commit to user
i
ANALISIS USAHA LEBAH MADU ANGGOTA PAGUYUBAN
PETERNAK LEBAH BUNGA ALAM LESTARI
KABUPATEN BATANG
SKRIPSI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian
di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
Program Studi Agribisnis
Oleh :
RISKY KUSUMANINGRUM
H 0808195
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
ii
ANALISIS USAHA LEBAH MADU ANGGOTA PAGUYUBAN
PETERNAK LEBAH BUNGA ALAM LESTARI
KABUPATEN BATANG
yang dipersiapkan dan disusun oleh:
Risky Kusumaningrum
H0808195
telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
pada tanggal:
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Tim Penguji
Ketua Anggota I Anggota II
Dr. Ir. Minar Ferichani, MP R. Kunto Adi, SP, MP Bekti Wahyu Utami, SP, M.Si NIP. 19670331 199303 2 001 NIP. 19731017 200312 1 002 NIP. 19780715 200112 2 001
Surakarta,
Mengetahui
Universitas Sebelas Maret
Fakultas Pertanian
Dekan
commit to user
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahNya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Analisis Usaha Lebah Madu Anggota Paguyuban Peternak
Lebah Bunga Alam Lestari Kabupaten Batang”, sebagai salah satu syarat dalam
memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa selama penulisan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS, selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Dr. Ir. Mohd. Harisudin, M.Si, selaku Ketua Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ibu Nuning Setyowati, SP, M.Sc, selaku Komisi Sarjana Program Studi
Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Ibu Dr. Ir. Minar Ferichani, MP, selaku Pembimbing Akademik sekaligus
Pembimbing Utama skripsi yang telah memberi bimbingan dan arahan
kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
5. Bapak R. Kunto Adi, SP, MP, selaku Pembimbing Pendamping dalam skripsi
ini, terimaksih atas diskusi, bimbingan serta arahan kepada penulis.
6. Ibu Bekti Wahyu Utami, SP, M.Si, selaku Penguji Tamu dalam skripsi ini,
terimakasih atas diskusi, bimbingan serta arahan kepada penulis.
7. Seluruh Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta atas
bimbingan yang telah diberikan kepada penulis selama kegiatan studi di
Fakultas Pertanian Universitas Surakarta.
8. Seluruh karyawan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah membantu administrasi penulis yang berkenaan dengan studi dan
commit to user
iv
9. BAPPEDA Kabupaten Batang, yang telah memberikan ijin penelitian kepada
penulis.
10. Dinas Kehutanan dan BPS Kabupaten Batang, atas bantuan kepada penulis
selama penelitian.
11. Seluruh Anggota Paguyuban Lebah Bunga Alam Lestari Kabupaten Batang
yang telah bersedia menjadi responden dan memberikan bantuan kepada
penulis selama penelitian.
12. Orang tua penulis, yang selalu mendukung dan membantu penulis dalam
segala sesuatu serta selalu memberikan bimbingan dan semangat kepada
penulis.
13. Seseorang yang selalu mendukung dan memberi semangat kepada penulis.
14. Kakak dan Adik-Adik penulis yang selalu memberi semangat kepada penulis.
15. Teman-teman kos Wisma Riski yang selalu membantu penulis dan
memberikan semangat dalam menyusun skripsi ini. Terimakasih atas
kebersamaan yang terjalin selama ini baik di Wisma Riski maupun di
Kampus kita tercinta.
16. Seluruh teman-teman Agribisnis 2008 yang telah bersama-sama berjuang
dalam kegiatan studi di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
17. Semua pihak yang telah membantu kelancaran pelaksanaan penyusunan
skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
penyempurnaan skripsi ini. Namun penulis berharap semoga sumbangan
pemikiran ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Amiin.
Surakarta, Juli 2012
commit to user
C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah ... 19
D. Hipotesis... 22
E. Asumsi-Asumsi ... 22
F. Pembatasan Masalah ... 22
G. Definisi Operasional Dan Konsep Pengukuran Variabel ... 22
commit to user
vi
III.METODE PENELITIAN
A. Metode Dasar Penelitian ... 24
B. Metode Penentuan Responden ... 24
1. Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 24
2. Metode Pengambilan Responden ... 24
C. Jenis dan Sumber Data ... 25
6. Kontribusi Pendapatan ... 29
IV.KONDISI UMUM KABUPATEN BATANG A. Keadaan Geografis ... 30
1. Letak dan Wilayah Administratif ... 30
2. Topografi ... 31
3. Keadaan Iklim dan Curah Hujan ... 32
B. Keadaan Penduduk ... 33
1. Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 33
2. Penduduk Menurut Umur ... 34
3. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 35
4. Penduduk Menurut Mata Pencaharian... 36
C. Keadaan Perekonomian ... 36
D. Keadaan Usaha Lebah Madu ... 37
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 40
1. Identitas Responden ... 40
2. Bahan Pakan Lebah Madu... 41
3. Peralatan Usaha Lebah Madu ... 42
4. Proses Budidaya Lebah Madu ... 43
commit to user
vii
B. Pembahasan ... 51 1. Analisis Usaha Lebah Madu ... 51 2. Permasalahan Dalam Usaha Lebah Madu ... 54
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 55 B. Saran... 55
commit to user
viii
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
Tabel 1 Data jumlah stup, produksi, rata-rata produksi per jumlah stup, jumlah peternak dan rata-rata produksi per peternak madu Paguyuban Peternak Lebah Bunga Alam Lestari
Tahun 2006-2010... 3 Tabel 2 Inti kajian penelitian terdahulu... 8
Tabel 3 Keadaan penduduk Kabupaten Batang menurut jenis
kelamin tahun 2010... 33
Tabel 4 Keadaan penduduk Kabupaten Batang menurut
kelompok umur tahun 2010... 34
Tabel 5 Keadaan penduduk Kabupaten Batang menurut tingkat
pendidikan tahun 2010... 35
Tabel 6 Keadaan penduduk Kabupaten Batang menurut mata
pencaharian tahun 2010... 36
Tabel 7 Karakteristik responden anggota Paguyuban Peternak
Lebah Bunga Alam Lestari Kabupaten Batang... 40
Tabel 8 Rata-rata biaya tetap anggota Paguyuban Peternak Lebah
Bunga Alam Lestari Kabupaten Batang... 46 Tabel 9 Rata-rata biaya variabel anggota Paguyuban Peternak
Lebah Bunga Alam Lestari Kabupaten Batang... 47 Tabel 10 Rata-rata biaya total usaha lebah madu anggota
Paguyuban Peternak Lebah Bunga Alam Lestari
Kabupaten Batang... 48 Tabel 11 Rata-rata penerimaan usaha lebah madu anggota
Paguyuban Peternak Lebah Bunga Alam Lestari
Kabupaten Batang... 48 Tabel 12 Rata-rata keuntungan usaha lebah madu anggota
Paguyuban Peternak Lebah Bunga Alam Lestari
Kabupaten Batang... 49 Tabel 13 Rata-rata efisiensi usaha lebah madu anggota Paguyuban
Peternak Lebah Bunga Alam Lestari Kabupaten Batang... 50
Tabel 14 Rata-rata kontribusi pendapatan usaha lebah madu anggota Paguyuban Peternak Lebah Bunga Alam Lestari
commit to user
ix
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
Gambar 1 Bagan kerangka berfikir pendekatan masalah Analisis Usaha Lebah Madu Anggota Paguyuban Lebah Bunga
commit to user
x
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
Lampiran 1 Identitas responden usaha lebah madu... 59
Lampiran 2 Biaya investasi peralatan usaha lebah madu... 61
Lampiran 3 Biaya penyusutan peralatan usaha lebah madu... 65
Lampiran 4 Biaya tetap usaha lebah madu... 73
Lampiran 5 Biaya tenaga kerja usaha lebah madu... 75
Lampiran 6 Biaya saprodi usaha lebah madu... 79
Lampiran 7 Biaya variabel usaha lebah madu... 81
Lampiran 8 Biaya total usaha lebah madu... 83
Lampiran 9 Penerimaan usaha lebah madu... 85
Lampiran 10 Keuntungan, profitabilitas dan efisiensi usaha lebah madu... 89 Lampiran 11 Kontribusi pendapatan usaha lebah madu... 91
Lampiran 12 Kuisioner penelitian... 97
commit to user
xi
RINGKASAN
Risky Kusumaningrum. H0808195. 2012. “Analisis Usaha Lebah Madu Anggota Paguyuban Peternak Lebah Bunga Alam Lestari Kabupaten Batang”. Skripsi dengan pembimbing Dr. Ir. Minar Ferichani, MP dan R. Kunto Adi, SP, MP. Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Kabupaten Batang merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang mempunyai potensi besar untuk usaha lebah madu karena terdapat potensi tanaman randu dan karet sebagai penyediaan pakan lebah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keuntungan dan profitabilitas usaha, efisiensi usaha dan kontribusi pendapatan usaha lebah madu anggota paguyuban peternak lebah bunga alam lestari terhadap pendapatan rumah tangga anggota paguyuban peternak lebah bunga alam lestari Kabupaten Batang .
Metode dasar penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu Kabupaten Batang. Pemilihan sampel peternak lebah madu dilakukan secara simple random sampling, yaitu peternak lebah madu yang telah menjadi anggota Paguyuban Peternak Lebah Bunga Alam Lestari Kabupaten Batang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata biaya yang dikeluarkan dalam usaha lebah madu adalah sebesar Rp 70.196.839,32/tahun dan rata-rata
penerimaan dari usaha budidaya lebah madu adalah sebesar
commit to user
xii
SUMMARY
Risky Kusumaningrum. H0808195. 2012. “Analysis Of The Honey Bee Business of Beekeepers Association Members Bunga Alam Lestari Batang Regency”. Thesis with the supervisor Dr. Ir. Minar Ferichani, MP dan R. Kunto Adi, SP, MP. Faculty of Agriculture, Sebelas Maret University Surakarta.
Batang is one of regency in Central Java which has great potential for the business of honey bees as there are potential crops as cotton and rubber supply of feed bees. The purpose of this study was to determine the benefits and profitability, the business efficiency and the contribution of honey bees revenues beekeepers association members bunga alam lestari with household income to beekeepers association members bunga alam lestari Batang Regency.
The basic method of this research is analytical descriptive method. Site selection studies done on purpose (purposive), namely Batang Regency. The selection of samples of honey beekeepers performed simple random sampling, the honey bee breeder who has been beekeepers association members bunga alam lestari Batang Regency.
commit to user
xiii
ANALISIS USAHA LEBAH MADU ANGGOTA PAGUYUBAN
PETERNAK LEBAH BUNGA ALAM LESTARI
KABUPATEN BATANG
SKRIPSI
Oleh :
RISKY KUSUMANINGRUM
H 0808195
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Madu merupakan bahan makanan yang istimewa karena rasa, nilai
gizi dan khasiatnya yang tinggi. Madu juga mempunyai peranan yang penting
bukan hanya sebagai bahan makanan dan pemanis, tetapi juga sebagai
penangkal berbagai penyakit. Secara tradisional, madu telah lama digunakan
untuk tujuan medis dan terapis, serta perawatan kecantikan dan keperluan
industri (Syarif, 2005).
Usaha pengembangan lebah madu merupakan salah satu usaha
potensial untuk dikembangkan sebab Indonesia memiliki areal hutan yang
cukup luas. Apabila hutan tersebut dimanfaatkan untuk pemeliharaan lebah
madu secara intensif maka Indonesia dapat menjadi salah satu negara
pemasok madu cukup besar. Selain areal hutan yang luas, Indonesia juga
memiliki kondisi iklim tropis dan beraneka ragam jenis tumbuhan sebagai
sumber pakan lebah, sehingga terdapat berbagai jenis lebah asli Indonesia.
Pemeliharaan lebah madu juga tidak hanya menguntungkan secara ekonomis,
tetapi juga mampu menciptakan lapangan kerja, sekaligus menunjang
produktivitas perkebunan dan hortikultura.
Perlebahan merupakan suatu bentuk pengusahaan hasil hutan yang
dikembangkan di Indonesia sejak tahun 1918-1930 oleh seorang kebangsaan
Belanda. Kegiatan ini menghasilkan produk berupa madu, royal jelly, bee
propolis dan bee pollen. Riset ilmiah terbaru membuktikan bahwa madu
potensial sebagai antioksidan, antimikroba, anti jamur, perawatan kulit,
pengawet makanan, dan sebagai obat luka. Pengusahaan madu juga dapat
menghasilkan manfaat tidak langsung berupa meningkatnya penyerbukan
tanaman (Sarwono, 2005).
Produksi madu Indonesia hingga dewasa ini masih belum tercatat
dalam statistik. Luas hutan ± 120 juta hektar yang penuh dengan beraneka
commit to user
dalam pengembangan apiari untuk menjadi pengekspor madu di dunia. Madu
di Indonesia saat ini dihasilkan dari Sumba, Sumbawa, Kalimantan Timur,
Riau, Lampung, dan Jawa (Sumoprastowo, 1980).
Kabupaten Batang merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah
yang mempunyai potensi besar untuk usaha lebah madu karena keadaan
alamnya sangat mendukung terhadap keberhasilan budidaya lebah madu dan
terdapat potensi tanaman randu dan karet sebagai penyediaan pakan lebah.
Peternakan lebah di Kabupaten Batang dikelola oleh unit usaha Apiari
Pramuka merupakan pusat perlebahan yang didirikan oleh Gerakan Pramuka
dan bertujuan untuk menjadi pusat promosi di bidang perlebahan. Peternakan
lebah lainnya yang lebih kecil diusahakan oleh Puspa Alas Roban dan Queen
Bee. Industri pengolahan madu dapat dijumpai di Kecamatan Gringsing.
Madu ternak ini selain untuk konsumsi lokal, juga dipasarkan untuk konsumsi
luar daerah seperti Jakarta, Semarang dan Pekalongan. Usaha budidaya lebah
madu juga dapat meningkatkan pembangunan di Kabupaten Batang, baik dari
segi ekonomi yakni mampu meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat
maupun dari segi sosial yakni dapat mengurangi jumlah pengangguran di
Kabupaten Batang (Anonim, 2010).
Salah satu paguyuban peternak lebah madu yang ada di Kabupaten
Batang adalah Paguyuban Peternak Lebah Bunga Alam Lestari yang terdapat
di Kecamatan Gringsing. Jenis lebah yang dibudidayakan adalah lebah
unggul (Apis mellifera). Lebah tersebut dikatakan lebah unggul karena
produksi madu dan daya adaptasinya yang tinggi. Lebah unggul (Apis
mellifera) dapat dibudidayakan dengan peralatan yang standar untuk
memperoleh hasilnya lebih optimal. Berikut data produksi madu di
commit to user
Tabel 1. Data Jumlah Stup, Produksi, Rata-Rata Produksi Per Jumlah Stup, Jumlah Peternak Dan Rata-Rata Produksi Per Peternak Madu Paguyuban Peternak Lebah Bunga Alam Lestari Tahun 2006-2010
Tahun Jumlah
Sumber : Paguyuban Peternak Lebah Bunga Alam Lestari
Tabel 1 menunjukkan bahwa dari tahun 2006 sampai tahun 2010
produksi madu terus mengalami peningkatan. Lain halnya dengan jumlah
stup yang dimiliki oleh peternak, dari tahun 2006 sampai tahun 2010
mengalami pertambahan yang semakin menurun. Tahun 2006 hingga 2007
jumlah stup bertambah sebesar 20 buah, sedangkan tahun 2007 hingga 2008
jumlah stup hanya bertambah sebesar 10 buah. Hal tersebut juga terjadi pada
tahun 2009 jumlah stup bertambah sebesar 9 buah dan tahun 2010
pertambahan jumlah stup hanya sebesar 8 buah. Penurunan jumlah stup
disebabkan oleh ditebangnya pohon kapuk randu di PTP (Perseroan Terbatas
Perkebunan) yang mengakibatkan peternak kehilangan tempat
menggembalakan lebah sehingga peternak harus menggembalakan lebahnya
sampai ke Pati, Kudus, Jepara, Pasuruan, Probolinggo dan Banyuwangi.
Penggembalaan lebah sampai ke luar kota tersebut dapat menyebabkan biaya
produksi menjadi semakin tinggi karena selain harus mengeluarkan biaya
untuk transportasi dan tenaga kerja juga harus membayar sewa lokasi
penggembalaan.
B. Perumusan Masalah
Usaha lebah madu merupakan kegiatan agribisnis yang sudah akrab
dengan lingkungan dan hasil dari usaha lebah madu sendiri juga banyak
bermanfaat bagi masyarakat. Manfaat yang dapat diperoleh dari
mutu gizi masyarakat dari hasil-hasil usaha lebah madu yang berupa madu,
tepungsari, royal jelly, koloni lebah dan ratu lebah. Usaha lebah madu juga
dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dalam partisipasi terhadap upaya
pelestarian alam.
Menurut Departemen Kehutanan (2001) bahwa usaha lebah madu
dewasa ini merupakan komponen dalam pembangunan sektor pertanian dan
kehutanan. Peran lebah madu dalam penyerbukan tanaman memberikan
keuntungan ekologis khususnya bagi kelestarian flora, selain itu produk yang
dihasilkan juga akan memberikan keuntungan ekonomis bagi peternaknya.
Kemajuan kegiatan usaha lebah madu sangat diharapkan dapat mengangkat
harkat usaha lebah madu dan masyarakat pedesaan terutama yang berada di
sekitar hutan sehingga tingkat kesejahteraannya menjadi lebih baik. Kegiatan
usaha lebah madu disamping menyediakan pakan lebah juga dipengaruhi oleh
sumberdaya manusia sehingga dapat meningkatkan pendapatan yang diterima
oleh peternak itu sendiri.
Tujuan setiap pengusaha dalam menjalankan usahanya adalah untuk
memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya dengan cara memaksimalkan
keuntungan dan meminimumkan biaya. Begitu juga dengan peternak lebah
madu, dalam usaha lebah madu sangat diperlukan analisis mengenai
keuntungan, profitabilitas dan efisiensi usaha sehingga diharapkan pengusaha
dapat melihat perkembangan dari usahanya. Tujuan dari adanya analisis
usaha lebah madu adalah untuk melihat layak atau tidaknya usaha lebah madu
untuk dijalankan dalam jangka panjang.
Berdasarkan uraian diatas penelitian ini mengambil judul Analisis
Usaha Lebah Madu Anggota Paguyuban Peternak Lebah Bunga Alam Lestari
Kabupaten Batang, yang diharapkan dapat mengetahui usaha lebah madu
yang dilakukan saat ini dapat memberikan keuntungan atau tidak.
Permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah usaha lebah madu anggota Paguyuban Peternak Lebah Bunga
commit to user
2. Apakah usaha lebah madu anggota Paguyuban Peternak Lebah Bunga
Alam Lestari Kabupaten Batang sudah efisien?
3. Seberapa besar usaha lebah madu anggota Paguyuban Peternak Lebah
Bunga Alam Lestari Kabupaten Batang memberikan kontribusi
pendapatan terhadap pendapatan rumah tangga anggota Paguyuban
Peternak Lebah Bunga Alam Lestari Kabupaten Batang?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai. Tujuan
dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui keuntungan dan profitabilitas usaha lebah madu
anggota Paguyuban Peternak Lebah Bunga Alam Lestari Kabupaten
Batang.
2. Untuk mengetahui tingkat efisiensi usaha lebah madu anggota Paguyuban
Peternak Lebah Bunga Alam Lestari Kabupaten Batang.
3. Untuk mengetahui kontribusi pendapatan usaha lebah madu anggota
Paguyuban Peternak Lebah Bunga Alam Lestari Kabupaten Batang
terhadap pendapatan rumah tangga anggota Paguyuban Peternak Lebah
Bunga Alam Lestari Kabupaten Batang.
D. Kegunaan Penelitian
Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini, diantaranya adalah
sebagi berikut :
1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan
tentang penelitian yang dilakukan dan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
2. Bagi pemerintah dan instansi terkait, diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan dalam menentukan kebijakan khususnya pada bidang usaha
3. Bagi para pengusaha lebah madu, hasil penelitian ini diharapkan dapat
menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan usaha pengembangan dan
peningkatan usaha.
4. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan
kajian dan pertimbangan dalam melakukan penelitian pada permasalahan
commit to user
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian Mudzaky (2003) dengan judul Usaha Lebah Madu
Dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, menunjukkan bahwa
secara keseluruhan rata-rata keuntungan usahatani lebah madu adalah Rp
21.230.233. Kontribusi usahatani lebah madu terhadap total pendapatan
rumah tangga petani sebesar 85,35%. Hasil analisis regresi memperlihatkan
bahwa variabel independen secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap
variabel dependen pada taraf kepercayaan 99 %. Secara parsial variabel
jumlah kepemilikan koloni dan lama migrasi masing-masing berpengaruh
nyata pada taraf kepercayaan 99 % dan 95 %, variabel pemberian stimulan
dan dummy pengalaman masing-masing berpengaruh nyata pada taraf
kepercayaan 90 %, sedangkan variabel penggunaan obat, tenaga kerja dan
dummy skala usaha tidak berpengaruh nyata. Hasil analisis efisiensi
memperlihatkan bahwa penggunaan input variabel kepemilikan koloni,
pemberian stimulan dan lama migrasi secara teknis masih rasional (stage II).
Secara ekonomis penggunaan input variabel kepemilikan koloni belum
efisien, variabel stimulan sudah efisien dan variabel migrasi belum tercapai
(under utilized faktor produksi).
Penelitian yang dilakukan oleh Mayasari (2008) dengan judul Analisis
Usaha Perlebahan Di Kabupaten Pati, menunjukkan bahwa dari 30 sampel
peternak lebah madu rata-rata telah mengusahakan selama 11,4 tahun, dengan
rata-rata volume usaha sebanyak 116 stup. Biaya total rata-rata usaha
budidaya lebah madu selama tahun 2006 adalah Rp 20.074.867,30/tahun.
Penerimaan rata-rata peternak lebah madu sebesar Rp 28.785.333,00/tahun
sehingga keuntungan rata-rata yang diperoleh adalah Rp 8.710.466,07/tahun
dengan profitabilitas sebesar 42,63%. Dengan diketahui rata-rata penerimaan
perlebahan di Kabupaten Pati sebesar 1,43. Hal ini menunjukkan bahwa
usaha perlebahan yang dijalankan ini efisien.
Penelitian Adalina (2008) dengan judul Analisis Finansial Usaha
Lebah Madu Apis mellifera L, menunjukkan bahwa pengusahaan lebah madu
Apis mellifera L layak untuk diusahakan karena besarnya produksi di atas
titik impas, rasio manfaat terhadap biaya (B/C rasio) lebih dari satu, tingkat
bunga maksimum yang dapat dibayar diatas bunga bank, nilai sekarang dari
arus uang pada masa yang akan datang dengan tingkat diskonto 10 persen
bernilai positif dan jangka waktu pengembalian dana investasi lebih pendek
dari jangka waktu maksimum yang diusulkan.
Tabel 2. Inti Kajian Penelitian Terdahulu
Peneliti Tahun Judul Inti Kajian
Farid
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
usahatani lebah madu merupakan solusi
alternatif untuk mengatasi persoalan sosial
ekonomi di desa. Hal tersebut terlihat dari
besarnya kontribusi usahatani lebah madu
terhadap total pendapatan rumah tangga
petani sebesar 85,35% dan keuntungan
rata-rata usahatani lebah madu adalah Rp
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
usaha perlebahan yang dijalankan ini
efisien. Hal ini terlihat dari keuntungan
rata-rata yang diperoleh adalah Rp
8.710.466,07/tahun dengan profitabilitas
sebesar 42,63%, maka diperoleh efisiensi
usaha perlebahan di Kabupaten Pati
sebesar 1,43.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pengusahaan lebah madu Apis mellifera L
commit to user
Menurut hasil penelitian terdahulu dapat diketahui bahwa usaha
budidaya lebah madu memiliki prospek yang bagus untuk dikembangkan agar
dapat menjadi produk madu yang berkualitas dan menghasilkan keuntungan.
Besarnya keuntungan tersebut dipengaruhi oleh besarnya penerimaan dan
besarnya biaya yang dikeluarkan. Selain itu besarnya penerimaan dan
besarnya biaya yang dikeluarkan akan menunjukkan tingkat efisiensi dari
pengelolaan usaha tersebut. Berdasarkan dari sumber pemikiran diatas,
peneliti mencoba menerapkan pada analisis usaha lebah madu anggota
paguyuban peternak lebah bunga alam lestari Kabupaten Batang.
B. Landasan Teori
1. Lebah
Lebah madu termasuk golongan serangga berdarah dingin,
sehingga dalam aktivitas kehidupan dipengaruhi perubahan suhu
sekitarnya. Suhu 33°C-34°C merupakan suhu optimal bagi lebah dalam
melakukan kegiatannya. Di Indonesia, temperatur rata-rata 26°C, sehingga
belum mengganggu kehidupan lebah (Samadi, 2004).
Lebah merupakan serangga sosial yang dapat dibedakan menjadi
dua macam, yaitu hidup soliter dan hidup secara berkoloni. Lebah yang
hidup secara bersoliter lebih banyak jenisnya. Lebah berkoloni adalah
lebah yang hidup bersama dalam suatu kelompok besar dan membentuk
masyarakat (Sarwono, 2005).
Lebah madu selalu hidup berkoloni, rata-rata setiap koloni berkisar
60-70 ribu lebah dalam satu sarang. Walaupun populasi yang demikian
padat, lebah mampu melakukan pekerjaannya secara terencana dan teratur
rapi. Suatu koloni lebah umumnya terdiri dari lebah pekerja, lebah
pejantan dan ratu lebah. Lebah pekerja boleh dikatakan mengerjakan
seluruh tugas dalam sarang yaitu membuat sarang, membersihkan sarang,
menjaga sarang, memberi makan larva dan ratu lebah, dan yang utama
adalah mengumpulkan madu dan bee pollen sebagai sumber pakannya.
Lebah jantan bertugas membersihkan sarang, menjaga sarang dan tugas
commit to user
lebah. Ratu lebah bertugas memimpin dan menjaga keharmonisan lebah
dalam satu koloni. Ratu lebha mempunyai umur yang lebih lama
dibandingkan dengan lebah pekerja (Anonim, 2009).
Lebah madu adalah insekta sosial yang hidup selalu dalam suatu
keluarga besar, yang disebut koloni lebah. Setiap sarang dihuni oleh satu
koloni. Keunikan koloni lebah ini adalah mempunyai sifat polimorfisme,
yaitu anggotanya mempunyai keunikan anatomis, fisiologis dan fungsi
biologis yang berbeda satu golongan dari golongan atau strata yang lain.
Di dalam satu koloni lebah terdapat hanya satu ratu, beberapa ratus lebah
jantan, beberapa puluh ribu lebah pekerja, ditambah penghuni dalam
bentuk telur, larva dan pupa (Sihombing, 2005).
Koloni lebah yang sehat dan kuat merupakan salah satu
persyaratan untuk menghasilkan madu secara optimal. Kondisi tersebut
dapat tercapai bila dalam satu koloni didominasi oleh lebah pekerja muda,
larva dan didukung ratu lebah yang masih produktif untuk menghasilkan
telur minimal 1500butir/tahun. Dengan didukung jumlah lebah pekerja
muda yang banyak, maka akan menghasilkan madu lebih banyak dalam
waktu yang singkat (Samadi, 2004).
Makanan lebah berupa nektar, madu, tepungsari dan air. Nektar
setelah menjadi madu sebagai sumber karbohidrat, sedikit protein, vitamin
dan mineral. Energi dari makanan dipergunakan selama beristirahat dan
bekerja. Untuk menghasilkan sari madu diperlukan protein sangat banyak
yang dapat dipenuhi dari tepungsari. Makanan saru dan tempayak sangat
tergantung dari hasil sari madu. oleh karena itu pemeliharaan tempayak
yang terbanyak ialah pada musim tepungsari sedang berlimpah di alam
bebas. Kebutuhan tepungsari juga untuk menjaga kelangsungan fungsi
kelenjar malam (Sumoprastowo, 1980).
commit to user
Madu adalah bahan makanan energi yang baik sekali karena ia
mengandung gula-gula sederhana yang dapat dimanfaatkan tubuh. Madu
mengandung garam-garam mineral dan bahan-bahan lain yang dibutuhkan
oleh tubuh. Hanya madulah bahan makanan gula yang tidak diolah terlebih
dahulu untuk dimanfaatkan manusia (Sihombing, 2005).
Madu merupakan produksi utama yang dihasilkan lebah,
bentuknya berupa cairan kental manis yang berasal dari nektar. Seekor
lebah madu dengan beberapa kali penerbangan dapat mengumpulkan
nektar ± 50mgr/hari. Pada madu terkandung zat-zat mineral (kapur, fosfat,
magnesium dan besi) yang sangat bermanfaat bagi manusia. Madu dapat
membantu pembentukan butir-butir darah merah dan mengobati penyakit
magh (Samadi, 2004).
Warna madu tergantung dari jenis tanaman asal dan sifat tanah,
tetapi tingkatan pemanasan mempengaruhi warna pula. Pemanasan madu
yang lama, mempertua warna. Aroma madu ada hubungannya dengan
warna. Makin gelap warnanya, aromanya semakin keras atau tajam.
Kualitas madu biasanya ditentukan oleh warna, aroma, dan keadaannya.
Madu yang tidak berwarna adalah termasuk madu kelas satu. Beberapa
orang ahli mengatakan, bahwa madu yang berwarna gelap mengandung
banyak mineral, terutama mineral Fe, Cu, dan Mn (Sihombing, 2005).
Banyaknya air dalam madu menentukan keawetan madu. Madu
yang isi airnya tinggi mudah untuk berfermentasi. Fermentasi terjadi
karena jamur yang terdapat dalam madu tinggi. Sewaktu madu masih
tersimpan dalam sel sisiran yang tertutup rapat, selama itu madu tidak
mengalami fermentasi (Sumoprastowo, 1980).
Madu siap panen adalah madu yang berkadar air ± 20% yang
ditandai dengan sel-sel sarang penyimpanan madu tebal telah tertutup lilin.
Jangan memanen madu terlalu muda karena mudah mengalami peragian,
sehingga rasa madu asam. Demikian pula memanen madu terlalu masak
akan lebih sulit dikeluarkan dari sel-sel sarang madu karena sudah
commit to user
sore hari ketika cuaca cerah, yaitu saat lebah melakukan aktivitasnya
mencari makan. Saat memungut madu, sebaiknya posisi pemungut tidak
berdiri di depan pintu rumah lebah karena bisa mengganggu aktivitas
lebah (Samadi, 2004).
3. Budidaya Lebah Madu
Budidaya lebah madu merupakan salah satu usaha sampingan bagi
masyarakat pedesaan yang dapat memperbaiki gizi dan pendapatan. Para
peternak lebah cenderung untuk memelihara dan menambah tanaman
pakan lebah, sehingga secara tidak langsung ikut menjaga kelestarian
sumber daya alam dan ikut menahan laju kerusakan hutan dan erosi. Lebah
madu sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia karena berbagai hasil
yang secara langsung maupun tidak langsung dapat kita nikmati. Berbagai
hasil yang dapat kita nikmati secara langsung adalah madu. hasil secara
tidak langsung kita peroleh dari kenaikan produksi tanaman pertanian
yang diserbuki oleh lebah (Rojak, 2010).
Dalam budidaya lebah yang paling baik, adalah menggunakan
stup/kotak yang diisi dengan bingkai sisiran. Jumlah bingkai sarang antara
7-10 buah. Bagian bawah (dasar) kotak lebah dibuat sedikit miring dan
dapat dilepas, agar mudah membersihkannya. Tutup bagian atas dibuat
lubang ventilasi dan ditutup dengan kawat kassa dan diharapkan sirkulasi
udara akan lebih baik. Perlengkapan agar peternak tahan terhadap sengatan
berupa masker, sarung tangan, baju lengan panjang. Semua peralatan
diusahakan berwarna terang, sebab warna gelap dan merah akan sangat
menarik bagi lebah untuk dijadikan sasaran sengatan. Selain itu diperlukan
pula pengasapan untuk menjinakkan lebah, pisau dan alat pembersih kotak
lainnya (Anonim, 2008).
Ternak lebah adalah pemeliharaan lebah yang bertujuan untuk
mengambil madunya. Orang beternak lebah disebut peternak lebah. Selain
madu, peternak juga dapat memperoleh hasil lain dari lebah yang diternak
berupa lilin lebah (berasal dari sarang lebah), pollen (tepungsari bunga)
commit to user
sari madu). Pada dasarnya bentuk peternakan lebah madu ada dua macam
yaitu peternakan secara tradisional/sederhana dan peternakan modern.
Sifat dari jenis peternakan ini satu sama lain berbeda, baik pengelolannya
maupun produksi yang dapat dicapai (Sarwono, 2005).
Panen untuk madu hutan berlainan untuk masing-masing daerah
sesuai dengan adat dan budaya setempat. Lazimnya di beberapa daerah
menggunakan cara panen dimalam hari karena lebah tidak bisa melihat di
malam hari. Saat ini beberapa daerah dampingan sudah mulai
menggunakan panen lestari, dimana untuk panen hanya mengambil bagian
kepala madu saja sehingga lebah masih mempunyai persedian madu untuk
makanan anak lebah, sehingga mereka dapat tumbuh menjadi dewasa dan
membentuk koloni baru. Selain itu dengan panen lestari jika bunga
mencukupi untuk makanan lebah hutan, madu bisa dipanen hingga 3 kali
dalam setahun dari yang awalnya hanya 1 kali panen dengan cara panen
mengambil semua bagian sarang (Anonima, 2011).
Sekarang ini hampir seluruh kalangan masyarakat membutuhkan
madu untuk berbagai macam kepentingan, sehingga peluang pasarnya pun
semakin hari semakin terbuka lebar. Selain produk madu yang memiliki
nilai ekonomi cukup tinggi, sekarang ini produk turunan lainnya seperti
royal jelly, propolis, dan malam (wax) juga mulai diminati para konsumen.
Kendala serta resiko bisnis yang ditanggung para pelaku usaha lebah madu
adalah kendala cuaca yang tidak menentu, serta serangan hama dan
penyakit menjadi hambatan utama dalam menjalankan bisnis ternak lebah.
Cuaca yang tidak menentu membuat tumbuhan gagal berbunga, sehingga
tingkat produksi lebah cenderung ikut menurun. Sedangkan hama dan
penyakit yang sering mengganggu ternak lebah yaitu tungau parastik,
burung, tawon, cicak, tikus, serta beberapa penyakit lainnya seperti virus,
nosema, European foulbrood, stonebrood, chalkbrood, dan sebagainya
(Anonimb, 2011).
4. Analisis Usaha
commit to user
Jenis-jenis biaya produksi dapat dibagi dalam biaya tetap dan
biaya variabel (biaya tidak tetap). Yang dimaksud dengan biaya tetap
adalah jenis biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar
kecilnya produksi, misalnya sewa atau bunga tanah yang berupa uang.
Biaya lainnya masuk pada biaya variabel karena besar kecilnya
berhunungan langsung dengan besarnya produksi, misalnya
pengeluaran-pengeluaran untuk bibit, biaya persiapan dan pengolahan
tanah (Mubyarto, 1995).
Penggolongan biaya produksi digolongkan berdasarkan sifatnya.
Biaya tetap (fixed cost) ialah biaya yang tidak ada kaitannya dengan
jumlah barang yang diproduksi. Sebagai contoh, sewa lahan untuk
jangka waktu yang lama maka jumlah sewa lahan yang harus dibayar
setiap tahunnya sama dan tidak tergantung kepada produksi yang
diperoleh pada tahun tersebut. Biaya tidak tetap (variable cost) ialah
biaya yang berubah apabila luas usahanya berubah, biaya ini ada
apabila ada sesuatu barang yang diproduksi. Sebagai contoh biaya
untuk upah buruh tani, apabila produksi sayuran meningkat maka
kebutuhan terhadap buruh tani juga akan meningkat, tetapi apabila tidak
ada produksi sayuran maka tidak akan ada kebutuhan terhadap buruh
tani (Soekartawi et al, 1986).
Menurut Downey dan Erickson (1992), biaya tetap adalah biaya
yang tidak berubah karena volume bisnis. Biaya variabel merupakan
biaya yang berubah secara langsung sesuai dengan volume penjualan.
Pertanyaan kunci dalam menentukan pembagian biaya ini adalah
apakah biaya dipengaruhi langsung oleh produk yang dijual. Dengan
kata lain, biaya tetap selalu ada tanpa menghiraukan jumlah bisnis yang
dilakukan. Segera setelah bisnis menghasilkan produk untuk dijual,
maka akan muncul sejumlah biaya tertentu, tanpa memperdulikan ada
tidaknya penjualan. Hal ini disebut biaya tetap atau biaya tertanam
(sunk cost). Sebaliknya, ada beberapa beban tambahan yang
commit to user
perhitungan rugi–laba apabila penjualan belum diselesaikan. Hal ini
merupakan biaya variabel.
Biaya depresiasi/penyusutan adalah jumlah dana penyusutan
disesuaikan dengan jumlah dana yang dihitung setiap tahunnya
berdasarkan metode yang digunakan. Biaya bahan baku adalah biaya
bahan yang dikeluarkan untuk memproduksi sejumlah barang sesuai
dengan jumlah produksi yang direncanakan. Besarnya jumlah bahan
baku yang diperkirakan berdasarkan rencana penjualan. Biaya tenaga
kerja langsung adalah biaya yang dikeluarkan terhadap tenaga kerja
yang langsung berhubungan dengan produksi (Ibrahim, 2003).
b. Penerimaan
Penerimaan total adalah banyaknya produksi total dikalikan
dengan harga. Semakin banyak jumlah produk yang dihasilkan maupun
semakin tinggi harga per unit produksi yang bersangkutan, maka
penerimaan total yang diterima produsen akan semakin besar.
Sebaliknya jika produk yang dihasilkan sedikit dan harganya rendah
maka penerimaan total yang diterima oleh produsen akan semakin kecil
(Soekartawi, 1994).
Bentuk penerimaan dapat digolongkan atas dua bagian, yaitu
penerimaan yang berasal dari hasil penjualan barang-barang yang
diproses dan penerimaan yang berasal dari luar barang-barang yang
diproses. Penerimaan yang berasal dari luar kegiatan usaha tapi
berhubungan dengan adanya kegiatan usaha, seperti penerimaan dalam
bentuk bonus karena pembelian barang-barang kebutuhan kegiatan
usaha, penerimaan bunga bank, nilai sisa aset (serap value), sewa
gedung, sewa kendaraan dan lain sebagainya (Ibrahim, 2003).
c. Keuntungan
Dalam melakukan usaha pertanian, seorang pengusaha atau
seorang petani akan selalu berfikir bagaimana ia mengalokasikan input
seefisien mungkin untuk dapat memperoleh produksi yang maksimal.
commit to user
memaksimalkan keuntungan atau profit maximization. Dilain pihak
manakala petani dihadapkan dalam keterbatasan biaya dalam
melaksanakan usahataninya, maka mereka juga tetap mencoba untuk
meningkatkan keuntungan tersebut dengan kendala biaya usahatani
yang terbatas. Suatu tindakan yang dapat dilakukan adalah bagaimana
memperoleh keuntungan yang lebih besar dengan menekan biaya
produksi sekecil-kecilnya. Pendekatan seperti ini dikenal dengan istilah
meminimumkan biaya atau cost minimization (Soekartawi, 1994).
Keuntungan (profit) adalah tujuan utama dalam pembukaan
usaha yang direncanakan. Semakin besar keuntungan yang diterima,
semakin layak usaha yang dikembangkan. Didasarkan pada perkiraan
dan perencanaan produksi dapat diketahui pada jumlah produksi berapa
perusahaan mendapat keuntungan dan pada jumlah produksi berapa
pula perusahaan mendapat kerugian (Ibrahim, 2003).
Ketika membicarakan laba, kebanyakan orang mengaitkannya
dengan uang sisa dari pendapatan, setelah dikurangi semua biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan itu. Laba biasanya mengacu
pada surplus atau kelebihan pendapatan atas biaya (keuntungan bersih
dari suatu proses produksi). Selain itu, laba dapat didefinisikan sebagai
perbedaan antara laba kotor (gross income) dan biaya operasi
(operating cost). Biaya operasi adalah jumlah semua biaya tetap
ditambah biaya variabel untuk operasi (Makeham dan Malcolm, 1991).
Keuntungan atau kerugian perusahaan adalah perbedaan antara
pendapatan bersih dengan bunga dari seluruh modal yang dipergunakan
dalam usahatani atau merupakan perbedaan antara pendapatan kotor
dengan biaya menghasilkan. Keuntungan atau keruguian pengusaha
diperhitungkan dengan mengurangi pendapatan petani dengan upah
tenaga kerja keluarga dan bunga modal sendiri (Hadisapoetro, 1973).
Keuntungan atau kerugian petani merupakan selisih dari
pendapatan petani dikurangi dengan upah keluarga dan bunga modal
commit to user d. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan. Oleh karena itu, istilah rasio profitabilitas
merujuk pada beberapa indikator atau rasio yang berbeda yang bisa
digunakan untuk menentukan profitabilitas dan prestasi kerja
perusahaan (Downey dan Erickson, 1992).
Analisis laba atau profitabilitas analisis bermaksud untuk
mengetahui besarnya perubahan biaya terhadap laba apabila terdapat
faktor-faktor seperti biaya produksi, volume dan biaya penjualan
(Soeharto, 1997).
Profitabilitas dimaksud untuk mengetahui efisiensi perusahaan
dengan melihat kepada besar kecilnya laba usaha dalam hubungannya
dengan penjualan. Profitabilitas merupakan salah satu faktor yang
menentukan tinggi rendahnya kinerja usaha. Profitabitas merupakan
perbandingan antara keuntungan dari penjualan dengan biaya total yang
dinyatakan dengan prosentase (Riyanto, 1994).
e. Efisiensi Usaha
Menurut Soekartawi (1994), efisiensi diartikan sebagai upaya
penggunaan input yang sekecil–kecilnya untuk mendapatkan produksi
yang sebesar–besarnya. Bila seseorang sudah memasukkan kata
efisiensi dalam analisisnya, maka variabel baru yang harus
dipertimbangkan dalam model analisinya adalah variabel harga. Oleh
karena itu ada dua hal yang perlu diperhatikan sebelum analisis
efisiensi dikerjakan, yaitu :
1) Tingkat tranformasi antara input dan output dalam fungsi produksi.
2) Perbandingan (nisbah) antara harga input dan harga output sebagai
upaya untuk mencapai indikator efisiensi.
Efisiensi mempunyai tujuan memperkecil biaya produksi
persatuan produk yang dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan
yang optimal. Cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut
produksi yang telah dicapai untuk memperbesar produksi tanpa
meningkatkan biaya keseluruhan ( Rahardi, 1999).
Menurut Soekartawi (2001), R/C ratio adalah perbandingan
antara penerimaan total dengan biaya total Semakin besar R/C ratio
maka akan semakin besar pula keuntungan yang diperoleh petani. Hal
ini dapat dicapai bila petani mengalokasikan faktor produksi dengan
lebih efisien.
f. Kontribusi Pendapatan
Pendapatan petani dapat diperhitungkan dengan mengurangi
penerimaan dengan biaya alat-alat luar dan bunga modal dari luar.
Sedangkan pendapatan bersih dapat diperhitungkan dengan mengurangi
pendapatan kotor dengan biaya mengusahakan. Biaya mengusahakan
adalah biaya alat-alat luar ditambah upah tenaga kerja keluarga sendiri
yang diperhitungkan berdasarkan upah yang dibayarkan kepada tenaga
kerja luar (Hadisapoetro, 1973).
Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh
keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja,
pengelolaan dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang
diinvestasikan ke dalam usahatani (Soekartawi et al, 1986).
Menurut Samuel dalam Muninggar (2005), pendapatan rumah
tangga petani diperoleh dari pendapatan usahatani (on farm income) dan
pendapatan dari luar usahatani (off farm income). Kontribusi
pendapatan usahatani adalah besarnya sumbangan pendapatan dari
usahatani terhadap pendapatan total rumah tangga petani dan
dinyatakan dalam persen (%).
C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah
Seorang pengusaha dalam menjalankan usahanya pasti memiliki
tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal. Begitu pula dengan
sebesar-commit to user
besarnya dengan proses produksi yang efisien. Oleh karenanya, analisis biaya
sangatlah penting dilakukan oleh seorang pengusaha dalam kaitannya dengan
pengambilan keputusan.
Menurut Soekartawi (2002), biaya usahatani biasanya diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu : (a) biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable
cost). Biaya tetap ini umumnya didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap
jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak
atau sedikit. Jadi besarnya biaya tetap ini tidak tergantung pada besar
kecilnya produksi yang diperoleh. Biaya tidak tetap atau biaya variabel
biasanya didefinisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh
produksi yang diperoleh, misalnya biaya untuk sarana produksi.
Penerimaan total dari usaha lebah madu dapat diperoleh dengan
mengalikan jumlah produk yang dihasilkan dengan harga produk tersebut.
Menurut Wisnuadji, et al., (1979), jumlah penerimaan yang akan diterima
dari suatu proses produksi tertentu dapat ditentukan dengan mengalikan
jumlah produksi yang dihasilkan dengan harga produksi tersebut.
Keuntungan usaha lebah madu anggota paguyuban peternak lebah
bunga alam lestari Kabupaten Batang adalah selisih antara penerimaan total
dengan biaya total. Menurut Ibrahim (2003), keuntungan (profit) adalah
tujuan utama dalam pembukaan usaha yang direncanakan. Semakin besar
keuntungan yang diterima, semakin layak usaha yang dikembangkan.
Didasarkan pada perkiraan dan perencanaan produksi dapat diketahui pada
jumlah produksi berapa perusahaan mendapat keuntungan dan pada jumlah
produksi berapa pula perusahaan mendapat kerugian.
Untuk menjawab apakah usaha tersebut menguntungkan atau tidak,
maka perlu diketahui rasio profitabilitas. Profitabilitas merupakan hasil bagi
antara keuntungan usaha lebah madu dengan total biaya dikalikan 100%.
Apabila tingkat profitabilitas > 0 maka usaha lebah madu menguntungkan,
sedangkan apabila tingkat profitabilitas ≤ 0 maka usaha lebah madu tidak
commit to user
Selain keuntungan, pengusaha juga harus memperhatikan efisiensi
usaha. Efisiensi usaha dapat dihitung dengan menggunakan analisis R/C rasio
yaitu dengan membandingkan antara besarnya penerimaan dengan biaya yang
dikeluarkan. Apabila nilai R/C rasio < 1 maka usaha lebah madu tidak efisien
(merugi), apabila nilai R/C rasio = 1 maka usaha lebah madu break event
point atau baru mencapai kondisi impas (belum efisien) dan apabila nilai R/C
rasio > 1 maka usaha lebah madu efisien (menguntungkan).
Usaha lebah madu bertujuan untuk memperoleh peningkatan
pendapatan rumah tangga. Untuk mengetahui adanya kontribusi pendapatan
dari usaha lebah madu tersebut digunakan pendekatan kontribusi pendapatan.
Kontribusi pendapatan dihitung dengan membandingkan pendapatan usaha
lebah madu dengan pendapatan total rumah tangga dikalikan 100%. Untuk
menghitung kontribusi pendapatan terlebih dahulu harus menghitung
besarnya pendapatan dalam usaha lebah madu. Pendapatan bersih pada usaha
lebah madu dihitung dari total penerimaan usaha lebah madu dikurangi total
biaya usaha lebah madu. Biaya yang digunakan dalam menghitung
pendapatan bersih adalah biaya mengusahakan dari usaha lebah madu.
Kerangka berfikir pendekatan masalah dalam penelitian ini dapat
dilihat pada gambar berikut :
Usaha lebah madu anggota Paguyuban Peternak Lebah Bunga Alam Lestari
commit to user **
Gambar 1. Bagan kerangka berfikir pendekatan masalah Analisis Usaha Lebah Madu Anggota Paguyuban Lebah Bunga Alam Lestari Kabupaten Batang
D. Hipotesis
1. Diduga usaha lebah madu anggota Paguyuban Peternak Lebah Bunga
Alam Lestari Kabupaten Batang menguntungkan dan profitabel.
2. Diduga usaha lebah madu anggota Paguyuban Peternak Lebah Bunga
Alam Lestari Kabupaten Batang sudah efisien. Budidaya lebah
madu
Produksi madu yang dihasilkan
Biaya tetap : - Biaya
penyusutan - Biaya bunga
modal sendiri
Biaya variabel : - Biaya tenaga kerja - Biaya saprodi - Biaya transportasi - Biaya sewa lahan - Biaya pemasaran
- Biaya keamanan
Biaya total
Penerimaan
Analisis usaha
Keuntungan Profitabilitas Efisiensi Usaha Kontribusi
Pendapatan
commit to user
3. Diduga usaha lebah madu anggota Paguyuban Peternak Lebah Bunga
Alam Lestari Kabupaten Batang memberikan kontribusi pendapatan
terhadap pendapatan rumah tangga.
E. Asumsi-Asumsi
1. Teknologi yang digunakan dalam usaha lebah madu tetap selama periode
analisis.
2. Produksi madu dijual seluruhnya.
3. Sarana produksi seluruhnya diperoleh dari pembelian.
F. Pembatasan Masalah
1. Lebah madu yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jenis lebah madu
Apis mellifera.
2. Responden yang dimaksud dalam penelitian ini adalah peternak lebah
yang telah menjadi anggota Paguyuban Peternak Lebah Bunga Alam
Lestari Kabupaten Batang.
3. Penelitian ini menggunakan data usaha budidaya lebah madu pada tahun
2011.
G. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel
1. Usaha lebah madu merupakan suatu rangkaian usaha budidaya lebah yang
bertujuan untuk mengambil madu dari lebah yang diternakkan.
2. Analisis usaha lebah madu merupakan pengkajian terhadap besarnya
biaya, penerimaan, keuntungan, profitabilitas dan efisiensi usaha lebah
madu selama masa produksi tahun 2011.
3. Biaya total usaha lebah madu merupakan semua biaya yang digunakan
dalam proses produksi yang terdiri biaya tetap dan biaya variabel dari
usaha lebah madu yang dinyatakan dalam satuan rupiah.
4. Biaya tetap usaha lebah madu merupakan biaya yang dalam batas tertentu
tidak berubah ketika tingkat usaha lebah madu berubah, yang dinyatakan
dalam rupiah. Biaya tetap dalam penelitian ini adalah biaya penyusutan
dan biaya bunga modal sendiri yaitu besarnya modal yang diinvestasikan,
commit to user
5. Biaya variabel usaha lebah madu merupakan biaya yang jumlahnya
berubah-ubah tergantung pada besarnya jumlah produk yang dihasilkan.
Biaya variabel dalam usaha lebah madu antara lain biaya tenaga kerja,
biaya saprodi, biaya transportasi, biaya sewa lahan, biaya pemasaran, dan
biaya keamanan, dinyatakan dalam rupiah.
6. Penerimaan total usaha lebah madu merupakan perkalian dari jumlah
madu yang dihasilkan dengan harga yang berlaku, dinyatakan dalam
rupiah.
7. Keuntungan usaha lebah madu merupakan selisih antara penerimaan total
dengan biaya total dalam usaha lebah madu, dinyatakan dalam rupiah.
8. Profitabilitas usaha lebah madu merupakan perbandingan keuntungan
dengan biaya total yang dinyatakan dalam persentase.
9. Efisiensi usaha lebah madu merupakan perbandingan antara jumlah total
penerimaan yang diperoleh dengan jumlah total biaya yang dikeluarkan.
10. Pendapatan usaha lebah madu merupakan selisih antara penerimaan total
dengan biaya mengusahakan dalam usaha lebah madu, dinyatakan dalam
rupiah.
11. Biaya mengusahakan usaha lebah madu merupakan biaya alat-alat luar
ditambah dengan upah tenaga kerja keluarga sendiri, dinyatakan dalam
rupiah.
12. Kontribusi pendapatan merupakan perbandingan pendapatan usaha lebah
madu dengan pendapatan total rumah tangga, dinyatakan dalam
I. METODE PENELITIAN
A. Metode Dasar Penelitian
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif analitis. Menurut Surakhmad (1994), metode deskriptif yakni
metode yang memusatkan perhatian pada pemecahan masalah-masalah yang
ada pada masa sekarang. Sedangkan analitik dilakukan dengan cara
menyusun data-data yang telah terkumpul disusun, dijelaskan, dianalisis dan
selanjutnya disimpulkan serta didukung teori-teori yang ada dari hasil
penelitian terdahulu.
B. Metode Penentuan Responden
1. Metode Penentuan Daerah Penelitian
Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive
atau sengaja, yaitu cara pengambilan daerah penelitian dengan
pertimbangan-pertimbangan yang berdasarkan tujuan penelitian. Dalam
purposive harus mengetahui terlebih dahulu sifat populasi tersebut dan
sampel yang akan ditarik diusahakan supaya mempunyai sifat-sifat seperti
populasi tersebut (Singarimbun, 1995). Daerah penelitian yang dipilih
adalah Kabupaten Batang dengan pertimbangan yaitu Kabupaten Batang
merupakan salah satu kabupaten sentra produksi madu dan satu-satunya
paguyuban yang terdapat di Kabupaten Batang adalah Paguyuban
Peternak Lebah Bunga Alam Lestari.
2. Metode Pengambilan Responden
Menurut Singarimbun (1995) data yang dianalisis harus
menggunakan sampel yang cukup besar. Jumlah sampel yang akan
dianalisis harus mengikuti distribusi normal, dimana sampel tergolong
berdistribusi normal adalah sampel yang jumlahnya lebih besar atau sama
dengan 30. Berdasarkan pertimbangan tersebut, jumlah sampel peternak
commit to user
anggota paguyuban peternak lebah Bunga Alam Lestari Kabupaten
Batang.
Pemilihan sampel peternak lebah madu dilakukan secara simple
random sampling (sampel acak sederhana) maksudnya adalah semua
individu dalam populasi diberikan kesempatan untuk dipilih menjadi
anggota sampel (Singarimbun, 1995). Sampel dalam penelitian ini adalah
peternak lebah madu yang telah menjadi anggota Paguyuban Peternak
Lebah Bunga Alam Lestari karena keuntungan dari anggota paguyuban ini
adalah peternak dapat lebih mudah memasarkan produk madunya.
Peternak yang telah menjadi anggota paguyuban sebanyak 40 peternak
kemudian diambil 30 peternak sebagai sampel secara acak dengan cara
teknik undian dengan pengembalian. Pertama-tama dibuat kerangka
pengambilan sampel terlebih dahulu, yaitu dengan mencatat semua nama
anggota paguyuban yang jumlahnya 40 peternak kemudian menuliskan
nama-nama tersebut pada secarik kertas, seperti kalau kita menarik undian.
Kemudian kertas-kertas yang berisi nama tersebut diambil secara acak.
Setiap gulungan kertas yang telah diambil, kemudian ditulis nomor dan
namanya, kemudian dikembalikan lagi untuk diundi lagi, sehingga
kesempatan setiap unit sampel untuk terpilih adalah sama.
Gambar 2. Bagan Teknik Pengambilan Responden
C. Jenis Dan Sumber Data
1. Data primer
Data primer dalam penelitian ini yaitu data yang diperoleh dari produsen
maupun pihak yang terkait melalui wawancara dengan menggunakan
kuisioner yang sudah dipersiapkan. Daftar pertanyaan tersebut diantaranya
Anggota Paguyuban Peternak Lebah Bunga Alam Lestari
sebanyak 40 peternak
commit to user
berisi tentang karakteristik responden (peternak lebah madu), tenaga kerja,
biaya produksi lebah madu, produksi madu dan harga madu.
2. Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dengan cara mengutip data
laporan maupun dokumen dari instansi yang terkait dengan penelitian ini.
Instansi tersebut adalah Kantor Kecamatan, Kantor Statistik, Departemen
Kehutanan dan Perkebunan. Data tersebut adalah keadaan daerah umum
penelitian, jumlah penduduk dan keadaan perekonomian.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data dimana peneliti
melakukan pengamatan langsung terhadap obyek penelitian yaitu usaha
lebah madu.
2. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan untuk
memperoleh data primer dengan wawancara secara langsung dengan
peternak lebah madu sesuai daftar pertanyaan.
3. Pencatatan
Pencatatan merupakan teknik pengumpulan data dengan mencatat hasil
wawancara dengan responden dan data yang ada pada instansi pemerintah
atau lembaga yang terkait dengan penelitian ini.
4. Kuisioner
Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data dengan mengajukan
pertanyaan kepada responden dimana pertanyaan tersebut bisa berupa
pertanyaan terbuka maupun tertutup.
E. Metode Analisis Data
1. Biaya
Biaya yang diperlukan dalam usaha lebah madu yaitu biaya tetap dan
commit to user
yaitu biaya peralatan (stup) dan biaya penyusutan, sedangkan biaya
variabel meliputi biaya bahan pakan, biaya tenaga kerja, biaya listrik,
biaya air dan biaya untuk sewa lahan untuk meletakkan stup. Biaya
penyusutan dihitung dengan metode garis lurus dalam satuan rupiah :
Penyusutan =
Untuk menghitung biaya total dalam usaha lebah madu secara sistematis
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
TC = TFC + TVC ... (persamaan 2)
Dimana :
TC = Biaya total usaha lebah madu (Rupiah)
TFC = Total biaya tetap usaha lebah madu (Rupiah)
TVC = Total biaya variabel usaha lebah madu (Rupiah)
2. Penerimaan
Penerimaan total dari usaha lebah madu dapat diperoleh dengan
mengalikan jumlah produk yang dihasilkan dengan harga produk tersebut.
Untuk mengetahui penerimaan usaha lebah madu, secara sistematis
dirumuskan :
TR = Q x P ... (persamaan 3)
Dimana :
TR = Penerimaan total lebah madu (Rupiah)
Q = Jumlah madu yang dihasilkan (kg)
P = Harga (Rupiah)
3. Keuntungan
Keuntungan usaha lebah madu paguyuban peternak lebah bunga alam
lestari Kabupaten Batang adalah selisih antara penerimaan total dengan
biaya total, secara sistematis dirumuskan :
π = TR – TC ... (persamaan 4) Dimana :
π = Keuntungan usaha lebah madu (Rupiah)
commit to user
TC = Biaya total usaha lebah madu (Rupiah)
4. Profitabilitas
Untuk menjawab apakah usaha tersebut menguntungkan atau tidak, maka
perlu diketahui rasio profitabilitas. Profitabilitas merupakan hasil bagi
antara keuntungan usaha lebah madu dengan total biaya dikalikan 100%,
secara sistematis dirumuskan sebagai berikut :
Profitabilitas = x100%
TC
p
... (persamaan 5)
Dimana :
p = Keuntungan usaha lebah madu (Rupiah)
TC = Biaya total usaha lebah madu (Rupiah)
Kriteria pengambilan keputusan:
Profitabilitas > 0 berarti usaha lebah madu menguntungkan
Profitabilitas ≤ 0 berarti usaha lebah madu tidak menguntungkan.
5. Efisiensi Usaha
Efisiensi usaha dapat dihitung dengan menggunakan analisis R/C rasio
yaitu dengan membandingkan antara besarnya penerimaan total dengan
biaya total. Secara sistematis dirumuskan sebagai berikut :
R/C ratio =
C R
... (persamaan 6)
Dimana :
R = Penerimaan usaha lebah madu (Rupiah)
C = Biaya total usaha lebah madu (Rupiah)
Kriteria yang digunakan dalam penilaian efisiensi adalah :
R/C ratio < 1 : Usaha lebah madu tidak efisien (merugi)
R/C ratio = 1 : Usaha lebah madu break even point atau mencapai kondisi
impas (belum efisien)
R/C ratio > 1 : Usaha lebah madu efisien (menguntungkan).
commit to user
Untuk mengetahui adanya kontribusi pendapatan dari usaha lebah madu
tersebut digunakan pendekatan kontribusi pendapatan. Untuk menghitung
kontribusi pendapatan terlebih dahulu harus menghitung besarnya
pendapatan dalam usaha lebah madu. Pendapatan bersih pada usaha lebah
madu dihitung dari total penerimaan usaha lebah madu dikurangi total
biaya usaha lebah madu. Biaya yang digunakan dalam menghitung
pendapatan bersih adalah biaya mengusahakan dari usaha lebah madu,
secara sistematis dirumuskan :
Pd = TR – Bm ... (persamaan 7)
Dimana :
Pd = Pendapatan usaha lebah madu (Rupiah)
TR = Penerimaan total usaha lebah madu (Rupiah)
Bm = Biaya mengusahakan dari usaha lebah madu (Rupiah)
Kontribusi pendapatan dihitung dengan membandingkan pendapatan usaha
lebah madu dengan pendapatan total rumah tangga dikalikan 100%, secara
sistematis dirumuskan sebagai berikut :
Kontribusi = x100%
PdT PdU
... (persamaan 8)
Dimana :
Kontribusi = Kontribusi pendapatan dari usaha lebah madu terhadap
pendapatan total rumah tangga (%)
PdU = Pendapatan usaha lebah madu (Rupiah)
commit to user
IV. KONDISI UMUM KABUPATEN BATANG
A. Keadaan Geografis
1. Letak dan Wilayah Admnistratif
Kabupaten Batang merupakan salah satu kabupaten di Jawa
Tengah yang terletak di pesisir utara Propinsi Jawa Tengah, berjarak 93
km dari pusat Propinsi Jawa Tengah. Secara geografis Kabupaten Batang
berada pada 6o 51’ 46” LS – 7o 11’ 47” LS dan 109o 40’ 19” BT – 110o 03’
006” BT. Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Batang adalah :
Sebelah Utara : Laut Jawa
Sebelah Timur : Kabupaten Kendal
Sebelah Selatan : Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara
Sebelah Barat : Kabupaten Pekalongan dan Kota Pekalongan
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Batang Nomor 7 Tahun
2004 tentang Pembentukan Kecamatan Kabupaten Batang, jumlah
kecamatan di Kabupaten Batang yang semula 12 kecamatan berubah
menjadi 15 kecamatan. Pemekaran wilayah ini dilakukan oleh Pemerintah
Kabupaten Batang sebagai upaya untuk menghadapi tantangan dan
permasalahan dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan
pelayanan kepada masyarakat khususnya pada tingkat kecamatan, desa,
dan kelurahan. Adapun 15 kecamatan tersebut, yaitu Kecamatan
Wonotunggal, Bandar, Blado, Reban, Bawang, Tersono, Gringsing,
Limpung, Subah, Tulis, Batang, Kandeman, Pecalungan, Banyuputih dan
Warungasem. Luas wilayah Kabupaten Batang secara keseluruhan
mencakup 78.865 Ha. Kecamatan yang memiliki luas terbesar adalah
Kecamatan Subah seluas 12% dari total luas Kabupaten Batang,
sedangkan luas terkecil di Kecamatan Warungasem dengan 3% dari total
luas Kabupaten Batang. Menurut pembagian wilayah setingkat desa dan
kelurahan, wilayah Kabupaten Batang terdiri atas 239 desa, 9 kelurahan
commit to user
2. Topografi
Kabupaten Batang memiliki relief yang beraneka ragam, berupa
dataran rendah, dataran tinggi dan berbukit pegunungan landai hingga
curam dan daerah dataran pantai. Berdasarkan letak kemiringannya,
wilayah Kabupaten Batang dikelompokkan menjadi empat kelas sebagai
berikut :
a. Kelas lereng pertama (kemiringan 0-2%) seluas 23,63% dengan
penyebarannya di sebagian Kecamatan Batang, Bandar, Warungasem,
Tulis, Kandeman, Limpung, Banyuputih, Gringsing dan Wonotunggal.
b. Kelas lereng kedua (kemiringan 2-15%) seluas 38,13%,
penyebarannya meliputi Kecamatan Wonotunggal, Bandar, Blado,
Reban, Bawang, Tersono, Gringsing, Limpung, Banyuputih, Subah,
Pecalungan, Tulis, Kandeman, Batang dan Warungasem.
c. Kelas lereng ketiga (kemiringan 15-40%) seluas 22,69%,
penyebarannya meliputi sebagian wilayah Kecamatan Wonotunggal,
Bandar, Blado, Reban, Bawang, Tersono, Gringsing, Limpung,
Banyuputih, Subah, Pecalungan dan Batang.
d. Kelas lereng keempat (kemiringan lebih dari 40%) seluas 15,55%,
penyebarannya di Kecamatan Wonotunggal, Bandar, Reban, Batang,
Tersono, dan sebagian kecil Gringsing, Limpung, Banyuputih, Subah
dan Pecalungan.
Kabupaten Batang dilihat dari letak ketinggian dari permukaan air
laut, di bagi menjadi lima wilayah ketinggian, mulai dari 0 meter (pantai)
sampai dengan 2.565 meter (pegunungan), yaitu :
a. Ketinggian 0-15 meter, seluas 2,30% terletak di sebagian Kecamtan
Batang, Gringsing, Tulis dan Kandeman.
b. Ketinggian 15-100 meter, seluas 7,20% meliputi Kecamatan
Gringsing, Limpung, Subah, Pecalungan, Kandeman, Tulis dan
Batang.
c. Ketinggian 100-500 meter, seluas 73% meliputi sebagian wilayah