• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Usahatani Jeruk dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Petani Di Desa Perjuangan, Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Usahatani Jeruk dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Petani Di Desa Perjuangan, Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Usahatani merupakan kemampuan dari petani dalam mengorganisasikan dan

mengkoordinir faktor-faktor produksi yang dikuasainya dengan sebaik-baiknya.

Dengan demikian petani yang kurang mampu memanfaatkan benih, pupuk, luas

lahan, tenaga kerja dan pestisida akan memiliki tingkat pendapatan yang relatif

lebih rendah (Soekartawi, 2002).

Untuk mengoptimalkan pemanfaatan lahan dengan penanaman beberapa

komoditi diperlukan perencanaan usaha tani. Di mana perencanaan usaha tani

yang dimaksud adalah pengaturan kembali sumber daya usaha tani melalui

penetapan tujuan-tujuan, penyusunan rencana dan program-program dengan

menggunakan sumber daya yang terbatas. Bagi seorang petani, perencanaan usaha

tani adalah bagaimana seharusnya mengalokasikan sumber daya untuk mencapai

tujuan tertentu tetapi juga harus dapat meramalkan bagaimana mengalokasikan

sumber daya dengan faktor-faktor tertentu seperti harga, permintaan, teknologi

dan sebagainya.

Pada umumnya usaha tani petani yang ada di Indonesia adalah berlahan sempit,

modal relatif kecil, tingkat pengetahuan yang rendah dan kurang dinamis sehingga

mengakibatkan tingkat pendapatan usaha tani yang rendah. Usahatani jeruk di

indonesia ada yang diusahakan secara tradisional yang ditanam pada lahan

pekarangan rumah, pada areal yang belum khusus untuk ditanam jeruk. Tetapi

(2)

ditanam pada areal/ lahan yang khusus dan sudah bersifat komersial (Soelarso,

1996).

Tanaman jeruk baik dikembangkan di dataran tinggi antara 700-1.000 m dpl yang

relatif kerimg iklimnya, serta tempatnya terbuka. Curah hujan yang dikehendaki

1.500-2.000 mm per tahun dengan musim kering 3-6 bulan. Jenis tanah yang

cocok adalah andosol atau yang banyak mengandung bahan organik dengan pH

5,5-6,5. Di daerah yang banyak hujan, apalagi kering berkabut, tanaman banyak

menghadapi serangan penyakit daun. Apabila jeruk manis ditanam di dataran

rendah maka kulitnya menjadi tebal dan rasanya agak asam. Meskipun demikian,

ada pula varietas yang dapat ditanam di dataran rendah, seperti VLO, shomouti,

jeruk manis Madura, dan lainnya (Hendro, 2000).

Petani yang rasional akan memilih cabang usaha yang pendapatannya tinggi,

sehingga dengan adanya perhitungan pendapatan suatu usahatani akan membantu

petani untuk menentukan cabang usaha mana yang lebih menjanjikan pendapatan

tinggi. Demikian juga halnya dengan petani yang akan memilih bentuk output

yang mana menjanjikan keuntungan yang lebih baik (Daniel, 2002).

Total pendapatan petani dapat bersumber dari pendapatan petani dari usahataninya

dan pendapatan petani dari luar usahataninya. Oleh karena itu, pendapatan petani

dari usahataninya juga dapat diperhitungkan dengan mengurangi pendapatan kotor

dengan biaya alat luar (Daniel, 2002).

Pendapatan kotor merupakan seluruh pendapatan yang diperoleh dari semua

cabang dan sumber di dalam usahatani sekali musim panen, yang dapat

(3)

Pendapatan kotor ini sering disebut sebagai penerimaan usahatani yang

merupakan hasil perkalian dari seluruh faktor produksi yang dihasilkan dengan

harga produk (Daniel, 2002).

Suatu usahatani dapat dikatakan berhasil apabila situasi pendapatannya memenuhi

syarat:

1) Cukup untuk membayar semua pembelian sarana produksi termasuk biaya

angkutan dan administrasi yang mungkin melekat pada pembelian tersebut.

2) Cukup untuk membayar bunga modal yang ditanamkan termasuk pembayaran

sewa tanah dan pembayaran dana depresiasi modal.

3) Cukup untuk membayar upah tenaga kerja yang dibayar atau bentuk-bentuk

upah lainnya untuk tenaga kerja yang tidak diupah.

2.2 Landasan Teori

Usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu

yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh, tanah dan air,

perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan

yang didirikan diatas tanah dan sebagainya (Mubyarto, 1997).

Pada hakekatnya dalam menjalankan usahatani sama dengan menjalankan sebuah

perusahaan yang bergerak di bidang pertanian. Dilihat dari tujuannya yang

bersifat ekonomis artinya petani memproduksi hasil-hasil pertanian baik untuk

dijual maupun untuk konsumsi sendiri. Usahatani sebagai organisasi alam, kerja,

dan modal yang ditunjukkan pada produksi di lapangan pertanian. Organisasi

ketatalaksanaanya berdiri sendiri atau sengaja diusahakan oleh seseorang atau

sekumpulan orang, segolongan sosial yang terikat genologis, teritorial sebagai

(4)

Dalam usahatani seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif

dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu.

Dikatakan efektif apabila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumber

daya yang mereka miliki atau yang dikuasai sebaik-baiknya dan dikatakan efisien

bila pemanfaatan sumber daya menghasilkan keluaran atau output yang melebihi

masukan atau input (Tohir, 1991).

Usahatani yang produktif berarti bahwa usahatani tersebut mempunyai

produktivitas yang tinggi. Pengertian produktivitas ini sebenarnya merupakan

penggabungan antara konsepsi efisiensi usaha (fisik) dan kapasitas tanah.

Efisiensi fisik mengukur banyaknya hasil produksi (output) yang dapat diperoleh

dari satu kesatuan input.

Dalam kaitannya dengan efisiensi usahatani ada beberapa cara pengukuran tingkat

efisiensi yaitu:

1) Efisiensi teknis, berkenaan dengan jumlah hasil fisik yang dihasilkan .

2) Efisiensi alokatif (harga), berkenaan dengan harga dan nilai marginal.

3) Efisiensi ekonomi, merupakan gabungan antara efisiensi teknis dan efisiensi

harga.

Tenaga kerja merupakan unsur yang paling banyak digunakan dalam usahatani.

Tenaga kerja mempunyai hubungan dengan penerimaan, unsur tenaga kerja

merupakan penggerak semua kegiatan dalam usaha. Efisiensi tenga kerja secara

umum diartikan sebagai hasil pekerja produktif yang dapat diselesaikan persatuan

waktu, tenaga kerja pria. Semakin tinggi efisiensi penggunaan tenaga kerja,

(5)

Bahwasannya efisiensi tenaga kerja itu berpengaruh pada pendapatan, berlaku

disemua daerah dan semua keadaan ekonomi. Efisiensi penggunaan tenaga kerja

yang dicapai suatu usahatani dapat dipakai suatu ukuran keberhasilan dari

usahatani itu. Kemungkinan menekan biaya ini akan berarti meningkatkan

pendapatan (Soeriatmaja, 1983).

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan

harga jual. Pernyataan tersebut dapat dinyatakan dalam rumus sebagai berikut

(Rahim, 2008)

TR = Y x Py Dimana:

TR = Total Revenew (penerimaan total)

Y = Hasil Produksi

Py = Harga Y

Dalam suatu analisis usahatani sering Return Cost Ratio (R/C) yaitu perbandingan

antara jumlah penerimaan dengan jumlah biaya. R/C tidak mempunyai satuan,

nilai R/C dapat dibagi menjadi 3 kategori (secara teoritis) yakni :

1. nilai R/C = 1 disebut usahatani dalam posisi break even point.

2. nilai R/C > 1 disebut usahatani dalam posisi menguntungkan.

3. nilai R/C < 1 disebut usahatani dalam posisi merugikan

Biaya usahatani dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu Biaya tetap (Fixed

cost); dan biaya tidak tetap (Variabel Cost). Biaya tetap ini umumnya

didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan

(6)

ini tidak tergantung pada bear-kecilnya produksi yang diperoleh. Contohnya

pajak, biaya untuk pajak tetap dibayar walaupun hasil usahatani itu besar atau

gagal sekalipun. Disisi lain biaya tida tetap atau biaya variabel didefinisikan

sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh.

Contohnya biaya untuk sarana produksi. Kalau ingin produksi yang tinggi, maka

tenaga kerja perlu ditambah, pupuk juga perlu ditambah dan sebagainya, sehingga

biaya ini sifatnya berubah-ubah tergantung dari besar kecilnya produksi yang

diinginkan (Soekartawi, 1995).

2.3 Kerangka Pemikiran

Dalam menjalankan usahataninya petani jeruk berusaha agar produksi dari

usahataninya tinggi. Untuk mendapatkan hasil produksi yang tinggi sesuai yang

diharapkan oleh petani diperlukan faklor-faktor produksi. Faktor produksi adalah

input produksi seperti, bibit, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja, dan alat-alat yang

akan menjadi komponen biaya produksi dalam pengelolaan usahatani jeruk.

Besarnya masing-masing komponen biaya tersebut dipengaruhi oleh jumlah input

yang digunakan pada masing-masing input dengan akhirnya secara bersama-sama

(7)

Dalam perencanaan produksi usahatani, persoalan biaya menempati kedudukan

yang sangat penting, karena pengambilan keputusan mengenai hal ini perlu

menggunakan pertimbangan yang luas, seperti

pertimbangan-pertimbangan yang sangat diperlukan agar biaya produksi dapat dipenuhi

sehingga usahatani jeruk dapat dijalankan lancar dan berhasil. Karasteristik petani

juga mempengaruhi dalam usahatani jeruk ini seperti pengalaman bertani, jumlah

tanggungan dan modal.

Dalam usahatani kesatuan input ini, petani akan berupaya untuk mencapai

produktivitas yang tinggi. Kemajuan suatu usahatani tersebut diukur dengan

tingkat produktivitasnya. Produktivitas suatu usahatani dapat diketahui dari

banyaknya hasil produksi yang diperoleh petani dari satu kesatuan input dan dapat

dipengaruhi oleh besarnya luas tanam jeruk petani.

Petani akan memperoleh penerimaan usahatani dari hasil penjualan produksi

Jeruk. Penerimaan usahatani merupakan hasil perkalian antara produksi usahatani

dengan harga jual pada saat itu yang dinilai dengan rupiah setelah memperoleh

penerimaan, untuk mengetahui pendapatan bersih maka perlu diketahui biaya

produksi. Pendapatan bersih diperoleh setelah mengurangkan penerimaan dengan

biaya produksi.

Harga jual dapat mempengaruhi jumlah penerimaan yaug diperoleh pemilik

usahatani. Hasil produksi dikalikan dengan harga jual disebut total penerimaan.

Besar kecilnya penerimaan dalam usahatani diperoleh petani dari hasil

penjualannya.

Dalam pelaksanaan usahatani dibutuhkan biaya untuk memperoleh produksi yang

(8)

dalam biaya produksi. Adapun biaya produksi ini meliputi biaya tetap dan biaya

variabel. Selisih antara total penerimaan dengan total biaya produksi disebut

pendapatan bersih. Besarnya R/C ditentukan oleh jumlah reveneue dan jumlah

cost. Reveneue dikurangi total cost memberikan pendapatan bersih (net income).

Secara sistematis kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:

Keterangan:

: Menyatakan Hubungan : Menyatakan Pengaruh

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran 2.4 Hipotesi Penelitian

(9)

1. Makin luas tanaman jeruk maka makin besar R/C per Ha/thn di daerah

penelitian.

2. Karasteristik pengalaman bertani, jumlah tanggungan, dan modal

berpengaruh nyata terhadap penerimaan dari usahatani jeruk di daerah

penelitian.

Gambar

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Distribusi penduduk kecamatan Lobalain berdasarkan agama yang dianut menunjukkan bahwa pada tahun 2015 penduduk yang memeluk agama Kristen Protestan merupakan

Pemilihan prinsip tersebut untuk dijadikan metode adalah karena prinsip koneksi visual dengan alam memiliki hasil penelitian yang paling kuat untuk merespon stress,

3.3 Model pembelajaran Direct Intruction atau model pengajaran langsung adalah model pembelajaran yang menggunakan pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa

Berdasarkan paparan teori di atas dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi belajar matematika adalah tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam mengikuti proses

Hasil studi ini menunjukan bahwa perjanjian pengikatan jual beli tanah yang dilakukan oleh para pihak sah namun memiliki kekuatan hukum yang lemah; meninggalnya salah

Mahmudah Hisyam dalam memimpin santri tahfidzul adalah memberikan supervisi atau pengawasan yang berkoordinasi langsung dengan stakeholder terkait, yaitu ketua asrama

Jenis penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi adalah jenis penelitian yang menggabungkan antara penelitian normatif (doktrinal) dan penelitian

abnol mal accrual untuk menguji secara eksplisit apakah investor Iebih memandang pada laba, atau Iebih tertarik pada pemrosesan informasi akuntansi Sebagai contoh, Hand