• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2 Biaya Usahatani Cengkeh

Biaya adalah semua pengeluaran yang digunakan selama proses produksi usahatani berlangsung. Pongantung, et. all. (2017) menyatakan bahwa

49 biaya diartikan sebagai suatu pengorbanan yang dapat mengurangi kas atau harta lainnya untuk mencapai tujuan, baik yang dapat dibebankan pada saat ini maupun pada saat yang akan datang. Biaya produksi usaha tani terbagi 2 yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Adapun pola biaya usahatani cengkeh berdasarkan “Analisis Pofitabilitas Usahatani Cengkeh dan Implikasi Tehadap Kesejahteraan Petani di Kelurahan Mannanti Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai” sebagai berikut:

Gambar 3. Pola Usahatani Cengkeh Berdasakan Analisis Profitabilitas Usahatani Cengkeh dan Implikasi Terhadap Kesejahteraan Petani di Kelurahan Mannanti Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai

Berdasarkan Gambar 3. pola usahatani cengkeh di Kelurahan Mannanti Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai dimulai sejak tahun 2009 yaitu mulai dari proses pengolahan lahan, bibit dan proses penanaman yang merupakan biaya investasi selama 10 tahun sesuai dengan umur tanaman cengkeh. Sementara itu, pada tahun 2019 yaitu bulan september dilakukan penyiangan dengan cara membersihkan tanaman-tanaman liat atau gulma yang tumbuh disekitar tanaman cengkeh. Di tahun 2020 tepatnya bulan Februari dilakukan penyiangan kembali, dimana penyiangan ini dilakukan 2 kali setahun kemudian bulan Juni sampai Agustus dilakukan proses panen cengkeh selama 3 bulan.

2009 Feb 2019 2020 Jul JJun Apr Mar Jan Des Nov Agu Okt Sep Mei Pengolahan lahan Bibit Penanaman Penyiangan Pemupukan OPT Panen 3 Panen 2 Panen 1 Penyiangan

50

5.2.1 Biaya Tetap

Biaya tetap (fixed cost) merupakan biaya yang tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya volume produksi dan hasilnya tidak habis dalam satu kali musim tanam (Saadudin, et. all., 2016). Biaya tetap yang digunakan petani responden di Kelurahan Mannanti berupa biaya penyusutan alat dan biaya pajak. Adapun biaya tetap dapat dilihat pada tabel 10. di bawah ini :

Tabel 10. Biaya Tetap Usahatani Cengkeh di Kelurahan Mannanti Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai

NO. Jenis Biaya Nilai Biaya (Rp/Ha)

1. Biaya Penyusutan Alat 255.525

2. Biaya Pajak 57.852

Jumlah 313.376

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2020

Tabel 10. menunjukkan bahwa rata-rata biaya tetap yang dikeluarkan petani responden di Kelurahan Mannanti Kecamatan Tellulimpoe yaitu biaya penyusutan alat sebesar Rp. 255.525 dengan alat yang digunakan berupa cangkul, linggis, parang, sabit, sprayer, tangga dan tali. Biaya pajak rata-rata sebesar Rp. 57.852 per hektar dengan jumlah biaya tetap yang dikeluarkan selama musim panen per hektarnya sebesar Rp. 313.376.

5.2.2 Biaya Variabel

Biaya variabel (variable cost) merupakan biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi, namun, biaya per unitnya tetap. Artinya bahwa jika volume kegiatan dinaikkan dua kali lipat maka jumlah biaya juga naik menjadi dua kali lipat. Pongantung, et. all. (2017) adalah metode penentuan harga pokok

51 produksi yang hanya memperhitungkan dan membebankan biaya-biaya produksi yang berperilaku sebagai variabel ke dalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, tenaga kerja dan overhead pabrik variabel. Biaya variabel yang digunakan petani responden di Kelurahan Mannanti terdiri dari: biaya bibit, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja. Adapun uraiannya dapat dilihat pada tabel 11. berikut:

Tabel 11. Biaya Variabel Usahatani Cengkeh di Kelurahan Mannanti Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai

NO Jenis Biaya Variabel Nilai (Rp)

1 Bibit 189.384

2 Pupuk 610.000

3 Pestisida 301.833

4 Tenaga Kerja 2.438.404

Jumlah 3.539.621

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020

Berdasarkan Tabel 11. menunjukan bahwa biaya variabel usahatani cengkeh terdiri dari biaya bibit dengan rata-rata Rp. 189.384/Ha dimana biaya tersebut merupakan biaya investasi selama 10 tahun sesuai dengan rata-rata umur tanaman cengkeh yaitu 10 tahun dengan tingkat suku bunga sebesar 12% untuk memperoleh biaya bibit yang digunakan setiap tahun, pupuk sebesar Rp. 610.000/Ha dimana pupuk yang digunakan petani responden yaitu urea, za dan TSP. Biaya pestisida sebesar Rp. 301.833/Ha dan biaya tenaga kerja usahatani cengkeh sebesar Rp. 2.438.404 untuk biaya tenaga kerja sendiri upah yang diberikan petani dihitung berdasarkan jumlah cengkeh yang diperoleh per kg. Jadi total biaya variabel yang digunakan petani untuk usahatani cengkeh sebesar Rp. 3.539.621/Ha per musim panen.

52

5.2.3 Biaya Total Usahatani Cengkeh

Biaya total adalah sejumlah dari biaya tetap dan biaya variabel, dimana setiap kegiatan usahatani dimana setiap kegiatan usahatani tidak pernah terlepas dari biaya untuk mengelola usahataninya agar memperoleh hasil yang diharapkan (Soekartawi, 2002). Biaya produksi yang digunakan petani di daerah penelitian dimulai dari biaya penyedian bibit sampai dengan biaya panen. Adapun penyediaan bibit dimulai sejak awal berusahatani cengkeh yaitu pada tahun 2009 kemudian dilanjut dengan proses pengolahan lahan, penyediaan bibit dan penanaman dimana dapat dijadikan sebagai biaya investasi selama 10 tahun berdasarkan rata-rata usia tanaman cengkeh. Sementara itu, biaya lainnya yang digunakan diambil selama 1 priode yaitu pada tahun 2019 dengan mengeluarkan beberapa biaya yaitu proses pemeliharan yang mencakup biaya penyiangan dan pemangkasan pada bulan september, dibulan yang sama dilakukan proses pemupukan cengkeh dengan mengeluarkan biaya pembelian pupuk berupa za, sp36, dan urea. Dibulan selanjutnya yaitu pada bulan oktober dilakukan pembasmian hama dengan menggunakan biaya pembelian pestisida. Pada tahun 2020 dilakukan proses panen selama 3 bulan dengan biaya tenaga kerja sebanyak Rp. 3000/ kg. Adapun total biaya usahatani cengkeh yang digunakan petani di

53 Kelurahan Mannanti Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai dapat dilihat pada tabel 12 sebagai berikut:

Tabel 12. Biaya Total Usahatani Cengkeh di Kelurahan Mannanti Kecamatan Telluimpoe Kabupaten Sinjai

No. Uraian Nilai (Rp)

1. Biaya Tetap 313.376

2. Biaya Variabel 3.535.621

Jumlah 3.848.997

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2020

Berdasarkan Tabel 12. biaya total usahatani cengkeh di Kelurahan Mannanti Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai ada 2 yaitu biaya tetap yang terdiri dari biaya penyusutan alat dan biaya pajak dengan rata-rata sebesar Rp. 313.376/Ha sedangkan biaya variabel terdiri dari biaya bibit, pupuk, pestisida, tenaga kerja sebesar Rp. 3.535.621/Ha sehingga diperoleh biaya usahatani secara eseluruhan Rp. 3.848.997/Ha.

5.3 Penerimaan

Penerimaan adalah perkalian antara produksi dengan harga jual besarnya penerimaan yang diterima petani untuk setiap rupiah yang dikeluarkan dalam kegiatan usahatani dipengaruhi oleh jumlah produksi yang dihasilkan dan harga satuan produksi yang dihasilkan (Suratiyah, 2008). Rata-rata penerimaan usahatani cengkeh di Kelurahan Mannanti dapat dilihat pada tabel 13. Berikut:

54 Tabel 13. Rata-rata Penerimaan Usahatani Cengkeh di Kelurahan Mannanti Kecamatan

Tellulimpoe Kabupaten Sinjai

Uraian Jumlah (Kg) Nilai (Rp)

Penerimaan (TR= Y.Py)

Produksi 788

Harga (Rp) 16.000

Total Penerimaan 12.610.370

Sumber: Data Primer Setelah Dilah, 2020

Tabel 13. Mmenunjukkan bahwa rata-rata produksi cengkeh per ha yang diperoleh petani yaitu sebesar 788 Kg/Ha dengan harga jual sebesar Rp. 16.000/Kg sehingga total penerimaan rata-rata petani sebesar Rp. 12.610.370/Ha. Besar kecilnya penerimaan di daerah penelitian bervariasi tergantung dari banyaknya produksi yang diperoleh serta harga yang berlaku. Untuk harga cengkeh pada tahun 2020 sangat mengalami penurunan harga yang sangat signifikan dibandingkan tahun lalu hal ini disebabkan karena pengaruh pandemi virus corona.

5.4 Pendapatan

Pendapatan adalah selisih antara penerimaan usahatani cengkeh dengan

biaya produksi yang digunakan selama proses produksi berlangsung. Pendapatan usahatani cengkeh di Kelurahan Mannanti dapat dilihat pada tabel 14. di bawah ini:

55 Tabel 14. Pendapatan Usahatani Cengkeh di Kelurahan Mannanti Kecamatan

Tellulimpoe Kabupaten Sinjai

No. Uraian Satuan Produksi Harga Total Biaya (Rp)

1 Penerimaan a. Jumlah produksi cengkeh Kg 788 b. Harga jual Rp 16.000 Total Penerimaan (TR) 12.610.370 2 Biaya Tetap a. Cangkul Unit 4.968 b. Linggis Unit 4.634 c. Parang Unit 10.151 d. Sabit Unit 4.491 e. Sprayer Unit 54.630 f. Tangga Unit 138.765 g. Tali Meter 37.886 h. Pajak Rp 57.852

Total Biaya Tetap 255.525

3 Biaya Variabel

a. Bibit Unit 189.384

b. Pupuk Kg 610.000

c. Pestisida Liter 301.833

d. Tenaga Kerja Orang 2.438.404

Total Biaya Variabel 3.539.621

Total Biaya Produksi (TC)

TC= TFC + TVC 3.848.997

4 Pendapatan (π )= TR-TC 8.761.373

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2020

Berdasarkan Tabel 14. rata-rata total penerimaan yang diperoleh petani sebesar Rp. 12.610.370/Ha per musim panen dari hasil perkalian antara jumlah produksi cengkeh dan harga cengkeh dalam satu kali musim panen, rata-rata total

56 biaya produksi sebesar Rp. 3.848.997/Ha yang diperoleh dari penjumlahan biaya tetap dengan biaya variabel. Jadi dapat disimpulkan bahwa rata-rata pendapatan yang diterima petani dari selisih antara penerimaan dan total biaya produksi sebesar Rp. 8.761.373/Ha per musim panen. Dari data tersebut terlihat bahwa total penerimaan lebih besar dibandingkan total biaya produksi yang digunakan hal ini menandakan penerimaan petani dapat menutupi semua biaya yang dikeluarkan dan pendapatan yang diperoleh dapat memenuhi kebutuhan hidup petani. Semakin besar biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi maka semakin kecil pendapatan yang diterima begitupun dengan sebaliknya semakin sedikit biaya produksi yang digunakan maka semakin banyak pendapatan yang diperoleh petani.

5.5 Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba melalui

operasional usahanya dengan menggunakan dana aset perusahaan. Pengertian lain menyebutkan bahwa profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dan mengukur tingkat efisiensi operasional dan efisiensi dalam menggunakan harta yang dimilikinya (Mas’ud, 2008 ; Kusuma, 2013). Profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah NPM (Net Profit

Margin. Analisis profitabilitas sangat diperlukan untuk mengetahui laba yang

didapatkan dalam usahanya dan analisis profitabilitas dapat juga digunakan sebagai alat ukur untuk mengetahui perkembangan usaha yang sedang dijalankan.

57 Wahyupin, et.all. (2018) NPM adalah pembagian antara keuntungan dibagi dengan jumlah penjualan dimana:

● Jika NPM (Net Profit Margin)> 5 % maka menguntungkan untuk diusahakan ● Jika NPM (Net Profit Margin)< 5 % maka tidak menguntungkan untuk

diusahakan

Adapun analisis profitabilitas usahatani cengkeh di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 15. Sebagai berikut:

Tabel 15. Profitabilitas Usahatani Cengkeh di Kelurahan Mannanti Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai

No. Uraian Nilai (Rp)

1 Keuntungan/ Laba Bersih 8.761.373

2 Penjualan 12.610.370

Net Profit Income (NPM) = Laba Bersih/Penjualan x

100% 68%

Sumber: Data Primer Setelah Diolah,2020

Berdasarkan Tabel 15. dapat dilihat bahwa keuntungan atau laba bersih yang diperoleh petani sebesar Rp. 8.761.373 dan penjualan rata-rata sebesar Rp. 12.610.370, sehingga NPM (Net Profit Margin) diperoleh sebesar 68%. Hal ini menandakan jika NPM lebih besar dari 5 % yaitu 68% dapat dikatakan bahwa usahatani cengkeh efisien dan menguntungkan untuk dilaksanakan.

5.6 Nilai Tukar Petani (NTP)

Pengeluaran rumah tangga merupakan biaya yang dikeluarkan untuk keperluan konsumsi anggota keluarga. Konsumsi rumah tangga terdiri dari konsumsi pangan, sandang, papan, pendidikan transportasi dan komunikasi, dan

58 biaya konsumsi lainya. Konsumsi pangan merupakan salah satu faktor yang paling penting untuk mempertahankan keberlangsungan hidup petani dan juga keluarganya. Adapun pengeluaran rumah tangga petani cengkeh di Kelurahan Mannanti dapat dilihat pada Tabel 16. Berikut:

Tabel 16. Pengeluaran Rumah Tangga Petani Cengkeh di Kelurahan Mannanti Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai

No. Pengeluaran Rumah Tangga Petani Nilai (Rp)

1 Pangan 2.737.778

2 Sandang 242.917

3 Papan 902.222

4 Pendidikan 2.366.667

5 Transportasi dan Komunikasi 499.444

6 Biaya Lainnya 935.556

Jumlah 6.342.778

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2020

Tabel 16. menunjukkan bahwa jumlah pengeluaran rumah tangga petani rata-rata selama 3 bulan (panen) di Kelurahan Mannanti yaitu Rp. 6.342.778 yang terdiri dari pengeluaran pangan sebesar Rp. 2.737.778 untuk biaya pangan yang dikeluarkan yaitu lauk pauk (seperti ikan, sayuran, telur, bumbu dan lain-lain). Biaya pengeluaran sandang sebesar Rp. 242.917 berupa biaya pakaian alat mandi dan biaya sandang lainnya).

Pengeluaran papan (perumahan) rata-rata sebesar Rp. 902.222 seperti (pengeluaran listrik, air, dan kebutuhan elektronik).

Pengeluaran biaya pendidikan rata-rata merupakan biaya yang paling banyak digunakan petani yaitu sebesar Rp. 2.366.667. Hal ini disebabkan karena sebagian anak dari petani responden telah mamasuki pendidikan dibangku

59 perkuliahan yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan sebagian anak lainnya masih menempuh pendidikan SD, SMP dan SMA.

Pengeluaran biaya transportasi dan konsumsi rata-rata sebesar Rp. 499.444 adapun yang termasuk biaya transportasi yaitu bensin dan biaya konsumsi berupa penggunaan pulsa dan biaya kuota untuk digunakan oleh anak-anak sebagai akses untuk memperoleh informasi dan ilmu pelajaran.

Biaya lainnya yang dikeluarkan petani responden di Kelurahan Mannanti sebesar Rp. 935.556. Adapun biaya yang termasuk yaitu biaya makanan jadi, kesehatan, dan biaya yang tidak terduga lainnya.

Nilai Tukar Petani (NTP) adalah ukuran kemampuan daya tukar produk pertanian yang dihasilkan terhadap produk barang dan jasa yang dibeli petani rumah tangga baik usaha produksi maupun konsumsi rumah tangga petani. Nilai Tukar Petani berfungsi mengukur kemampuan tukar barang hasil pertanian dengan barang dan jasa untuk keperluan konsumsi rumah tangga petani. Nilai NTP diperoleh dengan pembagian total penerimaan petani usahatani cengkeh dengan total pengeluaran petani yaitu pengeluaran biaya usahatani dan pengeluaran rumah tangga termasuk pangan dan non pangan. Untuk penerimaan usahatani cengkeh diperoleh dari perkalian antara hasil produksi usahatani cengkeh. Adapun nilai tukar petani di Kelurahan Mannanti dapat dilihat pada Tabel 16. di bawah ini:

60 Tabel 16. Nilai Tukar Petani Cengkeh di Kelurahan Mannanti Kecamatan

Tellulimpoe Kabupaten Sinjai

No. Uraian Nilai (Rp) NTP= TR/TC (%)

1 Penerimaan 12.610.370

2 Pengeluaran 6.342.778

Jumlah 5.384%

Rata-rata 199%

Sumber: Data Setelah Diolah, 2020

Berdasarkan tabel 16. Rata-rata penerimaan yang diperoleh petani sebanyak Rp. 12.610.370 dan pengeluaran rumah tangga petani selama proses panen yaitu 3 bulan sebesar Rp. 6342.778. Nilai Tukar Petani (NTP) responden dengan jumlah keseluruhan sebesar 5.384% dengan rata-rata NTP sebesar 199%. Hal ini menandakan bahwa jika nilai tukar petani diatas 100 maka indeks yang diterima petani lebih tinggi dari pada indeks yang dibayar petani sehingga dapat dikatakan bahwa petani cengkeh di Kelurahan Mannanti sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan petani dalam usahatani cengkeh dan kebutuhan rumah tangga petani. Penelitian lain yang dilakukan oleh Kasih (2017) dimana jenis komoditi yang diteliti yaitu padi sawah yang digunakan sebagai indek yang diterima petani. Analisis yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan petani yaitu nilai tukar petani (NTP). Hasil menunjukkan indeks harga yang diterima petani (penerimaan) Rp. 21.036.363,64 dan indeks harga yang dibayar petani (pengeluaran rumah tangga Rp. 17.180.575 per musim tanam sehingga diperoleh rata- rata nilai tukar petani sebesar 121,55 % atau lebih besar dari 100. Dengan demikian tingkat kesejahteraan petani tergolong tinggi (sejahtera) yang artinya pendapatan yang diperoleh dari usahatani padi sawah dapat membiayai usahatani padi sawah, memenuhi kebutuhan rumah tangga keluarga dan petani juga dapat

61 menabung sebagian dari pendapatan tersebut. Dengan hipotesis 1 rata-rata nilai tukar petani (NTP) lebih besar dari 100 diterima.

Menurut Datau, et.all. (2019) mengemukakan bahwa daya beli petani merupakan salah satu indikator kesejahteraan ekonomi petani dimana analisis daya beli rumah tangga diperoleh dari hasil bagi total pendapatan dengan total pengeluaran rumah tangga selain biaya usahatani yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pangan. Semakin tinggi tingkat daya beli rumah tangga berarti semakin sejahtera keluarga petani yang bersangkutan begitupun sebaliknya semakin rendah tingkat daya beli rumah tangga petani maka semakin rendah pula tingkat kesejahteraan keluarga petani yang bersangkutan (Datau,

et.all., 2019).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan tingkat kesejahteraan petani pada umumnya di Kelurahan Mannanti dapat dilihat berdasarkan jumlah pengorbanan yang dikeluarkan dari usahatani cengkeh untuk memenuhi kebutuhannya. Di Kelurahan Mannanti sendiri untuk pengeluaran lebih dominan digunakan untuk membeli kebutuhan pokok karena merupakan jenis kebutuhan yang sangat penting untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Harga konsumsi yang semakin meningkat akan membuat petani mengeluarkan lebih banyak biaya lagi untuk memenuhi kebutuhannya. Tidak hanya dari segi kebutuhan pokok melainkan petani di Kelurahan Mannanti juga membeli beberapa kebutuhan lainnya seperti papan untuk membayar biaya listrik, air dan biaya perabot rumah lainya. Pengeluaran biaya pendidikan bagi anak petani, transportasi dan komunikasi.

Dokumen terkait