• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

1. Biaya Tetap

Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan pada setiap tahun yang besarnya tidak terkait langsung dengan jumlah produksi. Biaya tetap yang dikeluarkan Perusahaan Jamur Nusantara meliputi biaya gaji supervisor, gaji karyawan, biaya transportasi, biaya listrik, biaya tak terduga, dan biaya pajak bumi dan bangunan. Adapun rincian biaya tetap yang dikeluarkan Perusahaan Jamur Nusantara dapat dilihat pada Tabel 15.

Dari hasil perhitungan pada Tabel 15, dapat dilihat bahwa besarnya biaya tetap yang dikeluarkan Perusahaan Jamur Nusantara dalam usaha budidaya jamur tiram putih sebesar Rp 14 150 000 per bulan, sehingga dalam satu tahun Perusahaan Jamur Nusantara mengeluarkan biaya tetap sebesar Rp 170.300.000 Tabel 15. Rincian Biaya Tetap di Perusahaan Jamur Nusantara

No Jenis Biaya Tetap Jumlah Biaya/Bulan

1 Gaji karyawan 10 000 000

2 Gaji supervisor 2 800 000

3 Biaya tak terduga 500 000

4 Biaya transportasi 500 000

5 Biaya listrik 350 000

TOTAL 14 150 000

Besarnya biaya tetap yang dikeluarkan Perusahaan Jamur Nusantara, dialokasi untuk gaji karyawan sebanyak 10 orang yaitu sebesar Rp 10 000 000 atau setara dengan Rp 120 000 000 selama satu tahun.

Biaya supervisor sebesar Rp 2 800 000 atau setara dengan Rp 33 600 000 selama satu tahun. Penggunaan biaya transportasi per bulan sebesar Rp 500 000 atau setara dengan Rp 6 000 000 dalam satu tahun. Jenis transportasi yang digunakan adalah kendaraan roda dua sebanyak satu unit. Biaya penggunaan listrik sebesar Rp 350 000 atau setara dengan Rp 4 200 000 per tahun. Listrik yang dipergunakan untuk lampu penerangan bangunan inkubasi, mes dan air, 2. Biaya Variabel

Biaya variabel adalah biaya yang selalu berubah selama proses produksi berlangsung. Unsur-unsur yang termasuk kedalam komponen biaya ini meliputi bekatul, serbuk gergaji, cincin bambu, kantong variabel, gas, gipsum, kapur, serbuk jagung dan biaya lainnya. Proses pembelian bahan baku yang dilakukan Perusahaan Jamur Nusantara. Dalam pemenuhan bahan baku yang diperlukan Perusahaan Jamur Nusantara melakukan kerjasama dengan pihak penjual, sehingga proses produksi yang dijalankan Perusahaan Jamur Nusantara tidak terganggu. Untuk melihat besarnya masing-masing biaya variabel yang digunakan pada usaha budidaya jamur tiram putih ini dapat dilihat pada (Tabel 16).

Berdasarkan Tabel 16, diketahui bahwa biaya yang dikeluarkan Perusahaan Jamur Nusantara untuk usaha budidaya jamur tiram putih dalam satu kali produksi log sebanyak 33 800 log per bulan yaitu sebesar Rp 30 418 000, Sehingga total biaya variabel dalam satu tahun mencapai Rp 365 016 000. Biaya variabel yang dikeluarkan Perusahaan Jamur nusantara sebagian besar digunakan untuk membeli serbuk gergaji,bekatul dan bibit. Hal ini dikarenakan serbuk gergaji, bekatul dan bibit merupakan salah satu komponen penting dalam

pembuatan log yang baik. Biaya yang dikeluarkan untuk membeli serbuk gergaji dalam satu kali produksi log per bulan adalah Rp 12 000 000, biaya yang dikeluarkan untuk membeli bekatul dalam satu kali produksi log per bulan yaitu sebesar Rp 2 520 000 dan biaya untuk membeli bibit dalam satu kali produksi adalah Rp 6 760 000.

Tabel 16. Rincian Biaya Variabel di Perusahaan Jamur Nusantara

No Uraian Satuan Jumlah Harga

Satuan (Rp) Biaya variabel/Bulan (Rp) 1 Bekatul KG 720 3 500 2 520 000 2 Serbuk gergaji KG 2 400 5 000 12 000 000 3 Gipsum KG 160 2 500 400 000 4 Serbuk Jagung KG 160 6 000 960 000

5 Cincin Bambu Buah 676 500 338 000

6 Gas KG 96 15 000 1 440 000 7 Alkohol Botol 8 27 500 220 000 8 Bibit Botol 1 690 4 000 6 760 000 9 Spritus Botol 12 20 000 240 000 10 Kertas koran KG 20 1 000 20 000 11 Karet KG 12 15 000 180 000 12 Plastik size 5 kg KG 8 22 500 180 000

13 Plastik Bag log KG 170 30 000 5 100 000

14 Kapas KG 1 60 000 60 000

Total 30 418 000

Pada penelitian ini bahan baku yang digunakan adalah bekatul, serbuk gergaji dan serbuk jagung. Bekatul, serbuk gergaji dan serbuk jagung merupakan komponen utama dalam proses produksi log, sehingga ketersediaan bahan baku ini sangat menentukan keberlanjutan usaha budidaya jamur tiram putih yang dilakukan Perusahaan Jamur Nusantara. Sebagian besar bahan baku yang diperoleh Perusahaan Jamur Nusantara berasal dari daerah jawa barat, seperti bekatul diperoleh dari daerah sekitar loaksi perusahaan sedangkan untuk serbuk gergaji berasal dari daerah leuwiliang dan parung dan serbuk jagung diperoleh dari pasar burung yang berada di pasar Bogor.

Pada usaha budidaya jamur tiram putih ini, bahan-bahan yang digunakan dalam proses produksi selain bekatul, serbuk gergaji dan serbuk jagung adalah gipsum, alkohol, spritus. Gipsum berfungsi untuk pengokoh bentuk log, alkohol dan spritus sebagai pembersih atau lebih tepat dikatakan sebagai media pensterilan dalam proses inokulasi.

Plastik merupakan packaging log dan packaging jamur segar yang digunakan dalam usaha budidaya jamur. Kapas digunakan untuk menahan spora agar tidak masuk kedalam log, sehingga miselium dapat bernafas. Karet digunakan untuk mengikat ujung variabel yang telah terisi log yang juga berfungsi untuk mengikat kertas yang melapisi kapas dan sekaligus untuk membantu atau penahan bila cincin paralon pecah. Koran berfungsi untuk menutup log yang telah

ditanam bibit dan mencegah spora yang dapat mengganggu pertumbuhan jamur agar tidak masuk ke dalam log.

Keseluruhan bahan baku yang diperlukan Perusahaan Jamur Nusantara dalam proses produksi log jamur tiram putih berasal dari daerah Bogor dan sekitarnya. Banyaknya bahan baku tersebut tergantung dengan kebutuhan penggunaannya pada log yang akan diproduksi.

Analisis Rugi Laba

Analisis rugi laba digunakan untuk mengetahui perkembangan usaha dalam kurun waktu tertentu, komponen rugi laba terdiri dari penerimaan, biaya oprasional, penyusutan, dan biaya lain di luar usaha dan pajak penghasilan (Lampiran 2) Rincian perhitungan rugi laba, dimana perhitungan rugi laba akan berpengaruh terhadap pajak penghasilan usaha, yang secara otomatis akan mempengaruhi hasil perhitungan Cashflow tersebut. Analisis rugi laba pada Perusahaan Jamur Nusantara dapat dilihat pada tabel 17.

Tabel 17. Analisis Rugi Laba pada Perusahaan Jamur Nusantara

Tahun Inflow (Rp) Outflow

(Rp)

Laba Sebelum Pajak (EBT)

Pajak (Rp) Laba Bersih

(EAT) 1 496 500 000 546 015 667 (49 515 667) - (49 515 667) 2 564 000 000 546 015 667 17 984 333 899 217 17 085 117 3 564 000 000 546 015 667 17 984 333 899 217 17 085 117 4 564 000 000 546 015 667 17 984 333 899 217 17 085 117 5 564 000 000 546 015 667 17 984 333 899 217 17 085 117

Dari hasil analisis rugi laba Perusahaan Jamur Nusantara yang dapat dilihat pada tabel 17, pada tahun pertama perusahaan masih belum mendapatkan keuntungan karena masih mengeluarkan modal awal yang besar. Pada tahun kedua sampai tahun ke lima laba perusahaan cenderung tetap yakni sebesar Rp.17 085 117

Analisis Kelayakan Finansial

Analisis kelayakan variabel yang diukur pada penelitian ini berdasarkan dari pendekatan empat variabel yaitu Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost

Rasio (Net B/C), Internal Rate Of Return (IRR), Payback Periode (PBP) dan

switching value. Hasil perhitungan investasi ini diperoleh dari hasil pengurangan

komponen outflow dengan inflow. Komponen inflow yang diperoleh pada usaha budidaya jamur tiram putih meliputi penjualan jamur tiram putih segar dan penjualan log jamur tiram putih (Lampiran 3).

Berdasarkan variabel investasi NPV ≥ 0 berarti secara variabel usaha layak untuk dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Artinya usaha budidaya jamur tiram putih yang dijalankan Perusahaan Jamur Nusantara memberikan manfaat positif selama umur proyek dengan diskon rate sebesar tujuh persen, sehingga dari variabel tersebut usaha ini layak untuk dilaksanakan. Apabila besarnya NPV yang diperoleh ≤ 0 berarti secara finansial usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan, hal ini dikarenakan manfaat yang diperoleh lebih kecil dari biaya sehingga tidak cukup untuk menutup biaya yang dikeluarkan. Bila besarnya penerimaan NPV = 0, berarti

secara finansial proyek sulit dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan.

Pada penelitian ini, IRR digunakan untuk mengukur kelayakan berdasarkan perbandingan antara suku bunga yang ditentukan. Suatu usaha dikatakan layak untuk dijalankan apabila dari hasil perhitungan diperoleh nilai IRR yang lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku. Jika nilai IRR lebih rendah dari tingkat suku bunga yang berlaku, maka usaha tersebut lebih baik tidak dijalankan dan uang yang digunakan untuk investasi sebaiknya di tabung. Dilihat dari nilai IRR yaitu sebesar 65 persen, Jika diperoleh IRR lebih besar dari tingkat diskonto yang berlaku, maka proyek layak untuk dilaksanakan. Sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku maka proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. IRR yang diperoleh dalam usahatani tersebut lebih besar dari suku bunga yang berlaku dipasaran, yaitu tujuh persen. Berdasarkan variabel IRR tersebut, usaha budidaya jamur tiram putih ini layak untuk dikembangkan.

Nilai net benefit cost ratio (Net B/C) yang diperoleh sebesar 3,25. Faktor yang mempengaruhi besarnya nilai net B/C karena nilai PV positif yang dihasilkan lebih besar dibandingkan PV variabel. Masing-masing angka yang diperoleh adalah sebesar Rp 62 268 326 dan Rp (38 816 001). Nilai tersebut menunjukan lebih dari satu. artinya dari setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan mampu menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp 3.25. Angka tersebut menunjukkan tingkat besarnya tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu satuan uang. Nilai tersebut menunjukan usaha budidaya jamur tiram putih yang dilakukan Perusahaan Jamur Nusantara layak untuk dijalankan (net B/C > dari 1).

Payback Periode yang diperoleh (Tabel 18) adalah selama 3.92 tahun

proyek berahkir. Hal ini menunjukan kemampuan tingkat pengembalian modal usaha budidaya jamur tiram putih lebih besar dari umur proyek yaitu selama lima tahun. Artinya usaha budidaya jamur tiram putih dilihat dari PBP usaha ini layak karena pengembalian modal investasi selama tiga tahun sembilan bulan dua minggu. Pentingnya mengetahui tingkat pengembalian modal bagi pelaku usaha maupun investor yang ingin menanamkan modal pada usaha tertentu yaitu agar dapat mengantisipasi terhadap perubahan risiko pengembalian modal. Artinya semakin cepat tingkat pengembalian modal investasi, semakin kecil risiko terhadap perubahan nilai uang yang terjadi.

Tabel 18. Hasil Kriteria Kelayakan Usaha Pada Perusahaan Jamur Nusantara

No. Kriteria kelayakan Hasil

1 NPV (Rp) Rp 62 268 326 2 IRR (%) 65% 3 PV positif 126 155 797 4 PV negatif (38 816 001) 5 Net B/C 3.25 6 PBP (tahun) 3.92

Analisis Switching Value

Analisis switching value digunakan untuk mengetahui tingkat perubahan harga output produksi dan biaya, sehingga keuntungan mendekati normal dimana NVP sama dengan nol. Analisis switching value yang dilakukan adalah dengan menghitung perubahan maksimum yang boleh terjadi akibat adanya perubahan beberapa parameter (Lampiran 4, 5 & 6). Parameter yang digunakan yaitu penurunan produksi jamur tiram putih, penurunan produksi log jamur tiram putih, serta peningkatan biaya variabel. Penurunan produksi jamur tiram putih segar dan penurunan produksi log jamur tiram putih dapat terjadi, mengingat usaha budidaya jamur tiram putih merupakan pasar persaingan sempurna, dimana setiap pelaku usaha mempunyai peluang memasuki usaha ini, mengingat produksi jamur tiram putih yang cukup tinggi menjadi daya tarik pelaku usaha untuk terjun pada usaha budidaya jamur tiram putih. Begitu juga terhadap perubahan biaya variabel, bisa saja biaya-biaya variabel yang dikeluarkan terjadi kenaikan akibat kebijakan pemerintah menaikan harga bahan bakar minyak yang berimbas terhadap kenaikan biaya variabel. Hasil switching Value usaha jamur tiram pada Perusahaan jamur Tiram Putih dapat dilihat pada tabel 19.

Tabel 19. Hasil Switching Value Usaha Jamur Tiram Putih

Parameter Switching Value (%)

Maksimum Penurunan produksi Jamur tiram Putih 3.57

Maksimum Penurunan produksi Log Jamur Tiram Putih 5.12

Maksimum Peningkatan Biaya variabel 2.89

Pada Tabel 19, terlihat bahwa persentase maximum penurunan produksi jamur tiram putih segar yaitu sebesar 3.57 persen dan persentase maximum penurunan produksi log jamur tiram sebesar 5.12 persen, sedangkan persentase maximum peningkatan biaya variabel yaitu sebesar 2.89 persen. Pada hasil ini perubahan terhadap ketiga parameter menunjukkan bahwa, peningkatan biaya variabel jamur tiram putih lebih peka dibandingkan perubahan parameter penurunan produksi Jamur tiram putih dan penurunan produksi log jamur tiram putih. Artinya ketika terjadi peningkatan biaya variabel jamur tiram putih batas tolerir di angka 2.89 persen, dimana pada kondisi ini Perusahaan Jamur Nusantara dalam keadaan tidak mendapatkan keuntungan karena NPV sama dengan nol, sedangkan ketika terjadi penurunan produksi jamur tiram segar mencapai 3.57 persen dan penurunan produksi log jamur tiram putih sebesar 5.12 persen Perusahaan Jamur Nusantara tidak juga mendapatkan keuntungan.

Dokumen terkait