• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PROFITABILITAS USAHATANI CENGKEH DAN IMPLIKASI TERHADAP KESEJAHTERAAN PETANI DI KELURAHAN MANNANTI KECAMATAN TELLULIMPOE KABUPATEN SINJAI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PROFITABILITAS USAHATANI CENGKEH DAN IMPLIKASI TERHADAP KESEJAHTERAAN PETANI DI KELURAHAN MANNANTI KECAMATAN TELLULIMPOE KABUPATEN SINJAI"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS

PROFITABILITAS

USAHATANI CENGKEH DAN

IMPLIKASI TERHADAP KESEJAHTERAAN PETANI

DI KELURAHAN MANNANTI

KECAMATAN TELLULIMPOE

KABUPATEN SINJAI

MIFTAHUL HASANAH

105961118116

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

(2)

ii

ANALISIS

PROFITABILITAS

USAHATANI CENGKEH DAN

IMPLIKASI TERHADAP KESEJAHTERAAN PETANI

DI KELURAHAN MANNANTI

KECAMATAN TELLULIMPOE

KABUPATEN SINJAI

MIFTAHUL HASANAH 105961118116 SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata (S-1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

(3)
(4)
(5)

v

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Profitabilitas Usahatani Cengkeh dan Implikasi terhadap Kesejahteraan Petani di

Kelurahan Mannanti Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Makassar, Oktober 2020

Miftahul Hasanah 105961118116

(6)

vi

ABSTRAK

MIFTAHUL HASANAH. 105961118116. Analisis Profitabilitas Usahatani Cengkeh dan Implikasi Terhadap Kesejahteraan Petani di Kelurahan Mannanti Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai. Dibimbing oleh NAILAH dan NADIR.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profitabilitas usahatani cengkeh serta implikasi terhadap kesejahteraan petani cengkeh di Kelurahan Mannanti.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan simple random sampling (acak sederhana) yaitu dengan mengambil sampel sebanyak 10% dari jumlah populasi sebanyak 269 orang sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 27 orang yang di Kelurahan Mannanti. Teknik pengumpulan data yaitu dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi secara langsung di lapangan.

Hasil menunjukkan bahwa rata-rata biaya total yang dikeluarkan petani di Kelurahan Mannanti Rp. 3.848.997/Ha dan memperoleh penerimaan sebesar Rp. 12.610.370/Ha, sehingga diperoleh pendapatan sebesar Rp. 8.761.373/Ha. NPM (Net Profit Margin) diperoleh dari hasil pembagian laba bersih dibagi dengan penjualan dikali dengan 100% yaitu sebesar 68 % dimana dapat dikatakan bahwa usahatani cengkeh di Kelurahan Mannanti sangat efisien dan menguntung. Sedangkan kesejahteraan petani cengkeh diperoleh dengan menggunakan analisis Nilai Tukar Petani (NTP) dengan rata-rata pengeluaran konsumsi rumah tangga petani sebesar Rp. 6.342.778 dan penerimaan rata-rata sebesar Rp. 12.610.370 sehingga diperoleh Nilai Tukar Petani sebesar 199% yang menandakan petani cengkeh di Kelurahan Mannanti sejahtera (surplus).

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadiran Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahnya yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat dan salam tak lupa peneliti kirimkan kepada Rasulullah SAW beserta para keluarganya, sahabat dan para pengikutnya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Profitabilitas Usahatani Cengkeh dan Implikasi terhadap Kesejahteraan Petani di Kelurahan Mannanti Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai”.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

Peneliti menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Ir. Nailah, M.Si. selaku Pembimbing Utama dan Nadir, S.P., M.Si. selaku Pembimbing Pendamping yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis sehingga skripsi dapat diselesaikan.

2. Dr. Mohammad Natsir, S.P., M.P. selaku penguji utama dan Sumarni B, S.P., M.Si. selaku penguji pendamping.

3. Bapak Dr. H. Burhanuddin, S.Pi., M.P. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Ibu Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P. selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

(8)

viii

Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

6. Kedua orangtua ayahanda Alm. H. Syamsuddin Anni dan Ibunda Hj. Sitti Munawarah dan kakak-kakakku yang tercinta dan segenap keluarga yang telah memberikan bantuan baik moril maupun material sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

7. Seluruh dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali segudang ilmu kepada penulis.

8. Kepada pihak Pemerintah Kecamatan Tellulimpoe khususnya kepada Pak Lurah Mannanti beserta jajarannya yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di Daerah tersebut.

9. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi dari awal hingga akhir yang peneliti tidak dapat sebut satu persatu.

Akhir kata peneliti ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terkait dalam penulisan skripsi ini, semoga karya tulis ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan. Semoga kristal-kristal Allah senantiasa tercurahkan kepadanya. Amin.

Makassar, Oktober 2020

(9)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ...i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ...iv

HALAMANPERNYATAAN... v

ABSTRAK ...vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ...ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR...xiv DAFTAR LAMPIRAN ... xv I. PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 5 1.3 Tujuan Penelitian ... 6 1.4 Kegunaan Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Cengkeh ... 7 2.2 Usahatani ... 8 2.3 Biaya Usahatani ... 9 2.4 Produksi ... 10 2.5 Penerimaan ... 11 2.6 Pendapatan... 12

(10)

x

2.7 Profitabilitas ... 13

2.8 Net Profit Margin (NPM) ... 13

2.9 Kesejahteraan Petani ... 15

2.10 Nilai Tukar Petani (NTP) ... 16

2.11 Penelitian Terdahulu... 19

2.12 Kerangka Pikir ... 24

III.METODE PENELITIAN ... 28

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28

3.2 Teknik Penentuan Sampel ... 28

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 28

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 29

3.5 Teknik Analisis Data ... 30

3.6 Definisi Operasional ... 33

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN ... 35

4.1 Letak Geografis ... 35

4.2 Keadaan Demografis ... 36

4.3 Keadaan Pertanian ... 39

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41

5.1 Identitas Responden ... 41

5.2 Biaya Usahatani Cengkeh ... 48

5.3 Penerimaan ... 53

5.4 Pendapatan... 54

5.5 Profitabilitas ... 56

5.6 Nilai Tukar Petani (NTP) ... 57

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 62

6.1 Kesimpulan ... 62

6.2 Saran ... 62

(11)

xi

LAMPIRAN ... 70 RIWAYAT HIDUP ... 102

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kelurahan Mannanti

Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai ... 36 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Masyarakat

di Kelurahan Mannanti Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai ... 37 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia di Kelurahan Mannanti

Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai ... 38 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Kelurahan

Mannanti Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai ... 39 5. Identitas Responden Berdasarkan Umur Petani di Kelurahan Mannanti

Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai ... 42 6. Identitas Responden Berdasrkan Pendidikan Terakhir di Kelurahan

Mannanti Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai ... 43 7. Identitas Responden Berdasarkan Pengalaman Berusahatani

di Kelurahan Mannanti Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai ... 45 8. Identitas Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga

di Kelurahan Mannanti Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai ... 47 9. Identitas Responden Berdasarkan Luas Lahan di Kelurahan Mannanti

Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai ... 48 10. Biaya Tetap Usahatani Cengkeh di Kelurahan Mannanti Kecamatan

Tellulimpoe Kabupaten Sinjai ... 50 11. Biaya Variabel Usahatani Cengkeh di Kelurahan Mannanti

Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai ... 51 12. Biaya Total Usahatani Cengkeh di Kelurahan Mannanti Kecamatan

Tellulimpoe Kabupaten Sinjai ... 53 13. Rata-rata Penerimaan Petani Responden di Kelurahan Mannanti

(13)

xiii

14. Rata-rata Pendapatan Usahatani Cengkeh di Kelurahan Mannanti

Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai ... 55 15. Rata-rata Profitabilitas Usahatani Cengkeh di Kelurahan Mannanti

Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai ... 57 16. Pengeluaran Rumah Tangga Petani Cengkeh di Kelurahan Mannanti

Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai ... 58 17. Nilai Tukar Petani di Kelurahan Mannanti Kecamatan Tellulimpoe

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

1. Pembentukan NTP ... 19 2. Kerangka Pikir Analisis Profitabilitas Usahatani Cengkeh dan Implikasi

terhadap Kesejahteraan Petani di Kelurahan Mannanti Kecamatan

Tellulimpoe Kabupaten Sinjai ... 27 3. Pola Usahatani Cengkeh Berdasarkan Analisis Profitabilitas Usahatani

Cengkeh dan implikasi Terhadap Kesejahteraan Petani di Kelurahan

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Teks

1. Kuesioner Penelitian... 71 2. Peta Lokasi Penelitian ... 75 3. Identitas Responden Petani Cengkeh di Kelurahan Mannanti

Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai ... 76 4. Biaya Penyusutan Cangkul Usahatani Cengkeh di Kelurahan Mannanti

Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai ... 77 5. Biaya Penyusutan Linggis Usahatani Cengkeh di Kelurahan Mannanti

Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai ... 78 6. Biaya Penyusutan Parang Usahatani Cengkeh di Kelurahan Mannanti

Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai ... 79 7. Biaya Penyusutan Sabit Usahatani Cengkeh di Kelurahan Mannanti

Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai ... 80 8. Biaya Penyusutan Sprayer Usahatani Cengkeh di Kelurahan Mannanti

Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai ... 81 9. Biaya Penyusutan Tanggar Usahatani Cengkeh di Kelurahan Mannanti

Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai ... 82 10. Biaya Penyusutan Tali Usahatani Cengkeh di Kelurahan Mannanti

Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai ... 83 11. Biaya Pajak Usahatani Cengkeh di Kelurahan Mannanti Kecamatan

Tellulimpoe Kabupaten Sinjai ... 84 12. Total Biaya Tetap Usahatani Cengkeh di Kelurahan Mannanti

Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai ... 85 13. Biaya Variabel Bibit Usahatani Cengkeh di Kelurahan Mannanti

Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai ... 86 14. Biaya Variabel Pupuk Usahatani Cengkeh di Kelurahan Mannanti

(16)

xvi

15. Biaya Variabel Pestisida Usahatani Cengkeh di Kelurahan Mannanti

Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai ... 88 16. Biaya Tenaga Kerja Usahatani Cengkeh di Kelurahan Mannanti

Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai ... 89 17. Hasil Rekapitulasi Biaya Variabel Usahatani Cengkeh di Kelurahan

Mannanti Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai ... 91 18. Biaya Total Produksi Usahatani Cengkeh di Kelurahan Mannanti

Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai ... 92 19. Penerimaan Usahatani Cengkeh di Kelurahan Mannanti Kecamatan

Tellulimpoe Kabupaten Sinjai ... 93 20. Pendapatan Usahatani Cengkeh di Kelurahan Mannanti Kecamatan

Tellulimpoe Kabupaten Sinjai ... 94 21. Analisis Profitabilitas Usahatani Cengkeh dengan Menggunkan NPM

(Net Profit Margin) Usahatani Cengkeh di Kelurahan Mannanti

Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai ... 95 22. Pengeluaran Rumah Tangga Petani di Kelurahan Mannanti

Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai ... 96 23. Nilai Tukar Petani (NTP) di Kelurahan Mannanti Kecamatan

Tellulimpoe Kabupaten Sinjai ... 97 24. Dokumentasi Penelitian ... 98 25. Surat izin Penelitian ... 100

(17)

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Cengkeh (Syzygium aromatikum) adalah salah satu komoditi pertanian yang memberikan peranan yang besar terhadap perekonomian bangsa Indonesia, mulai dari industri kecil sampai besar. Cengkeh digunakan untuk bahan baku pembuatan rokok, disamping itu tanaman cengkeh juga digunakan sebagai obat-obatan, dan juga digunakan untuk pembuatan kosmetik. Asrawati dan Made (2017) mengemukakan bahwa selain untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang terus meningkat, komoditas cengkeh juga diarahkan untuk memenuhi permintaan pasar luar negeri.

Cengkeh membutuhkan perhatian khusus terutama masalah pendapatan karena sangat penting bagi kelangsungan hidup suatu usahatani dan juga bagi petani itu sendiri. Tarigans (2011) menyatakan bahwa pendapatan usahatani cengkeh kurang mendukung pendapatan usahatani secara layak. Hal tersebut didukung oleh semakin rendahnya produktivitas dikarenakan nilai tukar cengkeh yang seringkali berfluktuasi.

Usahatani merupakan suatu bentuk pengorganisasian serta pengelolaan aset dan tata cara yang dilakukan dalam bidang pertanian yang tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan memperbaiki taraf hidup para petani. Efisiensi usahatani dapat diukur dengan cara menghitung efisiensi teknis, efisiensi harga dan efisiensi ekonomis untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya (Nadir dan Mutmainnah, 2018). Tujuan kegiatan usahatani berbeda-beda dilihat

(18)

2 dari pengaruh lingkungan dan kemampuan pengusahanya yaitu dapat memenuhi kebutuhan keluarga (selfsufficient farm/ subsistences farms) dan untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. (Nadir dan Mutmainnah, 2018).

Pendapatan dalam usahatani memiliki hubungan yang erat dengan produksi, apabila produksi meningkat maka pendapatan akan meningkat pula pada tingkat pendapatan. Besarnya pendapatan yang diperoleh akan mempengaruhi alokasi pendapatan petani untuk dikonsumsi, investasi dan tabungan. Kelompok pendapatan petani ≤50 juta, investasi dan tabungan relatif sedikit dikarenakan konsumsi yang tinggi, sedangkan kelompok pendapatan petani ≥50 juta pengeluaran untuk konsumsi menurun sedangkan investasi dan tabungan bertambah (Lumintang, et.all., 2016)

Kesejahteraan merupakan rumusan multidimensi yang terdiri dari: standar hidup material (pendapatan, konsumsi, dan kekayaan), kesehatan, pendidikan aktivitas individu termasuk bekerja, suara politik dan tata pemerintahan, hubungan dan kekerabatan sosial, lingkungan hidup (kondisi masa kini dan masa depan), ketidakamanan, baik yang bersifat ekonomi maupun fisik (Stiglitz, et. all. 2011).

Sajogyo Murdani, et. all. (2015) menjelaskan pengukuran kesejahteraan didasari atas kriteria garis kemiskinan. Kriteria tersebut meliputi rumah tangga paling miskin, rumah tangga miskin sekali, rumah tangga miskin, rumah tangga nyaris miskin, rumah tangga cukup dan rumah tangga hidup layak. Salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan adalah pendapatan yang diperoleh petani.

(19)

3 Pendapatan merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat sehingga pendapatan mencerminkan kemajuan ekonomi masyarakat. Setiap orang berkeinginan untuk hidup sejahtera, berbagai kriteria digunakan untuk mengukur kesejahteraan. Secara mikro kesejahteraan rumah tangga dapat didekati dengan hukum Engek, yang menyatakan pangsa pengeluaran makanan terhadap pengeluaran rumah tangga akan semakin berkurang dengan pendapatan yang meningkat. Lebih lanjut dalam keadaan harga barang dan selera masyarakat tetap maka peningkatan pendapatan menunjukkan peningkatan kesejahteraan (Setiyawati, et. all., 2017).

Jumlah pendapatan yang diterima setiap rumah tangga petani tidak sama besar satu dengan yang lain. Perbedaan pendapatan petani menimbulkan perbedaan-perbedaan mengenai pola pengalokasian pendapatan rumah tangga petani. Petani yang berpenghasilan rendah cenderung mengalokasikan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar saja seperti makanan, pakaian dan tempat tinggal. Apabila pendapatan petani meningkat porsi pendapatan untuk kebutuhan dasar akan menurun (Lumintang, et. all., 2016).

Suatu sistem pertanian yang subsistem, tiap anggota keluarga hanya memenuhi kebutuhan keluarganya. Pada proses produksi tidak menghitung biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi dengan hasil yang akan didapat. Petani hanya menggunakan hasil untuk dikonsumsi sendiri. Apabila hasil yang didapatkan melebihi kebutuhan, maka selebihnya akan dijual dan sisanya digunakan untuk proses produksi yang akan datang (Irvan, 2019).

(20)

4 Kelurahan Mannanti merupakan salah satu Kelurahan di Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai yang memiliki lahan potensial dengan sumber daya alam yang cukup besar untuk mengembangkan berbagai jenis tanaman pertanian. Salah satu tanaman yang dikembangkan oleh masyarakat yaitu cengkeh. Komoditi cengkeh memiliki peranan penting yaitu sebagai penyambung pendapatan bagi petani yang mengusahakannya. Hal tersebut ditandai dengan peningkatan produksi dan tingkat harga yang diterima petani untuk hasil pertaniannya.

Usahatani cengkeh merupakan usahatani perkebunan rakyat yang digeluti oleh petani di Kelurahan Mannanti. Usahatani ini memiliki potensi yang sangat besar untuk dibudidayakan, hal ini dapat dilihat dari luas lahan yang dimiliki petani secara keseluruhan. Cengkeh di Kelurahan Mannanti dimulai sejak tahun 1977, awalnya petani menanam dan mengembangkan usahatani cengkeh selama 3 tahun yang merupakan tahap percobaan. Puncak ramainya petani beralih menjadi petani cengkeh yaitu pada tahun 2001. Hal yang membuat petani beralih karena harga cengkeh yang meningkat dan petani mulai berlomba-lomba untuk mngembangkan usahatani cengkeh yang lebih besar. Perkembangan usahatani cengkeh di Kelurahan Mannanti tentunya tidak lepas dari peran pemerintah dan petani dalam rangka meningkatkan usahatani cengkeh.

Produksi tanaman cengkeh di setiap Kecamatan yang ada di Kabupaten Sinjai berbeda-beda. Kecamatan Sinjai Borong memiliki produksi paling tinggi yaitu sebanyak 455 ton dengan luas lahan 800 Ha, setelah itu Sinjai Selatan sebanyak 413 ton produksi dengan luas lahan yaitu 1.100 Ha dan ke- ketiga yaitu Tellulimpoe dengan jumlah produksi cengkeh sebanyak 400 ton dengan luas lahan

(21)

5 yaitu sebanyak 1400 Ha (BPS, 2018). Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa Kecamatan Tellulimpoe memiliki lahan yang paling luas untuk usahatani cengkeh.

luas untuk usahatani cengkeh.

Tingkat harga cengkeh di Kelurahan Mannanti dipengaruhi oleh pedagang yang berdatangan untuk membeli cengkeh. Dalam hal ini petani langsung menjual hasil perkebunannya ke pedagang pengumpul, pedagang perantara atau pedagang besar sehingga petani memiliki tingkat penawaran yang lemah karena harga lebih banyak dipengaruhi oleh pembeli. Harga cengkeh yang menurun sangat drastis disebabkan permintaan pabrik yang kurang karena pengaruh pandemi. Di Kelurahan Mannanti petani tidak memiliki dokumen ataupun catatan usahatani mulai dari penanaman sampai dengan proses panen sehingga petani akan sulit untuk mengetahui analisis usahataninya. Berdasarkan uraian tersebut penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian terkait dengan “Analisis Profitabilitas Usahatani Cengkeh dan Implikasi Terhadap Kesejahteraan Petani di

Kelurahan Mannanti Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai”.

1

.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah pendapatan usahatani cengkeh di Kelurahan Mannanti

(22)

6 2. Bagaimanakah profitabilitas usahatani cengkeh di Kelurahan Mannanti

Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai ?

3. Bagaimanakah kesejahteraan petani cengkeh di Kelurahan Mannanti

Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pendapatan usahatani cengkeh di Kelurahan Mannanti Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai.

2. Untuk mengetahui profitabilitas usahatani cengkeh di Kelurahan Mannanti Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai.

3. Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan petani cengkeh di Kelurahan Mannanti Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai.

1.4 Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan maka kegunaan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Pemerintah, sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan terkait dengan profitabilitas kesejahteraan petani cengkeh.

2. Petani, sebagai bahan informasi dan pertimbangan dalam mengelola usahatani cengkeh guna meningkatkan pendapatan.

(23)

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Cengkeh

Cengkeh (Syzygium aromaticum) merupakan tanaman dari famili Myrtaceae. Tanaman cengkeh dapat ditemukan di Negara India, Madagaskar, Sri Lanka, Indonesia dan Cina Selatan (Ibrahim, et. all, 2015).

Cengkeh di Indonesia lebih kurang 95% diusahakan oleh rakyat dalam bentuk perkebunan rakyat yang tersebar di seluruh provinsi sisanya 5% diusahakan oleh perkebunan swasta dan perkebunan negara. Cengkeh merupakan tanaman rempah yang termasuk dalam komoditas sektor perkebunan yang mempunyai peranan penting yaitu sebagai penyumbang pendapatan petani dan sebagai sarana untuk pemerataan wilayah pembangunan serta sebagai pelestarian sumber daya alam dan lingkungan (Agus, 2019).

Cengkeh termasuk jenis tumbuhan perdu yang memiliki batang pohon besar dan berkayu keras. Cengkeh mampu bertahan bertahan hidup puluhan bahkan sampai ratusan tahun, tingginya sampai mencapai 2-30 meter dan cabang-cabang cukup lebar. Tanaman cengkeh memiliki daun tunggal, bertangkai, tebal, kaku, bentuk bulat telur sampai lanset memanjang, ujung runcing, pangkal runcing, tepi rata, tulang daun menyirip, permukaan atas mengkilap, panjang 6-1,5 cm, lebar 2,5-5 cm, warna hijau muda atau coklat muda saat masih muda dan hijau tua ketika tua (Mayuni, 2006). Cabang-cabang pada umumnya panjang dan dipenuhi oleh ranting-ranting kecil yang mudah patah. Mahkota atau yang biasa disebut tajuk pohon cengkeh berbentuk kerucut. Daun cengkeh berwarna hijau

(24)

8 berbentuk bulat telur memanjang dengan bagian ujung dan pangkalnya menyudut, rata-rata mempunyai ukuran lebar berkisar 2-3 cm dan panjang daun tanpa tangkai berkisar 7,5-12,5 cm. Bunga dan buah cengkeh akan muncul pada ujung ranting dengan ranting dengan tangkai pendek serta bertandang Plantus dalam (Irmayani, 2019)

2.2 Usahatani

Usahatani merupakan ilmu yang mempelajari mengenai bagaimana seseorang petani mengkoordinasi dan mengorganisasikan faktor produksi seefisien mungkin sehingga nantinya dapat memberikan keuntungan bagi petani (Suratiyah, 2015). Ilmu usahatani adalah sebuah ilmu yang berisi mengenai tata cara petani memanfaatkan sumber daya seefektif dan seefisien dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal. Efektif berarti produsen atau petani dapat memanfaatkan sumber daya yang dimiliki dengan sebaik-baiknya, sedangkan efisien mempunyai arti bahwa pemanfaatan sumber daya nantinya dapat menghasilkan output (keluaran) yang lebih kecil dari input (masukan) (Luntungan, 2012).

Ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki (yang disukai) sebaik-baiknya dan dikatakan efisien bila

(25)

9 pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input) (Soekartawi, 2006).

Usahatani adalah suatu organisasi produksi dimana petani sebagai pelaksana mengorganisasikan alam, tenaga kerja dan modal ditunjukan pada produksi di sektor pertanian, baik berdasarkan pada pencarian laba atau tidak. Keadaan alam serta iklim juga mempunyai pengaruh pada proses produksi. Untuk mencapai hasil produksi diperlukan pengaturan yang cukup intensif dalam penggunaan biaya, modal dan faktor-faktor dalam usahatani (Goansu, et.all., 2019).

Keterbatasan modal seringkali menjadi penyebab utama petani tidak mampu membeli teknologi. Sehingga kegiatan usahatani biasanya dilakukan dengan menggunakan teknologi yang dimiliki petani. Tujuan petani dalam melakukan usahatani berbeda-beda. Apabila dorongannya untuk memenuhi kebutuhan keluarga baik melalui atau tanpa peredaraan uang, maka usahatani disebut pencukup kebutuhan keluarga, sedangkan apabila motivasi yang mendorong untuk mencari keuntungan maka disebut usahatani komersial. Faktor-faktor yang mempengaruhi usahatani terdiri dari Faktor-faktor internal antara lain teknologi, penggunaan input, dan teknik bercocok tanam sedangkan faktor eksternal terdiri dari iklim, cuaca, hama dan penyakit (Raharjo, 2001).

2.3 Biaya Usahatani

Biaya adalah nilai korbanan yang dikeluarkan untuk memperoleh hasil (Suratiyah, 2008). Menurut kerangka waktunya, biaya dapat dibedakan menjadi

(26)

10 biaya jangka pendek, dan biaya jangka panjang. Biaya jangka pendek terdiri dari biaya tetap, dan biaya variabel, sedangkan dalam jangka panjang semua biaya dianggap/ diperhitungkan sebagai biaya variabel. Biaya usahatani akan dipengaruhi oleh jumlah pemakaian input, harga dari input, tenaga kerja, upah tenaga kerja, dan intensitas pengelolaan usahatani.

Menurut Suratiyah (2008), biaya-biaya tersebut dapat didefinisikan sebagai berikut:

1. Biaya tetap, merupakan biaya yang secara total tidak mengalami perubahan, walaupun ada perubahan volume produksi atau penjualan dalam batas tertentu. Artinya biaya yang besarnya tidak tergantung pada besar kecilnya kuantitas produksi yang dihasilkan. Yang termasuk biaya tetap seperti gaji yang dibayar tetap, sewa tanah, pajak tanah, dan mesin, bangunan ataupun bunga uang serta biaya tetap lainnya.

2. Biaya variabel merupakan biaya yang secara total berubah-ubah sesuai dengan perubahan volume produksi atau penjualan. Artinya, biaya variabel berubah menurut tinggi rendahnya output yang dihasilkan, atau tergantung kepada skala produksi yang dilakukan. Yang dimaksud biaya variabel dalam usahatani seperti biaya bibit, biaya pupuk, biaya obat-obatan, serta termasuk ongkos tenaga kerja yang dibayarkan berdasarkan volume produksi.

2.4 Produksi

Produksi merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambahkan nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat

(27)

11 dalam memenuhi kebutuhan. Produksi tidak hanya terbatas pada pembuatannya saja tetapi juga penyimpanan, distribusi, pengangkutan, pengeceran, dan pengemasan kembali atau yang lainnnya (Millers dan Meiners, 2000). Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan produksi diartikan sebagai aktivitas dalam menghasilkan output dengan menggunakan teknik produksi tertentu untuk mengolah atau memproses input sedemikian rupa (Sukirno, 2002).

Menurut Sukirno (2000) menyatakan bahwa fungsi produksi adalah kaitan antara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang diciptakan. Faktor-faktor produksi dikenal juga dengan istilah input dan hasil produksi sering juga dinamakan output.

Sugiarto (2007) produksi adalah suatu kegiatan yang mengubah input menjadi output. Kegiatan tersebut dalam ekonomi biasa dinyatakan dalam fungsi produksi. Fungsi produksi menunjukkan jumlah maksimum output yang dapat dihasilkan dari pemakaian sejumlah input dengan menggunakan teknologi tertentu.

2.5 Penerimaan

Penerimaan dalam usaha tani adalah total pemasukan yang diterima oleh produsen atau petani dari kegiatan produksi yang sudah dilakukan yang telah menghasilkan uang yang belum dikurangi biaya-biaya yang dikeluarkan selama produksi (Husni et. all. 2014). Menurut Ambarsari et. all. (2014) penerimaan adalah hasil perkalian antara hasil produksi yang telah dihasilkan selama proses produksi dengan harga jual produk. Penerimaan usahatani dipengaruhi oleh

(28)

12 beberapa faktor, antara lain: luas usahatani, jumlah penduduk, produksi, jenis dan harga komoditas usahatani yang diusahakan. Faktor-faktor tersebut berbanding lurus, sehingga apabila salah satu faktor mengalami kenaikan atau penurunan maka dapat mempengaruhi penerimaan yang diterima oleh produsen atau petani yang melakukan usahatani. Semakin luas lahan yang dimiliki oleh petani maka hasil produksinya akan semakin banyak, sehingga penerimaan yang akan diterima oleh produsen atau petani semakin besar pula (Sundari, 2011).

2.6 Pendapatan

Tujuan seseorang petani dalam menjalankan usahatani adalah untuk menetapkan kombinasi dalam cabang usahatani yang nantinya dapat memberikan pendapatan yang sebesar-besarnya, karena pendapatan memiliki fungsi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan dapat memberikan kepuasan kepada petani sehingga dapat melanjutkan kegiatannya (Handayani, 2006). Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan total biaya produksi yang digunakan selama proses produksi (biaya pembeliaan benih, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja) (Syafruwardi et. all (2012). Pendapatan dalam usahatani dapat dibagi menjadi dua, yaitu pendapatan kotor dan pendapatan bersih. Pendapatan kotor adalah pendapatan yang belum dikurangi dengan biaya produksi atau yang biasa disebut dengan penerimaan. Pendapatan bersih adalah pendapatan yang sudah dikurangi oleh biaya produksi (Tumoka, 2013).

Besarnya jumlah pendapatan yang diterima oleh petani merupakan besarnya penerimaan dan pengeluaran selama proses produksi. Terdapat beberapa

(29)

13 faktor yang dapat mempengaruhi besar kecilnya pendapatan yang diterima oleh petani., antara lain: skala usaha, tersedianya modal tingkat harga output tersedianya tenaga kerja, sarana transportasi, dan sistem pemasaran (Faisal, 2015).

2.7 Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menciptakan laba dalam satu periode tertentu dan melihat sejauh mana efektivitas pengelolaan perusahaan secara keseluruhan (Santoso I., 2008). Sedangkan menurut Harmono (2011) Profitabilitas merupakan rasio yang mengukur efisiensi penggunaan aktiva perusahaan (kelompok aktiva perusahaan) yang dikaitkan dengan penjualan yang berhasil diciptakan. Dan ada pula yang mengatakan bahwa profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan semua modal yang bekerja didalamnya (Sutrisno, 2012).

Laba perusahaan dapat ditingkatkan melalui peningkatan pendapatan dan pengurangan biaya. Laba yang diperoleh perusahaan akan meningkatkan dan mengembangkan usaha. Perusahaan dapat memperoleh keuntungan yang lebih besar apabila apabila perusahaan dapat memperoleh keuntungan yang lebih besar apabila perusahaan dapat memperluas pangsa pasar untuk produknya (Annisa, 2019).

2.8 Net Profit Margin (NPM)

Net Profit Margin adalah rasio yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih. Menurut Bastian dan Suhardjono (2006) Net Profit Margin adalah perbandingan antara

(30)

14 laba bersih dan penjualan. Rasio ini sangat penting bagi manajer operasi karena mencerminkan strategi penetapan harga penjualan yang diterapkan perusahaan dan kemampuan untuk mengendalikan beban usaha. Harahap (2007) mengatakan bahwa Net Profit Margin menunjukkan berapa besar persentase pendapatan bersih yang dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi.

NPM merupakan bagian dari rasio profitabilitas atau pengukuran keuntungan yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Rasio ini umumnya diambil dari laporan keuangan laba rugi (Muhardi, 2013). Ada beberapa macam rasio profitabilitas yaitu:

1. Gross Profit Margin, menggambarkan persentase laba yang dihasilkan oleh setiap pendapatan perusahaan. GMP diperoleh dengan cara membandingkan gross profit dengan revenue.

2. Operating Margin, mencerminkan kemampuan perusahaan manajemen mengubah aktivitasnya menjadi laba operating margin.

3. Profit Margin, mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba neto dari setiap penjualan.

4. Return on Equity (ROE), mencerminkan seberapa besar return yang dihasilkan bagi pemegang saham atas setiap rupiah uang yang ditanamkan. 5. Return on Assets (ROA), mencerminkan seberapa besar return yang

dihasilkan atas setiap rupiah uang yang ditanamkan dalam bentuk aset. Menurut Weston dan Brighan : Pekei (2017) semakin besar Net Profit Margin berarti semakin efisien perusahaan tersebut dalam mengeluarkan biaya

(31)

15 sehubungan dengan kegiatan operasinya. Semakin besar NPM, maka kinerja perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut.

Rasio ini menunjukkan seberapa besar persentase laba rasio ini, maka dianggap semakin baik kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba yang tinggi. Hubungan antara laba bersih dan penjualan bersih menunjukkan kemampuan manajemen dalam menjalankan perusahaan secara cukup berhasil untuk menyisakan margin tertentu sebagai kompensasi yang wajar bagi pemilik yang telah menyediakan modalnya untuk suatu resiko (Pekei, 2017).

Para investor pasar modal perlu mengetahui kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Dengan mengetahui hal tersebut investor dapat menilai apakah perusahaan tersebut profitable atau tidak (Pekei, 2017).

2.9 Kesejahteraan Petani

Kesejahteraan merupakan sejumlah kepuasan yang diperoleh seseorang dari hasil mengkonsumsi pendapatan yang diterima, tetapi tingkat kesejahteraan itu sendiri merupakan sesuatu yang bersifat relatif karena tergantung dari besarnya kepuasan yang diperoleh dari hasil mengkonsumsi pendapatan tersebut (Pramata, 2012). Keterkaitan dengan konsep kesejahteraan dan konsep kebutuhan adalah dengan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan tersebut, maka seseorang sudah dinilai sejahtera, karena kebutuhan tersebut secara tidak langsung sejalan dengan indikator kesejahteraan (Pramata, 2012). Dengan demikian kesejahteraan tidak

(32)

16 hanya bisa dilihat dari jumlah pendapatan yang dihasilkan tetapi juga diimbangi oleh jumlah tanggungan di dalam suatu rumah tangga (Muksit, 2017).

Menurut Sunarti (2012), kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, material maupun spiritual yang meliputi rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir batin yang memungkinkan setiap warga negara untuk mengadakan usaha-usaha pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, rumah tangga serta masyarakat.

Tingkat kesejahteraan rumah tangga ditentukan oleh beberapa indikator yaitu kependudukan, kesehatan dan gizi, pendidikan, ketenagakerjaan, pola konsumsi, perumahan lingkungan, sosial dan lain-lain (BPS, 2014).

Tingkat kesejahteraan petani merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan sektor pertanian. Pada saat ini tingkat petani sedang menjadi perhatian utama, karena tingkat kesejahteraan petani diperkirakan semakin menurun. Beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab menurunnya tingkat kesejahteraan petani yaitu luas lahan, tingkat produksi, identitas pengusaha, pertanaman, dan efisiensi penggunaan tenaga kerja (Hermanto, 2004).

2.10 Nilai Tukar Petani (NTP)

Nilai tukar petani (NTP) adalah indeks yang diterima petani dengan indeks yang dibayar petani yang dinyatakan dalam persen (BPS, 2016). Konsep NTP sebagai indikator kesejahteraan petani berkaitan dengan daya beli petani dalam hal memenuhi kebutuhan pengeluaran rumah tangga petani. Peningkatan kesejahteraan dapat diukur dari peningkatan daya beli pendapatan untuk

(33)

17 memenuhi kebutuhan pengeluaran tersebut. Jika pendapatan petani lebih besar dari kenaikan harga produksi pertanian dan berdampak pada daya belinya, hal ini akan mengidentifikasi bahwa kemampuan petani menjadi lebih baik atau terjadi kenaikan pendapatan (Keumala dan Zamzami, 2018). Selain sebagai indikator sejahtera, menurut Badan Pusat Statistik (2016) NTP juga digunakan untuk: 1. Mengukur kemampuan tukar (term of trade) produk yang dijual petani

dengan produk yang dibutuhkan petani dalam berproduksi dan konsumsi rumah tangga.

2. Memperoleh gambaran tentang perkembangan tingkat pendapatan petani dari waktu ke waktu yang dapat dipakai sebagai dasar kebijakan untuk memperbaiki tingkat kesejahteraan petani.

3. Menunjukkan tingkat daya saing (Competitiveness) produk pertanian dibandingkan dengan produk yang lain.

Petani yang dimaksud dalam konsep NTP adalah petani yang berusaha di sub sektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan rakyat, peternak, serta petani ikan budidaya dan nelayan. Petani subsektor tanaman pangan mencakup petani yang berusaha pada usahatani padi dan palawija, petani perkebunan rakyat terdiri dari usahatani komoditas perdagangan rakyat, petani peternak yang bergerak dalam usaha ternak besar, ternak kecil, dan unggas, serta petani nelayan yaitu petani budidaya ikan dan nelayan penangkap (Rusono, et.all., 2013)

Besar kecilnya proporsi rumah tangga petani dari sektor pertanian akan mempengaruhi besar kecilnya kekuatan nilai tukar pertanian bagi petani yang berkaitan erat dengan pertanian dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga

(34)

18 petani. Perbedaan proporsi pertanian selain dipengaruhi dan terkait menurut kelompok masyarakat, antara petani berlahan luas dengan petani berlahan sempit dan buruh tani, juga dipengaruhi oleh tingkat profitabilitas usaha pertanian, kekuatan/kemampuan pasar dan kebijakan (Wahed, 2015).

● Pengukuran Nilai Tukar Petani (NTP)

Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kesejahteraan petani di pedesaan pada tahun tertentu dibandingkan dengan keadaan tahun dasarnya. NTP adalah perbandingan rasio antara indeks yang diterima petani (It) dengan indeks yang dibayar petani (Ib) yang dinyatakan dalam persentase (BPS, 2016).

Secara konseptual NTP adalah pengukuran tukar barang-barang (produk) pertanian yang dihasilkan petani terhadap barang/jasa yang diperlukan untuk konsumsi rumah tangga dan kebutuhan-kebutuhan dalam memproduksi hasil pertanian. Penyusunan dan perhitungan NTP diperoleh dari dua komponen indeks, yaitu indeks yang diterima petani (It) dan Indeks yang dibayar petani (Ib) (BPS, 2016). Pembentukan NTP yang dikembangkan oleh BPS terangkum dalam gambar berikut:

(35)

19 Palawija (jagung, kedelai) Sayuran (Kubis, Bw merah) Buah-buahan (Pisang, Mangga) Perkebunan Rakyat (karet, kopi) Ternak Besar (Sapi, Kerbau) Ternak Kecil (kambing, Domba) Unggas (Ayam , Itik) Penangkapan (Ternak, Cakalang) Budidaya (Gurame, mas)

Gambar 1. Pembentukan NTP (Rusono, et,all., 2013)

2.11 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu adalah upaya peneliti untuk mencari perbandingan dan selanjutnya menentukan inspirasi baru untuk penelitian selanjutnya disamping itu kajian terdahulu membantu peneliti dalam memposisikan penelitian serta

Harga yang diterima petani Harga yang dibayar petani

Padi Hasil Ternak (Susu, Telur) Tanaman Pangan Holtikultura Perkebunan Peternakan Perikanan Bahan Makanan Makanan Jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transportasi dan Komunikasi Konsumsi Bibit Obat, Pupuk Tramsportasi Sewa Lahan, Pajak Penambahan Barang Modal Upah buruh Sarana Produksi

(36)

20 menunjukan orsinalitas dai penelitian. Hasil penelitian terdahulu yang relevan dalam menunjang penelitian ini adalah:

No Judul Penelitian Analisis Data Hasil

1. Analisis Profitabilitas Pengembangan Usaha Ternak Itik Petelur di Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang

Jawa Tengah

(Mulyono, et. all., 2017)

Analisis data

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : Net Profit Margin

(NPM), Return

On Investment (ROI) dan rasio laba biaya.

Rata-rata usaha ternak itik di Kecamatan Banyubiru

Kabupaten Semarang

mampu menghasilkan laba Rp. 1.917.808,00/ bulan dengan nilai NPM sebesar 74,63%, ROI 26,54% dan rasio laba biaya 74,63% yang persentase nilai keuntungan lebih tinggi dibandingkan dengan suku bunga deposito bank. 2. Analisis Profitabilitas

Usahatani Jambu Biji

Getas Merah di Kabupaten Kendal Ariyani (2017) Analisis komponen biaya usahatani dilakukan dengan menghitung jumlah biaya yang dikeluarkan Berdasarkan hasil

penelitian dan analisis yaitu penerimaan paling tinggi terjadi pada bulan juni sebesar Rp. 7. 676. 196 penerimaan terendah sebesar Rp. 2. 737. 628.

(37)

21 petani yaitu penerimaan, pendapatan, profitabilitas yang dihitung dengan menggunakan rumus: 100%

Pendapatan paling tinggi

sebesar 5.474.290 dan

terendah sebesar Rp. 1. 057. 363. Profitabilitas usahatani jambu biji getas merah dikatakan profit setiap bulan dan nilainya lebih besar dari suku bunga bank deposito BRI yang berlaku pada tahun 2016. Usahatani jambu getas merah sangat efisien

sehingga layak untuk

dijalankan. 3. Analisis Profitabilitas Usahatani Tebu (Saccharum officinarum, L) di Kecamatan Bendahara Kabupaten Aceh Tamiang (Wahyupin et.all., 2018)

Net Profit Margin

(NPM), Return

Of Investment

(ROI) dan Break

Even Point

(BEP).

Hasil analisis profitabilitas usahatani tebu diperoleh

rata-rata keuntungan

sebesar Rp. 8.626.278 dan

penjualan sebesar Rp.

12.370.000 sehingga

diperoleh Net Profit

Margin (NPM) sebesar 69% yang berarti usaha

(38)

22 tersebut sangat efisien untuk dijalankan. Untuk Return Of Investment (ROI) diperoleh sebesar 230% berarti lebih dari 50% menandakan tingkat efisiensi dan penggunaan modal melebihi kriteria

yang diberikan. Titik

impas BEP (Break Event

Point (BEP) dimana

perusahaan tidak

mengalami rugi sehingga untuk mencapai keadaan impas harus berproduksi sebesar 408m/MT dengan total penerimaan Rp. 831.363/MT. 4. Analisis Profitabilitas Agroindustri Serundeng (Supriatin, et.all., 2019) Analisis profitabilitasnya menggunakan rumus Gross Profit Margin Berdasarkan hasil

penelitian diketahui nilai Gross Profit Margin 54% dan Net Profit Margin 46,39% dimana hal ini

(39)

23

(GPM) dan Net

Profit Margin (NPM).

menunjukkan bahwa

perusahaan tersebut sudah mengeluarkan biaya yang efisien sehubungan dengan kegiatan operasional. 5. Analisis Nilai Tukar

dan Pengeluaran

Rumah Tangga Petani

Padi Sawah di

Kabupaten Konawe,

(Saleh 2020)

Nilai tukar petani dianalisis

menggunakan

rumus konsep

pendapatan yaitu

X 100.

Hasil menunjukkan bahwa nilai tukar petani diperoleh

sebesar 126,96% atau

lebih dari 100 yang

menunjukkan tingkat

kesejahteraan petani di

Desa Lamokuni

Kecamatan Wonggeduku Barat Tahun 2019 adalah

tergolong tinggi

(sejahtera). 6. Analisis Nilai Tukar

Petani Padi Sawah

Pasca Perubahan Upah

Minimum Regional

(Kasus : Nagori Bah Jambi III, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten

Analisis yang

digunakan untuk Nilai tukar petani

yaitu :

X 100.

Berdasarkan penelitian ini hasil menunjukkan bahwa rata-rata nilai tukar petani sebesar Rp. 121,55 atau lebih dari 100 yang berarti

tingkat kesejahteraan

(40)

24

Simalungun) (Kasih,

2017)

rata-rata pendapatan petani dari usahatani padi sawah sebesar Rp. 2.866.305 per bulan. Pengeluaran rumah tangga petani sebesar Rp.

66,36% yang berarti

pengeluaran rumah tangga padi sawah mengambil sebagian besar dari total pendapatan per bulannya

dan petani memiliki

tabungan sebesar 33,64%.

2.12 Kerangka Pikir

Cengkeh merupakan salah satu komoditi pertanian yang memberikan kontribusi yang besar terhadap perekonomian, mulai dari industri paling kecil sampai industri besar. Cengkeh banyak digunakan sebagai bahan bumbu masak, bahan utama pembuatan rokok dan dijadikan sebagai bahan obat-obatan untuk kesehatan.

Usahatani cengkeh merupakan usaha dibidang pertanian tanaman perkebunan yang menjadi pilihan bagi petani yang mengusahakannya karena dianggap memiliki potensi yang sangat besar dan cocok dengan karakteristik kondisi wilayah yang sesuai.

(41)

25 Petani akan berpikir untuk mengalokasikan input atau faktor produksinya untuk memperoleh pendapatan yang memadai. Besarnya pendapatan yang diterima petani dari kegiatan usahataninya sangat dipengaruhi oleh biaya yang dikeluarkan seperti (biaya produksi) dan penerimaan yang diterima petani dalam satu musim tanam.

Biaya adalah sejumlah uang yang dikeluarkan petani untuk proses produksi cengkeh. Biaya produksi yang dikeluarkan petani terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap yang dimaksud berupa biaya penyusutan alat dan biaya pajak sedangkan biaya variabel berupa pupuk, bibit, obat-obatan dan tenaga kerja. Sementara penerimaan yang dimaksud adalah hasil yang diterima petani dari usahatani cengkeh yang dapat dihitung dengan perkalian antara produksi yang dihasilkan dengan harga jual cengkeh di tingkat petani yang diukur dalam satuan rupiah (Rp) yang berlaku pada saat penelitian berlangsung.

Pendapatan adalah pendapatan bersih yang diterima petani dari hasil usahatani cengkeh yang diperoleh dari selisih antara penerimaan usahatani dengan biaya usahatani selama satu musim tanam. Kesejahteraan merupakan suatu keadaan dimana kebutuhan rumah tangga petani dapat terpenuhi baik secara fisik mental, spiritual maupun kebutuhan sosial dengan membeli sejumlah barang dari hasil pendapatan yang diperoleh.

Profitabilitas adalah kemampuan suatu usahatani maupun perusahaan untuk menghasilkan laba dalam periode tertentu. Dalam penentuan profitabilitas usahatani cengkeh menggunakan Net Profit Margin (NPM) yang merupakan

(42)

26 pembagian antara laba bersih setelah pajak dibagi dengan jumlah penjualan cengkeh dikali seratus persen.

Kesejahteraan adalah sejumlah kepuasan yang diperoleh petani dari hasil pendapatan yang diterima dengan mengkonsumsi sejumlah barang untuk keperluan rumah tangga petani.

Indikator kesejahteraan adalah alat ukur yang digunakan untuk melihat sejauh mana tingkat kesejahteraan petani dengan menggunakan NTP (nilai tukar petani). Konsep NTP sebagai indikator kesejahteraan yaitu petani yang berusaha di sub sektor tanaman pangan (padi dan palawija), hortikultura (sayur-sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan obat-obatan), peternak (ternak besar, ternak kecil, unggas dan hasil peternakan serta sub sektor perikanan. Dari sektor pertanian tersebut akan mempengaruhi nilai tukar petani dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga petani yaitu kebutuhan sandang, pangan, papan pendidikan dan juga kesehatan.

(43)

27 Gambar 2. Kerangka Pikir Analisis Profitabilitas Usahatani Cengkeh dan Implikasi Terhadap Tingkat Kesejahteraan Petani di Kelurahan Mannanti Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai

Total Biaya Penerimaan

Pendapatan

Profitabilitas

Nilai Tukar Petani

(NTP) Kesejahteraan Petani

(44)

28

III.

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Mannanti Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai. Penentuan lokasi dilakukan dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut termasuk penghasil tanaman cengkeh. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai September 2020.

3.2 Teknik Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah petani cengkeh yang melakukan usahatani cengkeh di Kelurahan Mannanti Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan simple random sampling (acak sederhana) dengan mengambil sampel sebanyak 10% dari jumlah populasi sebanyak 269 orang, sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 26,9 yang dibulatkan menjadi 27 orang. Hal ini sesuai dengan Arikunto, (2008) mengatakan bahwa dalam pengambilan sampel apabila sampel kurang dari 100 maka diambil semua. Jika jumlah populasinya besar dapat diambil 10%, 15% sampai 20%.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data kuantitatif. Sumber data yang diperlukan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan penelitian. Dalam penelitian ini data yang digunakan yaitu sebagai berikut:

(45)

29 1. Data primer adalah data yang berasal dari sumber asli ataupun pertama.

Dalam hal ini data yang diperoleh berasal dari penyebaran kuesioner.

2. Data sekunder adalah data yang berasal dari sumber kedua yang dapat diperoleh melalui buku-buku, brosur dan artikel yang didapat dari website yang berkaitan dengan penelitian ini atau yang berasal dari orang kedua atau bukan data yang datang secara langsung, data yang diperoleh akan membantu dan mengkaji secara kritis penelitian tersebut.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1. Observasi

Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan terhadap petani cengkeh yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.

Data yang diperoleh dari penelitian ini yaitu data selama 1 tahun priode usahtani cengkeh dari bulan September 2019 sampai Agustus 2020 mulai pada proses pengolahan lahan sampai dengan proses panen cengkeh.

2. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan tanya jawab secara langsung kepada petani cengkeh yang dianggap memiliki pengetahuan terkait dengan penelitian dengan menggunakan kuesioner.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini dimana peneliti dan responden berhadapan langsung untuk memperoleh informasi secara lisan yang tujuan untuk mendapatkan data yang dapat menjelaskan permasalahan penelitian.

(46)

30 Untuk wawancara peneliti akan melakukan wawancara kepada petani terkait dengan profitabilitas petani cengkeh dan implikasinya terhadap kesejahteraan petani di Kelurahan Mannanti Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Teknik pengumpulan data yang digunakan bisa berbentuk seperti tulisan, gambar, atau karya-karya monumental seseorang (Sugiyono, 2012).

3.5 Teknik Analisis Data

Metode penelitian yang digunakan untuk mengolah data hasil penelitian yaitu analisis pendapatan, profitabilitas dengan analisis NPM dan kesejahteraan dengan menggunakan analisis Nilai Tukar Petani (NTP).

1. Analisis Pendapatan

Adapun formulasinya sebagai berikut:

a. Untuk menghitung biaya total usahatani cengkeh (Soekartawi, 2006)

Dimana :

TC = Biaya Total

FC = Fixed Cost (Biaya Tetap)

VC = Variable cost (biaya tidak tetap) yang seperti benih, pupuk, obat- obatan dan upah tenaga kerja

b. Untuk menghitung penerimaan usahatani cengkeh sebagai berikut: Dimana :

TC= FC+VC

(47)

31 TR = Total Penerimaan

Y = Produksi Py = Harga

c. Untuk menghitung pendapatan usahatani cengkeh sebagai berikut: Dimana : Pd= Pendapatan Usahatani TR = Total Penerimaan TC = Total Biaya 2. Analisis Profitabilitas

Untuk menghitung analisis profitabilitas menggunakan NPM (Net Profit Margin) usahatani cengkeh sebagai berikut:

Keuntungan : Selisih nilai produksi dengan total biaya produksi

Jika NPM (Net Profit Margin) > 5 % maka usahatani tersebut menguntungkan

Jika NPM (Net Profit Margin) < 5 % maka usahatani tersebut tidak menguntungkan.

Pd= TR-TC (Soekartawi, 2006)

( )

(48)

32 3. Kesejahteraan Petani

Teknik analisis data yang digunakan untuk menjawab masalah dalam penelitian ini adalah menggunakan rumus NTP (Nilai Tukar Petani) dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Dimana :

NTP = !"#! $%&#' ()*#+! TC = Total Revenue TC = Total Cost

Px = Harga Komoditas yang dihasilkan petani Qx = Jumlah komoditas yang dihasilkan petani Py = Harga komoditas yang dibayar petani Qy = Jumlah Komoditas yang bayar petani

Indeks harga yang diterima petani yaitu nilai produksi yang dijual petani dari hasil pertanian. Indeks yang dibayar petani yaitu jenis barang yang dikeluarkan petani untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga dan biaya produksi. a. NTP> 100 berarti mengalami surplus. Harga produksi lebih besar dari

kenaikan harga konsumsinya. Pendapatan lebih besar dari pengeluarannya, dengan demikian tingkat kesejahteraan petani mengalami kenaikan.

b. NTP=100 berarti mengalami impas/ break even. Kenaikan/penurunan harga produksi sama dengan persentase kenaikan/penurunan harga barang konsumsi dengan kata lain tingkat kesejahteraan petani tidak mengalami perubahan.

NTP= 100% / NTP = ,..,

(49)

33 c. NTP<100 berarti mengalami defisit. Kenaikan harga barang produksi relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan harga konsumsi dengan demikian tingkat kesejahteraan petani mengalami penurunan.

3.6 Definisi Operasional

1. Cengkeh adalah tanaman perkebunan yang dibudidayakan oleh petani.

2. Usahatani cengkeh adalah seseorang yang melakukan usaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

3. Penerimaan adalah jumlah hasil produksi cengkeh yang diperoleh dari setiap panen.

4. Produksi adalah hasil yang diperoleh petani dari usahatani tanaman cengkeh. 5. Biaya variabel merupakan biaya yang dikeluarkan petani selama proses

produksi seperti, bibit, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja.

6. Biaya tetap adalah biaya yang keluarkan oleh petani yang tidak mempengaruhi produksinya seperti: pajak, dan biaya penyusutan.

7. Pendapatan adalah segala sesuatu yang diperoleh seseorang berupa uang yang diperoleh dari selisih antara penerimaan total dengan biaya total yang diukur dalam satuan rupiah per hektar.

8. Profitabilitas adalah alat yang digunakan untuk mengukur sejumlah uang yang diterima dengan membeli kebutuhan usahatani dimasa mendatang untuk mendapatkan keuntungan selama periode tertentu.

9. Nilai profit margin (NPM) adalah salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur laba atas penjualan.

(50)

34 10. Kesejahteraan petani adalah suatu keadaan dimana semua kebutuhan jasmani

dan rohani rumah tangga petani dapat terpenuhi.

11. Nilai tukar petani adalah indikator yang digunakan untuk menentukan tingkat kesejahteraan petani

(51)

IV.

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1 Letak Geografis

Secara geografis, wilayah Kabupaten Sinjai terletak di bagian timur provinsi Sulawesi Selatan yang berjarak 223 km dari Kota Makassar. Kabupaten Sinjai secara astronomis terletak 5o2’56”- 5o21’16” Lintang Selatan (LS) dan antara 119056’30” -120o25’33” Bujur Timur (BT) yang berada di Pantai Timur bagian Selatan Provinsi Sulawesi Selatan.

Secara administrasi Kabupaten Sinjai meliputi 9 kecamatan yang terdiri dari 80 desa/kelurahan. Kabupaten Sinjai memiliki luas 8199,96 km2 atau 1,80% dari luas wilayah Provinsi Sulawesi Selatan. Kabupaten Sinjai memiliki letak yang sangat strategis yaitu memiliki dua jalur perhubungan antara darat dan laut. Jalur darat menghubungkan dengan Kota Kabupaten sedangkan untuk jalur laut digunakan sebagai hubungan antar daerah di luar Provinsi Sulawesi Selatan.

Kondisi topografi wilayah Kabupaten Sinjai sangat bervariasi yaitu area daratan hingga area pegunungan. Sekitar 38,26% atau 31.370 Ha merupakan kawasan daratan hingga landai dengan kemiringan 0-15 persen sementara area perbukitan hingga pegunungan dengan kemiringan diatas 40 persen.

Kelurahan Mannanti merupakan kelurahan yang terletak di Kecamatan Tellulimpoe yang memiliki jarak tempuh ± 5 km dari Ibu Kota Kecamatan Tellulimpoe dengan ketinggian sekitar 500 mdpl. Adapun luas Kelurahan Mannanti 9,72 Km2 atau 927 Ha dengan jarak tempuh Ibu Kota Kabupaten Sinjai 36 km2. Adapun batas wilayah Kelurahan Mannanti adalah sebagai berikut:

(52)

36 1. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Lohe

2. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Sukamaju 3. Sebelah timur berbatasan dengan Tellu Limpoe 4. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Kalobba

4.2 Keadaan Demografis

Secara demografis Kelurahan Mannanti memiliki cukup banyak kapasitas penduduk sebagai berikut:

4.2.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah penduduk menurut di Kelurahan Mannanti yang digolongkan berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kelurahan Mannanti Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai

No. Jenis Kelamin Jumlah (orang) Presentase (%)

1 Laki-laki 2.414 51,89

2 Perempuan 2.238 48,11

Jumlah 4.652 100

Sumber: Kantor Kelurahan Mannanti, 2019

Tabel 1. menunjukkan bahwa jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kelurahan Mannanti lebih dominan laki-laki yaitu sebanyak 2.414 orang dengan persentase 51,89 % dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 2.238 orang dengan persentase 48,11 %. Dimana jumlah rumah tangga di Kelurahan Mannanti pada tahun 2019 sebesar 1.363 KK.

(53)

37 4.2.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Masyarakat

Pendidikan merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam menjalankan usahatani untuk keperluan secara pribadi maupun keluarga. Hal ini terlihat dari tingkat kelulusan sekolah yang ada di Kelurahan Mannanti. Penduduk di Kelurahan Mannanti memiliki pendidikan yang berbeda-beda dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kelurahan Mannanti Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai

No. Lulusan Pendidikan Jumlah (orang) Presentase (%)

1 Taman Kanak-kanak 115 15,54 2 SD 245 33,11 3 SMP 120 16,22 4 SMA/SMU 218 29,46 5 Akademik/D1-D3 10 1,35 6 Sarjana 7 0,95 7 Pasca Sarjana 5 0,68 8 Pondok Pesantren 15 2,03 9 Pendidikan Keagamaan 5 0,68 Jumlah 740 100

Sumber: Kantor Kelurahan Mannanti, 2019

Berdasarkan Tabel 2. Dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan yang ada di Kelurahan Mannanti lulusan taman kanak-kanak sebanyak 115 (15,54%), sekolah dasar sebanyak 245 orang (33,11), lulusan SMP 120 orang (16,22%), SMA sebanyak 218 orang (29,46%), lulusan D3 10 orang (1,35%), sarjana sebanyak 7 orang dengan persentase (0,95%), pasca sarjana sebanyak 5 orang (0,68%),

(54)

38 pondok pesantren sebanyak 15 orang (2,03%) dan lulusan pendidikan agama sebanyak 5 orang dengan persentase (0,68%).

4.2.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia

Usia sangat berkaitan erat dengan kemampuan petani dalam melakukan usahatani. Adapun komposisi penduduk berdasarkan kelompok usia di Kelurahan Mannanti sebagai berikut:

Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia di Kelurahan Mannanti Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai

No. Usia Jumlah (orang) Presentase (%)

1 0-15 Tahun 1.346 28,32 2 3 15-65 Tahun 3.204 67,42 >65 Tahun 202 4,25 Jumlah 4.752 100

Sumber: Kantor Kelurahan Mannanti, 2019

Tabel 3. Menunjukkan bahwa kelompok umur di Kelurahan Mannanti yang jumlah penduduknya berusia 0-15 tahun sebanyak 1.346 (28,32%), usia 15-65 tahun sebanyak 3.204 orang (67,42%) dan yang usia >15-65 tahun sebanyak 202 orang dengan presentase (4,25%).

4.2.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Penduduk berdasarkan mata pencaharian di Kelurahan Mannanti dapat dilihat pada tabel berikut ini:

(55)

39 Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Kelurahan Mannanti

Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai

No. Mata Pencaharian Jumlah (orang) Presentase (%)

1 PNS 50 1,95 2 TNI/POLRI 12 0,47 3 Swasta 80 3,12 4 Wiraswasta/ Pedagang 29 1,13 5 Petani 2.175 84,76 6 Pertukangan 37 1,44 7 Pensiunan 17 0,66 8 Nelayan 2 0,08 9 Peternak 88 3,43 10 Lainnya 76 2,96 Jumlah 2.566 100

Sumber: Kantor Kelurahan Mannanti, 2019

Dari Tabel 4. Dapat dilihat bahwa jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian yang paling dominan yaitu petani. Hal ini sesuai dengan jumlah penduduk sebanyak 2.175 orang (84,76) dan mata pencaharian petani yang paling sedikit yaitu nelayan dengan jumlah sebanyak 2 orang (0,08%). Sedangkan penduduk yang berprofesi sebagai PNS sebanyak 50 orang (1,95%), TNI/POLRI sebanyak 12 orang (0,47%), Swasta sebanyak 80 orang (3,12%), wiraswasta sebanyak 29 orang (1,13%), pertukangan sebanyak 37 orang (1,44%), pensiunan 5 orang (0,66%), Peternak 88 orang (3,43%) dan lainnya sebanyak 76 orang (2,96%).

4.3 Keadaan Pertanian

Kelurahan Mannanti memiliki potensi pertanian yang cukup besar dengan potensi sumber daya alam yang cukup menjanjikan untuk dikembangkan. Keadaan alam yang baik didukung oleh masyarakat yang memanfaatkan sumber

(56)

40 daya alam yang ada untuk diolah bagi petani agar memperoleh keuntungan dikemudian hari. Jenis komoditas yang dikembangkan yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan perikanan.

Pengembangan sektor perkebunan dan kehutanan memberikan keuntungan dan nilai ekonomis yang menjanjikan bagi petani yang mengusahakannya dilihat dari luas potensi serta letak geografis yang mendukung. Disamping itu, pengembangan sektor pertanian diarahkan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas perbaikan mutu hasil pengembangan agribisnis komoditi perkebunan. Adapun jenis komoditi yang dibudidayakan di Kelurahan Mannanti yaitu: cengkeh, kakao, kelapa, rambutan, durian, merica, karet dan lain-lain.

(57)

V.

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Identitas Responden

Identitas responden adalah profil terkait objek penelitian yang dapat memberikan hasil penelitian mengenai Analisis Profitabilitas Usahatani Cengkeh dan Implikasi terhadap Kesejahteraan Petani. Dimana responden dalam penelitian ini adalah seluruh petani cengkeh yang ada di Kelurahan Mannanti yang telah ditetapkan sebanyak 27 responden.

Identitas responden dapat dilihat berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki petani yang berhubungan dengan kegiatan usahatani meliputi umur, pendidikan, lama berusahatani, jumlah tanggungan keluarga, dan luas lahan. Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan identitas responden sebagai berikut:

5.1.1 Umur Responden

Umur merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam melakukan usahatani. Umur berhubungan dengan cara berfikir petani dan bekerja dalam mengelola usahataninya dengan baik. Pada umumnya petani yang berusia muda memiliki kemampuan fisik yang lebih kuat dan mudah mengadopsi hal-hal baru. Berbeda dengan petani yang berusia lebih tua cenderung sulit memberikan pandangan maupun penjelasan yang dapat mengubah cara berpikirnya karena memiliki banyak pengalaman dalam melakukan usahatani. Hal ini sesuai dengan teori Soekartawi (2003) mengemukakan bahwa rata-rata petani Indonesia yang cenderung tua dan sangat berpengaruh pada produktivitas sektor pertanian

(58)

42 Indonesia, petani berusia tua biasanya cenderung sangat konservatif (memelihara) menyikapi perubahan terhadap inovasi teknologi. Komposisi penduduk suatu wilayah tidak lepas dari perhitungan angka beban tanggungan yaitu kelompok umur 1-14 tahun dianggap sebagai kelompok yang belum produktif, kelompok umur 15-65 tahun sebagai kelompok umur yang produktif dan kelompok umur 64 tahun ke atas sebagai kelompok yang tidak produktif (Yuri dan Nasri, 2014). Adapun umur responden petani cengkeh di Kelurahan Mannanti dapat dilihat pada Tabel 5.berikut:

Tabel 5. Identitas Responden Berdasarkan Umur Petani di Kelurahan Mannanti Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai

No. Umur Responden (tahun) Jumlah (orang) Presentase (%) 1 33-42 13 48 2 43-52 6 22 3 53-62 7 26 4 63-72 1 4 Jumlah 27 100

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020

Tabel 5. menunjukkan bahwa rata-rata responden paling banyak berumur 33-42 tahun dengan jumlah sebanyak 13 orang dengan persentase sebesar 48% dan responden paling sedikit berumur 63-72 tahun dengan jumlah 1 orang dengan persentase sebesar 4% dari keseluruhan sampel.

Berdasarkan teori Yuri dan Nasri (2014) umur petani yang ada di Kelurahan Mannanti dominan masih produktif yaitu berusia 33-42 tahun sebanyak 13 orang dengan persentase sebesar 48% yang merupakan umur ideal untuk melakukan perubahan dalam membudidayakan tanaman pertanian dan melakukan

Gambar

Gambar 1. Pembentukan NTP (Rusono, et,all., 2013)
Tabel  1.  Jumlah  Penduduk  Berdasarkan  Jenis  Kelamin  di  Kelurahan  Mannanti    Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai
Tabel  2.  Jumlah  Penduduk  Berdasarkan  Tingkat  Pendidikan  Masyarakat  di    Kelurahan Mannanti Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai
Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia di  Kelurahan Mannanti Kecamatan  Tellulimpoe Kabupaten Sinjai
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi terhadap jumlah produksi usahatani cengkeh di Desa Puulemo Kecamatan

Besar kecilnya penerimaan dalam usahatani diperoleh petani dari

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, biaya produksi teknologi rekomendasi lebih tinggi daripada biaya produksi cara petani (eksiting),

1. Total penerimaan yang diterima petani dari usahatani cabai merah per musim tanam dengan luas lahan rata-rata 0,09 di daerah penelitian sebesar Rp. Biaya produksi

digambarkan sebagai sisa pengurangan nilai- nilai penerimaan usahatani dengan biaya yang dikeluarkan, yang mana penerimaan adalah hasil perkalian dari jumlah total

Hasil penelitian menunjukkan total biaya produksi usahatani brokoli dihitung per Ha rata-rata per satu kali musim tanam sebesar Rp.13.958.670.- Total penerimaan

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual, seperti rumus berikut Soekartawi, 1995: TR = Y x PY 1 Keterangan: TR = total penerimaan

Hasil dari penelitian ini adalah bahwa untuk meningkatkan produksi dan pendapatan petani cengkeh di Kabupaten Labobo, petani harus meningkatkan faktor produksi seperti penggunaan lahan,