• Tidak ada hasil yang ditemukan

Panduan Bimtek Dosen Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Panduan Bimtek Dosen Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

1. Latar Belakang ... 1

2. Dasar Hukum ... 3

3. Tujuan Kegiatan ... 3

4. Output yang Diharapkan ... 3

5. Struktur Materi Bimtek ... 4

6. Metode Bimtek ... 5

7. Narasumber ... 5

8. Peserta Kegiatan ... 5

9. Waktu dan Tempat Kegiatan ... 6

10. Jadwal Kegiatan ... 6

(3)

1 1. Latar Belakang

Eskalasi dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini memunculkan ekses yang kontra produktif dengan upaya pembangunan karakter bangsa. Bangsa Indonesia saat ini sedang dihadapkan dengan masalah serius yaitu kehadiran tenaga kerja asing di Indonesia dalam jumlah ribuan akibat globalisasi, indikasi bangkitnya kembali gerakan partai komunis, serta memudarnya semangat nasionalisme dan patriotisme di kalangan generasi muda khususnya para mahasiswa, akibat semakin berkembangnya budaya budaya materialisme dan pragmatisme.

Fenomena di atas telah menggoncangkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Masyarakat Indonesia yang plural baik dalam hal keyakinan, suku, etnis, bahasa, budaya, dan adat istiadat; sejak dahulu kala telah hidup di wilayah Indonesia yang sangat luas, dengan penuh kedamaian, keharmonisan, kerukunan, dan keselarasan. Mereka telah lama hidup saling menolong, saling menghormati, dan bekerja sama, kendatipun berbeda dalam banyak hal. Kekerabatan masyarakat dibingkai oleh semangat bhinneka tunggal ika.

Sendi-sendi kehidupan bangsa Indonesia tersebut saat ini sedang mengalami kemunduran pada titik nadzir. Egoisme, sarkasme, premanisme, saling mencurigai, saling menghujat sudah menjadi warna kehidupan masyarakat Indonesia saat ini. Pada saat yang sama; kesantunan, budi pekerti luhur, supremasi hokum menjadi barang yang sangat mahal.

Persoalan-persoalan tersebut semakin menggurita dalam kehidupan masyarakat Indonesia, yang jika tidak dilakukan upaya-upaya yang serius dan sistematis akan berimbas pada terkikisnya nilai-nilai ideologi bangsa yaitu Pancasila secara terus menerus.

Kondisi-kondisi di atas menjadi tantangan tersendiri bagi mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi saat ini, untuk melakukan revitalisasi dan restrukturisasi kajian sebagai upaya perbaikan tatanan kehidupan masyarakat. Pendidikan Kewarganegaraan memiliki peran yang strategis dalam hal ini. Para mahasiswa yang merupakan kader-kader bangsa terpilih dan kelak menjadi pemimpin, harus memiliki pemahaman dan penghayatan yang kokoh mengenai ideologi Pancasila, wawasan kebangsaan, dan ketahan nasional serta implementasinya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Di dalam pasal 35 ayat (3) UU RI Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, ditegaskan bahwa Kurikulum Pendidikan Tinggi wajib memuat Mata Kuliah a. Agama, b. Pancasila, c. Kewarganegaraan, dan d. Bahasa Indonesia. Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) juga ditegaskan melalui Pasal 9 ayat (2) UU RI Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, bahwa salah satu bentuk wujud keikutsertaan warga negara dalam bela negara adalah keikutsertaan warga negara dalam Pendidikan Kewarganegaraan.

Hal senada juga ditegaskan dalam Perpres RI Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia, bahwa capaian pembelajaran umum bagi semua jenjang pendidikan antara lain adalah berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air serta mendukung perdamaian dunia, menghargai keanekaragaman budaya, menjunjung tinggi penegakkan hukum serta memiliki semangat untuk mendahulukan kepentingan bangsa dan masyarakat luas. Indikator-indikator tersebut sesungguhnya adalah tujuan substantif dari mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.

(4)

Kewarganegaraan diharapkan terwujud warga Negara yang baik yang menurut Cogan dan Derricott (1998: 4) bercirikan “a good citizen, by contrast, not only lives decently in his or her private life, but is also committed to participation in public life.”. Warga negara yang baik juga akan memiliki ciri 1) a sense of identity, 2) the enjoyment of certain rights, 3) the fulfillment of corresponding obligations, 4) a degree of interest and involvement in public affairs, and 5) an acceptance of basic societal values. (Cogan 1998: 2-3).

Persoalannya kemudian, secara substantive pelaksanaan Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi masih menemui beberapa kendala. Sampai saat ini Pendidikan Kewarganegaraan masih dalam posisi yang ambigu (Audiger, 2006: 44) yang disebabkan status, tujuan dan ruang lingkupnya belum dipahami secara integral dengan konteks sosial dan kesejarahan (Balkansky, et.al, 1999: 90). Permasalahan yang paling mencolok yaitu belum jelasnya batasan materi Pendidikan Kewarganegaraan sehingga dirasakan terlalu luas (Sapriya dan Komalasari, 2014: 2). Mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan dianggap menjenuhkan sebab materi yang diajarkan cenderung monoton, teoretik, kognitif, bahkan verbalistik (Samsuri, 2010: 130).

Keadaan tersebut diperkuat dengan hasil penelitian bahwa pada umumnya mahasiwa beranggapan materi Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi menjenuhkan sebab sudah didapatkan pada jenjang SD sampai SMA. Hal ini terjadi karena belum jelasnya batasan materi Pendidikan Kewarganegaraan sehingga bahan Pendidikan Kewarganegaraan terlalu luas dan masih lemah dalam kajian konseptual-filosofis. Materi Pendidikan Kewarganegaraan juga masih bersifat indoktrinatif dan terlalu menonjolkan moral behavioristik, terjadi kesenjangan antara materi pelajaran dengan basik keilmuan dari kewarganegaraan (Nurdin dan Dahliyana, 2016).

Mengkaji lebih jauh, implementasi Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi, akan sangat berkaitan dengan program pemerintah. Untuk selanjutnya pemerintah mengorganisir, menginterpretasikan dan menerapkan kebijakan untuk mengimplementasikan Pendidikan Kewarganegaraan dengan pertimbangan yang selektif (Nurdin, 2015). Apalagi pengembangan materi PKn yang diserahkan pada masing-masing perguruan tinggi dapat menyebabkan kebingungan para pelaksana kebijakan (dosen) yang akan mengajarkan Pendidikan Kewargenegaraan tersebut. Implikasinya, konten perkuliahan tidak standar, berbeda antara perguruan tinggi yang satu dengan perguruan tinggi yang lainnya sehingga spirit dan tujuan sesungguhnya dari mata kuliah PKn tidak tercapai.

Meskipun demikian, sebenarnya pemerintah telah memberikan arahan tentang rambu-rambu materi pokok mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan berdasarkan ketentuan dalam Pasal 4 Surat Keputusan Dirjen Dikti No. 43/Dikti/2006 yang mana ditentukan bahwa Substansi Kajian Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan mencakupi filsafat Pancasila, identitas nasional, politik dan strategi, demokrasi Indonesia, hak asasi manusia dan rule of law, hak dan kewajiban warga negara, geopolitik Indonesia dan geo strategi Indonesia.

(5)

3

berijazah Magister (S2) Ketahanan Nasional. dan Magister (S2) Pendidikan Ilmu Sosial, Ilmu-ilmu Sosial, Budaya, Filsafat. Kenyataan di lapangan, para dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan memiliki latar belakang akademik yang beragam, yang dalam banyak kasus background akademiknya tidak relevan untuk mengajar mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Padahal pembinaan kompetensi dosen seperti yang dilakukan Lemhannas dalam bentuk kursus calon dosen kewarganegaraan sudah sejak tahun 2000-an tidak dilakukan lagi, dan pelatihan dosen Pendidikan Kewarganegaraan oleh Ditjen Dikti pun sudah lama (sekitar 10 tahun terakhir ini) tidak diselenggarakan. Di sisi lain jumlah dosennya relatif tidak sebanding dengan jumlah mahasiswa yang mengikuti mata kuliah tersebut, sebagai akibat dari banyaknya dosen yang pensiun sedangkan rekrutasi dosen muda tidak dilakukan secara sistemik.

Atas dasar kondisi tersebut perlu segera dilakukan revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi, melalui kegiatan pembinaan teknis (Bimtek), sebagai upaya restrukturasi kajian konten Pendidikan Kewarganegaraan, dan peningkatan kompetensi para pengampu mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.

2. Dasar Hukum

a. Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara b. Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi

c. Peraturan Presiden RI Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia

d. Peraturan Presiden RI Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019, Lampiran Buku I, Agenda Pembangunan Nasional.

e. Rentra Kemenristek-Dikti

f. Standar Nasional Pendidikan Tinggi

g. SK Dirjen Dikti No 43/Dikti/2006 tentang rambu-rambu pelaksanaan mata kuliah pengembangan kepribadian di Perguruan Tinggi.

3. Tujuan Kegiatan

Pembinaan Teknis (Bimtek) ini diselenggarakan dengan tujuan untuk meningkatkan kompetensi Dosen Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan dalam penguasaan materi pokok perkuliahan yang menunjang proses revolusi mental dan terwujudnya warga negara yang memiliki keyakinan kokoh terhadap Ideologi Pancasila, mempertebal rasa kebangsaan, dan memperkokoh kecintaan kepada tanah air. Sejalan dengan itu, tujuan bimtek ini adalah meningkatkan kompetensi dosen Pendidikan Kewarganegaraan dalam mengembangkan materi perkuliahan, serta penguasaan metode pembelajaran yang efektif untuk terwujudnya tujuan mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.

4. Output yang Diharapkan

Setelah mengikuti Bimtek ini diharapkan terjadi peningkatan kompetensi peserta khususnya dalam bidang-bidang sebagai berikut:

a. Meningkatnya penguasaan materi Pendidikan Kewarganegaan sebagai upaya pembentukan warga negara yang baik (good citizenship).

b. Meningkatnya kemampun pengembangan materi perkuliahan Pendidikan Kewarganegaan, melalui kajian-kajian empirik yang kontekstual.

c. Meningkatnya penguasaan metode pembelajaran yang berbasis pada Scientific Approach

(6)

5. Struktur Materi Bimtek

Materi pembinaan teknis Pendidikan Kewarganegaraan mencakupi hal-hal sebagai berikut;

No Materi Jam Narasumber

1 Kebijakan tentang perkuliahan MKWU Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi.

1,5 Prof. Dr. Bunyamin Maftuh, M.Pd., M.A. (Direktur Karir dan Kompetensi SDM)

2 Struktur materi dan konsep pengembangan Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan (Penguatan pemahaman Ideologi Pancasila, isu-isu aktual kehidupan berbangsa dan bernegara, dan sebagainya).

16 1) Prof. Dr. Wasino, M.Hum.

2) Prof. Dr. Dasim Budimansyah, M.Si. 3) Dr. Hadirin

Suryanegara, M.Ap. 4) Dr. Mukhammad

Murdiono, M.Pd. 5) Dr. Arqom

Kuswanjono 6) Dr. Encep Syarief

Nurdin, M.Pd., M.Si 7) Prof. Dr. Masrukhi,

M.Pd. 3 Praktek belajar kewarganegaraan 4 Prof. Dr. Dasim

Budimansyah, M.Si. 4 Diskusi kelompok 4,5 1) Dr. Encep Syarief

Nurdin, M.Pd., M.Si 2) Prof. Dr. Masrukhi,

M.Pd.

5 Tugas Individual (Review dokumen pustaka, review artikel jurnal dan menganalisis persoalan konstektual tentang

kewarganegaraan)

5,5 1) Prof. Dr. Dasim Budimansyah, M.Si. 2) Dr. Mukhammad

Murdiono, M.Pd. 3) Prof. Dr. Wasino,

M.Hum

6 Refleksi pembelajaran pendidikan kewarganegaraan

1,5 1) Dr. Encep Syarief Nurdin, M.Pd., M.Si 2) Prof. Dr. Masrukhi,

M.Pd.

(7)

5 6. Metode Bimtek

Proses pembinaan teknis dosen Pendidikan Kewarganegaraan ini diselenggarakan melalui beberapa metode berikut.

a. Ceramah Bervariasi

Setiap materi pokok disampaikan oleh narasumber dengan metode ceramah selama 30 menit, dan dilanjutkan dengan tanya jawab selama 60 menit, kemudian diakhiri dengan kesimpulan yang disampaikan oleh moderator atau dapat juga oleh perwakilan peserta bimtek.

b. Diskusi dan Pelatihan secara Berkelompok

Peserta bimtek dibagi menjadi 4 kelompok yang masing-masing akan berdiskusi dan berlatih menyeleksi materi dan isu aktual terkait dengan bidang materi yang ditugaskan oleh penyelenggara bagi kelompoknya. Pada akhir kegiatan ini setiap kelompok diharapkan menghasilkan pointers materi pokok dan isu aktual terkait bidang materi yang menjadi tugas kelompok yang bersangkutan.

c. Penugasan secara individual dengan tagihan d. Praktek pembelajaran

7. Narasumber

Dalam kegiatan pembinaan teknis Pendidikan Kewarganegaraan ini yang dijadikan nara sumber kegiatan adalah.

a. Prof. Dr. Bunyamin Maftuh, M.Pd., M.A. (Direktur Karir dan Kompetensi SDM) b. Prof. Dr. Wasino, M.Hum. (Universitas Negeri Semarang)

c. Prof. Dr. Dasim Budimansyah, M.Si. (Universitas Pendidikan Indonesia)

d. Dr. Hadirin Suryanegara, M.Ap. (Sesdirjen Penguatan Inovasi Kemenristekdikti) e. Dr. Mukhammad Murdiono, M.Pd. (Universitas Negeri Yogyakarta)

f. Dr. Arqom Kuswanjono (Universitas Gadjah Mada)

g. Dr. Encep Syarief Nurdin, M.Pd., M.Si (Universitas Pendidikan Indonesia) h. Prof. Dr. Masrukhi, M.Pd. (Universitas Muhammadiyah Semarang)

8. Peserta Kegiatan

Peserta kegiatan Bimtek Dosen Pendidikan Kewarganegaraan dibatasi 50 orang. Adapun persyaratan yang harus dipenuhi antara lain:

a. Memiliki ijazah sekurang-kurang S-2, b. Diprioritaskan lulusan Program Studi:

1) Pendidikan Kewarganegaraan 2) Pendidikan Umum

3) Pendidikan IPS (Sejarah, Geografi, Ekonomi, Sosiologi, Antropologi) 4) Ilmu Filsafat

5) Ilmu-ilmu Sosial dan Humaniora 6) Ilmu Hukum

c. Pengalaman mengajar mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan sekurang-kurangnya 2 (dua) semester, diprioritaskan dosen muda dengan masa kerja paling lama 5 tahun, d. Belum pernah mengikuti diklat/bimtek Pendidikan Kewarganegaraan.

e. Membawa hard copy rencana pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

(8)

9. Waktu dan Tempat Kegiatan a. Gelombang Pertama

Kegiatan bimtek Pendidikan Kewarganegaraan ini dilaksanakan pada Hari dan tangal : Senin-Kamis, 15-18 Mei 2017

Tempat : Palembang Pembukaan : 14.00 – 14.30

b. Gelombang Kedua

Kegiatan bimtek Pendidikan Kewarganegaraan ini dilaksanakan pada Hari dan tangal : Rabu-Sabtu, 12-15 Juli 2017

Tempat : Makassar Pembukaan : 14.00 – 14.30

10.Jadwal Kegiatan

JADWAL KEGIATAN BIMTEK DOSEN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

HARI PUKUL MATERI PEMBICARA/

NARASUMBER I 14.00 –

14.30

Pembukaan Acara Panitia

15.00 – 16.30

Kebijakan tentang perkuliahan MKWU Prof. Dr. Bunyamin Maftuh, M.Pd., M.A

16.30 – 18.00

Diskusi kelas tentang pengelolaan dan pelaksanaan mata kuliah wajib umum di

Pancasila dalam konteks kefilsafatan Dr. Arqom Kuswanjono

21.00 –

Ideologi Pancasila sebagai identitas Nasional

Prof. Dr. Masrukhi, M.Pd.

10.00 – 12.00

Politik dan Strategi Nasional Dr. Mukhammad Murdiono, M.Pd. 12.00

-13.00

Ishoma

13.00-15.00 Diskusi kondisi aktual implementasi Pancasila

(9)

7

HARI PUKUL MATERI PEMBICARA/

NARASUMBER 19.30-21.30 Kajian Geostrategi Indonesia Prof. Dr. Wasino,

M.Hum (Kajian Hubungan antara negara dengan agama)

Dr. Hadirin Suryane gara, M.AP.

10.00-11.30 Hak dan Kewajiban Warga Negara (kewajiban bela negara melalui pengabdian sesuai profesi)

Dr. Encep Syarief Nurdin, M.Pd., M.Si

12.30-13.30 Diskusi implementasi nilai-nilai konstitusi dalam ketatanegaraan RI

Dr. Encep Syarief Nurdin, M.Pd., M.Si Prof. Dr. Masrukhi, M.Pd.

13.30-15.00 Model Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sebagai general education yang berbasis pada Scientific Approach

Prof. Dr. Dasim Budimansyah, M.Si.

15.30-18.00 Praktek Belajar Kewarganegaraan 1. Prof. Dr. Dasim Budimansyah, M.Si. 19.30-21.00 Praktek Belajar Kewarganegaraan 2. Prof. Dr. Dasim

Budimansyah, M.Si. 21.00-23.00 Tugas Individual 3

Menganalisis persoalan konstektual

IV 08.00-10.00 Kerja Kelompok

1. Merumuskan dan mendiskusikan konsep dasar dan isu aktual terkait revolusi mental (karakter) bangsa. 2. Merumuskan dan mendiskusikan

konsep dasar dan isu aktual filsafat, dasar dan ideologi Negara, serta etika Pancasila.

3. Merumuskan dan mendiskusikan konsep dasar dan isu aktual hak dan kewajiban warga Negara khususnya dalam bela Negara demokrasi konstitusional, geopolitik, dan

(10)

HARI PUKUL MATERI PEMBICARA/ NARASUMBER geostrategi Indonesia.

4. Merumuskan dan mendiskusikan metode pembelajaran yang berorientasi scientific approach 10.30-12.00 Refleksi substansi Pendidikan

Kewarganegaraan

Dr. Encep Syarief Nurdin, M.Pd., M.Si Prof. Dr. Masrukhi, M.Pd.

12.00 Penutupan Panitia

DAFTAR PUSTAKA

Audigier, F. (2006). Interdisciplinariy at School-Teoretical and Practical Question regarding History, Geography and Civic Education. Journal of Social Science Education. 5 (2): 37-50

Balkansky, Peter; Zahariev, Zahari; Stoyanov, Svetoslav; Stoyanova, Neli. (1999). Challenges in Developing a New System of Civic Education in Conditions of Social Change: Bulgaria. In: Torney-Putra, John; Schwille, John; Amedeo, Jo-Ann, eds. Civic Education across Countries: 24 Nationals Case Studies from the IEA Civic Education Project. Amsterdam.

Bruen, J. (2013). Civic Education and Democratic Sosialisation: From Passive Subject to Active Citizen in Post-Communist State and Beyond. Journal of Social Science Education. 12 (4): 43-50

Colceru, E. (2013). The Impact of Civic Education on The Civic of Romanian Youth. Journal of Social Science Education. 12 (4): 23-28

Samsuri. (2010). Transformasi Gagasan Masyarakat Kewargaan (Civil Society) Melalui Reformasi Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia Studi Pengembangan Kebijakan Pendidikan Kewarganegaraan pada Jenang Pendidikan Dasar dan Menengah Era Reformasi). Disertasi Tidak Diterbitkan. Bandung: Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Sapriya dan Komalasari, K. (2014). “Analisis Kebutuhan Kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan Jenjang S2 Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia”. Jurnal CIVICUS. 18 (1), 1-20.

Nurdin, Encep S.,& Dahliyana, A. (2016). Penelaahan Materi Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi sebagai Pembinaan Nasionalisme dan Patriotisme Mahasiswa. Laporan Penelitian Pembinaan dan Pengembangan Kelompok Bidang Keilmuan. Bandung: Tidak diterbitkan.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian pengembangan ( Research and Development ) yang bertujuan menghasilkan bahan ajar berupa buku saku pada materi geometri transformasi matematika di SMP yang layak

Dari penelaahan literatur tersebut akan diperoleh data-data yang dikehendaki berupa fatwa-fatwa Imam al-Syafi’i tentang hak rujuk dalam nikah beserta hal-hal yang

anak korban bencana menurut Konvensi Hak-Hak Anak dan

Azonban már most formálódik, erősödik egy olyan réteg, akik nyolc év felett jelölik meg a sportolás tervezett időtartamát (2.5. Ők lehetnek azok, akik majd a nehézségekből

Teori Gujarat mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari Gujarat pada abad ke-7 H atau abad ke-13 M.. Gujarat ini terletak di India bagain barat,

Dalam naskah rancangan KUHP baru tahun 2000 telah dirumuskan bahwa pertanggungjawaban pidana adalah diteruskannya celaan yang obyektif pada tindak pidana

dan mekanisme pendanaan dan pembiayaan penelitian yang berasal dana penelitian internal pergruan tinggi, pemerintah, kerja sama dengan lembaga lain baik di dalam

Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian Boondee et al (2011) yang menyatakan bahwa model PjBL mampu meningkatkan hasil belajar siswa secara individu. Berdasarkan