• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Biaya Operasional 1 Biaya Tetap

Biaya tetap per tahun yang dikeluarkan terdiri dari sewa lahan sebesar Rp. 200.980, upah tenaga kerja tetap Rp 4.680.000, komunikasi Rp 60.000, listrik Rp 300.000, dan perlengkapan sebesar Rp 218.500 (Tabel 23). Kebutuhan karung sebagai alas ulat sutera di dalam rak pemeliharaan dan pengangkutan hasil panen daun murbei meningkat dari sebelumnya berjumlah 5 buah karung berukuran besar dan 30 buah karung berukuran sedang menjadi 9 karung berukuran besar dan 34 karung berukuran sedang. Hal ini dikarenakan bertambahnya ruang pemeliharaan dan jumlah pakan ulat sutera.

Tabel 23 Kebutuhan perlengkapan per tahun pada skala usaha III dalam skenario pengembangan

Uraian Jumlah Satuan Harga Satuan Harga Total

(Rp) (Rp)

Karung besar 9 buah 2.500 22.500

Karung sedang 34 buah 2.000 68.000

Klastik mulsa 8 meter 4.000 32.000

Sarung tangan 4 buah 4.000 16.000

Saringan 1 buah 10.000 10.000

Sapu lidi 1 buah 3.000 3.000

Sapu ijuk 1 buah 10.000 10.000

Serokan 1 buah 10.000 10.000

Sandal 2 buah 10.000 20.000

Lampu: 5 watt 9 buah 3.000 27.000

Jumlah 218.500

2. Biaya Variabel

Biaya variabel adalah biaya yang besarnya dipengaruhi oleh jumlah produksi yang dihasilkan. Terdapat perbedaan pada komponen biaya variabel dalam skenario pengembangan dengan usaha yang sedang dijalankan. Jumlah

ulat sutera yang dipelihara sebelumnya hanya 12 boks menjadi 24 boks sehingga total biaya pembelian ulat menjadi Rp 3.120.000 dengan harga bibit ulat per boks sebesar Rp 130.000. Pemakaian kapur untuk desinfeksi ulat sutera dan deterjen untuk mencuci seriframe dan karung meningkat 100 persen menjadi 240 kilogram kapur dan 24 bungkus deterjen berukuran kecil. Jumlah tenaga kerja borongan untuk menghilangkan floss ulat sutera bertambah 3 orang menjadi 6 orang pekerja. Biaya transportasi kokon ke tempat penjualan bertambah dua kali libat menjadi Rp 600.000.

Tabel 24 Biaya pembelian perlengkapan per tahun pada skala usaha III dalam skenario pengembangan

Uraian Satuan Jumlah Biaya

(Rp)

Bibit ulat 24 boks 3.120.000

BBM dan desinfektan

• bensin 6 liter 27.000 • oli bekas 2 liter 1.000

• kapur 240 kg 168.000 • herbisida 5 liter 215.000 • deterjen 24 bungkus 48.000 Kebutuhan pupuk • urea 150 kg 240.000 • NPK 150 kg 450.000 • ZA 300 kg 540.000 • Pupuk Kandang 1.000 kg 300.000 Upah tenaga kerja borongan

• penyiangan 4 orang 900.000 • pemupukan 2 orang 120.000 • pemangkasan 17 orang 510.000 • pendangiran 3 orang 180.000 • menghilangkan floss 6 orang 840.024

Transportasi kokon 12 rit 600.000

Jumlah 8.259.024

6.3.2.3 Kriteria Kelayakan Investasi

Nilai Net Present Value (NPV) yang diperoleh pada skenario pengembangan usaha budidaya ulat sutera yang dijalankan skala usaha III adalah sebesar Rp 12.649.681. berdasarkan kriteria kelayakan NPV, usaha ini

dianggap layak dilaksanakan karena nilai NPV-nya lebih besar dari nol (NPV>0).

Internal Rate of Return (IRR) merupakan tingkat kemampuan proyek menghasilkan keuntungan yang dinyatakan dalam tingkat diskonto, suku bunga pinjaman bank, yang menghasilkan nilai NPV sama dengan nol. Hasil perhitungan IRR pada skala usaha III sebesar 26,06 persen, lebih tinggi dari tingkat diskonto 12 persen. Dengan demikian, berdasarkan kriteria IRR, usaha ini layak dilakukan.

Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) merupakan perbandingan antara nilai sekarang manfaat (present value inflow) dengan nilai sekarang biaya (present value outflow) yang telah didiskonto sehingga diketahui efisiensi dalam penggunaan modal. Nilai Gross B/C pada pembudidayaan ulat sutera skala usaha III dalam skenario pengembangan sebesar 1,12 yang menunjukkan bahwa usaha ini dinilai layak (nilai Gross B/C > 1).

Waktu pengembalian nilai investasi suatu proyek dapat diketahui dengan analisis Pay Back Period (PBP). Nilai PBP yang diperoleh pada skala usaha III dalam skenario pengembangan, yaitu sebesar 3,44 tahun yang setara dengan 3 tahun 5 bulan 11 hari. Jika dibandingkan dengan umur proyek yaitu 10 tahun maka waktu pengembalian investasi pada usaha ini relatif cepat dan dapat dikatakan layak.

Tabel 25 Hasil analisis finansial skala usaha III dalam skenario pengembangan

Kriteria Kelayakan Investasi Nilai

NPV (Rp) 12.649.681

IRR (%) 26,06

Gross B/C 1,12

PBP (tahun) 3,44

6.3.3 Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui seberapa besar perubahan pada tingkat manfaat dan biaya dapat terjadi sehingga masih memenuhi kriteria kelayakan investasi. Variabel sensitivitas yang digunakan dalam analisis ini, yaitu harga jual kokon, dan biaya operasional. Analisis sensitivitas dilakukan pada skala usaha I, skala usaha II, dan skala usaha III pada usaha yang sedang

berjalan serta pada skala usaha III dalam skenario pengembangan. Dari hasil analisis sensitivitas akan diketahui variabel mana yang lebih peka ketika terjadi perubahan yang akan memberikan pengaruh terhadap keberhasilan suatu usaha (Tabel 26).

Tabel 26 Analisis sensitivitas pada skala usaha I, skala usaha II, dan skala usaha III dalam skenario pengembangan

Kondisi Uraian Normal P -10% B +10% Nilai ∆ (%) Nilai ∆ (%) Skala Usaha I • NPV (Rp) 8.688.681 2.657.565 69,41 4.619.977 46,83 • IRR (%) 33,99 18,85 44,54 23,82 29,92 • Gross B/C 1,17 1,05 10,26 1,08 7,69 • PBP (tahun) 2,75 4,38 59,27 3,67 33,45 Skala Usaha II • NPV (Rp) 7.202.019 -2.926.168 140,63 -211.534 102,94 • IRR (%) 20,55 8,34 59,42 11,75 42,82 • Gross B/C 1,08 0,97 10,19 0,99 8,33 • PBP (tahun) 4,13 6,64 60,77 5,67 37,29 Skala Usaha III*

• NPV (Rp) 12.649.681 902.450 92,87 4.199.223 66,80 • IRR (%) 26,06 13,05 49,92 16,79 35,57 • Gross B/C 1,12 1,01 9,82 1,04 7,14 • PBP (tahun) 3,44 5,39 56,69 4,73 37,50

Keterangan: P -10% =Penurunan harga jual kokon

B +10% =Peningkatan biaya operasional

* = Skala usaha III dalam skenario pengembangan

Berdasarkan simulasi penurunan harga jual kokon sebesar 10 persen pada proyeksi arus kas skala usaha I, nilai NPV mengalami penurunan 69,41 persen sebesar Rp 2.657.565. Nilai IRR sebesar 18,85 persen dengan penurunan sekitar 44,54 persen. Nilai gross B/C juga mengalami penurunan sebesar 1,05 dengan persentase penurunan sebesar 10,26 persen. Waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal menjadi lebih lama, yaitu 4,38 tahun atau setara dengan 4 tahun 4 bulan 18 hari. Hasil simulasi peningkatan biaya operasional sebesar 10 persen membuat nilai NPV berkurang dari Rp 8.688.681 menjadi Rp 4.619.977 dengan persentase penurunan sebesar 46,83 persen. Nilai IRR dan gross B/C juga mengalami penurunan sebesar 23,82 persen dan 1,08. Tingkat pengembalian

modal (PBP) menjadi menjadi lebih lama, yaitu sekitar 3,67 tahun atau setara dengan 3 tahun 8 bulan 5 hari. Variabel penurunan harga jual kokon memiliki tingkat kepekaan yang lebih tinggi dari variabel peningkatan biaya operasional. Penurunan harga jual kokon sebesar 10 persen dan peningkatan biaya operasional sebesar 10 persen tetap membuat budidaya ulat sutera yang dilakukan oleh petani sutera skala usaha I layak untuk diusahakan dengan nilai NPV lebih dari 1, nilai IRR lebih besar dari suku bunga yang berlaku, nilai gross B/C lebih dari 1, dan PBP lebih cepat dari umur proyek 10 tahun.

Budidaya ulat sutera yang dijalankan oleh skala usaha II memiliki tingkat kepekaan atau sensitivitas yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan usaha yang dijalankan oleh skala usaha I. Penurunan harga jual kokon sebesar 10 persen dan peningkatan biaya operasional sebesar 10 persen pada skala usaha II membuat kegiatan budidaya ulat sutera tidak layak untuk dilakukan. Nilai NPV berada pada kisaran negatif adalah sebesar –Rp 2.926.168 dengan persentase penurunan sebesar 140,63 persen. Hal ini menunjukkan bahwa usaha ini mengalami kerugian sebesar Rp 2.926.168. Nilai IRR lebih kecil dari suku bunga yang berlaku sebesar 8,34 persen dengan persentase penurunan sebesar 59,42 persen. Nilai gross B/C kurang dari 1 sebesar 0,97. Peningkatan biaya operasional sebesar 10 persen membuat nilai NPV negatif sebesar –Rp 211.534. Nilai IRR sebesar 11,75 persen ini lebih kecil dari suku bunga pinjaman Bank Indonesia, 12 persen. Nilai gross

B/C berkurang 0,09 menjadi 0,99.

Usaha budidaya ulat sutera pada skala usaha III dalam skenario pengembangan tetap layak dilakukan meskipun terjadi penurunan harga jual kokon sebesar 10 persen dan peningkatan biaya operasional sebesar 10 persen. Penurunan harga jual kokon sebesar 10 persen mengakibatkan nilai NPV turun menjadi sebesar Rp 902.450 dengan persentase 92,87 persen. Nilai IRR pada kondisi normal 26,06 persen turun menjadi 13,05 persen. Nilai gross B/C sebesar juga mengalami penurunan sebesar 9,82 persen, yaitu 1,01. Pengembalian modal dapat dilakukan dalam waktu 5,39 tahun atau setara dengan 5 tahun 4 bulan 22 hari. Peningkatan biaya operasional sebesar 10 persen membuat nilai NPV turun 66,80 persen, yaitu sebesar Rp 4.199.223. Nilai IRR mengalami penurunan sebesar 16,79 persen. Nilai gross B/C menurun dari 1,12 menjadi 1,04. Waktu

pengembalian modal menjadi lebih lama, yaitu 4,73 tahun atau setara dengan 4 tahun 8 bulan 27 hari.

Analisis sensitivitas pada skala usaha III pada usaha yang sedang berjalan dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha bila terjadi peningkatan harga jual kokon sebesar 10 persen dan penurunan biaya produksi sebesar 10 persen. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa usaha budidaya pada skala usaha III tetap tidak layak dilakukan meskipun terjadi peningkatan nilai NPV dan nilai gross B/C. Pada kondisi peningkatan harga jual kokon sebesar 10 persen, nilai NPV tetap berada pada kisaran negatif, yaitu –Rp 24.328.839. Artinya, skala usaha III mengalami kerugian sebesar Rp 24.328.839. Nilai gross B/C meningkat dari 0,67 menjadi 0,73 namun tetap tidak lebih besar dari satu. Nilai IRR dan PBP tidak dapat dihitung karena nilai NPV negatif dari tahun ke nol hingga akhir proyek.

Tabel 27 Analisis sensitivitas pada skala usaha III pada usaha yang sedang berjalan Kondisi Uraian Normal P +10% B -10% Nilai ∆ (%) Nilai ∆ (%) NPV (Rp) -30.269.954 -24.328.839 19,63 -23.232.948 23,25 IRR (%) - - - - - Gross B/C 0,67 0,73 8,96 0,72 7,46 PBP (tahun) - - - - -

Keterangan: P +10% = Peningkatan harga jual kokon

BAB VII

Dokumen terkait