• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelayakan usahatani bawang merah di Kelurahan Gunung Tabur Kecamatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelayakan usahatani bawang merah di Kelurahan Gunung Tabur Kecamatan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu

Sari, Effendi, & Widiasari (2021) melakukan penelitian mengenai analisis kelayakan usahatani bawang merah di Kelurahan Gunung Tabur Kecamatan Gunung Tabur, Kabupaten Berau. Variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut yakni biaya produksi, penerimaan, pendapatan dan keuntungan. Metode analisis data pada penelitian tersebut adalah analisis TC, TR, pendapatan, analisis R/C ratio, dan analisis BEP. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui hasil kelayakan usahatani dengan analisis R/C Ratio yaitu 2,12 yang berarti usahatani bawang merah di Kecamatan Gunung Tabur layak diusahakan karena R/C ratio >

1. Analisis BEP Produksi menghasilkan 38,92 hal ini menunjukkan para petani mampu menjual bawang merah dengan jumlah di atas BEP produksi, artinya usahatani tersebut menguntungkan dan layak diusahakan. Analisis BEP Penerimaan menghasilkan nilai Rp 1.016.864, berarti usahatani tersebut menguntungkan dan layak diusahakan. Analisis BEP Harga menghasilkan Rp 13.555/kg, artinya usahatani tersebut layak dan mengunutngkan karena para petani dapat menjual di atas harga BEP harga yakni Rp 28.375.

Satar & Buraerah (2020) melakukan penelitian mengenai Analisis Kelayakan dan Strategi Pengembangan Usahatani Bawang Merah di Kota Parepare. Variabel penelitian yang digunakan yaitu biaya penerimaan, produksi dan pendapatan.

Metode analisis yang digunakan untuk menentukan kelayakannya yaitu analisis R/C ratio. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diperoleh nilai R/C ratio sebesar 1,91 yang mengindikasikan bahwa usahatani bawang merah di Kota Parepare

(2)

8

secara ekonomi menguntungkan dan layak untuk diusahakan dan dikembangkan.

Penelitian Satar & Buraerah (2020) yang berjudul Perbaikan Kelayakan Usahatani Bawang Merah pada Dataran Tinggi di Bali Melalui Perbaikan Teknologi Budidaya juga menggunakan analisis data R/C ratio. Penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisis kelayakan paket teknologi usahatani bawang merah. Variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut yaitu biaya produksi, jumlah produksi umbi bawang merah yang diperoleh petani, dan harga per unit produksi yang diterima petani. Analisis yang diperoleh dalam penelitian tersebut yaitu paket teknologi memiliki kelayakan lebih baik daripada teknologi eksisting.

Kilmanun, Pr, & Nuarie (2020) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Pendapatan Usahatani Bawang Merah di Kabupaten Probolinggo Jawa Timur.

Metode analisis yang digunakan pada penelitian tersebut adalah analisis pendapatan dan analisis R/C ratio. Hasil penelitian menunjukkan nilai R/C ratio 2,08 yang berarti usahatani bawang merah di Kabupaten Probolinggo menguntungkan dan sangat berdampak baik bagi pendapatan petani di Kabupaten Probolinggo. Penelitian serupa juga dilakukan Sugianto, Kurniawan, & Yuliarto (2019) berjudul Analisis Kelayakan Usahatani Bawang Merah di Kecamatan Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui kelayakan R/C ratio usahatani bawang merah di Kecamatan Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya. menggunakan variabel karakteristik pelaku usaha industri pengolahan bawang merah, biaya penerimaan, dan keuntungan. Metode analisis yang digunakan yaitu analisis R/C ratio. Hasil penelitian menunjukkan

(3)

9

bahwa usahatani bawang merah di Kecamatan Rasau Jaya layak untuk diusahakan.

Mardiyanto, Prastuti, & Pangestuti (2017) dalam penelitiannya yang berjudul Analisa Kelayakan Usaha Budidaya Bawang Merah Ramah Lingkungan di Kabupaten Tegal, menggunakan variabel biaya produksi teknologi, biaya produksi cara petani (eksiting), dan biaya penerimaan. Metode analisis yang digunakan yaitu analisis pendapatan usaha R/C dan analisis kelayakan usaha B/C. Menurut Indriani dan Suminarsih, B/C ratio merupakan analisa kelayakan usaha yang paling sederhana. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, biaya produksi teknologi rekomendasi lebih tinggi daripada biaya produksi cara petani (eksiting), penerimaan usahatani bawang merah ramah lingkungan lebih besar jika dibandingkan dengan penerimaan cara petani (eksiting), dan usahatani dengan teknologi budidaya bawang merah lebih menguntungkan dan layak diusahakan daripada usahatani ramah lingkungan.

Penelitian Maharani (2019) yang berjudul Pendapatan Usahatani Bawang Merah di Kecamatan Junrejo Kota Batu bertujuan untuk mengetahui besarnya biaya dan pendapatan dan besarnya R/C rasio atau kelayakan usahatani bawang merah dalam satu kali musim tanam. Analisis data yang digunakan adalah analisis pendapatan dan kelayakan usahatani. Hasil penelitian tersebut menunjukkan usahatani bawang merah di Kecamatan Junrejo baik dan layak untuk dikembangkan dengan nilai R/C rasio sebesar 2,28, meskipun hasil penelitian menyebutkan bahwa usahatani di tempat tersebut masih dalam skala kecil. Luas garapan para responden mayoritas kurang dari 0,25 ha namun terbukti

(4)

10

mampu memproduksi bawang merah dengan volume yang cukup tinggi per hektar per musim tanam yaitu sebesar 13.993 kg. Produksi yang tinggi mampu memberikan keuntungan bagi para petani sebesar Rp 60.992.088.

2.2 Tanaman Bawang Merah

Bawang merah ( Allium ascalonicum L.) merupakan jenis tanaman hortikultura yang sejak lama dibudidayakan oleh petani secara intensif, karena memiliki prospek pasar dan harga jual yang tinggi. Komoditas tersebut memiliki banyak manfaat, baik dalam segi ekonomi maupun dalam kesehatan. Budidaya bawang merah merupakan salah satu mata pencaharian dan sumber pendapatan bagi para petani yang juga dapat berkontribusi bagi perkembangan ekonomi nasional Indonesia (Hindarti & Maula, 2020). Komoditi tersebut memiliki adaptasi yang luas, beberapa varietas berasal dari dataran tinggi dan beberapa dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah. Selain itu, bawang merah juga dapat tumbuh di tanah alluvial, lahan gambut, dan tanah pesisir. Iklim kering lebih cocok untuk pertumbuhan bawang merah, sebaliknya intensitas curah hujan yang tinggi menyebabkan pertumbuhan bawang merah lebih rentan gagal. Tanaman tersebut membutuhkan paparan sinar matahari setidaknya 70% penyinaran, temperatur udara 25-32ºC, dan kelembapan relatif sebesar 50-70% (Marpaung &

Rosliani, 2019).

Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam keberhasilan pengelolaan budidaya bawang merah adalah varietas. Tinggi rendahnya produktivitas bawang merah ditentukan dari pemilihan varietas umbi, kualitas umbi, dan juga teknik

(5)

11

budidaya bawang merah (Luta, Siregar, & Wahyuni Br. PA, 2020). Banyak usaha yang telah dilakukan untuk mendukung pertumbuhan produksi bawang merah, salah satunya yaitu penggunaan benih berkualitas. Benih merupakan salah satu aspek penting dalam keberhasilan budidaya. Umumnya, penggunaan benih oleh petani dalam budidaya bawang merah berasal dari penggunaan umbi pada musim penanaman sebelumnya. Petani tidak melakukan seleksi benih dan biasanya penggunaan umbi diambil dari produksi sebelumnya, hal tersebut dapat mempengaruhi penurunan produksi baik dari segi kualitas maupun kuantitas umbi bawang merah (Saidah, Wahyuni, Muchtar, Padang, & Sutardi, 2020).

2.3 Konsep Usahatani

Menurut Suratiyah (2015) dalam bukunya yang berjudul ilmu usahatani, memaparkan bahwa usahatani merupakan ilmu yang mempelajari tentang bagaimana memutuskan, mengkoordinasikan dan mengorganisasikan sumberdaya alam secara efektif dan efisien sehingga petani memperoleh pendapatan semaksimal mungkin. Saeri (2018) dalam bukunya yang berjudul Usahatani dan analisisnya menjelaskan bahwa usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana menggunakan sumberdaya (lahan, tenaga kerja, modal dan manajemen) yang dimiliki petani secara efektif dan efisien dengan tujuan mendapatkan keuntungan yang maksimal. Kegiatan usahatani bertujuan agar terciptanya suatu pembangunan pertanian yang berkelanjutan dengan tetap memperhatikan kondisi lingkungan serta meningkatkan perekonomian masyarakat khususnya bagi para petani.

(6)

12

Menurut Bachtiar Rivai, unsur-unsur pokok dalam kegiatan usahatani adalah petani, alam, tenaga kerja, modal, dan pengelolaan. Pengelolaan usahatani pada umumnya akan dipengaruhi oleh peranan petani dalam mengusahakannya.

Seorang petani tidak saja memiliki peran sebagai pemilik modal, tetapi juga sebagai penggerak dalam kegiatan usahataninya. Kegiatan tersebut pada umumnya dilakukan dengan cara meningkatkan produksi pertanian baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Usahatani yang dinamis adalah usahatani yang dapat mengikuti perkembangan teknologi yang selalu berubah. Hal tersebut merupakan salah satu syarat pokok dalam pembangunan pertanian, sehingga mampu meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani, memperluas lapangan kerja dan kesempatan kerja seta menunjang pembangunan industri dan meningkatkan ekspor khususnya komoditas bawang merah (M. P. Sari, Kusnul, & Fitria, 2020).

2.4 Biaya Usahatani

Kegiatan usahatani membutuhkan biaya yang harus dikeluarkan agar dapat berjalan dengan baik. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomis yang dukur dalam satuan uang, yang telah terjadi, sedang terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Biaya yang dikeluarkan selama poses produksi usahatani berpengaruh terhadap pendapatan yang diperoleh dalam kegiatan usahataninya (Pattipeilohy et al., 2020). Biaya produksi dalam usahatani dibagi menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang besarnya tidak ditentukan oleh besarnya volume usahatani serta sifatnya yang konstan untuk periode waktu tertentu. Contoh dari biaya tetap yaitu sewa lahan,

(7)

13

biaya penyusutan alat, dan biaya pajak. Biaya variabel merupakan biaya yang besar kecilnya tergantung dari volume usahatani, semakin besar lahan yang dikelola maka semakin besar pula biayanya. Contoh dari biaya variabel yaitu biaya benih, biaya pestisida, biaya pupuk, dan biaya tenaga kerja. Total biaya dan variabel secara matematika dapat tulis sebagai berikut :

TC = FC + VC Dimana :

TC = Total Cost (Total Biaya) FC = Fixed Cost (Biaya Tetap) VC = Variabel Cost (Biaya Variabel)

2.5 Penerimaan Usahatani

Penerimaan merupakan jumlah perkalian dari seluruh produk dengan harga jual produk per unit. Pendapatan kotor atau penerimaan usahatani meliputi jumlah penambahan inventaris, nilai penjualan usahatani, serta nilai penggunaan rumah tangga dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual maupun yang tidak dijual (Nurlina et al., 2020). Perhitungan penerimaan usahatani dapat ditulis dengan rumus sebagai berikut :

TR = Q x P Dimana :

TR = Total Revenue (Total Penerimaan) Q = Total Produksi

P = Harga Produk/ Harga Jual

(8)

14 2.6 Pendapatan Usahatani

Menurut Soekartawi (1995), pendapatan bersih atau keuntungan usahatani adalah selisih antara penerimaan dengan pengeluaran total usahatani. Pendapatan usahatani dapat ditulis sebagai berikut :

Pendapatan/Keuntungan = TR-TC Dimana :

TR = Total Penerimaan TC = Total Biaya

Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendapatan adalah semua barang, jasa, dan biaya yang diperoleh oleh seseorang dalam suatu periode tertentu dan biasanya diukur dalam satu tahun.

2.7 Kelayakan Usahatani

Menurut Soekartawi (2002), kegiatan usahatani dapat dikatakan layak diusahakan atau tidak yaitu dengan menggunakan analisis R/C ratio. Analisis R/C ratio atau return cost ratio merupakan perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya usahatani. Rasio penerimaan atas biaya juga menunjukkan berapa besarnya penerimaan yang akan diperleh dari setiap rupiah yang dikeluarkan dalam produksi usahatani. R/C ratio dalam produksi usahatani dapat digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan relatif kegiatan usahatani. Semakin besar rasio yang diperoleh maka semakin tepat pilihan-pilihan penggunaan sumberdaya

(9)

15

yang dilakukan untuk kegiatan usahataninya (Kilmanun et al., 2020). Analisis R/C ratio dapat ditulis dengan rumus sebagai berikut :

R/C =

Dimana :

TR = Total Revenue (Total Penerimaan) TC = Total Cost ( Total Biaya Produksi) Dengan kriteria :

R/C > 1, maka usahatani layak diusahakan

R/C = 0, maka usahatani tidak untung dan tidak rugi (impas) R/C < 1, maka usahatani tidak layak diusahakan

(10)

16 2.8 Kerangka Berpikir

Terdapat beberapa faktor produksi dalam menjalankan usahatani bawang merah di Kecamatan Wonoasih Kota Probolinggo, seperti faktor produksi alam, tenaga kerja, modal, dan pengelolaan (manajemen) yang sangat mempengaruhi hasil produksi bawang merah. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat penerimaan, pendapatan serta kelayakan usahatani bawang merah.

Penerimaan didapat dari hasil penjualan bawang merah, sedangkan pendapatan didapat dari selisih antara penerimaan dengan total biaya dalam usahatani.

Penerimaan dan pendapatan usahatani bawang merah yang dilakukan, membutuhkan perhitungan biaya usahatani, yakni biaya tetap dan biaya variabel.

Biaya tetap dalam usahatani yaitu luas lahan, biaya penyusutan, sedangkan biaya variabel diantaranya biaya tenaga kerja, biaya pupuk, serta biaya benih. Setelah perhitungan penerimaan dan pendapatan dalam usahatani bawang merah tersebut, maka kelayakan usahatani diketahui dengan analisis R/C. Secara skematis pemikiran tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

(11)

17

Petani Bawang Merah

Usahatani Bawang Merah

Proses Usahatani Bawang Merah

Faktor Produksi : - Lahan

- Modal

- Tenaga Kerja - Sarana Produksi

Hasil Produksi

Harga Bawang Merah

Penerimaan

Kelayakan Usahatani

Layak Tidak

Layak Biaya Produksi

Pendapatan

Gambar 2. 1 Skema Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Berdasar pada hasil eksplorasi kemampuan awal statistis mahasiswa pada topik statistika deskripsi dalam penelitian ini, maka indikator yang masih belum mendapat capaian maksimal

Pemilihan prinsip tersebut untuk dijadikan metode adalah karena prinsip koneksi visual dengan alam memiliki hasil penelitian yang paling kuat untuk merespon stress,

Sponsor program adalah bentuk iklan televisi dimana pihak pengiklan atau sponsor membayar program acara televisi tertentu. sebagai imbalannya sponsor program dapat

Menurut Fathansyah “Model Entity-Relationship yang berisi komponen- komponen Himpunan Entitas dan Himpunan relasi yang masing-masing dilengkapi dengan

Dalam usahatani, petani atau perusahaan akan mengeluarkan biaya produksi yang besarnya biaya produksi tersebut tergantung kepada komponen biaya yang dikeluarkan petani atau

 Nilai pada hakikatnya suatu sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek, namun bukan objek itu sendiri.Nilai merupakan kualitas dari sesuatu yang bermanfaat bagi

Peluang untuk membuka usaha furniture rotan oleh pengrajin mungkin juga dilakukan mengingat banyaknya pengrajin di Indonesia yang memiliki keterampilan yang cukup tinggi

1. Total penerimaan yang diterima petani dari usahatani cabai merah per musim tanam dengan luas lahan rata-rata 0,09 di daerah penelitian sebesar Rp. Biaya produksi