Orang tua penulis, yang selalu mendukung dan membantu penulis dalam

segala sesuatu serta selalu memberikan bimbingan dan semangat kepada

penulis.

13. Seseorang yang selalu mendukung dan memberi semangat kepada penulis.

14. Kakak dan Adik-Adik penulis yang selalu memberi semangat kepada penulis.

15. Teman-teman kos Wisma Riski yang selalu membantu penulis dan

memberikan semangat dalam menyusun skripsi ini. Terimakasih atas

kebersamaan yang terjalin selama ini baik di Wisma Riski maupun di

Kampus kita tercinta.

16. Seluruh teman-teman Agribisnis 2008 yang telah bersama-sama berjuang

dalam kegiatan studi di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

17. Semua pihak yang telah membantu kelancaran pelaksanaan penyusunan

skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi

penyempurnaan skripsi ini. Namun penulis berharap semoga sumbangan

pemikiran ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Amiin.

Surakarta, Juli 2012

(5)

commit to user

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah ... 19

D. Hipotesis... 22

E. Asumsi-Asumsi ... 22

F. Pembatasan Masalah ... 22

G. Definisi Operasional Dan Konsep Pengukuran Variabel ... 22

(6)

commit to user

vi

III.METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian ... 24

B. Metode Penentuan Responden ... 24

1. Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 24

2. Metode Pengambilan Responden ... 24

C. Jenis dan Sumber Data ... 25

6. Kontribusi Pendapatan ... 29

IV.KONDISI UMUM KABUPATEN BATANG A. Keadaan Geografis ... 30

1. Letak dan Wilayah Administratif ... 30

2. Topografi ... 31

3. Keadaan Iklim dan Curah Hujan ... 32

B. Keadaan Penduduk ... 33

1. Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 33

2. Penduduk Menurut Umur ... 34

3. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 35

4. Penduduk Menurut Mata Pencaharian... 36

C. Keadaan Perekonomian ... 36

D. Keadaan Usaha Lebah Madu ... 37

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 40

1. Identitas Responden ... 40

2. Bahan Pakan Lebah Madu... 41

3. Peralatan Usaha Lebah Madu ... 42

4. Proses Budidaya Lebah Madu ... 43

(7)

commit to user

vii

B. Pembahasan ... 51 1. Analisis Usaha Lebah Madu ... 51 2. Permasalahan Dalam Usaha Lebah Madu ... 54

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 55 B. Saran... 55

(8)

commit to user

viii

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

Tabel 1 Data jumlah stup, produksi, rata-rata produksi per jumlah stup, jumlah peternak dan rata-rata produksi per peternak madu Paguyuban Peternak Lebah Bunga Alam Lestari

Tahun 2006-2010... 3 Tabel 2 Inti kajian penelitian terdahulu... 8

Tabel 3 Keadaan penduduk Kabupaten Batang menurut jenis

kelamin tahun 2010... 33

Tabel 4 Keadaan penduduk Kabupaten Batang menurut

kelompok umur tahun 2010... 34

Tabel 5 Keadaan penduduk Kabupaten Batang menurut tingkat

pendidikan tahun 2010... 35

Tabel 6 Keadaan penduduk Kabupaten Batang menurut mata

pencaharian tahun 2010... 36

Tabel 7 Karakteristik responden anggota Paguyuban Peternak

Lebah Bunga Alam Lestari Kabupaten Batang... 40

Tabel 8 Rata-rata biaya tetap anggota Paguyuban Peternak Lebah

Bunga Alam Lestari Kabupaten Batang... 46 Tabel 9 Rata-rata biaya variabel anggota Paguyuban Peternak

Lebah Bunga Alam Lestari Kabupaten Batang... 47 Tabel 10 Rata-rata biaya total usaha lebah madu anggota

Paguyuban Peternak Lebah Bunga Alam Lestari

Kabupaten Batang... 48 Tabel 11 Rata-rata penerimaan usaha lebah madu anggota

Paguyuban Peternak Lebah Bunga Alam Lestari

Kabupaten Batang... 48 Tabel 12 Rata-rata keuntungan usaha lebah madu anggota

Paguyuban Peternak Lebah Bunga Alam Lestari

Kabupaten Batang... 49 Tabel 13 Rata-rata efisiensi usaha lebah madu anggota Paguyuban

Peternak Lebah Bunga Alam Lestari Kabupaten Batang... 50

Tabel 14 Rata-rata kontribusi pendapatan usaha lebah madu anggota Paguyuban Peternak Lebah Bunga Alam Lestari

(9)

commit to user

ix

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

Gambar 1 Bagan kerangka berfikir pendekatan masalah Analisis Usaha Lebah Madu Anggota Paguyuban Lebah Bunga

(10)

commit to user

x

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

Lampiran 1 Identitas responden usaha lebah madu... 59

Lampiran 2 Biaya investasi peralatan usaha lebah madu... 61

Lampiran 3 Biaya penyusutan peralatan usaha lebah madu... 65

Lampiran 4 Biaya tetap usaha lebah madu... 73

Lampiran 5 Biaya tenaga kerja usaha lebah madu... 75

Lampiran 6 Biaya saprodi usaha lebah madu... 79

Lampiran 7 Biaya variabel usaha lebah madu... 81

Lampiran 8 Biaya total usaha lebah madu... 83

Lampiran 9 Penerimaan usaha lebah madu... 85

Lampiran 10 Keuntungan, profitabilitas dan efisiensi usaha lebah madu... 89 Lampiran 11 Kontribusi pendapatan usaha lebah madu... 91

Lampiran 12 Kuisioner penelitian... 97

(11)

commit to user

xi

RINGKASAN

Risky Kusumaningrum. H0808195. 2012. “Analisis Usaha Lebah Madu Anggota Paguyuban Peternak Lebah Bunga Alam Lestari Kabupaten Batang”. Skripsi dengan pembimbing Dr. Ir. Minar Ferichani, MP dan R. Kunto Adi, SP, MP. Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Kabupaten Batang merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang mempunyai potensi besar untuk usaha lebah madu karena terdapat potensi tanaman randu dan karet sebagai penyediaan pakan lebah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keuntungan dan profitabilitas usaha, efisiensi usaha dan kontribusi pendapatan usaha lebah madu anggota paguyuban peternak lebah bunga alam lestari terhadap pendapatan rumah tangga anggota paguyuban peternak lebah bunga alam lestari Kabupaten Batang .

Metode dasar penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu Kabupaten Batang. Pemilihan sampel peternak lebah madu dilakukan secara simple random sampling, yaitu peternak lebah madu yang telah menjadi anggota Paguyuban Peternak Lebah Bunga Alam Lestari Kabupaten Batang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata biaya yang dikeluarkan dalam usaha lebah madu adalah sebesar Rp 70.196.839,32/tahun dan rata-rata

penerimaan dari usaha budidaya lebah madu adalah sebesar

(12)

commit to user

xii

SUMMARY

Risky Kusumaningrum. H0808195. 2012. “Analysis Of The Honey Bee Business of Beekeepers Association Members Bunga Alam Lestari Batang Regency”. Thesis with the supervisor Dr. Ir. Minar Ferichani, MP dan R. Kunto Adi, SP, MP. Faculty of Agriculture, Sebelas Maret University Surakarta.

Batang is one of regency in Central Java which has great potential for the business of honey bees as there are potential crops as cotton and rubber supply of feed bees. The purpose of this study was to determine the benefits and profitability, the business efficiency and the contribution of honey bees revenues beekeepers association members bunga alam lestari with household income to beekeepers association members bunga alam lestari Batang Regency.

The basic method of this research is analytical descriptive method. Site selection studies done on purpose (purposive), namely Batang Regency. The selection of samples of honey beekeepers performed simple random sampling, the honey bee breeder who has been beekeepers association members bunga alam lestari Batang Regency.

(13)

commit to user

xiii

ANALISIS USAHA LEBAH MADU ANGGOTA PAGUYUBAN

PETERNAK LEBAH BUNGA ALAM LESTARI

KABUPATEN BATANG

SKRIPSI

Oleh :

RISKY KUSUMANINGRUM

H 0808195

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(14)

commit to user

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Madu merupakan bahan makanan yang istimewa karena rasa, nilai

gizi dan khasiatnya yang tinggi. Madu juga mempunyai peranan yang penting

bukan hanya sebagai bahan makanan dan pemanis, tetapi juga sebagai

penangkal berbagai penyakit. Secara tradisional, madu telah lama digunakan

untuk tujuan medis dan terapis, serta perawatan kecantikan dan keperluan

industri (Syarif, 2005).

Usaha pengembangan lebah madu merupakan salah satu usaha

potensial untuk dikembangkan sebab Indonesia memiliki areal hutan yang

cukup luas. Apabila hutan tersebut dimanfaatkan untuk pemeliharaan lebah

madu secara intensif maka Indonesia dapat menjadi salah satu negara

pemasok madu cukup besar. Selain areal hutan yang luas, Indonesia juga

memiliki kondisi iklim tropis dan beraneka ragam jenis tumbuhan sebagai

sumber pakan lebah, sehingga terdapat berbagai jenis lebah asli Indonesia.

Pemeliharaan lebah madu juga tidak hanya menguntungkan secara ekonomis,

tetapi juga mampu menciptakan lapangan kerja, sekaligus menunjang

produktivitas perkebunan dan hortikultura.

Perlebahan merupakan suatu bentuk pengusahaan hasil hutan yang

dikembangkan di Indonesia sejak tahun 1918-1930 oleh seorang kebangsaan

Belanda. Kegiatan ini menghasilkan produk berupa madu, royal jelly, bee

propolis dan bee pollen. Riset ilmiah terbaru membuktikan bahwa madu

potensial sebagai antioksidan, antimikroba, anti jamur, perawatan kulit,

pengawet makanan, dan sebagai obat luka. Pengusahaan madu juga dapat

menghasilkan manfaat tidak langsung berupa meningkatnya penyerbukan

tanaman (Sarwono, 2005).

Produksi madu Indonesia hingga dewasa ini masih belum tercatat

dalam statistik. Luas hutan ± 120 juta hektar yang penuh dengan beraneka

(15)

commit to user

dalam pengembangan apiari untuk menjadi pengekspor madu di dunia. Madu

di Indonesia saat ini dihasilkan dari Sumba, Sumbawa, Kalimantan Timur,

Riau, Lampung, dan Jawa (Sumoprastowo, 1980).

Kabupaten Batang merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah

yang mempunyai potensi besar untuk usaha lebah madu karena keadaan

alamnya sangat mendukung terhadap keberhasilan budidaya lebah madu dan

terdapat potensi tanaman randu dan karet sebagai penyediaan pakan lebah.

Peternakan lebah di Kabupaten Batang dikelola oleh unit usaha Apiari

Pramuka merupakan pusat perlebahan yang didirikan oleh Gerakan Pramuka

dan bertujuan untuk menjadi pusat promosi di bidang perlebahan. Peternakan

lebah lainnya yang lebih kecil diusahakan oleh Puspa Alas Roban dan Queen

Bee. Industri pengolahan madu dapat dijumpai di Kecamatan Gringsing.

Madu ternak ini selain untuk konsumsi lokal, juga dipasarkan untuk konsumsi

luar daerah seperti Jakarta, Semarang dan Pekalongan. Usaha budidaya lebah

madu juga dapat meningkatkan pembangunan di Kabupaten Batang, baik dari

segi ekonomi yakni mampu meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat

maupun dari segi sosial yakni dapat mengurangi jumlah pengangguran di

Kabupaten Batang (Anonim, 2010).

Salah satu paguyuban peternak lebah madu yang ada di Kabupaten

Batang adalah Paguyuban Peternak Lebah Bunga Alam Lestari yang terdapat

di Kecamatan Gringsing. Jenis lebah yang dibudidayakan adalah lebah

unggul (Apis mellifera). Lebah tersebut dikatakan lebah unggul karena

produksi madu dan daya adaptasinya yang tinggi. Lebah unggul (Apis

mellifera) dapat dibudidayakan dengan peralatan yang standar untuk

memperoleh hasilnya lebih optimal. Berikut data produksi madu di

(16)

commit to user

Tabel 1. Data Jumlah Stup, Produksi, Rata-Rata Produksi Per Jumlah Stup, Jumlah Peternak Dan Rata-Rata Produksi Per Peternak Madu Paguyuban Peternak Lebah Bunga Alam Lestari Tahun 2006-2010

Tahun Jumlah

Sumber : Paguyuban Peternak Lebah Bunga Alam Lestari

Tabel 1 menunjukkan bahwa dari tahun 2006 sampai tahun 2010

produksi madu terus mengalami peningkatan. Lain halnya dengan jumlah

stup yang dimiliki oleh peternak, dari tahun 2006 sampai tahun 2010

mengalami pertambahan yang semakin menurun. Tahun 2006 hingga 2007

jumlah stup bertambah sebesar 20 buah, sedangkan tahun 2007 hingga 2008

jumlah stup hanya bertambah sebesar 10 buah. Hal tersebut juga terjadi pada

tahun 2009 jumlah stup bertambah sebesar 9 buah dan tahun 2010

pertambahan jumlah stup hanya sebesar 8 buah. Penurunan jumlah stup

disebabkan oleh ditebangnya pohon kapuk randu di PTP (Perseroan Terbatas

Perkebunan) yang mengakibatkan peternak kehilangan tempat

menggembalakan lebah sehingga peternak harus menggembalakan lebahnya

sampai ke Pati, Kudus, Jepara, Pasuruan, Probolinggo dan Banyuwangi.

Penggembalaan lebah sampai ke luar kota tersebut dapat menyebabkan biaya

produksi menjadi semakin tinggi karena selain harus mengeluarkan biaya

untuk transportasi dan tenaga kerja juga harus membayar sewa lokasi

penggembalaan.

B. Perumusan Masalah

Usaha lebah madu merupakan kegiatan agribisnis yang sudah akrab

dengan lingkungan dan hasil dari usaha lebah madu sendiri juga banyak

bermanfaat bagi masyarakat. Manfaat yang dapat diperoleh dari

(17)

mutu gizi masyarakat dari hasil-hasil usaha lebah madu yang berupa madu,

tepungsari, royal jelly, koloni lebah dan ratu lebah. Usaha lebah madu juga

dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dalam partisipasi terhadap upaya

pelestarian alam.

Menurut Departemen Kehutanan (2001) bahwa usaha lebah madu

dewasa ini merupakan komponen dalam pembangunan sektor pertanian dan

kehutanan. Peran lebah madu dalam penyerbukan tanaman memberikan

keuntungan ekologis khususnya bagi kelestarian flora, selain itu produk yang

dihasilkan juga akan memberikan keuntungan ekonomis bagi peternaknya.

Kemajuan kegiatan usaha lebah madu sangat diharapkan dapat mengangkat

harkat usaha lebah madu dan masyarakat pedesaan terutama yang berada di

sekitar hutan sehingga tingkat kesejahteraannya menjadi lebih baik. Kegiatan

usaha lebah madu disamping menyediakan pakan lebah juga dipengaruhi oleh

sumberdaya manusia sehingga dapat meningkatkan pendapatan yang diterima

oleh peternak itu sendiri.

Tujuan setiap pengusaha dalam menjalankan usahanya adalah untuk

memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya dengan cara memaksimalkan

keuntungan dan meminimumkan biaya. Begitu juga dengan peternak lebah

madu, dalam usaha lebah madu sangat diperlukan analisis mengenai

keuntungan, profitabilitas dan efisiensi usaha sehingga diharapkan pengusaha

dapat melihat perkembangan dari usahanya. Tujuan dari adanya analisis

usaha lebah madu adalah untuk melihat layak atau tidaknya usaha lebah madu

untuk dijalankan dalam jangka panjang.

Berdasarkan uraian diatas penelitian ini mengambil judul Analisis

Usaha Lebah Madu Anggota Paguyuban Peternak Lebah Bunga Alam Lestari

Kabupaten Batang, yang diharapkan dapat mengetahui usaha lebah madu

yang dilakukan saat ini dapat memberikan keuntungan atau tidak.

Permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah usaha lebah madu anggota Paguyuban Peternak Lebah Bunga

(18)

commit to user

2. Apakah usaha lebah madu anggota Paguyuban Peternak Lebah Bunga

Alam Lestari Kabupaten Batang sudah efisien?

3. Seberapa besar usaha lebah madu anggota Paguyuban Peternak Lebah

Bunga Alam Lestari Kabupaten Batang memberikan kontribusi

pendapatan terhadap pendapatan rumah tangga anggota Paguyuban

Peternak Lebah Bunga Alam Lestari Kabupaten Batang?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai. Tujuan

dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui keuntungan dan profitabilitas usaha lebah madu

anggota Paguyuban Peternak Lebah Bunga Alam Lestari Kabupaten

Batang.

2. Untuk mengetahui tingkat efisiensi usaha lebah madu anggota Paguyuban

Peternak Lebah Bunga Alam Lestari Kabupaten Batang.

3. Untuk mengetahui kontribusi pendapatan usaha lebah madu anggota

Paguyuban Peternak Lebah Bunga Alam Lestari Kabupaten Batang

terhadap pendapatan rumah tangga anggota Paguyuban Peternak Lebah

Bunga Alam Lestari Kabupaten Batang.

D. Kegunaan Penelitian

Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini, diantaranya adalah

sebagi berikut :

1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan

tentang penelitian yang dilakukan dan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

2. Bagi pemerintah dan instansi terkait, diharapkan dapat menjadi bahan

pertimbangan dalam menentukan kebijakan khususnya pada bidang usaha

(19)

3. Bagi para pengusaha lebah madu, hasil penelitian ini diharapkan dapat

menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan usaha pengembangan dan

peningkatan usaha.

4. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan

kajian dan pertimbangan dalam melakukan penelitian pada permasalahan

(20)

commit to user

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian Mudzaky (2003) dengan judul Usaha Lebah Madu

Dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, menunjukkan bahwa

secara keseluruhan rata-rata keuntungan usahatani lebah madu adalah Rp

21.230.233. Kontribusi usahatani lebah madu terhadap total pendapatan

rumah tangga petani sebesar 85,35%. Hasil analisis regresi memperlihatkan

bahwa variabel independen secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap

variabel dependen pada taraf kepercayaan 99 %. Secara parsial variabel

jumlah kepemilikan koloni dan lama migrasi masing-masing berpengaruh

nyata pada taraf kepercayaan 99 % dan 95 %, variabel pemberian stimulan

dan dummy pengalaman masing-masing berpengaruh nyata pada taraf

kepercayaan 90 %, sedangkan variabel penggunaan obat, tenaga kerja dan

dummy skala usaha tidak berpengaruh nyata. Hasil analisis efisiensi

memperlihatkan bahwa penggunaan input variabel kepemilikan koloni,

pemberian stimulan dan lama migrasi secara teknis masih rasional (stage II).

Secara ekonomis penggunaan input variabel kepemilikan koloni belum

efisien, variabel stimulan sudah efisien dan variabel migrasi belum tercapai

(under utilized faktor produksi).

Penelitian yang dilakukan oleh Mayasari (2008) dengan judul Analisis

Usaha Perlebahan Di Kabupaten Pati, menunjukkan bahwa dari 30 sampel

peternak lebah madu rata-rata telah mengusahakan selama 11,4 tahun, dengan

rata-rata volume usaha sebanyak 116 stup. Biaya total rata-rata usaha

budidaya lebah madu selama tahun 2006 adalah Rp 20.074.867,30/tahun.

Penerimaan rata-rata peternak lebah madu sebesar Rp 28.785.333,00/tahun

sehingga keuntungan rata-rata yang diperoleh adalah Rp 8.710.466,07/tahun

dengan profitabilitas sebesar 42,63%. Dengan diketahui rata-rata penerimaan

(21)

perlebahan di Kabupaten Pati sebesar 1,43. Hal ini menunjukkan bahwa

usaha perlebahan yang dijalankan ini efisien.

Penelitian Adalina (2008) dengan judul Analisis Finansial Usaha

Lebah Madu Apis mellifera L, menunjukkan bahwa pengusahaan lebah madu

Apis mellifera L layak untuk diusahakan karena besarnya produksi di atas

titik impas, rasio manfaat terhadap biaya (B/C rasio) lebih dari satu, tingkat

bunga maksimum yang dapat dibayar diatas bunga bank, nilai sekarang dari

arus uang pada masa yang akan datang dengan tingkat diskonto 10 persen

bernilai positif dan jangka waktu pengembalian dana investasi lebih pendek

dari jangka waktu maksimum yang diusulkan.

Tabel 2. Inti Kajian Penelitian Terdahulu

Peneliti Tahun Judul Inti Kajian

Farid

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

usahatani lebah madu merupakan solusi

alternatif untuk mengatasi persoalan sosial

ekonomi di desa. Hal tersebut terlihat dari

besarnya kontribusi usahatani lebah madu

terhadap total pendapatan rumah tangga

petani sebesar 85,35% dan keuntungan

rata-rata usahatani lebah madu adalah Rp

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

usaha perlebahan yang dijalankan ini

efisien. Hal ini terlihat dari keuntungan

rata-rata yang diperoleh adalah Rp

8.710.466,07/tahun dengan profitabilitas

sebesar 42,63%, maka diperoleh efisiensi

usaha perlebahan di Kabupaten Pati

sebesar 1,43.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pengusahaan lebah madu Apis mellifera L

(22)

commit to user

Menurut hasil penelitian terdahulu dapat diketahui bahwa usaha

budidaya lebah madu memiliki prospek yang bagus untuk dikembangkan agar

dapat menjadi produk madu yang berkualitas dan menghasilkan keuntungan.

Besarnya keuntungan tersebut dipengaruhi oleh besarnya penerimaan dan

besarnya biaya yang dikeluarkan. Selain itu besarnya penerimaan dan

besarnya biaya yang dikeluarkan akan menunjukkan tingkat efisiensi dari

pengelolaan usaha tersebut. Berdasarkan dari sumber pemikiran diatas,

peneliti mencoba menerapkan pada analisis usaha lebah madu anggota

paguyuban peternak lebah bunga alam lestari Kabupaten Batang.

B. Landasan Teori

1. Lebah

Lebah madu termasuk golongan serangga berdarah dingin,

sehingga dalam aktivitas kehidupan dipengaruhi perubahan suhu

sekitarnya. Suhu 33°C-34°C merupakan suhu optimal bagi lebah dalam

melakukan kegiatannya. Di Indonesia, temperatur rata-rata 26°C, sehingga

belum mengganggu kehidupan lebah (Samadi, 2004).

Lebah merupakan serangga sosial yang dapat dibedakan menjadi

dua macam, yaitu hidup soliter dan hidup secara berkoloni. Lebah yang

hidup secara bersoliter lebih banyak jenisnya. Lebah berkoloni adalah

lebah yang hidup bersama dalam suatu kelompok besar dan membentuk

masyarakat (Sarwono, 2005).

Lebah madu selalu hidup berkoloni, rata-rata setiap koloni berkisar

60-70 ribu lebah dalam satu sarang. Walaupun populasi yang demikian

padat, lebah mampu melakukan pekerjaannya secara terencana dan teratur

rapi. Suatu koloni lebah umumnya terdiri dari lebah pekerja, lebah

pejantan dan ratu lebah. Lebah pekerja boleh dikatakan mengerjakan

seluruh tugas dalam sarang yaitu membuat sarang, membersihkan sarang,

menjaga sarang, memberi makan larva dan ratu lebah, dan yang utama

adalah mengumpulkan madu dan bee pollen sebagai sumber pakannya.

Lebah jantan bertugas membersihkan sarang, menjaga sarang dan tugas

(23)

commit to user

lebah. Ratu lebah bertugas memimpin dan menjaga keharmonisan lebah

dalam satu koloni. Ratu lebha mempunyai umur yang lebih lama

dibandingkan dengan lebah pekerja (Anonim, 2009).

Lebah madu adalah insekta sosial yang hidup selalu dalam suatu

keluarga besar, yang disebut koloni lebah. Setiap sarang dihuni oleh satu

koloni. Keunikan koloni lebah ini adalah mempunyai sifat polimorfisme,

yaitu anggotanya mempunyai keunikan anatomis, fisiologis dan fungsi

biologis yang berbeda satu golongan dari golongan atau strata yang lain.

Di dalam satu koloni lebah terdapat hanya satu ratu, beberapa ratus lebah

jantan, beberapa puluh ribu lebah pekerja, ditambah penghuni dalam

bentuk telur, larva dan pupa (Sihombing, 2005).

Koloni lebah yang sehat dan kuat merupakan salah satu

persyaratan untuk menghasilkan madu secara optimal. Kondisi tersebut

dapat tercapai bila dalam satu koloni didominasi oleh lebah pekerja muda,

larva dan didukung ratu lebah yang masih produktif untuk menghasilkan

telur minimal 1500butir/tahun. Dengan didukung jumlah lebah pekerja

muda yang banyak, maka akan menghasilkan madu lebih banyak dalam

waktu yang singkat (Samadi, 2004).

Makanan lebah berupa nektar, madu, tepungsari dan air. Nektar

setelah menjadi madu sebagai sumber karbohidrat, sedikit protein, vitamin

dan mineral. Energi dari makanan dipergunakan selama beristirahat dan

bekerja. Untuk menghasilkan sari madu diperlukan protein sangat banyak

yang dapat dipenuhi dari tepungsari. Makanan saru dan tempayak sangat

tergantung dari hasil sari madu. oleh karena itu pemeliharaan tempayak

yang terbanyak ialah pada musim tepungsari sedang berlimpah di alam

bebas. Kebutuhan tepungsari juga untuk menjaga kelangsungan fungsi

kelenjar malam (Sumoprastowo, 1980).

(24)

commit to user

Madu adalah bahan makanan energi yang baik sekali karena ia

mengandung gula-gula sederhana yang dapat dimanfaatkan tubuh. Madu

mengandung garam-garam mineral dan bahan-bahan lain yang dibutuhkan

oleh tubuh. Hanya madulah bahan makanan gula yang tidak diolah terlebih

dahulu untuk dimanfaatkan manusia (Sihombing, 2005).

Madu merupakan produksi utama yang dihasilkan lebah,

bentuknya berupa cairan kental manis yang berasal dari nektar. Seekor

lebah madu dengan beberapa kali penerbangan dapat mengumpulkan

nektar ± 50mgr/hari. Pada madu terkandung zat-zat mineral (kapur, fosfat,

magnesium dan besi) yang sangat bermanfaat bagi manusia. Madu dapat

membantu pembentukan butir-butir darah merah dan mengobati penyakit

magh (Samadi, 2004).

Warna madu tergantung dari jenis tanaman asal dan sifat tanah,

tetapi tingkatan pemanasan mempengaruhi warna pula. Pemanasan madu

yang lama, mempertua warna. Aroma madu ada hubungannya dengan

warna. Makin gelap warnanya, aromanya semakin keras atau tajam.

Kualitas madu biasanya ditentukan oleh warna, aroma, dan keadaannya.

Madu yang tidak berwarna adalah termasuk madu kelas satu. Beberapa

orang ahli mengatakan, bahwa madu yang berwarna gelap mengandung

banyak mineral, terutama mineral Fe, Cu, dan Mn (Sihombing, 2005).

Banyaknya air dalam madu menentukan keawetan madu. Madu

yang isi airnya tinggi mudah untuk berfermentasi. Fermentasi terjadi

karena jamur yang terdapat dalam madu tinggi. Sewaktu madu masih

tersimpan dalam sel sisiran yang tertutup rapat, selama itu madu tidak

mengalami fermentasi (Sumoprastowo, 1980).

Madu siap panen adalah madu yang berkadar air ± 20% yang

ditandai dengan sel-sel sarang penyimpanan madu tebal telah tertutup lilin.

Jangan memanen madu terlalu muda karena mudah mengalami peragian,

sehingga rasa madu asam. Demikian pula memanen madu terlalu masak

akan lebih sulit dikeluarkan dari sel-sel sarang madu karena sudah

(25)

commit to user

sore hari ketika cuaca cerah, yaitu saat lebah melakukan aktivitasnya

mencari makan. Saat memungut madu, sebaiknya posisi pemungut tidak

berdiri di depan pintu rumah lebah karena bisa mengganggu aktivitas

lebah (Samadi, 2004).

3. Budidaya Lebah Madu

Budidaya lebah madu merupakan salah satu usaha sampingan bagi

masyarakat pedesaan yang dapat memperbaiki gizi dan pendapatan. Para

peternak lebah cenderung untuk memelihara dan menambah tanaman

pakan lebah, sehingga secara tidak langsung ikut menjaga kelestarian

sumber daya alam dan ikut menahan laju kerusakan hutan dan erosi. Lebah

madu sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia karena berbagai hasil

yang secara langsung maupun tidak langsung dapat kita nikmati. Berbagai

hasil yang dapat kita nikmati secara langsung adalah madu. hasil secara

tidak langsung kita peroleh dari kenaikan produksi tanaman pertanian

yang diserbuki oleh lebah (Rojak, 2010).

Dalam budidaya lebah yang paling baik, adalah menggunakan

stup/kotak yang diisi dengan bingkai sisiran. Jumlah bingkai sarang antara

7-10 buah. Bagian bawah (dasar) kotak lebah dibuat sedikit miring dan

dapat dilepas, agar mudah membersihkannya. Tutup bagian atas dibuat

lubang ventilasi dan ditutup dengan kawat kassa dan diharapkan sirkulasi

udara akan lebih baik. Perlengkapan agar peternak tahan terhadap sengatan

berupa masker, sarung tangan, baju lengan panjang. Semua peralatan

diusahakan berwarna terang, sebab warna gelap dan merah akan sangat

menarik bagi lebah untuk dijadikan sasaran sengatan. Selain itu diperlukan

pula pengasapan untuk menjinakkan lebah, pisau dan alat pembersih kotak

lainnya (Anonim, 2008).

Ternak lebah adalah pemeliharaan lebah yang bertujuan untuk

mengambil madunya. Orang beternak lebah disebut peternak lebah. Selain

madu, peternak juga dapat memperoleh hasil lain dari lebah yang diternak

berupa lilin lebah (berasal dari sarang lebah), pollen (tepungsari bunga)

(26)

commit to user

sari madu). Pada dasarnya bentuk peternakan lebah madu ada dua macam

yaitu peternakan secara tradisional/sederhana dan peternakan modern.

Sifat dari jenis peternakan ini satu sama lain berbeda, baik pengelolannya

maupun produksi yang dapat dicapai (Sarwono, 2005).

Panen untuk madu hutan berlainan untuk masing-masing daerah

sesuai dengan adat dan budaya setempat. Lazimnya di beberapa daerah

menggunakan cara panen dimalam hari karena lebah tidak bisa melihat di

malam hari. Saat ini beberapa daerah dampingan sudah mulai

menggunakan panen lestari, dimana untuk panen hanya mengambil bagian

kepala madu saja sehingga lebah masih mempunyai persedian madu untuk

makanan anak lebah, sehingga mereka dapat tumbuh menjadi dewasa dan

membentuk koloni baru. Selain itu dengan panen lestari jika bunga

mencukupi untuk makanan lebah hutan, madu bisa dipanen hingga 3 kali

dalam setahun dari yang awalnya hanya 1 kali panen dengan cara panen

mengambil semua bagian sarang (Anonima, 2011).

Sekarang ini hampir seluruh kalangan masyarakat membutuhkan

madu untuk berbagai macam kepentingan, sehingga peluang pasarnya pun

semakin hari semakin terbuka lebar. Selain produk madu yang memiliki

nilai ekonomi cukup tinggi, sekarang ini produk turunan lainnya seperti

royal jelly, propolis, dan malam (wax) juga mulai diminati para konsumen.

Kendala serta resiko bisnis yang ditanggung para pelaku usaha lebah madu

adalah kendala cuaca yang tidak menentu, serta serangan hama dan

penyakit menjadi hambatan utama dalam menjalankan bisnis ternak lebah.

Cuaca yang tidak menentu membuat tumbuhan gagal berbunga, sehingga

tingkat produksi lebah cenderung ikut menurun. Sedangkan hama dan

penyakit yang sering mengganggu ternak lebah yaitu tungau parastik,

burung, tawon, cicak, tikus, serta beberapa penyakit lainnya seperti virus,

nosema, European foulbrood, stonebrood, chalkbrood, dan sebagainya

(Anonimb, 2011).

4. Analisis Usaha

(27)

commit to user

Jenis-jenis biaya produksi dapat dibagi dalam biaya tetap dan

biaya variabel (biaya tidak tetap). Yang dimaksud dengan biaya tetap

adalah jenis biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar

kecilnya produksi, misalnya sewa atau bunga tanah yang berupa uang.

Biaya lainnya masuk pada biaya variabel karena besar kecilnya

berhunungan langsung dengan besarnya produksi, misalnya

pengeluaran-pengeluaran untuk bibit, biaya persiapan dan pengolahan

tanah (Mubyarto, 1995).

Penggolongan biaya produksi digolongkan berdasarkan sifatnya.

Biaya tetap (fixed cost) ialah biaya yang tidak ada kaitannya dengan

jumlah barang yang diproduksi. Sebagai contoh, sewa lahan untuk

jangka waktu yang lama maka jumlah sewa lahan yang harus dibayar

setiap tahunnya sama dan tidak tergantung kepada produksi yang

diperoleh pada tahun tersebut. Biaya tidak tetap (variable cost) ialah

biaya yang berubah apabila luas usahanya berubah, biaya ini ada

apabila ada sesuatu barang yang diproduksi. Sebagai contoh biaya

untuk upah buruh tani, apabila produksi sayuran meningkat maka

kebutuhan terhadap buruh tani juga akan meningkat, tetapi apabila tidak

ada produksi sayuran maka tidak akan ada kebutuhan terhadap buruh

tani (Soekartawi et al, 1986).

Menurut Downey dan Erickson (1992), biaya tetap adalah biaya

yang tidak berubah karena volume bisnis. Biaya variabel merupakan

biaya yang berubah secara langsung sesuai dengan volume penjualan.

Pertanyaan kunci dalam menentukan pembagian biaya ini adalah

apakah biaya dipengaruhi langsung oleh produk yang dijual. Dengan

kata lain, biaya tetap selalu ada tanpa menghiraukan jumlah bisnis yang

dilakukan. Segera setelah bisnis menghasilkan produk untuk dijual,

maka akan muncul sejumlah biaya tertentu, tanpa memperdulikan ada

tidaknya penjualan. Hal ini disebut biaya tetap atau biaya tertanam

(sunk cost). Sebaliknya, ada beberapa beban tambahan yang

(28)

commit to user

perhitungan rugi–laba apabila penjualan belum diselesaikan. Hal ini

merupakan biaya variabel.

Biaya depresiasi/penyusutan adalah jumlah dana penyusutan

disesuaikan dengan jumlah dana yang dihitung setiap tahunnya

berdasarkan metode yang digunakan. Biaya bahan baku adalah biaya

bahan yang dikeluarkan untuk memproduksi sejumlah barang sesuai

dengan jumlah produksi yang direncanakan. Besarnya jumlah bahan

baku yang diperkirakan berdasarkan rencana penjualan. Biaya tenaga

kerja langsung adalah biaya yang dikeluarkan terhadap tenaga kerja

yang langsung berhubungan dengan produksi (Ibrahim, 2003).

b. Penerimaan

Penerimaan total adalah banyaknya produksi total dikalikan

dengan harga. Semakin banyak jumlah produk yang dihasilkan maupun

semakin tinggi harga per unit produksi yang bersangkutan, maka

penerimaan total yang diterima produsen akan semakin besar.

Sebaliknya jika produk yang dihasilkan sedikit dan harganya rendah

maka penerimaan total yang diterima oleh produsen akan semakin kecil

(Soekartawi, 1994).

Bentuk penerimaan dapat digolongkan atas dua bagian, yaitu

penerimaan yang berasal dari hasil penjualan barang-barang yang

diproses dan penerimaan yang berasal dari luar barang-barang yang

diproses. Penerimaan yang berasal dari luar kegiatan usaha tapi

berhubungan dengan adanya kegiatan usaha, seperti penerimaan dalam

bentuk bonus karena pembelian barang-barang kebutuhan kegiatan

usaha, penerimaan bunga bank, nilai sisa aset (serap value), sewa

gedung, sewa kendaraan dan lain sebagainya (Ibrahim, 2003).

c. Keuntungan

Dalam melakukan usaha pertanian, seorang pengusaha atau

seorang petani akan selalu berfikir bagaimana ia mengalokasikan input

seefisien mungkin untuk dapat memperoleh produksi yang maksimal.

(29)

commit to user

memaksimalkan keuntungan atau profit maximization. Dilain pihak

manakala petani dihadapkan dalam keterbatasan biaya dalam

melaksanakan usahataninya, maka mereka juga tetap mencoba untuk

meningkatkan keuntungan tersebut dengan kendala biaya usahatani

yang terbatas. Suatu tindakan yang dapat dilakukan adalah bagaimana

memperoleh keuntungan yang lebih besar dengan menekan biaya

produksi sekecil-kecilnya. Pendekatan seperti ini dikenal dengan istilah

meminimumkan biaya atau cost minimization (Soekartawi, 1994).

Keuntungan (profit) adalah tujuan utama dalam pembukaan

usaha yang direncanakan. Semakin besar keuntungan yang diterima,

semakin layak usaha yang dikembangkan. Didasarkan pada perkiraan

dan perencanaan produksi dapat diketahui pada jumlah produksi berapa

perusahaan mendapat keuntungan dan pada jumlah produksi berapa

pula perusahaan mendapat kerugian (Ibrahim, 2003).

Ketika membicarakan laba, kebanyakan orang mengaitkannya

dengan uang sisa dari pendapatan, setelah dikurangi semua biaya yang

dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan itu. Laba biasanya mengacu

pada surplus atau kelebihan pendapatan atas biaya (keuntungan bersih

dari suatu proses produksi). Selain itu, laba dapat didefinisikan sebagai

perbedaan antara laba kotor (gross income) dan biaya operasi

(operating cost). Biaya operasi adalah jumlah semua biaya tetap

ditambah biaya variabel untuk operasi (Makeham dan Malcolm, 1991).

Keuntungan atau kerugian perusahaan adalah perbedaan antara

pendapatan bersih dengan bunga dari seluruh modal yang dipergunakan

dalam usahatani atau merupakan perbedaan antara pendapatan kotor

dengan biaya menghasilkan. Keuntungan atau keruguian pengusaha

diperhitungkan dengan mengurangi pendapatan petani dengan upah

tenaga kerja keluarga dan bunga modal sendiri (Hadisapoetro, 1973).

Keuntungan atau kerugian petani merupakan selisih dari

pendapatan petani dikurangi dengan upah keluarga dan bunga modal

(30)

commit to user d. Profitabilitas

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan keuntungan. Oleh karena itu, istilah rasio profitabilitas

merujuk pada beberapa indikator atau rasio yang berbeda yang bisa

digunakan untuk menentukan profitabilitas dan prestasi kerja

perusahaan (Downey dan Erickson, 1992).

Analisis laba atau profitabilitas analisis bermaksud untuk

mengetahui besarnya perubahan biaya terhadap laba apabila terdapat

faktor-faktor seperti biaya produksi, volume dan biaya penjualan

(Soeharto, 1997).

Profitabilitas dimaksud untuk mengetahui efisiensi perusahaan

dengan melihat kepada besar kecilnya laba usaha dalam hubungannya

dengan penjualan. Profitabilitas merupakan salah satu faktor yang

menentukan tinggi rendahnya kinerja usaha. Profitabitas merupakan

perbandingan antara keuntungan dari penjualan dengan biaya total yang

dinyatakan dengan prosentase (Riyanto, 1994).

e. Efisiensi Usaha

Menurut Soekartawi (1994), efisiensi diartikan sebagai upaya

penggunaan input yang sekecil–kecilnya untuk mendapatkan produksi

yang sebesar–besarnya. Bila seseorang sudah memasukkan kata

efisiensi dalam analisisnya, maka variabel baru yang harus

dipertimbangkan dalam model analisinya adalah variabel harga. Oleh

karena itu ada dua hal yang perlu diperhatikan sebelum analisis

efisiensi dikerjakan, yaitu :

1) Tingkat tranformasi antara input dan output dalam fungsi produksi.

2) Perbandingan (nisbah) antara harga input dan harga output sebagai

upaya untuk mencapai indikator efisiensi.

Efisiensi mempunyai tujuan memperkecil biaya produksi

persatuan produk yang dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan

yang optimal. Cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut

(31)

produksi yang telah dicapai untuk memperbesar produksi tanpa

meningkatkan biaya keseluruhan ( Rahardi, 1999).

Menurut Soekartawi (2001), R/C ratio adalah perbandingan

antara penerimaan total dengan biaya total Semakin besar R/C ratio

maka akan semakin besar pula keuntungan yang diperoleh petani. Hal

ini dapat dicapai bila petani mengalokasikan faktor produksi dengan

lebih efisien.

f. Kontribusi Pendapatan

Pendapatan petani dapat diperhitungkan dengan mengurangi

penerimaan dengan biaya alat-alat luar dan bunga modal dari luar.

Sedangkan pendapatan bersih dapat diperhitungkan dengan mengurangi

pendapatan kotor dengan biaya mengusahakan. Biaya mengusahakan

adalah biaya alat-alat luar ditambah upah tenaga kerja keluarga sendiri

yang diperhitungkan berdasarkan upah yang dibayarkan kepada tenaga

kerja luar (Hadisapoetro, 1973).

Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh

keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja,

pengelolaan dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang

diinvestasikan ke dalam usahatani (Soekartawi et al, 1986).

Menurut Samuel dalam Muninggar (2005), pendapatan rumah

tangga petani diperoleh dari pendapatan usahatani (on farm income) dan

pendapatan dari luar usahatani (off farm income). Kontribusi

pendapatan usahatani adalah besarnya sumbangan pendapatan dari

usahatani terhadap pendapatan total rumah tangga petani dan

dinyatakan dalam persen (%).

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Seorang pengusaha dalam menjalankan usahanya pasti memiliki

tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal. Begitu pula dengan

(32)

sebesar-commit to user

besarnya dengan proses produksi yang efisien. Oleh karenanya, analisis biaya

sangatlah penting dilakukan oleh seorang pengusaha dalam kaitannya dengan

pengambilan keputusan.

Menurut Soekartawi (2002), biaya usahatani biasanya diklasifikasikan

menjadi dua, yaitu : (a) biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable

cost). Biaya tetap ini umumnya didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap

jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak

atau sedikit. Jadi besarnya biaya tetap ini tidak tergantung pada besar

kecilnya produksi yang diperoleh. Biaya tidak tetap atau biaya variabel

biasanya didefinisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh

produksi yang diperoleh, misalnya biaya untuk sarana produksi.

Penerimaan total dari usaha lebah madu dapat diperoleh dengan

mengalikan jumlah produk yang dihasilkan dengan harga produk tersebut.

Menurut Wisnuadji, et al., (1979), jumlah penerimaan yang akan diterima

dari suatu proses produksi tertentu dapat ditentukan dengan mengalikan

jumlah produksi yang dihasilkan dengan harga produksi tersebut.

Keuntungan usaha lebah madu anggota paguyuban peternak lebah

bunga alam lestari Kabupaten Batang adalah selisih antara penerimaan total

dengan biaya total. Menurut Ibrahim (2003), keuntungan (profit) adalah

tujuan utama dalam pembukaan usaha yang direncanakan. Semakin besar

keuntungan yang diterima, semakin layak usaha yang dikembangkan.

Didasarkan pada perkiraan dan perencanaan produksi dapat diketahui pada

jumlah produksi berapa perusahaan mendapat keuntungan dan pada jumlah

produksi berapa pula perusahaan mendapat kerugian.

Untuk menjawab apakah usaha tersebut menguntungkan atau tidak,

maka perlu diketahui rasio profitabilitas. Profitabilitas merupakan hasil bagi

antara keuntungan usaha lebah madu dengan total biaya dikalikan 100%.

Apabila tingkat profitabilitas > 0 maka usaha lebah madu menguntungkan,

sedangkan apabila tingkat profitabilitas ≤ 0 maka usaha lebah madu tidak

(33)

commit to user

Selain keuntungan, pengusaha juga harus memperhatikan efisiensi

usaha. Efisiensi usaha dapat dihitung dengan menggunakan analisis R/C rasio

yaitu dengan membandingkan antara besarnya penerimaan dengan biaya yang

dikeluarkan. Apabila nilai R/C rasio < 1 maka usaha lebah madu tidak efisien

(merugi), apabila nilai R/C rasio = 1 maka usaha lebah madu break event

point atau baru mencapai kondisi impas (belum efisien) dan apabila nilai R/C

rasio > 1 maka usaha lebah madu efisien (menguntungkan).

Usaha lebah madu bertujuan untuk memperoleh peningkatan

pendapatan rumah tangga. Untuk mengetahui adanya kontribusi pendapatan

dari usaha lebah madu tersebut digunakan pendekatan kontribusi pendapatan.

Kontribusi pendapatan dihitung dengan membandingkan pendapatan usaha

lebah madu dengan pendapatan total rumah tangga dikalikan 100%. Untuk

menghitung kontribusi pendapatan terlebih dahulu harus menghitung

besarnya pendapatan dalam usaha lebah madu. Pendapatan bersih pada usaha

lebah madu dihitung dari total penerimaan usaha lebah madu dikurangi total

biaya usaha lebah madu. Biaya yang digunakan dalam menghitung

pendapatan bersih adalah biaya mengusahakan dari usaha lebah madu.

Kerangka berfikir pendekatan masalah dalam penelitian ini dapat

dilihat pada gambar berikut :

Usaha lebah madu anggota Paguyuban Peternak Lebah Bunga Alam Lestari

(34)

commit to user **

Gambar 1. Bagan kerangka berfikir pendekatan masalah Analisis Usaha Lebah Madu Anggota Paguyuban Lebah Bunga Alam Lestari Kabupaten Batang

D. Hipotesis

1. Diduga usaha lebah madu anggota Paguyuban Peternak Lebah Bunga

Alam Lestari Kabupaten Batang menguntungkan dan profitabel.

2. Diduga usaha lebah madu anggota Paguyuban Peternak Lebah Bunga

Alam Lestari Kabupaten Batang sudah efisien. Budidaya lebah

madu

Produksi madu yang dihasilkan

Biaya tetap : - Biaya

penyusutan - Biaya bunga

modal sendiri

Biaya variabel : - Biaya tenaga kerja - Biaya saprodi - Biaya transportasi - Biaya sewa lahan - Biaya pemasaran

- Biaya keamanan

Biaya total

Penerimaan

Analisis usaha

Keuntungan Profitabilitas Efisiensi Usaha Kontribusi

Pendapatan

(35)

commit to user

3. Diduga usaha lebah madu anggota Paguyuban Peternak Lebah Bunga

Alam Lestari Kabupaten Batang memberikan kontribusi pendapatan

terhadap pendapatan rumah tangga.

E. Asumsi-Asumsi

1. Teknologi yang digunakan dalam usaha lebah madu tetap selama periode

analisis.

2. Produksi madu dijual seluruhnya.

3. Sarana produksi seluruhnya diperoleh dari pembelian.

F. Pembatasan Masalah

1. Lebah madu yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jenis lebah madu

Apis mellifera.

2. Responden yang dimaksud dalam penelitian ini adalah peternak lebah

yang telah menjadi anggota Paguyuban Peternak Lebah Bunga Alam

Lestari Kabupaten Batang.

3. Penelitian ini menggunakan data usaha budidaya lebah madu pada tahun

2011.

G. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel

1. Usaha lebah madu merupakan suatu rangkaian usaha budidaya lebah yang

bertujuan untuk mengambil madu dari lebah yang diternakkan.

2. Analisis usaha lebah madu merupakan pengkajian terhadap besarnya

biaya, penerimaan, keuntungan, profitabilitas dan efisiensi usaha lebah

madu selama masa produksi tahun 2011.

3. Biaya total usaha lebah madu merupakan semua biaya yang digunakan

dalam proses produksi yang terdiri biaya tetap dan biaya variabel dari

usaha lebah madu yang dinyatakan dalam satuan rupiah.

4. Biaya tetap usaha lebah madu merupakan biaya yang dalam batas tertentu

tidak berubah ketika tingkat usaha lebah madu berubah, yang dinyatakan

dalam rupiah. Biaya tetap dalam penelitian ini adalah biaya penyusutan

dan biaya bunga modal sendiri yaitu besarnya modal yang diinvestasikan,

(36)

commit to user

5. Biaya variabel usaha lebah madu merupakan biaya yang jumlahnya

berubah-ubah tergantung pada besarnya jumlah produk yang dihasilkan.

Biaya variabel dalam usaha lebah madu antara lain biaya tenaga kerja,

biaya saprodi, biaya transportasi, biaya sewa lahan, biaya pemasaran, dan

biaya keamanan, dinyatakan dalam rupiah.

6. Penerimaan total usaha lebah madu merupakan perkalian dari jumlah

madu yang dihasilkan dengan harga yang berlaku, dinyatakan dalam

rupiah.

7. Keuntungan usaha lebah madu merupakan selisih antara penerimaan total

dengan biaya total dalam usaha lebah madu, dinyatakan dalam rupiah.

8. Profitabilitas usaha lebah madu merupakan perbandingan keuntungan

dengan biaya total yang dinyatakan dalam persentase.

9. Efisiensi usaha lebah madu merupakan perbandingan antara jumlah total

penerimaan yang diperoleh dengan jumlah total biaya yang dikeluarkan.

10. Pendapatan usaha lebah madu merupakan selisih antara penerimaan total

dengan biaya mengusahakan dalam usaha lebah madu, dinyatakan dalam

rupiah.

11. Biaya mengusahakan usaha lebah madu merupakan biaya alat-alat luar

ditambah dengan upah tenaga kerja keluarga sendiri, dinyatakan dalam

rupiah.

12. Kontribusi pendapatan merupakan perbandingan pendapatan usaha lebah

madu dengan pendapatan total rumah tangga, dinyatakan dalam

(37)

I. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif analitis. Menurut Surakhmad (1994), metode deskriptif yakni

metode yang memusatkan perhatian pada pemecahan masalah-masalah yang

ada pada masa sekarang. Sedangkan analitik dilakukan dengan cara

menyusun data-data yang telah terkumpul disusun, dijelaskan, dianalisis dan

selanjutnya disimpulkan serta didukung teori-teori yang ada dari hasil

penelitian terdahulu.

B. Metode Penentuan Responden

1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive

atau sengaja, yaitu cara pengambilan daerah penelitian dengan

pertimbangan-pertimbangan yang berdasarkan tujuan penelitian. Dalam

purposive harus mengetahui terlebih dahulu sifat populasi tersebut dan

sampel yang akan ditarik diusahakan supaya mempunyai sifat-sifat seperti

populasi tersebut (Singarimbun, 1995). Daerah penelitian yang dipilih

adalah Kabupaten Batang dengan pertimbangan yaitu Kabupaten Batang

merupakan salah satu kabupaten sentra produksi madu dan satu-satunya

paguyuban yang terdapat di Kabupaten Batang adalah Paguyuban

Peternak Lebah Bunga Alam Lestari.

2. Metode Pengambilan Responden

Menurut Singarimbun (1995) data yang dianalisis harus

menggunakan sampel yang cukup besar. Jumlah sampel yang akan

dianalisis harus mengikuti distribusi normal, dimana sampel tergolong

berdistribusi normal adalah sampel yang jumlahnya lebih besar atau sama

dengan 30. Berdasarkan pertimbangan tersebut, jumlah sampel peternak

(38)

commit to user

anggota paguyuban peternak lebah Bunga Alam Lestari Kabupaten

Batang.

Pemilihan sampel peternak lebah madu dilakukan secara simple

random sampling (sampel acak sederhana) maksudnya adalah semua

individu dalam populasi diberikan kesempatan untuk dipilih menjadi

anggota sampel (Singarimbun, 1995). Sampel dalam penelitian ini adalah

peternak lebah madu yang telah menjadi anggota Paguyuban Peternak

Lebah Bunga Alam Lestari karena keuntungan dari anggota paguyuban ini

adalah peternak dapat lebih mudah memasarkan produk madunya.

Peternak yang telah menjadi anggota paguyuban sebanyak 40 peternak

kemudian diambil 30 peternak sebagai sampel secara acak dengan cara

teknik undian dengan pengembalian. Pertama-tama dibuat kerangka

pengambilan sampel terlebih dahulu, yaitu dengan mencatat semua nama

anggota paguyuban yang jumlahnya 40 peternak kemudian menuliskan

nama-nama tersebut pada secarik kertas, seperti kalau kita menarik undian.

Kemudian kertas-kertas yang berisi nama tersebut diambil secara acak.

Setiap gulungan kertas yang telah diambil, kemudian ditulis nomor dan

namanya, kemudian dikembalikan lagi untuk diundi lagi, sehingga

kesempatan setiap unit sampel untuk terpilih adalah sama.

Gambar 2. Bagan Teknik Pengambilan Responden

C. Jenis Dan Sumber Data

1. Data primer

Data primer dalam penelitian ini yaitu data yang diperoleh dari produsen

maupun pihak yang terkait melalui wawancara dengan menggunakan

kuisioner yang sudah dipersiapkan. Daftar pertanyaan tersebut diantaranya

Anggota Paguyuban Peternak Lebah Bunga Alam Lestari

sebanyak 40 peternak

(39)

commit to user

berisi tentang karakteristik responden (peternak lebah madu), tenaga kerja,

biaya produksi lebah madu, produksi madu dan harga madu.

2. Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dengan cara mengutip data

laporan maupun dokumen dari instansi yang terkait dengan penelitian ini.

Instansi tersebut adalah Kantor Kecamatan, Kantor Statistik, Departemen

Kehutanan dan Perkebunan. Data tersebut adalah keadaan daerah umum

penelitian, jumlah penduduk dan keadaan perekonomian.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data dimana peneliti

melakukan pengamatan langsung terhadap obyek penelitian yaitu usaha

lebah madu.

2. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan untuk

memperoleh data primer dengan wawancara secara langsung dengan

peternak lebah madu sesuai daftar pertanyaan.

3. Pencatatan

Pencatatan merupakan teknik pengumpulan data dengan mencatat hasil

wawancara dengan responden dan data yang ada pada instansi pemerintah

atau lembaga yang terkait dengan penelitian ini.

4. Kuisioner

Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data dengan mengajukan

pertanyaan kepada responden dimana pertanyaan tersebut bisa berupa

pertanyaan terbuka maupun tertutup.

E. Metode Analisis Data

1. Biaya

Biaya yang diperlukan dalam usaha lebah madu yaitu biaya tetap dan

(40)

commit to user

yaitu biaya peralatan (stup) dan biaya penyusutan, sedangkan biaya

variabel meliputi biaya bahan pakan, biaya tenaga kerja, biaya listrik,

biaya air dan biaya untuk sewa lahan untuk meletakkan stup. Biaya

penyusutan dihitung dengan metode garis lurus dalam satuan rupiah :

Penyusutan =

Untuk menghitung biaya total dalam usaha lebah madu secara sistematis

dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

TC = TFC + TVC ... (persamaan 2)

Dimana :

TC = Biaya total usaha lebah madu (Rupiah)

TFC = Total biaya tetap usaha lebah madu (Rupiah)

TVC = Total biaya variabel usaha lebah madu (Rupiah)

2. Penerimaan

Penerimaan total dari usaha lebah madu dapat diperoleh dengan

mengalikan jumlah produk yang dihasilkan dengan harga produk tersebut.

Untuk mengetahui penerimaan usaha lebah madu, secara sistematis

dirumuskan :

TR = Q x P ... (persamaan 3)

Dimana :

TR = Penerimaan total lebah madu (Rupiah)

Q = Jumlah madu yang dihasilkan (kg)

P = Harga (Rupiah)

3. Keuntungan

Keuntungan usaha lebah madu paguyuban peternak lebah bunga alam

lestari Kabupaten Batang adalah selisih antara penerimaan total dengan

biaya total, secara sistematis dirumuskan :

π = TR – TC ... (persamaan 4) Dimana :

π = Keuntungan usaha lebah madu (Rupiah)

(41)

commit to user

TC = Biaya total usaha lebah madu (Rupiah)

4. Profitabilitas

Untuk menjawab apakah usaha tersebut menguntungkan atau tidak, maka

perlu diketahui rasio profitabilitas. Profitabilitas merupakan hasil bagi

antara keuntungan usaha lebah madu dengan total biaya dikalikan 100%,

secara sistematis dirumuskan sebagai berikut :

Profitabilitas = x100%

TC

p

... (persamaan 5)

Dimana :

p = Keuntungan usaha lebah madu (Rupiah)

TC = Biaya total usaha lebah madu (Rupiah)

Kriteria pengambilan keputusan:

Profitabilitas > 0 berarti usaha lebah madu menguntungkan

Profitabilitas ≤ 0 berarti usaha lebah madu tidak menguntungkan.

5. Efisiensi Usaha

Efisiensi usaha dapat dihitung dengan menggunakan analisis R/C rasio

yaitu dengan membandingkan antara besarnya penerimaan total dengan

biaya total. Secara sistematis dirumuskan sebagai berikut :

R/C ratio =

C R

... (persamaan 6)

Dimana :

R = Penerimaan usaha lebah madu (Rupiah)

C = Biaya total usaha lebah madu (Rupiah)

Kriteria yang digunakan dalam penilaian efisiensi adalah :

R/C ratio < 1 : Usaha lebah madu tidak efisien (merugi)

R/C ratio = 1 : Usaha lebah madu break even point atau mencapai kondisi

impas (belum efisien)

R/C ratio > 1 : Usaha lebah madu efisien (menguntungkan).

(42)

commit to user

Untuk mengetahui adanya kontribusi pendapatan dari usaha lebah madu

tersebut digunakan pendekatan kontribusi pendapatan. Untuk menghitung

kontribusi pendapatan terlebih dahulu harus menghitung besarnya

pendapatan dalam usaha lebah madu. Pendapatan bersih pada usaha lebah

madu dihitung dari total penerimaan usaha lebah madu dikurangi total

biaya usaha lebah madu. Biaya yang digunakan dalam menghitung

pendapatan bersih adalah biaya mengusahakan dari usaha lebah madu,

secara sistematis dirumuskan :

Pd = TR – Bm ... (persamaan 7)

Dimana :

Pd = Pendapatan usaha lebah madu (Rupiah)

TR = Penerimaan total usaha lebah madu (Rupiah)

Bm = Biaya mengusahakan dari usaha lebah madu (Rupiah)

Kontribusi pendapatan dihitung dengan membandingkan pendapatan usaha

lebah madu dengan pendapatan total rumah tangga dikalikan 100%, secara

sistematis dirumuskan sebagai berikut :

Kontribusi = x100%

PdT PdU

... (persamaan 8)

Dimana :

Kontribusi = Kontribusi pendapatan dari usaha lebah madu terhadap

pendapatan total rumah tangga (%)

PdU = Pendapatan usaha lebah madu (Rupiah)

(43)

commit to user

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN BATANG

A. Keadaan Geografis

1. Letak dan Wilayah Admnistratif

Kabupaten Batang merupakan salah satu kabupaten di Jawa

Tengah yang terletak di pesisir utara Propinsi Jawa Tengah, berjarak 93

km dari pusat Propinsi Jawa Tengah. Secara geografis Kabupaten Batang

berada pada 6o 51’ 46” LS – 7o 11’ 47” LS dan 109o 40’ 19” BT – 110o 03’

006” BT. Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Batang adalah :

Sebelah Utara : Laut Jawa

Sebelah Timur : Kabupaten Kendal

Sebelah Selatan : Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara

Sebelah Barat : Kabupaten Pekalongan dan Kota Pekalongan

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Batang Nomor 7 Tahun

2004 tentang Pembentukan Kecamatan Kabupaten Batang, jumlah

kecamatan di Kabupaten Batang yang semula 12 kecamatan berubah

menjadi 15 kecamatan. Pemekaran wilayah ini dilakukan oleh Pemerintah

Kabupaten Batang sebagai upaya untuk menghadapi tantangan dan

permasalahan dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan

pelayanan kepada masyarakat khususnya pada tingkat kecamatan, desa,

dan kelurahan. Adapun 15 kecamatan tersebut, yaitu Kecamatan

Wonotunggal, Bandar, Blado, Reban, Bawang, Tersono, Gringsing,

Limpung, Subah, Tulis, Batang, Kandeman, Pecalungan, Banyuputih dan

Warungasem. Luas wilayah Kabupaten Batang secara keseluruhan

mencakup 78.865 Ha. Kecamatan yang memiliki luas terbesar adalah

Kecamatan Subah seluas 12% dari total luas Kabupaten Batang,

sedangkan luas terkecil di Kecamatan Warungasem dengan 3% dari total

luas Kabupaten Batang. Menurut pembagian wilayah setingkat desa dan

kelurahan, wilayah Kabupaten Batang terdiri atas 239 desa, 9 kelurahan

(44)

commit to user

2. Topografi

Kabupaten Batang memiliki relief yang beraneka ragam, berupa

dataran rendah, dataran tinggi dan berbukit pegunungan landai hingga

curam dan daerah dataran pantai. Berdasarkan letak kemiringannya,

wilayah Kabupaten Batang dikelompokkan menjadi empat kelas sebagai

berikut :

a. Kelas lereng pertama (kemiringan 0-2%) seluas 23,63% dengan

penyebarannya di sebagian Kecamatan Batang, Bandar, Warungasem,

Tulis, Kandeman, Limpung, Banyuputih, Gringsing dan Wonotunggal.

b. Kelas lereng kedua (kemiringan 2-15%) seluas 38,13%,

penyebarannya meliputi Kecamatan Wonotunggal, Bandar, Blado,

Reban, Bawang, Tersono, Gringsing, Limpung, Banyuputih, Subah,

Pecalungan, Tulis, Kandeman, Batang dan Warungasem.

c. Kelas lereng ketiga (kemiringan 15-40%) seluas 22,69%,

penyebarannya meliputi sebagian wilayah Kecamatan Wonotunggal,

Bandar, Blado, Reban, Bawang, Tersono, Gringsing, Limpung,

Banyuputih, Subah, Pecalungan dan Batang.

d. Kelas lereng keempat (kemiringan lebih dari 40%) seluas 15,55%,

penyebarannya di Kecamatan Wonotunggal, Bandar, Reban, Batang,

Tersono, dan sebagian kecil Gringsing, Limpung, Banyuputih, Subah

dan Pecalungan.

Kabupaten Batang dilihat dari letak ketinggian dari permukaan air

laut, di bagi menjadi lima wilayah ketinggian, mulai dari 0 meter (pantai)

sampai dengan 2.565 meter (pegunungan), yaitu :

a. Ketinggian 0-15 meter, seluas 2,30% terletak di sebagian Kecamtan

Batang, Gringsing, Tulis dan Kandeman.

b. Ketinggian 15-100 meter, seluas 7,20% meliputi Kecamatan

Gringsing, Limpung, Subah, Pecalungan, Kandeman, Tulis dan

Batang.

c. Ketinggian 100-500 meter, seluas 73% meliputi sebagian wilayah

Gambar

Gambar 1 Bagan kerangka berfikir pendekatan masalah Analisis
Tabel 1. Data Jumlah Stup, Produksi, Rata-Rata Produksi Per Jumlah Stup, Jumlah Peternak Dan Rata-Rata Produksi Per Peternak Madu Paguyuban Peternak Lebah Bunga Alam Lestari Tahun 2006-2010
Tabel 2. Inti Kajian Penelitian Terdahulu
Gambar 1. Bagan kerangka berfikir pendekatan masalah Analisis Usaha Lebah Madu Anggota Paguyuban Lebah Bunga Alam Lestari Kabupaten Batang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kaum Punkers memiliki beberapa simbol dalam komunitasnya. Beberapa simbol tersebut menjadi identitas kaum Punkers, yang membedakan dengan komunitas lainnya. kaum Punkers

Informasi tentang efek sinar ultraviolet terhadap total mikroba dan ketengikan krem santan kelapa serta lama penyinaran yang tepat yang memberikan pengaruh terbaik

Tujuan: Mengetahui bagaimana pengaruh penyuluhan dampak pernikahan dini terhadap kesehatan reproduksi antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol pada siswa kelas VIII di

Sebesar 56% produk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di eks Karesidenan Surakarta pasarnya masih berkutat di tingkat lokal. Sementara yang mencapai tingkat regional 22%,

Menurut Arifin dan Arifin (2005), pemeliharaan merupakan bagian dari pengelolaan yang dimaksudkan untuk menjaga dan merawat areal lanskap dengan segala fasilitas

sebagai Dosen Penguji II yang telah memberikan kritik dan saran kepada penulis selama menjalani sidang sarjana dan selama menyelesaikan perbaikan tugas akhir ini..

Dengan demikian, realisasi Tema Tekstual pada teks „Kota “Syurga” di Iran‟ ini menunjukkan bahwa informasi yang disajikan cenderung diorganisasikan

Teknik anti frequency selective fading diperlukan jika bandwidth sinyal lebih besar dari bandwidth koheren kanal seperti yang sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Teknik-teknik