• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASPEK FINANSIAL

2. Biaya Operasional

Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan untuk keperluan produksi, pemeliharaan, dan lainnya yang menggambarkan pengeluaran selama usaha hutan rakyat jabon. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap yang jumlahnya tidak terpengaruh oleh jumlah produksi, serta biaya variabel yang besar kecilnya selaras dengan perkembangan produksi.

a. Biaya Tetap

Biaya tetap dalam kegiatan hutan rakyat jabon berupa pembayaran sewa lahan yang dibayarkan tiap tahunnya kepada desa. Biaya sewa lahan sebesar Rp50 000/0.05 ha/petani/tahun. Biaya tetap berupa sewa lahan berdasarkan strata dapat dilihat pada Tabel 17. Sementara itu, rincian biaya sewa lahan tiap petani dapat dilihat pada Lampiran 3.

Tabel 17 Biaya tetap rata-rata usaha hutan rakyat jabon pada lahan desa di Desa Brebeg berdasarkan strata

Strata Luas rata-rata (ha) Biaya sewa lahan (Rp)

I 0.16 158 824

II 0.22 225 000

III 0.59 590 000

b. Biaya Variabel

Biaya variabel dalam kegiatan hutan rakyat jabon berupa biaya tenaga kerja, pupuk, dan pestisida. Tenaga kerja dalam usaha hutan rakyat jabon digunakan dalam kegiatan pembersihan lahan, pembuatan lubang tanam, penanaman, pemberantasan gulma, pemupukan, serta penyemprotan pestisida. Upah yang dibayarkan pada kegiatan pembersihan lahan, pemberantasan gulma, pemupukan, dan penyemprotan pestisida sebesar Rp40 000/orang/hari untuk pekerja pria, dan Rp30 000 untuk pekerja wanita. Upah pembuatan lubang tanam sebesar Rp1 500/lubang dan upah penanaman

39 sebesar Rp2 000/pohon. Biaya tenaga kerja merupakan hasil perkalian dari jumlah tenaga kerja, hari kerja, jam kerja/hari, variabel, upah, hasil perkalian tersebut selanjutnya di bagi dengan 84. Petani bekerja selama 6 jam pada pukul 07.00-13.00 pada berbagai kegiatan, kecuali untuk kegiatan pemupukan dilakukan selama 6 jam pada pukul 07.00-12.00 dan dilanjut pada pulul 13.00-16.00. Variabel untuk tenaga kerja pria yaitu 1, sedangkan wanita 0.8. Biaya rata-rata tenaga kerja pada strata I (luas rata-rata 0.16 ha), strata II (luas rata-rata 0.22 ha), dan strata III (luas rata-rata 0.59 ha) dapat dilihat pada Tabel 18. Sedangkan untuk rincian jumlah hari kerja, jam kerja/hari, serta tenaga kerja yang dibutuhkan dalam pembersihan lahan dan perawatan jabon dapat dilihat pada Lampiran 6.

Tabel 18 Biaya tenaga kerja rata-rata usaha hutan rakyat jabon pada lahan desa di Desa Brebeg berdasarkan strata

Kegiatan Tahun Biaya rata-rata tenaga kerja (Rp) Strata I Strata II Strata III Pembersihan lahan 1 53 824 75 000 118 125 Pembuatan lubang tanam 1 268 853 367 875 980 700 Penanaman 1 358 471 490 500 1 307 600 Pemberantasan gulma 1-6 645 882 900 000 1 201 500 Pemupukan 1-6 426 618 600 000 801 000 Penyemprotan pestisida 1-2 322 941 450 000 708 750 Penyemprotan pestisida 3-6 107 647 150 000 236 250

Selain tenaga kerja, komponen variabel lain yang terdapat pada usaha hutan rakyat jabon yaitu pupuk dan pestisida. Jenis pupuk yang digunakan yaitu pupuk organik, pupuk urea, dan pupuk TSP. Harga pupuk organik Rp100/kg, pupuk urea Rp2 000/kg, dan pupuk TSP Rp2 400/kg. Sedangkan jenis pestisida yang digunakan yaitu herbisida Furadan dan insektisida Fastac. Harga herbisida Furadan Rp65 000/l dan insektisida Fastac Rp120/ml. Jumlah pemakaian pupuk dan pestisida tiap petani responden dapat dilihat pada Lampiran 7. Sedangkan untuk biaya variabel rata-rata dari pupuk dan pestisida pada strata I (luas rata-rata 0.16 ha), strata II (luas rata-rata 0.22 ha), dan strata III (luas rata-rata 0.59 ha) dapat dilihat pada Tabel 19.

4http:www//sayangpetani.wordpress.com “Analisis Data Ilmu Usahatani” [diakses pada 18

40

Tabel 19 Biaya variabel rata-rata pupuk dan pestisida usaha hutan rakyat jabon pada lahan desa di Desa Brebeg berdasarkan strata

Komponen Tahun Biaya rata-rata pupuk dan pestisida (Rp) Strata I Strata II Strata III Pupuk organik 1 44 809 61 313 163 450 Pupuk urea 1 107 541 147 150 392 280 2 193 341 264 900 714 720 3-6 174 282 238 500 643 200 Pupuk TSP 1 129 409 176 580 470 736 2 232 348 317 880 857 664 3-6 209 139 286 200 771 840 Herbisida 1 130 000 146 250 403 000 Insektisida 1 64 525 88 290 235 368 2 58 087 79 470 214 416 3-6 17 428 23 850 64 320

Analisis Kriteria Kelayakan Investasi

Kriteria yang digunakan untuk menganalisis kelayakan investasi pada usaha hutan rakyat jabon di Desa Brebeg meliputi: Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR), serta Internal Rate of Return (IRR). Nilai kelayakan finansial usaha hutan rakyat jabon di Desa Brebeg pada berbagai strata dapat dilihat pada Tabel 20. Sementara itu, rincian cashflow pada berbagai tingkat strata dapat dilihat pada Lampiran 8 sampai Lampiran 10.

Tabel 20 Analisis kelayakan finansial usaha hutan rakyat jabon pada lahan desa di Desa Brebeg berdasarkan strata

Strata Luas rata-rata (ha) NPV (Rp) BCR IRR (%) Status I 0.16 19 517 832 2.81 43.14 Layak II 0.22 26 494 773 2.76 42.59 Layak III 0.59 84 494 319 4.09 56.53 Layak

NPV yang dihasilkan pada strata I sebesar Rp19 517 832 artinya usaha hutan rakyat jabon pada luasan <0.18 ha dengan luas rata-rata 0.16 ha memberikan manfaat positif selama umur proyek, menurut nilai sekarang akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp19 517 832 dalam jangka waktu 6 tahun. Strata II menghasilkan NPV sebesar Rp26 494 773 artinya usaha hutan rakyat jabon pada luasan 0.18-0.32 ha dengan luas rata-rata 0.22 ha memberikan manfaat positif selama umur proyek, menurut nilai sekarang akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp26 494 773 dalam jangka waktu 6 tahun. Strata III menghasilkan NPV sebesar Rp84 494 319 artinya usaha hutan rakyat jabon pada luasan >0.32 ha dengan luas rata-rata 0.59 ha memberikan manfaat positif selama umur proyek, menurut nilai sekarang akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp84 494 319 dalam jangka waktu 6 tahun. Dari uraian tersebut menunjukkan bahwa strata III memiliki NPV terbesar, namun keseluruhan usaha hutan rakyat jabon di Desa Brebeg pada berbagai strata layak untuk dilaksanakan, karena menghasilkan NPV lebih besar dari nol (NPV>0).

41 BCR yang dihasilkan pada strata I sebesar 2.81 artinya usaha hutan rakyat jabon pada luasan <0.18 ha dengan luas rata-rata 0.16 ha, pada setiap tambahan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp1 akan menghasilkan tambahan manfaat sebesar Rp2.81. Strata II menghasilkan BCR sebesar 2.76 artinya usaha hutan rakyat jabon pada luasan 0.18-0.32 ha dengan luas rata-rata 0.22 ha, pada setiap tambahan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp1 akan menghasilkan tambahan manfaat sebesar Rp2.76. Strata III menghasilkan BCR sebesar 4.09 artinya usaha hutan rakyat jabon pada luasan >0.32 ha dengan luas rata-rata 0.59 ha, pada setiap tambahan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp1 akan menghasilkan tambahan manfaat sebesar Rp4.09. Dari uraian tersebut menunjukkan bahwa strata III memiliki BCR terbesar, namun keseluruhan usaha hutan rakyat jabon di Desa Brebeg pada berbagai strata layak untuk dilaksanakan, karena menghasilkan BCR lebih besar dari satu (BCR >1).

IRR yang dihasilkan pada strata I sebesar 43.14% artinya tingkat pengembalian usaha hutan rakyat jabon pada luasan <0.18 ha dengan luas rata- rata 0.16 ha sebesar 43.14% terhadap investasi yang ditanamkan. Strata II menghasilkan IRR sebesar 42.59% artinya tingkat pengembalian usaha hutan rakyat jabon pada luasan 0.18-0.32 ha dengan luas rata-rata 0.22 ha sebesar 42.59% terhadap investasi yang ditanamkan. Strata III menghasilkan IRR sebesar 56.53% artinya tingkat pengembalian usaha hutan rakyat jabon pada luasan >0.32 ha dengan luas rata-rata 0.59 ha sebesar 56.53% terhadap investasi yang ditanamkan. Dari uraian tersebut menunjukkan bahwa strata III memiliki IRR terbesar, namun keseluruhan usaha hutan rakyat jabon di Desa Brebeg pada berbagai strata layak untuk dilaksanakan, karena menghasilkan IRR lebih besar dari discount rate (IRR>6.25%). Hal tersebut menunjukkan bahwa setiap investasi yang ditanamkan pada usaha ini akan mendapatkan tingkat pengembalian yang lebih besar dibandingkan menyimpan dana investasi untuk didepositokan.

Analisis Switching Value

Switching value merupakan variasi dari analisis sensitivitas, yaitu untuk mengetahui perubahan maksimum pada sisi inflow maupun outflow yang masih dapat ditolerir agar usaha yang dijalankan masih tetap layak. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penurunan harga jual dan kenaikan biaya variabel. Perubahan variabel dalam analisis switching value akan menyebabkan keuntungan mendekati normal (NPV sama dengan nol), BCR sama dengan satu, serta IRR sama dengan discount rate. Hasil analisis switching value berdasarkan strata dapat dilihat pada Tabel 21. Sementara itu, rincian cashflow dari hasil analisis switching value dapat dilihat pada Lampiran 11 sampai Lampiran 16. Tabel 21 Analisis switching value usaha hutan rakyat jabon pada lahan desa di

Desa Brebeg berdasarkan strata

Perubahan Persentase (%)

Strata I Strata II Strata III Penurunan harga jual 64.55 63.85 75.60 Kenaikan biaya variabel 219.50 215.04 389.10

42

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa usaha hutan rakyat jabon masih layak dilakukan jika terjadi penurunan harga jual jabon sebesar 64.55% pada lahan yang luasnya <0.18 ha dengan luas rata-rata 0.16 ha, 63.85% pada lahan yang luasnya 0.18-0.32 ha dengan luas rata-rata 0.22 ha, dan 75.60% pada lahan yang luasnya >0.32 ha dengan luas rata-rata 0.59 ha. Di sisi lain usaha hutan rakyat jabon masih layak dilakukan jika terjadi kenaikan biaya variabel sebesar 219.50% pada lahan yang luasnya <0.18 ha dengan luas rata-rata 0.16 ha, 215.04% pada lahan yang luasnya 0.18-0.32 ha dengan luas rata-rata 0.22 ha, dan 389.10% pada lahan yang luasnya >0.32 ha dengan luas rata-rata 0.59 ha. Dari hasil uraian tersebut menunjukkan bahwa usaha hutan rakyat jabon pada berbagai tingkat strata tidak sensitif terhadap penurunan harga jual maupun kenaikan biaya variabel.

Dokumen terkait