• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II: ATURAN PERNIKAHAN DAN PENCATATAN

E. Biaya Pencatatan Pernikahan Menurut Undang-Undang

Alqur’an dan Alhadis tidak mengatur secara rinci mengenai pencatatan perkawinan. Namun dirasakan masyarakat mengenai pentingnya hal itu, sehingga diatur melalui perundang-undangan, baik Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 maupun melalui Kompilasi Hukum Islam.68

Pada masa Nabi Muhammad S.A.W, pernikahan tidak dicatatkan karena masyarakat masih banyak yang ummy (tidak melek huruf), sehingga kesaksian dan sumpah masih diterima sebagai alat bukti hukum di pengadilan. Sekarang kondisinya berbeda, alat bukti tertulis lebih kuat dari sekedar kesaksian dan sumpah, karena itu, pencatatan nikah menjadi sangat penting.69

Dalam al-Qur’an, dan sunnah maupun pendapat ulama dalam kitab-kitab fikih klasik, secara eksplisit tidak di dapatkan ketentuan dari hukum pencatatan

67

Mona Eliza, Pelanggaran Terhadap UU Perkawinan dan Akibat Hukumnya, (Ciputat: Adelina Bersaudara, 2009), Cet., Ke-1. h. 35-36.

68

Zainudin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, h. 26. 69

Muhammad Zain dan Mukhtar Alshodiq, Membangun Keluarga Humanis, (Counter Legal Draft Kompilasi Hukum Islam yang Kontroversial itu, h. 40.

Perkawinan. Tetapi ada beberapa faktor yang menjadi penyebab Perkawinan tidak di catat pada masa dahulu.

1. Budaya tulis-baca, khususnya di kalangan orang Arab jahiliyah masih jarang. Oleh karena itu, orang arab mengandalkan pada ingatan (hafalan) ketimbang tulisan.

2. Perkawinan bukan syariat baru dalam Islam. Ia merupakan syariat nabi-nabi terdahulu yang secara terus menerus diturunkan. Ketika Islam datang, Islam secara perlahan-lahan membenahi hal-hal yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam. Namun hal-hal yang bersesuaian masih tetap di pelihara dan di pertahankan.

3. Pada masyarakat jaman dahulu, nilai-nilai kejujuran dan ketulusan dalam menjalankan kehidupan masih kuat. Sikap saling percaya dan tidak saling mencurigai menjadi fundamen kehidupann masyarakat. Ketika terjadi akad Perkawinan yang disaksikan oleh dua orang saksi dan para handai taulan, serta masyarakat sekitar sudah cukup membuktikan bahwa pasangan suami istri itu telah melakukan Perkawinan yang sah, oleh karena itu tidak bisa dianggap pasangan kumpul kebo.

4. Problematika hidup pada jaman dahulu masih sederhana, belum sekompleks dan serumit jaman sekarang ini. Jaman semakin maju, persaingan semakin ketat, rasa makin percaya kepada manusia semakin luntur, ketakutan untuk ditipu dan dizalimi oleh orang lain, atau keraguan atas kejujuran orang lain mulai bangkit, sehingga tuntutan

49

atas legalitas hukum secara tertulis menjadi hal yang niscaya. Tanpa adanya legalitas hukum dengan pencatatan resmi, suatu kepemilikan dianggap tidak sempurna.

Situasi, kondisi dan kebutuhan jaman sudah berubah. Apa yang dahulu tidak penting, sekarang menjadi penting, apa dahulu sia-sia, mungkin sekarang menjadi suatu yang bermanfaat. Kalau jaman dahulu pencatatan Perkawinan tidak terlalu penting untuk diadakan, karena kondisi sosiologisnya memungkinkan, namun, ketika jaman sudah berubah, justru pencatatan Perkawinan merupakan hal yang penting yang harus dilakukan.70

Biaya Pencatatan Perkawinan berdasarkan tarif resmi pemerintah relatif murah, dan dapat terjangkau oleh masyarakat. Biaya yang dikenakan untuk Pencatatan Perkawinan diatur dalam peraturan perundang-undangan. Berdasarkan surat persetujuan Gubernur DKI Jakarta No 1634/087.415 tanggal 6 Mei 1991 dan Nomor 3371/089.7 tanggal 20 oktober 1994 dan SK KAKANWIL DEPAG DKI Jakarta No WJ/2/1092/KPTS/94 tgl 7 Nov/1994 adalah bila perkawinan dilaksanakan di KUA (Balai Nikah) maka biaya yang dikenakan sebesar Rp 35.000,. sedangkan biaya perkawinan apabila di luar Balai Nikah (bedolan), dikenakan biaya sebesar Rp 55. 000,. Sedangkan biaya rujuk Rp 35.000,.

Bahkan bagi masyarakat yang kurang mampu dapat mengajukan permohonan untuk tidak dibebani biaya. Namun kenyataanya di lapangan tidak demikian, biaya Pencatatan Perkawinan baik yang dilaksanakan di Kantor Urusan

70

Yayan Sopyan, Islam Negara Tranformasi Hukum Perkawinan Islam dalam Hukum Nasional, (Jakarta: RM Books, 2014), Cet., Ke-2. h. 129-130.

Agama maupun diluar Kantor Urusan Agama (bedolan, rumah dan masjid) telah melampaui biaya yang telah di tentukan.71

Berdasarkan peraturan pemerintah No. 51 tahun 2001 biaya pencatatan nikah di Kantor Urusan Agama Kecamatan sebesar Rp 30.000,- dibayarkan kepada bendaharawan khusus atau kepala Kantor Urusan Agama. Apabila Pernikahan dilakukan diluar Kantor Urusan Agama maka biaya pencatatan nikah ditambah sebesar Rp 50.000,- menjadi Rp 80.000,- dibayarkan langsung kepada PPN/Pembantu PPN yang menghadiri akad nikah di luar Kantor Urusan Agama.72 Menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 47 Tahun 2004 tentang tarif atas jenis penerimaan negara bukan pajak yang berlaku di Kementrian Agama biaya pencatatan Nikah dan Rujuk di Kantor Urusan Agama (KUA) per peristiwa adalah sebesar Rp 30 Ribu.73

Pencatatan Perkawinan dalam bentuk akta nikah sangat diperlukan di dunia modern seperti sekarang ini, seseorang yang menikah tanpa dicatat oleh Pegawai Pencatat Nikah (PPN) atau tidak mempunyai akta nikah, maka nikahnya tidak sah menurut undang-undang yang berlaku di suatu negara. Hal tersebut sesuai dengan kaidah Fiqhiyyah yang berbunyi:74

دسافملا ؤرد دقم

حلاصما ب ج ى ع

71

Yayan Sopyan, Islam Negara Tranformasi Hukum Perkawinan Islam dalam Hukum Nasional, h.138-139.

72

Mardani, Hukum Perkawinan Islam di Dunia Islam Modern, h. 26.

73Anni Athi’ah, Mahalnya Biaya Pencatatan Nikah, diakses pada tanggal 23 Desember 2013. dari http://jatim1.kemenag.go.id/file/dokumen/304lensut5.pdf 23-12-2013

74

51

Menolak kemudharatan lebih didahulukan daripada memperoleh suatu kemaslahatan.

Untuk memperoleh kepastian hukum dan perlindungan hukum, akad nikah harus dilangsungkan di bawah pengawasan atau dihadapan PPN/Wakil PPN/Pembantu PPN.

Nikah yang dilangsungkan di bawah pengawasan atau dihadapan PPN/Wakil PPN/Pembantu PPN dicatat dalam akta Nikah dan kepada masing suami isteri diberikan Kutipan Akta Nikah. dengan adanya kutipan akta nikah ini, maka terikat semua pihak untuk mengakuinya, dan pemerintah berkewajiban untuk melindungi secara hukum, termasuk segala hak dan kewajiban yang timbul dari perkawinan itu.75

Pengelolaan penerimaan negara bukan pajak tidak sempurna bila pembukuan pencatatan dikesampingkan karena merupakan pranata hukum yang yang wajib diselenggarakan dalam hukum keuangan negara. Hal ini disebabkan Undang-Undang No. 20/1997 merupakan bagian intergral dari hukum keuangan negara, namun Undang-Undang No. 20/1997 tidak mengenal atau mengatur tentang pembukuan, melainkan hanya pencatatan sebagaimana dimaksud dalam pasal (1) ayat 1. Pencatatan itu menyajikan keterangan yang cukup untuk dijadikan dasar penghitungan penerimaan negara bukan pajak.76

Di Indonesia, regulasi pencatatan telah ditetapkan tidak lama setelah Indonesia merdeka, yakni diundangkanya Undang-Undang Nomor 22 tahun 1946

75

Departemen Agama RI, Pedoman Konselor Keluarga Sakinah, (Jakarta: Depag RI, 2001), h. 55.

76

Muhammad Djafar Saidi dan Rohana Huseng, Hukum Penerimaan Negara Bukan Pajak, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), Cet., Ke-2. h. 84.

tentang Pencatatan Nikah, Talak dan Rujuk. Dalam Undang-Undang ini disebutkan bahwa perkawinan harus dilakukan pemberitahuan kepada pencatat nikah pasal (1) ayat 1. Pada pasal (3) ayat 1 di pasal ini disebutkan bahwa perkawinan yang tidak di catatkan akan di hukum sebanyak 50,- meskipun dalam undang-undang ini di tekankan bahwa pencatatan sebagai syarat administratif. Pasal (2) ayat 2 Undang-Undang perkawinan menyebutkan bahwa tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selain itu pencatatan ini juga di tegaskan dalam peraturan pemerintah nomor 9 tahun 1975 tentang peraturan pelaksanaanya, yang diantaranya disebutkan bahwa bagi mereka yang melangsungkan pernikahan tetapi tidak memberitahukan kepada pencatat nikah, maka di denda sebanyak 7.500,- begitu pula sebagai pegawai pencatat yang melakukan pelanggaran juga dikenakan hukuman kurungan paling lama tiga bulan atau denda sebanyak 7.500.77

Ketentuan pasal-pasal yang menyangkut pelanggaran yang dilakukan oleh Pegawai Pencatat Nikah dapat dipericikan sebagai berikut:

a. Setiap pegawai pencatat perkawinan dimintakan ketelitianya terhadap setiap pemberitahuan kehendak melangsungkan perkawinan baik yang menyangkut syarat-syarat perkawinan atau terdapatnya halangan perkawinan menurut undang-undang (pasal 6 ayat (1) Peraturan Pemerintah No 9 tahun 1975).

77

Ahmad Tholabi Charlie, Hukum Keluarga Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), Cet., Ke-1. h. 189-190.

53

b. Selain hal tersebut di atas seorang pegawai Pencatat Perkawinan juga harus meneliti tentang identitas calon mempelai baik yang menyangkut keterangan kelahiran maupun keterangan lainya Pasal 6 ayat (2) a.b.). Pasal 6 :

(1). Pegawai Pencatat yang menerima pemberitahuan kehendak melangsungkan perkawinan, meneliti apakah syarat-syarat Perkawinan telah di penuhi dan apakah tidak terdapat halangan Perkawinan menurut Undang-Undang.

(2). Selain penelitian terhadap hal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pegawai pencatat meneliti pula:

a. Kutipan akta kelahiran atau surat kenal ahir calon mempelai. Dalam hal tidak ada akta kelahiran atau surat kenal lahir, dapat digunakan suat keterangan yang menyatakan umur dan asal usul calon mempelai yang diberikan oleh kepala desa atau yang setingkat dengan itu.

b. Keterangan mengenai nama, agama, kepercayaan, pekerjaan dan tempat tinggal orang tua calon mempelai.78

Adapun instansi atau lembaga yang dimaksud adalah;

a. Kantor Urusan Agama Kecamatan untuk Nikah, Talak dan Rujuk,bagi orang beragama Islam (lihat Undang-undang Nomor 22 Tahun 1946 jo. Undang-undang Nomor Tahun 1954).

78

Mona Eliza, Pelanggaran Terhadap Undang-Undang Perkawinan dan Akibat Hukumnya, h. 130-132.

b. Kantor Catatan Sipil (Burgerlijk Stand) untuk perkawinan bagi yang tunduk kepada:

1. Stb. 1933 Nomor 75 jo. Stb Nomor 1936 Nomor 607 tentang Peraturan Pencatatan Sipil untuk orang Indonesia, Kristen, Jawa, Madura, Minahasa, dan Ambonia.

2. Stb. 1847 Nomor 23 tentang Peraturan Perkawinan dilakukan menurut ketentuan Stb. 1849 Nomor 25 yaitu tentang Pencatatan Sipil Eropa.

3. Stb. 1917 Nomor 129 Pencatatan Perkawinan yang dilakukan menurut ketentuan Stb. 1917 Nomor 130 jo. Stb 1919 Nomor 81 tentang Peraturan Pencatatan Sipil Campuran.

4. Pencatatan Sipil untuk Perkawinan Campuran sebagaimana diatur dalam Stb. Nomor 279.

5. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 menegaskan bahwa orang kristen di Sumatera, Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Timur, sebagian di Sulawesi, Maluku dan Irian Jaya yang belum diatur tersendiri sebagaimana tersebut dalam poin-poin di atas, Pencatatan Perkawinan bagi mereka ini dilaksanakan di kantor catatan Sipil berdasarkan ketentuan pasal 3 sampai dengan 9 peraturan ini.

Kantor Urusan Agama Kecamatan harus mencatat setiap Perkawinan yang dilaksanakan di wilayahnya masing-masing. Kelalaian mencatat Perkawinan ini dapat di kenakan sanksi kepada petugas pencatat Perkawinan tersebut. Salah satu

55

kegunaan dari Pencatatan Perkawinan ini adalah untuk mengontrol dengan konkret tentang data Nikah Talak dan Rujuk.79

79

Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam Di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), Cet., Ke-1. h. 14-15.

56

A. Geografis Wilayah Kantor Urusan Agama Kecamatan Bumijawa

Kecamatan Bumijawa memiliki luas wilayah terbesar diantara Kecamatan-kecamatan lain di Kabupaten Tegal, yaitu 88,56 km2 (10,07% dari total lahan Kabupaten Tegal) dan lahan yang dapat dikembangkan atau dibudidayakan adalah 3.792 ha (42,9% dari total lahan di Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal)

Kecamatan Bumijawa terletak di lereng Gunung Slamet dengan ketinggian 1.230M di atas permukaan laut, curah hujan rata-rata sebesar 1.954,4mm/tahun, beriklim sejuk dengan suhu rata-rata berkisar 12,80C sampai 21,90C serta kemiringan tanah antara 150-800. Dengan kondisi topografis tersebut sehingga sebagian besar wilayah kecamatan Bumijawa memiliki tingkat aksesibilitas yang rendah.

Secara topografis Kecamatan Bumijawa merupakan daerah pegunungan yaitu dengan ketinggian 1.230M di atas permukaan laut, dan curah hujan yangtinggi, sehingga udara di kawasan itu relatif dingin.Daerah tersebut juga rawan longsor, terutama pada desa Guci, Sigedong,Begawat, Batumirah dan Dukuhbenda.1Dari total penduduk di Kecamatan Bumijawa, sebagian besar (89,35%)bekerja di bidang pertanian (petani atau buruh tani) dan selebihnya bekerja sebagai pedagang di bidangindustri pengolahan, pertambangan,penggalian, home industry dan merantau

1

Achmad Budhi Zahidy, Perluasan Akses Pelayanan Pendidikan smp(Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal), (Semarang:Undip, Thesis, 2008). h. 73.

57

ke kota-kota besar seperti Jakarta, Semarang, Surabaya dan berpropesi sebagai pedagang, warteg atau pekerja bangunan.2Kecamatan Bumijawa juga banyak menghasilkan sayur-sayuran, buah-buahan dan kaya akan hasil alam seperti teh, kayu dan karet. Selain itu Kecamatan Bumijawa memiliki pabrik air mineral yaitu pabrik air minum adi.3

Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Bumijawa beralamat di jalan Bumijawa Utara tepatnya di samping MTS Aswaja Bumijawa dengan luas tanah 200M. Di bangun pada tahun 1994, Kantor Urusan Agama Kecamatan Bumijawa juga mempunyai letak yang strategis berada di pusat Keramaian yang dekat dengan pusat perbelanjaan yaitu pasar Bumijawa.

a. Perbatasan Kecamatan Bumijawa

Perbatasan Kecamatan Bumijawa arah utara di mulai dari Kecamatan Balapulang dan Margasari, arah selatan di mulai dari Kabupaten Brebes dan Banyumas, arah Barat dibatasi sampai Kabupaten Brebes, dan dari arah Timur dibatasi Kecamatan Tonjong.

b. Demografi Kecamatan Bumijawa

Wilayah administratif KecamatanBumijawa terdiri dari 18 desa yaitu desa batumirah, begawat, bumijawa, carul, cawitali, cempaka, cintamanik, dukuh benda,

2

Wawancara Pribadi secara lisan dan tertulis dengan warga masyarakat Kecamatan Bumijawa, Bumijawa, 28 Februari 2014.

3“Geografis Kecamatan Bumijawa” artikel diakses pada 6 Februari 2014 dari

guci, gunung agung, jejeg, muncanglarang, pagerkasih, sigedong, sokasari, sokatengah, sumbaga dan traju.

TABEL I

WILAYAH ADMINISTRATIF DAN JUMLAH PENDUDUK L/P DI WILAYAH KECAMATAN BUMIJAWA

No Kelurahan Jumlah Penduduk Total

Laki-laki Perempuan 1 Batumirah 1.510 1.470 2.980 2 Begawat 1.814 1.719 3.533 3 Bumijawa 4.814 4.429 8909 4 Carul 446 434 880 5 Cawitali 1.400 1.312 2.712 6 Cempaka 2.271 2.182 4.453 7 Cintamanik 2.410 2.384 4.794 8 Dukuh Benda 3.634 3.366 7000 9 Guci 1.357 1.261 2.618 10 Gunung Agung 2.315 2.178 4.493 11 Jejeg 2.338 2.142 4.480 12 Muncanglarang 2.330 2.239 4.569 13 Pagerkasih 796 720 1.516 14 Sigedong 2.531 2.376 4.907 15 Sokasari 1.935 1882 3.817 16 Sokatengah 1.955 1.800 3.755 17 Sumbaga 1.971 1.896 3.867 18 Traju 1.436 1.334 2.770 19 Total 36.929 35.124 72.053

59

c. Sarana Ibadah dan Pesantren

TABEL II

SARANA IBADAH DAN PESANTREN DI WILAYAH KECAMATAN BUMIJAWA

No Nama Desa Sarana Ibadah (Pesantren)

Nama Desa SaranaIbadah (Pesantren)

1 Batumirah 2 Masjid

4 Mushola

Gunung Agung 3 Masjid 7 Mushola 2 Begawat 6 Masjid 9 Mushola Jejeg 4 Masjid 12 Mushola 1 Pondok 3 Bumijawa 11 Masjid 10 Mushola 1 Pondok Muncanglarang 5 Masjid 12 Mushola 4 Carul 1 Masjid 2 Mushola Pagerkasih 2 Masjid 4 Mushola 5 Cawitali 3 Masjid 5 Mushola Sigedong 4 Masjid 7 Mushola 6 Cempaka 2 Masjid 5 Mushola Sokasari 4 Masjid 10 Mushola 7 Cintamanik 5 Masjid 11 Mushola Sokatengah 4 Mesjid 10 Mushola. 8 Dukuh Benda 8 Masjid

9 Mushola Sumbaga 6 Masjid 8 Mushola 9 Guci 2 Masjid 3 Mushola Traju 5 Masjid 8 Mushola

Sumber: LaporanAkhir Tahun Kantor Urusan Agama Kecamatan Bumijawa Tahun 2013

Sedangkan data keagamaan Kantor Urusan Agama Kecamatan Bumijawa yakni, sebagaimana data di bawah ini:

TABEL III

JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN AGAMA

No Kelurahan Jml

Penduduk

Pemeluk Agama

Islam Protestan Katholik Hindu

1 Batumirah 4.464 4.464 2 Begawat 5.038 5.037 1 3 Bumijawa 12.869 12.863 4 2 4 Carul 1.270 1.270 5 Cawitali 3.690 3.689 1 6 Cempaka 6.404 6.404 7 Cintamanik 6.655 6.655 8 Dukuh Benda 8.621 8.620 1 9 Guci 3.871 3.867 2 2 10 Gunung Agung 5.909 5.909 11 Jejeg 6.704 6.073 1 12 Muncanglarang 5.803 5.802 1 13 Pagerkasih 2.157 2.157 14 Sigedong 6.772 6.772 15 Sokasari 5.228 5.228 16 Sokatengah 5.112 5.111 1 17 Sumbaga 5.743 5.743 18 Traju 3.971 3.971 19 Jumlah 99.651 99.635 10 6

Sumber: Laporan Akhir Tahun Kantor Urusan Agama Kecamatan Bumijawa Tahun 2013

61

Adapun data jumlah penduduk berdasarkan pekerjaannya adalah sebagai berikut:

TABEL IV

JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN PEKERJAAN

No Kelurahan Jml

Penduduk

Jenis Pekerjaan

Tani/Buruh Guru/PNS Pedagang Merantau

1 Batumirah 4.464 3.980 57 87 913 2 Begawat 5.038 4.700 22 108 280 3 Bumijawa 12.869 5.012 3.978 2.870 1.879 4 Carul 1.270 929 15 59 730 5 Cawitali 3.690 2.579 58 70 970 6 Cempaka 6.404 4.989 125 89 1.210 7 Cintamanik 6.655 5.980 78 68 1.080 8 Dukuh Benda 8.621 6.987 187 72 1.045 9 Guci 3.871 2.780 69 2.327 459 10 Gunung Agung 5.909 4.900 120 560 580 11 Jejeg 6.704 4.288 157 213 798 12 Muncanglarang 5.803 4.280 128 303 691 13 Pagerkasih 2.157 2.119 58 98 675 14 Sigedong 6.772 5.908 64 114 1.080 15 Sokasari 5.228 3.987 124 108 987 16 Sokatengah 5.112 4.969 59 79 840 17 Sumbaga 5.743 3.898 102 279 479 18 Traju 3.971 2.598 187 192 397 19 Jumlah 99.651 74.883 5.588 7.697 26.093

Sumber: Laporan Akhir Tahun Kantor Urusan Agama Kecamatan Bumijawa Tahun 2013, Kantor Kecamatan Bumijawa Tahun 2009, Kantor Balai Penyuluhan Pertanian dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Bumijawa dan Kantor Veteran Kecamatan Bumijawa Tahun 2013.

d. Bahasa Masyarakat Kecamatan Bumijawa

Dalam kehidupan sehari hari masyarakat Bumijawa tidak beda jauh dengan masyarakat Tegal pada umumnya yaitu menggunakan Bahasa JawaBanyumaslogat atau dialek Tegal, biasanya dikenal dengan dialek 'nyong' yang artinya aku.

e. Kebudayaan Masyarakat Kecamatan Bumijawa

Kebudayaan yang dapat ditemukan di Bumijawa diantaranya samrohan, kenceran, Rebana, Syukuran, Muludan juga araka-arakan yang diadakan ketika peringatan maulid Nabi Muhammad S.a.w ditandai dengan sunatan masal kemudian mengambil air suci "bende" dan malamnya diadakandan arak-arakan dengan membawa "aul" atau boneka-boneka dari bambu seperti ondel-ondel dan kenceran. Seiring berjalannya waktu kebudayaan ini mulai surut,dikarenakan kurangnya fasilitas dan banyak menimbulkan tawuran antar anak muda.

f. Objek Wisata di Kecamatan Bumijawa

Kecamatan Bumijawa memiliki obyek wisata yang terbesar di KabupatenTegal bahkan termasuk 10 besar obyek wisata di Provinsi Jawa Tengah, Obyek wisata yang terdapat di Kecamatan Bumijawa diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Obyek Wisata Guci (pemandian air panas)

Objek Wisata Guci Indah merupakan obyek wisata air terjun, pemandian air panas, taman di kaki Gunung Slamet, ±27 km ke arah selatan Slawi. Terdapat juga perkebunan teh dan strowberi yang bisa dipetik langsung, penginapan juga mulai banyak bermunculan sejak 5 tahun terakhir. 2. Curug Putri

Adalah sebuah air terjun di wilayah perbatasan sebelah selatan antara Tegal dan Brebes.Curug Putri merupakan aliran dari Sungai Kalipedes yang berhulu di Gunung Slamet. Curug Putri atau Air terjun ini memiliki ketinggian +-25 meter memisahkan Desa Dukuhbenda, Bumijawa, Tegal yang

63

merupakan wilayah Kabupaten Tegal dengan desa Padanama Kecamatan Sirampog yang masuk ke wilayah Kabupaten Brebes. Sebelah timur curug ini adalah pedukuhan Dukuhtengah yang pada tahun 2008 mengalami longsor kelongsoran tanah tersebut mengakibatkan rusaknya jalan menuju pedukuhan tersebut.Bencana itu menimbulkan terganggunya sarana jalan bagi anak-anak yang bersekolah di SDN Dukuhbenda 04 Bumijawa.

3. Curug Penganten dan Curug Luhur

Adalah sebuah air terjun terdapat di dukuh Bandarsari desa Bumiijawa di sebuah sungai yaitu Kali Gung.

4. Sulaku Bumijawa Park

Berlokasi di dukuh Bandarsari, desa Bumijawa. Obyek Wisata bernuansa alam dengan udara yang sejuk, memiliki fasilitas Agrowisata (Kebun Strowberi, Kebun Jambu, Kebun Buah Pepino, Sirih Merah, Tanaman Hias, dll), Waterboom, Flaying Fox sepanjang 150 meter dan 60 meter. Kedai Jamu lengkap dengan Taman Toganya, Warung Makan yang Asri, cocok untuk aktifitas Out Bound dari mulai kelompok TK, SD, SMP, SMA, Mahasiswa maupun Instansi baik Swasta maupun Pemerintahan.4

4 “Geografis Kecamatan Bumijawa” artikel diakses pada 6 Februari 2014 dari

Dokumen terkait