• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Kemitraan Terhadap Pendapatan Usahatani Kentang Di Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dampak Kemitraan Terhadap Pendapatan Usahatani Kentang Di Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN

USAHATANI KENTANG DI KECAMATAN CIKAJANG,

KABUPATEN GARUT

ANISAH NASUTION

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dampak Kemitraan terhadap Pendapatan Usahatani Kentang di Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2016

(4)
(5)

ABSTRAK

ANISAH NASUTION. Dampak Kemitraan terhadap Pendapatan Usahatani Kentang di Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut. Dibimbing oleh AMZUL RIFIN.

Penelitian ini bertujuan mengetahui pelaksanaan kemitraan yang dilakukan PT Indofood Fritolay Makmur dengan petani kentang, mengetahui pendapatan usahatani kentang, dan mengetahui perbandingan pendapatan usahatani kentang mitra dan usahatani kentang non mitra. Metode penentuan responden yaitu metode sensus untuk petani mitra sebanyak 18 petani dan metode snowball sampling untuk petani non mitra sebanyak 30 petani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola kemitraan yang dijalankan PT Indofood Fritolay Makmur adalah pola kerjasama operasional agribisnis. Rata-rata pendapatan total petani mitra adalah sebesar Rp 41 476 923 sedangkan petani non mitra Rp 15 138 649. R/C rasio atas biaya tunai petani mitra sebesar 1.43 dan petani non mitra hanya memperoleh sebesar 1.15. R/C atas biaya total juga diperoleh lebih tinggi oleh petani mitra yaitu sebesar 1.46 dan 1.14 untuk R/C rasio petani non mitra. Hasil uji t perbandingan rata-rata pendapatan tunai dan total petani mitra dan non mitra tidak berbeda secara signifikan pada taraf lima persen. Kesimpulan penelitian ini adalah kemitraan PT Indofood Fritolay Makmur tidak memberi dampak positif terhadap pendapatan usahatani kentang.

Kata kunci: kemitraan, pendapatan, usahatani

ABSTRACT

ANISAH NASUTION. Impact of Contract farming for potatoes farm income in Cikajang District, Garut. Guided by AMZUL RIFIN.

The goals of the research was to know the implementation of the contract farming by PT Indofood Fritolay Makmur, potato’s farmers income, and to compare the income of farmers partner and non-partner. The method of this reseach was determined by the census of method for partnes farmers that 18 farmers and snowball sampling for non partner farmers were 30 farmers. The result of this research showed that a contract farming run by PT Indofood Fritolay Makmur was a pattern operational cooperation agribusiness. The average total income of partner farmers was Rp 41 476 923 while non partner farmers was Rp 15 138 649. R/C ratio on cash cost of partner farmers received 1.43 and non-partner farmers only received 1.15. R/C ratio on total cost was also obtained higher by partner farmers was 1.46 and 1.14 for non partner farmers. T test result on a comparison of the average income cash and total income partner farmers and non-partner farmers showed that were no significant differences in the level of five percent. The conclusion of this research was PT Indofood Fritolay Makmur’s contract farming did not give a positive impact on income of potato’s farm.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

DAMPAK KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN

USAHATANI KENTANG DI KECAMATAN CIKAJANG,

KABUPATEN GARUT

ANISAH NASUTION

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi: Dampak Kemitraan terhadap Pendapatan Usahatani Kentang di Nama

NIM

Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut : Anisah N asution

: H34134075

Disetujui oleh

Dr zul SP MA

Pembimbing

Diketahui oleh

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2015 ini ialah kemitraan, dengan judul Dampak Kemitraan terhadap Pendapatan Usahatani Kentang di Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Amzul Rifin, SP MA selaku dosen pembimbing, Penghargaan penulis sampaikan kepada Ibu Tina selaku staf BP3K Kecamatan Cikajang dan Bapak Uden selaku agrofield PT Indofood Fritolay Makmur yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 4

Ruang Lingkup Penelitian 4

TINJAUAN PUSTAKA 5

Pola dan Manfaat Kemitraan 5

Analisis Pendapatan Usahatani Pola Kemitraan 5

Analisis Struktur Biaya Usahatani Kentang 6

KERANGKA PEMIKIRAN 7

Kerangka Pemikiran Teoritis 7

Kerangka Pemikiran Operasional 13

METODE 15

Lokasi dan Waktu Penelitian 15

Jenis dan Sumber Data 15

Metode Penarikan Sampel 16

Metode Analisis Data 16

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 19

Gambaran Umum Kecamatan Cikajang 19

Karakteristik Responden 20

HASIL DAN PEMBAHASAN 24

Deskripsi Proses Pelaksanaan Kemitraan 24

Pola Kemitraan 26

Manfaat Kemitraan 26

Kendala Kemitraan 27

Pengaruh Kemitraan terhadap Pendapatan Usahatani Kentang 27 Rasio Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Ratio) 38

Ukuran Penampilan Usahatani Kentang 39

Hasil Analisis Uji Beda t-test 41

SIMPULAN DAN SARAN 42

Simpulan 42

Saran 43

DAFTAR PUSTAKA 44

LAMPIRAN 46

(14)

DAFTAR TABEL

1. Luas Tanam, Luas Panen dan Produksi Kentang di Kec Cikajang 3

2. Perhitungan Penampilan Usahatani Kentang 17

3. Kelompok Petani Berdasarkan Usia 20

4. Kelompok Petani Berdasarkan Tingkat Pendidikan 21 5. Kelompok Petani Berdasarkan Pengalaman Usahatani 21

6. Kelompok Petani Berdasarkan Luas Lahan 22

7. Kelompok Petani Berdasarkan Pekerjaan Utama 23

8. Rata-Rata Penerimaan Usahatani Kentang/Ha/MT Petani Mitra 28 9. Rata-Rata Penerimaan Usahatani Kentang/Ha/MT Petani Non Mitra 29 10. Rata-Rata Biaya Tunai Usahatani Kentang/Ha/MT Petani Mitra 30 11. Rata-Rata Biaya Tunai Usahatani Kentang/Ha/MT Petani Non Mitra 31 12. Rata-rata Biaya Non Tunai Usahatani Kentang/Ha/MT Petani Mitra 35 13. Rata-rata Biaya Non Tunai Usahatani Kentang/Ha/MT Non Mitra 35

14. Pendapatan Rata-Rata Usahatani Kentang/Ha/MT 38

15. Ukuran Penampilan Usahatani Kentang/Ha/MT 39

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka Pemikiran Operasional 15

DAFTAR LAMPIRAN

1. Produksi Kentang Menurut Kab/Kota di Jawa Barat ( dalam ton) 47 2. Data Penduduk Menurut Mata Pencaharian Kecamatan Cikajang 2014 47

3. Surat Pernyataan Petani 48

4. Kuesioner Penelitian untuk Perusahaan Mitra 50

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pertanian merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam perekonomian nasional. Sektor pertanian mampu memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian di Indonesia. Pada tahun 2014 sektor pertanian menyumbangkan 14.33 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional (BPS 2015). Upaya peningkatan perekonomian nasional Indonesia dapat dilakukan dengan terus meningkatkan persentase kontribusi sektor pertanian terhadap PDB. Hal ini mengingat bahwa sebagian besar mata pencaharian penduduk Indonesia berada pada sektor pertanian. Upaya yang dilakukan tersebut salah satunya bertujuan menumbuh kembangkan usaha pertanian di pedesaan yang akan memacu aktivitas ekonomi pedesaan, menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Andryanto 2013).

Perjalanan pembangunan sektor pertanian di Indonesia sampai saat ini masih belum menunjukkan hasil yang maksimal jika dilihat dari tingkat kesejahteraan petani (Andryanto 2013). Salah satu upaya yang dianggap tepat dalam memecahkan masalah tersebut adalah melalui program kemitraan. Dalam pembangunan ekonomi, program kemitraan merupakan perwujudan cita-cita untuk melaksanakan sistem perekonomian gotong royong yang dibentuk antara mitra yang kuat dari segi permodalan, pasar dan kemampuan teknologinya bersama petani golongan lemah serta miskin yang tidak berpengalaman. Tujuannya adalah meningkatkan produktivitas dan usaha atas kepentingan bersama. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi dengan program kemitraan dianggap sebagai usaha yang menguntungkan, terutama ditinjau dari pencapaian tujuan pembangunan nasional jangka panjang (Sumardjo et al. 2004).

Berbagai upaya yang dilakukan berbagai pihak untuk mewujudkan kemitraan antara lain dengan lahirnya Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil, kemitraan adalah kerja sama antara usaha kecil dengan usaha menengah atau usaha yang lebih besar disertai pembinaan dan pengembangan yang berkelanjutan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan. Beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam kemitraan dengan anggota/mitranya adalah untuk meningkatkan pendapatan, kesinambungan usaha, meningkatkan kualitas sumberdaya kelompok atau petani mitra, peningkatan skala usaha, menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan usaha kelompok mitra.

(16)

2

kecil. PISAgro dicetuskan pertama kali oleh Wakil Menteri Pertanian dan Wakil Menteri Perdagangan Indonesia, pada pertemuan Forum Ekonomi Dunia tingkat Asia Timur yang diadakan di Jakarta pada bulan Juni 2011. PISAgro didukung oleh tujuh perusahaan besar di Indonesia yang dikenal sebagai pendirinya. Sampai saat ini PISAgro beranggotakan sejumlah perusahaan nasional dan internasional, LSM serta organisasi internasional, yang bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia dan Forum Ekonomi Dunia dalam mewujudkan Visi Baru bagi Pertanian Berkelanjutan. Terdapat 24 perusahaan yang secara aktif menjadi anggota. Salah satunya adalah PT Indofood Fritolay Makmur. Namun sebelum bergabung dengan PISAgro, kemitraan PT Indofood Fritolay Makmur ini sudah dibentuk sejak tahun 1993.

PTIndofood Fritolay Makmur (PT IFM) merupakan perusahaan yang melakukan kemitraan dengan petani kentang di beberapa daerah dataran tinggi di Indonesia yaitu di Jawa Barat (Garut dan Pengalengan), Jawa Tengah (Dieng), Jawa Timur (Sempol), NTB (Sembalun), Sulawesi Utara (Modoinding), dan Jambi (Kerinci). PT Indofood Fritolay Makmur menjalin kemitraan dengan petani kentang untuk memenuhi kebutuhan bahan baku kentang pada produk potato chips. Jenis kentang yang digunakan untuk bahan baku potato chips adalah kentang varietas atlantik. Kentang varietas atlantik memiliki umbi berwarna putih yang menarik untuk dikonsumsi sebagai kentang olahan berupa keripik kentang maupun kentang goreng (Setiadi 2009). Sehingga dalam bermitra dengan PT Indofood Fritolay Makmur (PT IFM), petani harus menanam jenis kentang ini. Kentang varietas atlantik ini adalah kentang introduksi dari Amerika yang sampai sekarang pengadaan bibitnya sebagian besar masih impor.

(17)

3 Perumusan Masalah

Kecamatan Cikajang merupakan salah satu dari beberapa daerah mitra PT Indofood Fritolay Makmur (PT IFM) di Kabupaten Garut. Kecamatan Cikajang merupakan salah satu daerah penghasil kentang yang memiliki lahan kentang paling luas, produksi paling tinggi serta produktivitas paling tinggi (BPS Garut 2015). Produksi kentang di Kecamatan Cikajang setiap tahun mengalami kenaikan jumlah produksi. Tabel 1 menunjukkan lahan tanam, lahan panen dan produksi kentang dari tahun 2010 hingga 2013 terus mengalami peningkatan. Namun di tahun 2014 terjadi penurunan luas tanam sebesar 241 Ha sehingga menurunkan produksi sebanyak 3940 ton.

Tabel 1 Luas Tanam, Luas Panen dan Produksi Kentang di Kecamatan Cikajang Tahun 2010-2014

Sumber : BP3K Kecamatan Cikajang (2014)

Terdapat dua jenis varietas kentang yang dibudidayakan di Kecamatan Cikajang. Sebagian besar petani kentang di Kecamatan Cikajang menanam kentang varietas granola sedangkan sebagian kecil menanam kentang varietas atlantik. Petani kentang granola adalah petani yang membudidayakan kentang secara mandiri sedangkan petani kentang atlantik adalah petani yang bermitra dengan PT IFM.

Kemitraan yang dilaksanakan oleh petani kentang dengan PT Indofood Fritolay Makmur (PT IFM) di Kecamatan Cikajang mengikat kedua belah pihak dalam surat perjanjian kerjasama yang telah disepakati. Surat perjanjian kerjasama ini berisi bahwa bibit kentang atlantik, bimbingan budidaya kentang atlantik dan penjamin pasar menjadi tanggung jawab PT Indofood Fritolay Makmur (PT IFM). Petani mitra berkewajiban melakukan budidaya sesuai dengan bimbingan yang telah diberikan oleh PT Indofood Fritolay Makmur (PT IFM), serta berkewajiban mengirimkan seluruh hasil panennya ke pabrik PT Indofood Fritolay Makmur (PT IFM) dengan harga yang sudah disepakati di surat perjanjian kerjasama. Pengiriman kentang ke pabrik dilakukan oleh seorang vendor yang sudah ditunjuk oleh perusahaan mitra.

(18)

4

sedikit jika dibandingkan jumlah petani holtikultura di Kecamatan Cikajang (Lampiran 2).

Sedikitnya jumlah petani yang bergabung dengan kemitraan menjadi bahan evaluasi bagi kemitraan apalagi pemenuhan kebutuhan bahan baku kentang yang masih belum bisa terpenuhi oleh petani mitra. PT Indofood Fritolay Makmur (PT IFM) yang memiliki kapasitas pabrik potato chips sebesar 300 ton perhari terpaksa harus melakukan impor kentang atlantik demi memenuhi kebutuhan pabrik tersebut. Kekurangan ketersediaan produksi kentang atlantik yang terjadi dapat diatasi dengan meningkatkan produksi dan jumlah petani yang bergabung dengan kemitraan. Untuk itu perlu dilakukan analisis apakah kemitraan berpengaruh terhadap pendapatan petani mitra. Tentunya kerjasama antara petani kentang dan PT Indofood Fritolay Makmur (PT IFM) diharapkan mampu meningkatkan produksi kentang atlantik dan pendapatan para petani.

Berdasarkan uraian di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pelaksanaan kemitraan PT Indofood Fritolay Makmur dengan petani kentang di Kecamatan Cikajang?

2. Bagaimana pendapatan usahatani petani kentang mitra PT Indofood Fritolay Makmur?

3. Bagaimana perbandingan pendapatan petani kentang mitra dan petani kentang yang tidak bermitra?

Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan pelaksanaan kemitraan yang dilakukan PT Indofood Fritolay Makmur dengan petani kentang atlantik.

2. Menganalisis pendapatan usahatani petani kentang mitra PT Indofood Fritolay Makmur

3. Menganalisis perbandingan pendapatan petani mitra PT Indofood Fritolay Makmur dengan petani yang tidak bermitra.

Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini diharapkan dapat :

1. Memberikan rekomendasi sebagai bahan pertimbangan petani dalam pengambilan keputusan petani untuk melakukan kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur

2. Memberikan bahan evaluasi bagi kemitraan PT Indofood Fritolay Makmur 3. Memberikan pengetahuan dalam memperluas wawasan, bahan masukan dan

informasi untuk penelitian selanjutnya kepada pihak lain. Ruang Lingkup Penelitian

(19)

5

TINJAUAN PUSTAKA

Pola dan Manfaat Kemitraan

Kemitraan adalah pola kerja sama yang dilakukan oleh dua atau lebih pihak yang bertujuan untuk memberikan manfaat bersama. Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa terdapat beberapa pola kemitraan yang dijalankan oleh perusahaan mitra dengan anggota mitranya. Seperti Penelitian Milliondry (2014), Pintakami et al. (2013), Utomo (2012) dan Febridina (2010) menunjukkan bahwa pola kemitraan yang dijalankan adalah pola kemitraan inti plasma. Pola kemitraan inti plasma ini memberikan dampak positif bagi kedua belah pihak dimana perusahaan inti menyediakan sarana produksi, bimbingan teknis, manajemen, menampung, dan mengolah, serta memasarkan hasil produksi. Sementara itu kelompok mitra bertugas memenuhi kebutuhan perusahaan inti sesuai dengan persyaratan yang telah disepakati.

Penelitian terdahulu yang membahas tentang kemitraan adalah penelitian Penelitian Jasuli (2014) dan Pratiwi (2014). Penelitian menunjukkan bahwa pola kemitraan yang dijalankan oleh perusahaan mitra dengan anggota mitranya adalah pola kerjasama operasional agribisnis (KOA). Dimana pihak petani menyediakan lahan dan tenaga kerja, sedangkan pihak perusahaan mitra menyediakan sarana produksi seperti benih, pupuk dan obat-obatan, selain itu perusahaan mitra juga menanggung biaya angkut serta memberikan bimbingan teknis dari budidaya hingga pasca panen dan memberikan jaminan kepastian pasar kepada petani.

Penelitian lain menunjukkan bahwa terdapat pola kemitraan lain yang dijalankan perusahaan dengan anggota mitranya, yaitu penelitian Puspitawati (2004) yang menunjukkan bahwa bentuk kemitraan yang dijalankan antara perusahaan dengan anggota mitra adalah pola hubungan sub kontrak. Pelaksanaan pola sub kontrak ini dimana kelompok mitra memproduksi komponen yang diperlukan oleh perusahaan mitra.

Analisis Pendapatan Usahatani Pola Kemitraan

(20)

6

untuk pendapatan atas biaya tunai maupun pendapatan atas biaya total. Hasil imbangan penerimaan dan biaya (R/C rasio), dapat diketahui R/C rasio atas biaya tunai dan R/C rasio atas biaya total petani mitra yaitu 2.77 dan 1.47. Sedangkan R/C rasio atas biaya tunai dan R/C rasio atas biaya total petani non mitra adalah 1.92 dan 0.96. Dari nilai R/C rasio atas biaya tunai dan R/C atas biaya total dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan kemitraan antara PT Garudafood dengan petani mitra memberikan keuntungan bagi petani mitra. Hasil penelitian Utomo (2012) menunjukkan bahwa pendapatan rata-rata petani wortel mitra lebih besar dibandingkan pendapatan rata-rata petani wortel non mitra untuk setiap musim tanam. Pendapatan petani wortel mitra rata-rata sebesar Rp 1 523 750 sedangkan pendapatan petani wortel non mitra adalah sebesar Rp 1 093 125 per musim tanam. Nilai R/C Ratio atas biaya tunai petani mitra sebesar 2.83 sedangkan petani non mitra sebesar 2.26. R/C Ratio atas biaya total petani mitra sebesar 2.26 sedangkan petani non mitra sebesar 1.78. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan secara proporsional bahwa kemitraan dengan Agro Farm lebih menguntungkan petani. Masing-masing penelitian tersebut memperoleh hasil analisis bahwa pendapatan petani yang bermitra lebih besar daripada pendapatan petani yang tidak bermitra. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kemitraan berpengaruh positif dalam peningkatkan pendapatan usahatani.

Hasil penelitian Pratiwi (2014) menunjukkan bahwa hasil t-test pendapatan antara petani tebu mitra PG Pagottan dengan petani tebu non mitra di Kabupaten Madiun menunjukkan bahwa t-hitung terhadap pendapatan total berbeda secara signifikan antara petani mitra dan non mitra. Hal tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Suratmi dan Baehaki (2014). Hasil penelitian Suratmi dan Baehaki (2014) menunjukkan bahwa pendapatan petani jagung mitra PT BISI dan petani jagung yang tidak bermitra di Kecamatan Kalidawir, Kabupaten Tulungagung tidak berbeda secara signifikan. Walaupun terdapat perbedaan pendapatan pada analisis usahatani antara petani mitra dan petani non mitra ternyata tidak semua rata-rata perbandingan pendapatan usahatani mitra dan non mitra berbeda secara signifikan namun ada juga yang tidak berbeda secara signifikan.

Analisis Struktur Biaya Usahatani Kentang

(21)

7 usahatani dan 32.47 persen total biaya non tunai sedangkan pada varietas atlantikbiaya tunai yang dikeluarkan sebesar 94.25 persen dan biaya non tunai sebesar 5.75 persen. Penelitian Hakim (2002) menunjukkan bahwa total biaya produksi kentang sayur per hektarnya adalah sebesar Rp 31 818 500 sedangkan total biaya produksi kentang olahan sebesar Rp 34 927 500. Penelitian Hakim (2013) yang membandingkan pendapatan usahatani kentang di tiga desa menunjukkan bahwa biaya produksi kentang per hektar secara tunai di desa Padaawas adalah sebesar Rp 20 547 620, di Desa Karyamekar Rp 22 735 750, dan di Desa Sarimukti Rp 18 777 500 dan biaya non tunai per hektar masing-masing sebesar Rp 917 273, Rp 932 166 dan Rp 982 222.

Penelitian Handayaningrum (1999) menunjukkan bahwa biaya rata-rata usahatani kentang per hektar satu musim tanam terdiri dari biaya variabel sebesar Rp 37 790 537.5 dan biaya tetap sebesar Rp 983 650.93. Penelitian Oktaviana et al. (2012) memperoleh analisis biaya usahatani kentang atlantik yaitu sebesar Rp65 027 838/Ha/MT, penerimaan sebesar Rp 110 364 298/Ha/MT dan pendapatan sebesar Rp 45 336 460/Ha/MT serta R/C sebesar 1.70. Pada penelitian Faryanti et al. (2014) menunjukkan bahwa rata-rata biaya tunai usahatani kentang petaniyang bermitra dan petani yang tidak bermitra adalah masing-masing sebesar Rp 52 415 092.84/Ha dan Rp 59 543 762.42/Ha. Pada analisis usahatani kentang atlantik yang dilakukan oleh Agustian dan Mayrowani (2008), diperoleh penerimaan sebesar Rp 68 882 164/Ha/MT. Rataan total biaya usahatani yang dikeluarkan sebesar Rp 39 829 639/Ha/MT, dengan rataan total biaya usahatani yang dikeluarkan terbesar adalah untuk bibit sebesar Rp 16 898 517. Rataan keuntungan yang diperoleh adalah sebesar Rp 29 052 525/Ha/MT dan tingkat R/C rasio sebesar 1.76. Berdasarkan analisis struktur biaya usahatani kentang pada penelitian-penelitian tersebut menunjukkan bahwa struktur biaya usahatani kentang lebih kecil dari penerimaan sehingga usahatani kentang menuntungkan.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Konsep Kemitraan

Hafsah (2000) mendefenisikan kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua belah pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama, dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Keberhasilan kemitraan sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis. Menurut kamus besar bahasa Indonesia kemitraan berasal dua kata mitra yang berarti teman, kawan, pasangan kerja dan rekan. Kemitraan merupakan perihal hubungan atau jalinan kerjasama sebagai mitra.

(22)

8

saling memperkuat yang disertai adanya suatu pembinaan dan pengembangan. Hal ini dapat terjadi karena pada dasarnya masing-masing pihak pasti memiliki kelemahan dan kelebihan, justru dengan kelemahan dan kelebihan masing-masing pihak akan saling melengkapi dalam arti pihak yang satu akan mengisi dengan cara melakukan pembinaan terhadap kelemahan yang lain dan sebaliknya.

Pada dasarnya kemitraan itu merupakan suatu kegiatan saling menguntungkan dengan berbagai macam bentuk kerjasama dalam mengahadapi dan memperkuat satu sama lainnya. Kemitraan merupakan satu harapan yang dapat meningkatkan produktivitas dan posisi tawar yang adil antar pelaku kemitraan. Berkaitan dengan kemitraan yang telah disebut diatas, maka menurut Hafsah (2000), kemitraan itu mengandung beberapa unsur pokok, yaitu :

1. Kerjasama Usaha

Konsep kerjasama usaha melalui kemitraan ini, jalinan kerjasama yang dilakukan antar usaha besar atau menengah dengan usaha kecil didasarkan pada kesejajaran kedudukan atau mempunyai derajat yang sama terhadap kedua belah pihak yang bermitra. Ini berarti bahwa hubungan kerjasama yang dilakukan antara pengusaha besar atau menengah dengan pengusaha kecil mempunyai kedudukan yang setara dengan hak dan kewajiban timbal balik sehingga tidak ada pihak yang dirugikan, tidak ada saling mengeksploitasi satu sama lain dan tumbuh berkembangnya rasa saling percaya diantara para pihak dalam mengembangkan usahanya. Dengan hubungan kerjasama melalui kemitraan ini diharapkan pengusaha besar atau menengah dapat menjalin hubungan kerjasama yang saling menguntungkan dengan pengusaha kecil atau pengusaha lainnya, sehingga pengusaha kecil akan lebih berdaya dan tangguh didalam berusaha demi tercapainya kesejahteraan.

2. Pembinaan dan Pengembangan

Pada dasarnya yang membedakan hubungan kemitraan dengan hubungan dagang biasa oleh pengusaha kecil dengan pengusaha besar adalah adanya bentuk pembinaan dari pengusaha besar terhadap pengusaha kecil atau koperasi yang tidak ditemukan pada hubungan dagang biasa. Bentuk pembinaan dalam kemitraan antara lain pembinaan dalam mengakses modal yang lebih besar, pembinaan peningkatan sumber daya manajemen produksi, pembinaan mutu produksi serta menyangkut pula pembinaan didalam pengembangan aspek institusi kelembagaan, dan fasilitas alokasi serta investasi.

3. Prinsip Saling Memerlukan, Saling Memperkuat, dan Saling Menguntungkan. a) Prinsip Saling Memerlukan

(23)

9 yang dimiliki oleh perusahaan besar. Dengan demikian sebenarnya ada saling memerlukan atau ketergantungan diantara kedua belah pihak yang bermitra. b) Prinsip Saling Memperkuat

Sebelum kedua belah pihak memulai untuk bekerjasama, maka pasti ada suatu nilai tambah yang ingin diraih oleh masing-masing pihak yang bermitra. Nilai tambah tersebut dapat berupa nilai ekonomi seperti peningkatan modal dan keuntungan, peluasaan pangsa pasar, maupun non ekonomi seperti peningkatan kemampuan manajemen dan penguasaan teknologi. Keinginan ini merupakan konsekuensi logis dan alamiah dari adanya kemitraan sehingga dengan bermitra terjadi suatu sinergi antara pelaku yang bermitra dengan harapan nilai tambah yang diterima akan lebih besar. Dengan demikian terjadi saling mengisi atau saling memperkuat dari kekurangan masing-masing pihak yang bermitra.

c) Prinsip Saling Menguntungkan

Salah satu maksud dan tujuan dari kemitraan usaha adalah saling menguntungkan. Pada kemitraan ini, tidak berarti para partisipan harus memiliki kemampuan dan kekuatan yang sama, akan tetapi adanya posisi tawar yang setara berdasarkan peran masing-masing.

Berpedoman pada kesejajaran kedudukan atau memiliki derajat yang setara bagi masing-masing pihak yang bermitra, maka tidak ada pihak yang tereksploitasi dan dirugikan tetapi justru terciptanya rasa saling percaya diantara para pihak sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan keuntungan atau pendapatan melalui pengembangan usahanya.

Manfaat dan Tujuan Kemitraan

Pada dasarnya maksud dan tujuan dari kemitraan adalah konsep win-win solution partnership yang berarti kerjasama yang dilakukan memberikan keuntungan bagi kedua pihak. Arti saling menguntungkan disini bukan berarti para partisipan dalam kemitraan tersebut harus memiliki kemampuan dan kekuatan yang sama, tetapi yang lebih dipentingkan adanya posisi tawar yang setara berdasarkan peran masing-masing. Ciri dari kemitraan usaha terhadap hubungan timbal balik bukan sebagai buruh dan majikan atau atasan dan bawahan melainkan sebagai adanya pembagian risiko dan keuntungan yang proposional (Hafsah 1999).

Dalam kondisi ideal tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kemitraan secara lebih kongkrit adalah a) meningkatkan pendapatan usaha kecil dan masyarakat, b) meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan, c) meningkatkan pemerataan dan pemberdayaan masyarakat usaha kecil, d) meningkatkan pertumbahan ekonomi pedesaan, wilayah dan nasional, e) memperluas kesempatan kerja, dan f) meningkatkan ketahanan ekonomi nasional. Manfaat yang dapat dicapai dari usaha kemitraan antara lain (Hafsah 1999) : 1. Produktivitas

(24)

10

memperoleh tambahan input, kredit, dan penyuluhan yang tersedia oleh perusahaan inti.

2. Efisiensi

Perusahaan dapat menghemat efisensi dengan menghemat tenaga dalam mencapai target tertentu dengan tenaga yang dimiliki petani. Sebaliknya bagi petani yang umumnya relatif lemah dalam kemapuan teknologi dan sarana produksi, dengan bermitra akan dapat menghemat waktu produksi melalui teknologi produksi yang disediakan oleh perusahaan.

3. Jaminan Kualitas, Kuantitas, Kontiunitas

Kualitas, kuantitas, kontiunitas sangat erat kaitannya dengan efiensi dan produktifitas di pihak petani yang menentukan terjaminnya pasokan pasar dan gilirannya menjamin keuntungan perusahaan.

4. Risiko

Kemitraan dilakukan untung mengurangi risiko yang dihadapi oleh kedua belah pihak. Kontrak akan mengurangi risiko yang dihadapi oleh pihak inti jika harus mengandalkan pengadaan bahan baku sepenuhnya dari pihak terbuka. Perusahaan inti juga akan memperoleh keuntungan lain karena mereka harus menanamkan investasi atas tanah dan mengelola pertanian yang sangat luas. Pola Kemitraan

Dalam sistem agribisnis di Indonesia, terdapat lima bentuk kemitraan antara petani dengan pengusaha atau lembaga tertentu. Adapun bentuk-bentuk kemitraan yang dimaksud adalah sebagai berikut (Sumardjo et al. 2004) :

a. Pola Kemitraan Inti-Plasma

Pola ini merupakan hubungan antara petani, kelompok tani, atau kelompok mitra sebagai plasma dengan perusahaan inti yang bermitra usaha. Perusahaan inti menyediakan lahan, sarana produksi, bimbingan teknis, manajemen, menampung dan mengolah, serta memasarkan hasil produksi. Sementara itu, kelompok mitra bertugas memenuhi kebutuhan perusahaan inti sesuai dengan persyaratan yang telah disepakati.

b. Pola Kemitraan Sub Kontrak

Pola sub kontrak merupakan pola kemitraan antara perusahaan mitra usaha dengan kelompok mitra usaha yang memproduksi komponen yang diperlukan perusahaan mitra sebagai bagian dari produksinya. Beberapa keunggulan pola sub kontrak yaitu adanya kesepakatan tentang kontrak yang mencakup volume, harga, mutu, dan waktu. Dalam banyak kasus, pola sub kontrak sangat bermanfaat juga kondusif bagi terciptanya alih teknologi, modal, keterampilan dan produktifitas, serta terjaminnya pemasaran produk pada kelompok mitra.

c. Pola Kemitraan Dagang Umum

(25)

11 kebutuhan toko swalayan sesuai dengan persyaratan yang telah disepakati bersama.

d. Kemitraan Keagenan

Pola kemitraan keagenan merupakan bentuk kemitraan yang terdiri dari pihak perusahaan mitra dan kelompok mitra atau pengusaha kecil mitra. Pihak perusahaan mitra (perusahaan besar) memberikan hak khusus kepada kelompok mitra untuk memasarkan barang atau jasa perusahaan yang dipasok oleh pengusaha besar mitra. Perusahaan besar/menengah bertanggungjawab atas mutu dan volume produk (barang dan jasa), sedangkan usaha kecil mitranya berkewajiban memasarkan produk atau jasa. Di antara pihak-pihak yang bermitra terdapat kesepakatan tentang target-target yang harus dicapai dan besarnya fee atau komisi yang diterima oleh pihak yang memasarkan produk.

e. Pola Kemitraan Kerjasama Operasional Agribisnis (KOA)

Pola kemitraan KOA merupakan pola hubungan bisnis yang dijalankan oleh kelompok mitra dan perusahaan mitra. Kelompok mitra menyediakan lahan, sarana, dan tenaga kerja, sedangkan pihak perusahaan mitra menyediakan biaya, modal, manajemen, dan pengadaaan sarana produksi untuk mengusahakan atau membudidayakan suatu komoditas pertanian. Di samping itu, perusahaan mitra juga sering berperan sebagai penjamin pasar produk dengan meningkatkan nilai tambah produk melalui pengolahan dan pengemasan. KOA telah dilakukan pada usaha perkebunan, seperti perkebunan tebu, tembakau, sayuran, dan usaha perikanan tambak. Dalam pelaksanaannya, KOA terdapat kesepakatan tentang bagi hasil dan risiko dalam usaha komoditas pertanian yang dimitrakan.

Konsep Usahatani

Ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki (yang dikuasai sebaik-baiknya, dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input) (Soekartawi 2006).

Konsep Penerimaan Usahatani

Pendapatan kotor atau dalam istilah lain penerimaan usahatani didefinisikan sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Jangka waktu pembukuan umumnya satu tahun dan mencakup semua produk yang dijual, dikonsumsi rumah tangga petani, digunakan dalam usahatani untuk bibit atau makanan ternak, digunakan untuk pembayaran, disimpan atau digudangkan pada akhir tahun. Penerimaan ini dinilai berdasarkan perkalian antara total produksi dengan harga pasar yang berlaku (Soekartawi et al. 1986).

Konsep Biaya Usahatani

(26)

12

penyusutan alat produksi, bunga pinjaman, sewa lahan dan iuran irigasi. Sedangkan biaya variabel merupakan biaya yang jumlahnya selalu berubah dan besarnya tergantung dari jumlah produksi. Biaya variabel meliputi biaya input produksi dan upah tenaga kerja.

Menurut Hernanto dalam Fazlurrahman (2012), pengelompokan biaya usahatani yang lain adalah biaya tunai dan biaya tidak tunai. Biaya tunai dan tidak tunai berasal dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap yang termasuk dalam biaya tunai adalah iuran irigasi dan pajak tanah. Sedangkan untuk biaya variabel meliputi biaya input produksi dan upah tenaga kerja. Biaya diperhitungkan yang merupakan biaya tetap adalah biaya penyusutan dan biaya tenaga kerja keluarga. Sedangkan yang termasuk dalam biaya variabel yaitu sewa lahan.

Konsep Pendapatan Usahatani

Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya. Selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan pengeluaran total usahatani disebut pendapatan bersih usahatani. Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan ke dalam usahatani, oleh karena itu pendapatan bersih merupakan ukuran keuntungan usahatani yang dapat digunakan untuk membandingkan beberapa penampilan usahatani (Soekartawi et al. 1986).

Analisis pendapatan usahatani mempunyai kegunaan bagi petani maupun bagi pemilik faktor produksi. Tujuan utama dari analisis pendapatan ada dua, yaitu menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usaha, dan menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan. analisis pendapatan memberikan bantuan untuk mengukur seberapa jauh kegiatan usahanya pada saat ini berhasil atau tidak bagi seorang petani.

Pendapatan usahatani akan berbeda untuk setiap petani, dimana perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan faktor produksi, tingkat produksi yang dihasilkan dan harga jual yang tidak sama hasilnya. Pendapatan cabang usaha adalah selisih antara penerimaan cabang usaha yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan. Pengukuran pendapatan pada dasarnya dapat menggunakan beberapa perhitungan. Pilihan bergantung pada tingkat perkembangan usahataninya. Jika usahatani yang menggunakan tenaga kerja dari keluarga maka lebih tepat pendapatan itu dihitung sebagai pendapatan yang berasal dari kerja keluarga. Pada kasus tersebut kerja keluarga tidak usah dihitung sebagai pengeluaran. Ada pula usahatani yang menggunakan tenaga kerja yang diupah. Dalam hal yang demikian, upah kerja dihitung sebagai pengeluaran.

Prinsip penting yang perlu diketahui dalam menganalisis mengenai pendapatan pada usahatani adalah keterangan mengenai keadaan penerimaan dan keadaan pengeluaran. Penerimaan didapat dari hasil perkalian antara berapa besar produksi yang dicapai dan dapat dijual dengan harga satuan komoditi tersebut di pasar. Pengeluaran usahatani dapat diperoleh dari perolehan nilai penggunaan faktor produksi serta seberapa besar penggunaanya pada suatu proses produksi yang bersangkutan (Soekartawi et al. 1986).

(27)

13 1. Pendapatan bersih usahatani (net farm income). Merupakan selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan pengeluaran total. Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan, dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan ke dalam usahatani.

2. Penghasilan bersih usahatani (net farm earnings). Perhitungan penghasilan ini diperoleh dari pendapatan bersih usahatani dikurangkan dengan bunga yang dibayarkan terhadap modal pinjaman.

3. Imbalan kepada seluruh modal (return to total capital). Dihitung dengan mengurangkan nilai kerja keluarga dari pendapatan bersih usahatani. Untuk ukuran ini, kerja keluarga dinilai menurut tingkat upah yang berlaku. Hasilnya biasanya dinyatakan dalam persen terhadap seluruh modal.

4. Imbalan kepada modal petani (return to farm equity capital). Diperoleh dengan mengurangkan nilai kerja keluarga dari penghasilan bersih usahatani. Ukuran ini biasanya juga dinyatakan dalam bentuk persen.

5. Imbalan kepada tenaga kerja keluarga (return to family labour). Dihitung dari penghasilan bersih usahatani dengan mengurangkan bunga modal petani yang diperhitungkan. Ukuran imbalan ini dapat dibagi dengan jumlah anggota keluarga yang bekerja dalam usahatani untuk memperoleh taksiran imbalan terhadap setiap orang. Angka ini dapat dibandingkan dengan imbalan atau upah kerja luar usahatani.

Konsep Rasio Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Ratio)

Salah satu ukuran efisiensi usahatani adalah rasio imbangan penerimaan dan biaya (Return and Cost). Rasio R/C menunjukkan pendapatan kotor yang diterima untuk setiap rupiah yang dikeluarkan untuk memproduksi tiap satuan produksi. Alat analisis ini dapat dipakai untuk melihat keuntungan relatif dari suatu kegiatan usahatani berdasarkan perhitungan finansial sehingga dapat dijadikan penilaian terhadap keputusan petani untuk menjalankan usahatani tertentu. Point penting pada konsep ini adalah unsur biaya merupakan unsur modal. Dalam analisis ini akan dikaji seberapa jauh setiap nilai rupiah biaya yang digunakan dalam kegiatan usahataninya dapat memberikan sejumlah nilai penerimaan sebagai manfaatnya Soeharjo dan Patong (1973).

Usahatani efisien apabila R/C lebih besar dari 1 (R/C>1) artinya untuk setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan akan memberikan penerimaan lebih dari Rp 1. Sebaliknya jika rasio R/C lebih kecil satu (R/C<1) maka dikatakan bahwa untuk setiap Rp 1 yang dikeluarkan akan memberikan penerimanaan lebih kecil dari Rp 1 sehingga usahatani dinilai tidak efisien. Semakin tinggi nilai R/C, semakin menguntungkan usahatani tersebut.

Kerangka Pemikiran Operasional

(28)

14

membantu pemerintah meningkatkan kesejahteraan petani melalui program kemitraan. PT Indofood Fritolay Makmur melakukan kemitraan dengan petani kentang di Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut.

PT Indofood Fritolay Makmur merupakan sebuah perusahaan yang menjadikan kentang atlantik sebagai bahan baku industri potato chips. Melalui program kemitraan PT Indofood Fritolay Makmur berupaya menarik minat petani untuk melakukan usahatani kentang atlantik dengan beberapa manfaat yang diberikan.Dilihat dari sejarahnya PT Indofood Fritolay Makmur selain sebagai konsumen terbesar kentang atlantik juga pernah menjadi pemasok kentang atlantik untuk restoran-restoran fast food di Indonesia. Namun sekarang untuk memenuhi kebutuhan pabrik sendiri saja program kemitraan PT Indofood Fritolay Makmur dengan petani kentang masih belum mampu memenuhi kapasitas pabrik sehingga harus impor.

(29)

15

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Operasional

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian mengenai analisis dampak pengaruh kemitraan terhadap pendapatan usahatani kentang ini dilakukan di Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja), dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut merupakan salah satu lokasi kemitraan yang dijalankan PT Indofood Fritolay Makmur dan penghasil kentang yang potensial di Kabupaten Garut. Pengambilan data dilakukan pada bulan September hingga Oktober 2015.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan petani responden dan pihak kemitraan sedangkan data sekunder yang mendukung penelitian diperoleh dari Badan Pusat Statistika, Departemen Pertanian, BP3K Kecamatan Cikajang, serta dari berbagai literatur lainnya.

1 Kemitraan PT IFM memberikan beberapa manfaat namun hanya beberapa petani yang bergabung menanam kentang atlantik

2 Kebutuhan kentang atlantik semakin tinggi tidak diimbangi dengan produksi sehingga harus import

3 Petani lebih suka menanam kentang granola

Analisis kualitatif -Deskripsi kemitraan -pola kemitraan -manfaat kemitraan -kendala kemitraan

Analisis kuantitatif - analisis pendapatan

usahatani kentang petani mitra (atlantik) dan petani non mitra (granola)

- R/C ratio

- Penampilan usahatani

- Uji beda t-test

Rekomendasi kepada petani dan kemitraan

(30)

16

Metode Penarikan Sampel

Responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 48 petani kentang yang terdiri dari 18 petani yang menjalin kemitraan dan 30 petani yang tidak menjalin kemitraan di Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut. Penentuan petani responden yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur dilakukan menggunakan metode sensus sedangkan penentuan responden petani non mitra dilakukan dengan metode snowball sampling yaitu dengan cara responden pertama menunjuk beberapa petani lain.

Metode Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif meliputi gambaran umum lokasi penelitian, karakteristik petani, dan informasi yang berkaitan dengan aspek-aspek usahatani kentang dan deskripsi pola kemitraan yang terjalin antara PT IFM dengan petani kentang. Analisis kuantitatif yang digunakan meliputi analisis struktur biaya usahatani, analisis pendapatan usahatani, analisis R/C rasio,ukuran penampilan usahatani dan analisis uji t-test.

Analisis Pendapatan Usahatani

Pendapatan dalam penelitian ini akan dibedakan menjadi dua, pertama pendapatan atas biaya tunai (pendapatan tunai) yaitu biaya yang benar-benar dikeluarkan secara tunai oleh petani (explicit cost). Kedua, pendapatan atas biaya total (pendapatan total) dimana semua input yang digunakan diperhitungkan sebagai biaya.

Penerimaan total usahatani (total farm revenue) merupakan nilai produk dari usahatani yaitu harga produk dikalikan dengan total produksi periode tertentu. Total biaya atau pengeluaran adalah semua nilai faktor produksi yang dipergunakan untuk menghasilkan suatu produk dalam periode tertentu. Pendapatan total usahatani dapat diartikan sebagai penerimaan total dikurang dengan semua biaya yang telah dikeluarkan, baik biaya tunai maupun tidak tunai. (Soekartawi 2006). Secara matematis tingkat pendapatan usahatani dapat ditulis sebagai berikut (Soekartawi et al.1986) :

TR = P x Q

TC = biaya tunai + biaya diperhitungkan π atas biaya tunai = TR - biaya tunai

π atas biaya total = TR - TC Keterangan :

TR : total penerimaan usahatani (Rp) TC : total biaya usahatani (Rp) P : harga output (Rp/Kg) Q : jumlah output (Kg)

(31)

17 Biaya tunai digunakan untuk melihat seberapa besar likuiditas tunai yang dibutuhkan petani untuk menjalankan kegiatan usahataninya. Biaya tunai terdiri dari sarana produksi, tenaga kerja luar keluarga, dan pajak atau sewa lahan. Biaya tidak tunai digunakan untuk menghitung berapa sebenarnya pendapatan kerja petani jika penyusutan, bibit sendiri dan nilai kerja keluarga diperhitungkan. Biaya yang diperhitungkan meliputi, penyusutan alat, dan tenaga kerja dalam keluarga serta biaya bibit sendiri.

Biaya penyusutan alat-alat pertanian diperhitungkan dengan membagi selisih antara nilai pembelian dengan nilai sisa yang ditafsirkan dengan lamanya modal pakai. Metode yang digunakan ini adalah metode garis lurus. Metode ini digunakan karena jumlah penyusutan alat tiap tahunnya dianggap sama dan diasumsikan tidak laku bila dijual. Rumus yang digunakan yaitu (Soekartawi 2006) :

Metode perhitungan pendapatan usahatani dan ukuran penampilan usahatani yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada uraian berikut ini.

Tabel 2 Perhitungan Penampilan Usahatani Kentang

No Komponen Perhitungan

1 Pendapatan bersih Penerimaan total-pengeluaran total

(tanpa TKDK) . . . (1)

2 Penghasilan bersih (1)-bunga pinjaman . . . (2)

3 Return to total capital (1)-TKDK

4 Return to farm equity capital (2)-TKDK

5 Return to family labour (2)-bunga bunga pinjaman

Analisis Perbandingan Penerimaan dan Biaya (R/C-ratio)

Analisis pendapatan usahatani selalu disertai dengan pengukuran efisiensi. Salah satu ukuran efisiensi penerimaan untuk tiap rupiah yang dikeluarkan (revenue cost ratio) adalah analisis R/C. Analisis R/C rasio dalam usahatani menunjukkan perbandingan antara nilai output terhadap nilai inputnya yang bertujuan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani yang dilaksanakan. Selain itu R/C rasio juga merupakan perbandingan antara penerimaan dengan pengeluaran usahatani.

Rasio R/C yang dihitung dalam analisis ini terdiri dari R/C atas biaya tunai dan R/C atas biaya total. Rasio R/C atas biaya tunai dihitung dengan membandingkan antara penerimaan total dengan biaya tunai dalam satu periode tertentu. Rasio R/C atas biaya total dihitung dengan membandingkan antara penerimaan total dengan biaya total dalam satu periode tertentu. Rumus analisis imbangan penerimaan dan biaya usahatani adalah sebagai berikut (Soekartawi et al. 1986) :

(32)

18

Keterangan :

TR : total penerimaan usahatani (Rp) TC : total biaya usahatani (Rp)

Secara teoritis R/C menunjukkan bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar nilai R/C. Suatu usaha dapat dikatakan menguntungkan dan layak untuk diusahakan apabila nilai R/C rasio lebih besar dari satu (R/C>1), makin tinggi nilai R/C menunjukkan bahwa penerimaan yang diperoleh semakin lebih besar dari tiap unit biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh penerimaan tersebut. Namun apabila nilai R/C lebih kecil dari satu (R/C<1), usaha ini tidak mendatangkan keuntungan sehingga tidak layak untuk diusahakan karena penerimaan yang diterima lebih kecil dari tiap unit yang dikeluarkan.

Analisis Uji Beda t-test

Uji beda t-test merupakan alat uji statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel bila datanya berada pada skala interval atau rasio (Martono 2010). Uji beda t-test merupakan salah satu bentuk statistik parametris karena menguji data pada skala interval atau rasio. Pengujian menggunakan uji t ini tergolong dalam uji perbandingan (komparatif) yang bertujuan untuk membandingkan (membedakan) apakah rata-rata kedua kelompok yang diuji berbeda secara signifikan atau tidak.

Pada penelitian ini uji beda t-test digunakan untuk menguji secara statistik besaran pendapatan yang diperoleh dari petani kentang mitra dan petani kentang non mitra. Nilai pendapatan antara petani mitra dan non mitra perlu diuji secara statistik untuk membandingkan rata-rata nilai pendapatan yang diperoleh sama atau berbeda. Sebelum melakukan t-test haruslah memenuhi asumsi-asumsi berikut:

1. Sampel (data) yang diambil dari kedua populasi mempunyai distribusi normal. Untuk melihat distribusi normal pada kedua populasi dilakukan terlebih dahulu uji normalitas.

2. Pada uji t untuk dua sampel atau lebih, kedua sampel diambil dari dua populasi yang mempunyai varians sama atau bisa dianggap sama.

3. Variabel (data) yang diuji haruslah data bertipe interval atau rasio, yang tingkatnya lebih tinggi dari data tipe nominal atau ordinal.

Uji t yang digunakan dalam penelitian ini adalah Independent-sample t-test. Uji ini bertujuan untuk membandingkan rata-rata dari dua grup/populasi yang tidak berhubungan satu dengan yang lain, apakah kedua grup/populasi tersebut mempunyai rata-rata yang sama atau tidak secara signifikan. Pada penelitian ini dua populasi yang akan dibandingkan adalah petani mitra dan petani non mitra, nilai rata-rata yang akan diuji adalah nilai pendapatan masing-masing populasi. Taraf nyata (α) yang digunakan untuk t-test adalah 5 persen (0.05).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

(33)

19 Kriteria Uji

Kriteria uji dengan membandingkan nilai t-hitung dengan nilai sebaran t tabel: T-hitung > t-tabel atau sig 2-tailed > α maka rata-rata pendapatan petani mitra dan petani non mitra tidak berbeda secara signifikan (H0 diterima)

T-hitung ≤ t-tabel atau sig 2-tailed ≤α maka rata-rata pendapatan petani mitra dan petani non mitra berbeda secara signifikan (H0 ditolak).

Rumus diatas merupakan rumus dasar untuk melakukan uji t. Pada penelitian ini analisis akan dilakukan dengan alat analisis SPSS.

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Gambaran Umum Kecamatan Cikajang

Kecamatan Cikajang merupakan salah satu kecamatan yang terletak di sebelah selatan Kabupaten Garut. Secara administratif, Kecamatan Cikajang masuk ke dalam wilayah Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Kecamatan Cikajang memiliki batas-batas wilayah, sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Cisurupan dan Cigedug, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Cihurip dan Cisompet, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Cigedug dan Banjarwangi, dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Cisurupan dan Pemulihan. Wilayah Kecamatan Cikajang memiliki luas 12 495 000 Ha yang dimanfaatkan untuk permukiman penduduk seluas 343 000 Ha(2.75 persen) dan lahan pertanian seluas 12 152 000 Ha(97.25 persen) yang terdiri dari lahan darat seluas 7 005 000 Ha (56.06 persen), lahan sawah 218 000 (1.74 persen) dan sisanya hutan seluas 4 929 000 (39.45 persen).

Kecamatan Cikajang terdiri dari 12 desa yang berada pada ketinggian 1 200-1 300 meter di atas permukaan laut (mdpl) dengan suhu rata-rata 200-19-20 0C. Letak topografi desa di Kecamatan Cikajang secara umum berada di wilayah dataran (10 desa), sedangkan dua desa lainnya berada di wilayah lereng/perbukitan. Umumnya jenis tanah di wilayah Kecamatan Cikajang bertekstur lempung berpasir (23.54 persen) dan sisanya (73.54 persen) memiliki jenis tanah liat. Tanah di wilayah Kecamatan Cikajang ini memiliki pH rata-rata antara 5.5-5.6. Curah hujan yang dimiliki Kecamatan Cikajang cukup tinggi yaitu rata-rata 361 mm/bln, ini menandakan bahwa Kecamatan Cikajang tergolong tipe iklim C menurut data curah hujan yang diperoleh dari UPTD SDAP (Sumber Daya Air dan Pertambangan) Kecamatan Cikajang. Letak geografis pegunungan yang sangat strategis, karakteristik dan data iklim tersebut menggambarkan bahwa wilayah pertanian Kecamatan Cikajang berpotensi untuk dikembangkan.

(34)

20

PT Indofood Fritolay Makmur merupakan salah satu pelaku industri yang memberi pengaruh terhadap perkembangan penggunaan varietas kentang di Kabupaten Garut khususnya di Kecamatan Cikajang. Perusahaan industri makanan ini memang sengaja menjalin sebuah hubungan kemitraan dengan banyak petani kentang di berbagai daerah termasuk Kecamatan Cikajang guna memenuhi kebutuhan supply input ke pabriknya. PT Indofood Fritolay Makmur dan petani kentang di Kecamatan Cikajang sepakat dalam memenuhi hak dan kewajiban yang sudah disepakati dalam sebuah surat perjanjian. Petani yang menjadi mitra PT Indofood Fritolay Makmur adalah petani yang menanam kentang dengan varietas atlantik.

Terdapat dua jenis varietas kentang yang dibudidayakan di Kecamatan Cikajang. Sebagian besar petani kentang di Kecamatan Cikajang menanam kentang varietas granola sedangkan sebagian kecil menanam kentang varietas atlantik. Petani kentang granola adalah petani yang membudidayakan kentang secara mandiri sedangkan petani kentang atlantik adalah petani yang bermitra dengan PT IFM. Budidaya antara kentang atlantik dan granola umumnya tidak berbeda. Hanya saja kentang varietas atlantik merupakan tanaman yang rentan terhadap hama dan penyakit sehingga intensitas penyemprotan obat lebih sering dilakukan petani pada kentang varietas atlantik dibandingkan dengan penyemprotan obat kentang granola. Kentang varietas atlantik yang dibudidayakan oleh petani di Kecamatan Cikajang ini sudah memiliki pasar yang pasti yaitu PT IFM, sedangkan kentang granola kentang sayur yang sering kita temui di pasar tradisional maupun di swalayan.

Karakteristik Responden Usia Petani

Usia petani dapat mempengaruhi cara kerja dan kemampuan petani dalam melakukan budidaya kentang. Sebaran responden dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok usia dewasa yaitu usia dewasa awal (usia 18 tahun – 30 tahun), usia dewasa madya (usia 31 tahun – 45 tahun), dan usia dewasa lanjut (usia ditas 45 tahun). Karakteristik petani berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Kelompok Petani Berdasarkan Usia

Kelompok Berdasarkan Usia Mitra Persentase

(%)

(35)

21 Pendidikan Petani

Tingkat pendidikan pada umumnya akan mempengaruhi cara berpikir petani. Pendidikan yang relatif tinggi menyebabkan petani lebih dinamis dalam mengadopsi inovasi baru. Petani responden yang memiliki pendidikan setingkat sarjana terlihat lebih matang dalam melakukan perencanaan usahataninya. Hal tersebut dapat dilihat adanya sebuah perencanaan secara tertulis dalam mempersiapkan faktor input yang akan digunakan dalam usahatani. Karakteristik petani berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Kelompok Petani Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan Petani mitra Persentase

(%)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap petani responden, dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan petani mitra tergolong lebih tinggi jika dibandingkan dengan petani non mitra. Petani mitra memiliki persentase tertinggi pada tingkat pendidikan sarjana yaitu sebesar 39 persen sedangkan petani non mitra memiliki persentase tingkat pendidikan tertinggi berada pada tingkat pendidikan SD sebesar 73 persen. Hal ini menunjukkan bahwa petani mitra lebih memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi daripada petani non mitra. Petani mitra lebih terbuka terhadap teknologi baru, ini terlihat dari alat-alat pertanian yang dimiliki oleh petani mitra.

Pengalaman Usahatani

Setiap petani memiliki cara tersendiri dalam mengusahakan usahatani kentangnya menurut pengalaman yang diperoleh untuk mengambil keputusan yang tepat dan meminimalkan resiko. Pengalaman usahatani yang berbeda-beda pada setiap petani sangat berpengaruh terhadap teknik budidaya kentang terutama pada penggunaan jenis dan dosis pupuk serta obat-obatan yang digunakan. Karakteristik petani berdasarkan pengalaman usahatani dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Kelompok Petani Berdasarkan Pengalaman Usahatani

Pengalaman

(36)

22

yang dimiliki oleh petani non mitra yaitu terdapat 47 persen petani yang memiliki pengalaman ≤5 tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada penelitian ini petani mitra lebih memiliki banyak pengalaman dalam melakukan usahatani kentang. Luas Lahan Petani

Lahan merupakan bagian dari modal utama dalam melakukan usahatani. Luasan lahan menggambarkan seberapa luas suatu lahan pertanian yang dikelola petani untuk melakukan kegiatan usahataninya baik itu lahan sewa ataupun lahan milik sendiri. Luas lahan erat hubungannya dengan skala usahatani yang dijalankan petani. Pada umumnya, semakin luas lahan yang digunakan maka akan lebih banyak populasi tanaman yang diusahakan dan semakin banyak tenaga kerja yang digunakan sehingga mempengaruhi jumlah produksi usahatani dan biaya tenaga kerja yang dikeluarkan. Sebaran luasan lahan yang dimiliki petani mitra dan non mitra dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Kelompok Petani Berdasarkan Luas Lahan Luasan lahan

Petani responden memiliki luas lahan yang kentang cukup bervariasi. Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa petani mitra memiliki luas lahan yang relatif lebih luas dibandingkan dengan luas lahan yang dimiliki petani non mitra. Persentase tertinggi petani mitra berdasarkan luas lahan yaitu sebesar 28 persen pada luas lahan 0.51-1 Ha sedangkan untuk petani non mitra persentase tertinggi yaitu sebesar 57 persen pada luas lahan kurang dari 0.3 Ha. Hal ini berarti petani non mitra memiliki luas lahan yang relatif lebih kecil dan berarti skala usahatani yang dilakukan petani mitra lebih kecil daripada skala usahatani petani mitra. Pekerjaan Utama Petani

(37)

23 Tabel 7 Kelompok Petani Berdasarkan Pekerjaan Utama

Jenis pekerjaan Petani mitra Persentase

(%)

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa pekerjaan yang dimiliki petani mitra bervariasi yaitu sebanyak 44 persen sebagai petani, 22 persen sebagai PNS, 6 persen sebagai guru dan 28 persen memiliki pekerjaan sebagai pedagang sedangkan pekerjaan utama yang dimiliki petani non mitra sebagian besar adalah petani yaitu sebesar 90 persen.Hal ini menunjukkan bahwa petani mitra melakukan kegiatan usahatani hanya sebagai pekerjaan sampingan.

Keputusan Petani Mengikuti Kemitraan

Tujuan petani bergabung menjadi mitra adalah untuk meningkatkan pendapatan. Hal ini mengingat bahwa jika tidak bergabung dengan kemitraan petani harus rela menjual kentang hasil produksinya sesuai dengan harga pasar yang sangat berfluktuasi. Sehingga sangat berpengaruh terhadap pedapatan yang diterima petani. Keputusan petani bergabung dengan kemitraan memiliki alasan adalah disamping memperoleh peningkatan pendapatan, petani mendapatkan adanya jaminan pemasaran produk dan harga kentang yang tetap. Berdasarkan wawancara, seratus persen petani kentang responden menjawab alasan menjalin kemitraan dan berusahatani kentang atlantik yaitu karena ingin mendapat keuntungan lebih tinggi.Terjaminnya pasar membuat petani memiliki harapan akan jaminan pasar terhadap produknya, sehingga petani hanya perlu konsentrasi pada budidaya.

Keputusan Petani Tidak Mengikuti Kemitraan

(38)

24

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Proses Pelaksanaan Kemitraan

Kemitraan antara PT Indofood Fritolay Makmur dengan petani merupakan sebuah program CSR dari perusahaan Indofood untuk memberdayakan masyarakat kecil khususnya petani. PT Indofood memiliki tujuan selain memenuhi kebutuhan bahan baku pabrik di Tangerang, juga meningkatkan pendapatan petani melalui program kemitraan. Kemitraan antara petani di Kecamatan Cikajang dengan perusahaan mitra PT Indofood Fritolay Makmur telah terjalin sejak tahun 1993. Namun kemitraan mulai berkembang sejak tahun 1995. Program kemitraan ini dipimpin oleh seorang Manajer dan membawahi seorang admin dan enam orang agrofield. Manager bertugas sebagai pemegang kendali, pembuat kebijakan terhadap perusahaan dan bertanggung jawab atas kelangsungan usaha. Admin bertugas melaksanakan kegiatan pelayanan kemitraan, mengelola dokumen yang berkaitan dengan kemitraan dengan petani maupun kantor pusat PT IFM sedangkan agrofield bertugas memantau ke lapangan, memberikan pembinaan kepada petani, dan mengawasi petani pada saat panen. Kegiatan pemasaran kentang atlantik dibantu oleh vendor. Vendor bertugas mengumpulkan hasil panen petani dan mengirimknnya ke pabrik di Tangerang.

Sebagai salah satu perusahaan yang menghasilkan beberapa produk snack dari kentang, PT Indofood Fritolay Makmur tidak asal memilih kentang sebagai bahan baku. Salah satu varietas kentang yang cocok untuk diolah menjadi produk snack adalah kentang varietas atlantik. Oleh karena itu semua petani yang bermitra harus menanam kentang varietas atlantik tersebut. Jenis kentang ini berbeda dengan jenis kentang impor lainnya yaitu kentang granolakarena kentang atlantik memiliki kadar air dan kandungan gula yang lebih rendah sehingga cocok untuk kebutuhan industri Indofood. Selain itu, produksi benih kentang atlantik belum dapat dibudidayakan secara maksimal di Indonesia sehingga penggadaan benih kentang masih diatur oleh perusahaan. Perusahaan mengimpor bibit kentang dari Australia dan Scotlandia.

Kemitraan yang dilakukan antara PT Indofood Fritolay Makmur dengan petani tidak memberikan kriteria khusus agar petani dapat bergabung dengan kemitraan. Kemitraan ini berlandaskan pada azas saling percaya antara kedua belah pihak dan rekam jejak petani. Rekam jejak petani yang dimaksud adalah adanya petani penjamin yang menjamin petani bergabung dengan kemitraan. Petani yang akan bergabung dengan kemitraan harus mendaftarkan terlebih dahulu ke kantor kemitraan yang berada di Kecamatan Cikajang. Persyaratan yang dibutuhkan adalah fotocopy KTP, fotocopy kartu keluarga, dan mengisi formulir pendaftaran serta menandatangi kontrak kesepakatan yang diberi materai. Penandatangan surat pernyataan tersebut dilakukan oleh petani penjamin, petani yang dijamin, vendor dan petugas kemitraan PT Indofood Fritolay Makmur. Kontrak kesepakatan kemitraan tersebut berisi penyataan yang harus dipenuhi oleh petani (Lampiran 3). Isi pernyataan tersebut adalah:

(39)

25 b. petani tidak diperkenankan untuk menjual dan atau memindah tangankan

bibit turunan sebelum ada persetujuan dari petugas kemitran

c. petani tidak diperkenankan untuk menjual hasil panen baik sebagian maupun seluruhnya ke pihak ketiga

d. petani tidak diperkenankan untuk menerima titipan hasil panen dari petani lain yang tidak terdaftar atau petani yang sudah mengundurkan diri

e. petani harus lancar dalam pembayaran piutang bibit

f. petani juga harus melaporkan kondisi bibit, tanaman, dan hasil produksi dari bibit impor maupun bibit turunan, seperti data tanam dan data panen.

Apabila petani tidak mengikuti ketentuan tersebut, maka PT Indofood Fritolay Makmur akan memberikan sanksi. Sanksinya dapat berupa:

1. pemutusan dari keanggotaan kemitraan sampai batas yang tidak ditentukan 2. petani yang menjamin dan atau yang dijamin tidak diperkenankan untuk

mengikuti program kerjasama penanaman kentang atlantik dan program lainnya dengan PT Indofood Fritolay Makmur atas beban bibit petani lain 3. memberhentikan sementara pinjaman bibit kepada penjamin dan yang dijamin

minimal selama satu tahun

4. apabila petani melanggar ketentuan point a,b,dan c maka petani dianggap melakukan penggelapan barang yang sudah dijaminkan ke PT Indofood Fritolay Makmur dan akan diproses secara hukum yang berlaku.

Pelaksanaan kemitraan antara PT IFM dengan petani memberikan kemudahan kepada petani dalam penyediaan bibit. PT IFM berkewajiban menyediakan bibit dan akan dibayar setelah panen dengan harga bibit kentang atlantik Rp 12 500/kg. Pengadaan bibit dilakukan oleh PT Indofood Fritolay Makmur dengan mengimport dari Australia dan Scotlandia. Setelah kentang diimport dan lolos di karantina tumbuhan, selanjutnya bibit kentang atlantik disimpan di gudang yang berada di Bekasi. Gudang tersebut sudah difasilitasi dengan cool storage agar bibit kentang atlantik tidak kontak langsung dengan iklim yang berbeda dari daerah asalnya. Kemudian bibit disebarkan ke petani melalui seorang vendor yang sudah ditunjuk PT Indofood Fritolay Makmur. Beberapa bulan sebelum tanam atau setelah panen, petani sudah mengajukan kepada vendor atau agrofield PT Indofood Fritolay Makmur berapa jumlah bibit yang akan dibutuhkan untuk musim tanam berikutnya. PT Indofood Fritolay Makmur tidak memberikan batasan berapa banyak bibit yang boleh diajukan. Jumlah bibit disesuaikan dengan luas lahan petani. Jumlah bibit yang diterima oleh petani dicatat oleh vendor dan agrofield. Apabila terdapat kerusakan bibit yang diterima oleh petani, petani boleh mengembalikan bibit dengan waktu maksimal seminggu setelah kedatangan bibit. Pengembalian bibit tersebut akan dicatat oleh agrofield untuk kemudahan perhitungan pembayaran setelah panen.

(40)

26

langsung ke vendor untuk dikumpulkan sebelum dikirimkan ke pabrik di Tangerang. Kentang yang akan dikirim ke pabrik harus memenuhi standar pabrik yaitu kentang yang berukuran diameter minimal empat centi meter, tidak busuk, dan tidak greening. Standar ini sudah diketahui oleh petani. Petani akan melakukan sortasi dan grading sebelum kentang di kirim ke vendor. Kentang atlantik hasil produksi dimasukkan ke dalam karung yang diperoleh dari vendor. Sehingga petani tidak lagi mengeluarkan biaya untuk pembelian karung.

PT IFM juga berkewajiban untuk membeli kentang hasil panen petani dengan harga Rp 6 000/kg. Harga tersebut sudah menjadi harga tetap sesuai kesepakatan. Pembayaran hasil penjualan kentang atlantik akan dikurangi dengan jumlah pinjaman bibit yang diterima oleh petani. Pembayaran akan dilakukan 9 sampai 14 hari kerja.

Pola Kemitraan

Pola kemitraan yang dijalankan antaraPT Indofood Fritolay Makmur dengan petani kentang atlantik adalah pola kerja sama operasional agribisnis (KOA). Kemitraan ini dimasukkan ke dalam pola KOA karena petani mitra menyediakaan lahan, sarana dan tenaga kerja sedangkan perusahaan menyediakan bibit, dan pembinaan budidaya kentang atlantik. Perusahaan mitra juga berperan sebagai penjamin pasar produk dengan meningkatkan nilai tambah produk melalui pengolahan dan pengemasan menjadi potato chips.

Manfaat Kemitraan

Kemitraan yang dijalankan PT Indofood Fritolay Makmur memberikan manfaat kepada kedua belah pihak. Manfaat yang dirasakan perusahaan mitra adalah adanya kepastian pasokan bahan baku kentang atlantik untuk dikirim ke pabrik. Adapun Manfaat yang diterima oleh petani dalam mengikuti program kemitraan adalah adanya kepastian harga. Walaupun terjadi permintaan kentang atlantik yang tinggi dipasaran, harga kentang atlantik tetap sesuai dengan kesepakatan yaitu seharga Rp 6 000/kg. Tidak seperti kentang granola yang diproduksi oleh petani yang tidak bermitra yang harganya berubah-ubah setiap hari dan relatif sulit diduga. Harga kentang yang sudah ditetapkan oleh kemitraan memudahkan petani memperkirakan produksi dan pendapatan yang akan diperolehnya saat panen. Kepastian harga ini sangat dirasakan manfaatnya ketika harga kentang sedang turun. inilah yang menjadi alasan petani bergabung dengan kemitraan. Alasan ini bertujuan untuk menghindari resiko harga jual kentang yang berfluktuasi.

Petani mendapat pinjaman berupa bibit kentang atlantik yang dibayarkan setelah panen. Petani tidak repot lagi mencari penjual bibit kentang yang berkualitas karena bibit kentang sudah disediakan oleh PT IFM. Bibit yang akan diterima petani akan diantar ke lahan petani oleh vendor. Bibit yang rusak dapat dikembalikan lagi ke PT IFM maksimal seminggu setelah kedatangan bibit. Harga bibit kentang atlantik yang ditetapkan oleh PT IFM merupakan harga subsidi yaitu sebesar Rp 12 500/kg.

Gambar

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Gambar  1 Kerangka Pemikiran Operasional
Tabel 3 Kelompok Petani Berdasarkan Usia
Tabel 4 Kelompok Petani Berdasarkan Tingkat Pendidikan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pendapatan usahatani sayuran bayam dan R/C rasio untuk musim tanam terakhir musim kemarau dan musim hujan per hektar berdasarkan golongan petani responden lahan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani yang sering diusahakan oleh petani di Desa Giritirto pada musim hujan adalah padi dan jagung, sedangkan musim kemarau rata-rata

Adapun rincian biaya rata-rata pada kegiatan usahatani sayuran yang dikeluarkan oleh petani responden lahan luas maupun lahan sempit selama tiga musim tanam terakhir per 1000

satuan liter (l), dan dihitung dalam satuan rupiah per hektar per musim tanam (Rp/ha/MT). 3) Penerimaan adalah hasil yang diperoleh dari hasil kegiatan usahatani

Biaya Penggunaan Bibit Tembakau Rakyat Per Hektar di Daerah Penelitian Selama 1 Musim Tanam... Biaya Penyusutan Peralatan Usahatani Per Petani di Daerah Penelitian Selama 1

satuan liter (l), dan dihitung dalam satuan rupiah per hektar per musim tanam (Rp/ha/MT). 3) Penerimaan adalah hasil yang diperoleh dari hasil kegiatan usahatani

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Besarnya rata-rata biaya dan rata-rata penerimaan pada usahatani kubis per hektar dalam satu kali musim

Jumlah Penggunaan Input Benih per Hektar Usahatani Benih Padi Bersertifikat di Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2023 per Musim Tanam Jenis Input Benih Petani Penangkar