• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II SEKILAS PANDANG KONGREGASI CIJ

D. Karya-Karya Kongregasi CIJ

1. Bidang Karya Pendidikan

a. Pendidikan Formal: Playgroup-Perguruan Tinggi

Kerasulan di bidang karya pendidikan, bertolak dari sejarah hidup dan panggilan Bapa pendiri seperti yang telah diuraikan dalam biografinya, bahwa ketika membantu ayahnya mengajar di sekolah ia belajar untuk disiplin, teliti, tekun, pengorbanan dan dedikasi tinggi. Penanaman nilai-nilai kebajikan ini menjadi bekal bagi masa depannya. keteladanan ini telah membentuk kepribadiannya sebagai seorang pribadi yang tangguh dan tanggung jawab dalam pengabdiannya.

Memahami pentingnya fungsi pendidikan, maka dalam perutusan misi pertama di Togo-Afrika Bapa pendiri bekerja menangani persekolahan, agar kesejahteraan dan masa depan kaum muda sebagai generasi penerus Gereja serta bangsa dapat diandalkan. Selanjutnya Misi ini juga dilaksanakannya di Kepulauan Sunda Kecil, dengan tujuan agar kaum muda dibebaskan dari kebodohan dan keterbelakangan serta bekal untuk masa depan.

Sebagai Pendiri Kongregasi CIJ, Mgr. Henricus Leven, SVD, meneruskan karyanya ini kepada suster CIJ untuk “mengajar agama”

kepada orang yang belum tahu agama (Konst. Awal, bag. II bab VIII: art. 4). Melalui amanat Pendiri ini, suster CIJ menjalankan perutusan Yesus untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin (Luk. 4:18), hal ini nampak juga dalam karya kerasulan di bidang pendidikan.

Pendidikan formal dalam Kongregasi CIJ diselenggarakan oleh Yayasan Bina Wirawan yang bekerja dalam lingkup karya pendidikan CIJ, untuk melaksanakan tugas perutusan Kongregasi sebagai kelanjutan karya Yesus yang membebaskan manusia. Semua sekolah Katolik, yang bernaung dalam lingkup karya pendidikan Kongregasi CIJ mempunyai tujuan untuk memperkembangkan pribadi yang utuh dari aspek kognitif, afektif dan spiritual.

Melalui bidang karya pendidikan, suster CIJ mempunyai tanggungjawab terhadap kaum muda sebagai generasi penerus Gereja dan bangsa. Dengan mendapatkan pendidikan yang memadai kaum muda dibentuk menjadi pribadi yang dewasa dan bertumbuh sebagai ciptaan baru, sehingga kelak di dunia nyata mereka akan berperan dalam tugas-tugas kemasyarakatan. Dalam rangka mengembangkan mutu pendidikan, Kongregasi CIJ mendukung proses pendidikan tersebut melalui berbagai materi pendidikan yang diberikan untuk memanusiakan manusia melalui aspek kognitif, afektif dan spiritual.

Dari segi kognitif anak dibekali dengan berbagai pengetahuan menurut tingkat pendidikannya dalam mengembangkan kecakapan-kecakapan intelektual, mempertajam kemampuan untuk bersikap cermat,

teliti, jujur, berani, kreatif dan kritis dalam mengamb il keputusan yang tepat, menerima, memperkenalkan atau mengambil makna kebudayaan warisan masa lampau baik kebudayaan sendiri maupun kebudayaan orang lain.

Aspek afektif membentuk perkembangan anak yang diarahkan pada pembentukan pribadi manusia yang utuh dalam mengolah emosi, sehingga dapat memupuk rasa saling menghargai, menggalang persatuan, persahabatan, persaudaraan di antara siswa-siswi yang berbeda asal- usul, menanamkan rasa saling pengertian dan mempersiapkan diri untuk hidup serta masa depan sesuai dengan perkembangan zaman.

Unsur spiritual bertujuan untuk mengembangkan kehidupan rohani anak, juga diperhatikan dengan mengadakan kegiatan-kegiatan rohani berupa rekoleksi dan retret yang diselenggarakan setiap tahun. Kegiatan ini dibuat untuk memperdalam iman anak didik dan membantu mengembangkan nilai- nilai hidup kristiani sehingga anak-anak dapat berkembang ke arah kematangan dan kedewasaan kristiani serta dapat memberikan kesaksian tentang Yesus kepada sesamanya (Data Karya Kongregasi: 1974).

b. Pendidikan Nonformal: Asrama -asrama, Panti asuhan dan Kursus Keterampilan

Pendidikan nonformal adalah pendidikan yang diperoleh secara teratur, terarah, disengaja, tetapi tidak terlalu mengikuti peraturan yang

ketat sebagaimana terjadi dalam pendidikan fo rmal. Pendidikan nonformal bersifat fungsional dan praktis yang bertujuan meningkatkan kemampuan serta keterampilan kerja anak didik yang berguna bagi usaha perbaikan taraf hidup mereka (Tanlain, 1996: 43).

Program pendidikan nonformal atau pendidikan masyarakat memang dirancang untuk memberdayakan mereka yang tidak mendapat kesempatan mengikuti pendidikan sekolah yang disebabkan oleh berbagai hal, seperti masalah lingkungan, sosial budaya dan ekonomi. Karena itu program pendidikan masyarakat perlu diarahkan untuk membantu warga masyarakat agar mampu berkomunikasi dengan lingkungan yang terus berubah sehingga dapat memanfaatkan lingkungannya untuk meningkatkan kualitas hidupnya.

Program pendidikan masyarakat harus mampu memberi pelayanan pendidikan bagi masyarakat yang kurang beruntung. Pendidikan yang diberikan bukan dengan pola sistem persekolahan, tetapi dengan metode yang dapat menimbulkan rasa percaya diri, kemampuan mengendalikan diri, kemampuan memimpin, kemampuan berkomunikasi, kemampuan melihat peluang dan memanfaatkannya serta kemampuan menghidupi diri sendiri. Hal itu berarti pendidikan masyarakat mewujudkan dan mengintegrasikan program pembelajaran dengan pengalaman hidup (Sihombing, 1999: 11).

Untuk mewujudkan pendidikan bagi masyarakat kecil, maka Kongregasi CIJ juga termotivasi membuka pendidikan nonformal dengan

tujuan untuk membangkitkan potensi dan kreativitas masyarakat. Pendidikan nonformal diwujudkan dalam bentuk pendidikan bagi anak-anak yang kurang mampu secara ekonomis untuk melanjutkan pendidikan di sekolah. Penekanannya lebih pada menghargai kebiasaan sehingga mengarah pada keterampilan yang mendorong orang untuk mulai mandiri sesuai potensinya.

Pendidikan nonformal dengan nama SKP (Sekolah Keterampilan Puteri) dengan materi yang diberikan berupa kursus kewanitaan, seperti menjahit dan menyulam dengan persediaan fasilitas yang memadai. Pendidikan ini diberikan kepada kaum perempuan yang tidak mendapat pendidikan di sekolah. Mereka dilatih dan dituntun oleh para suster CIJ dengan penuh cinta sampai mereka tahu serta berani mempraktekkan dalam kehidupan sehari- hari. Selain keterampilan-keterampilan dalam rangka meningkatkan kehidupan jasmani, mereka juga diberi kesempatan untuk meningkatkan kehidupan iman melalui kegiatan-kegiatan rohani seperti doa bersama, doa pribadi dan rekoleksi bersama.

Proses pembelajaran pendidikan nonformal dilaksanakan melalui tatap muka dan dalam kelompok kecil. Melalui model pembelajaran semacam ini, anak dibimbing oleh para suster CIJ yang mempunyai keahlian dalam bidang tertentu seperti menjahit dan menyulam. Sedangkan pembelajaran dalam kelompok kecil diberikan untuk saling membantu di antara mereka, sehingga yang mempunyai kemampuan lebih dilatih untuk

mau membantu temannya yang kurang mampu, dengan demikian mereka secara bersama-sama dapat mengatasi berbagai kesulitan yang dialami.

Secara kuantitatif, jumlah karya pendidikan nonformal di Indonesia berdasarkan Data Statistik Kongregasi tahun 2008 adalah sebagai berikut:

NO. JUMLAH PANTI TOTAL

1. Panti Asuhan Anak 2

2. Panti Rehabilitasi Penyandang Cacat 1

3. Bina Remaja Putri 25

4. Kursus Ketrampilan 3

Melalui model dan materi pendidikan formal maupun nonformal yang diberikan tentu diharapkan dapat membawa perubahan serta perkembangan bagi yang dididik. Hal ini dapat kita lihat dalam perbandingan sikap anak sebelum dan sesudah memperoleh pendidikan jelas berbeda. Perilaku anak sebelum mengalami pendidikan cukup memprihatinkan di mana sikap dan cara hidupnya kurang diarahkan, sehingga anak sesuka hati dalam bersikap dan bertindak terhadap sesamanya. Dalam hal pengetahuan anak semakin pandai dan mampu bersaing dengan sesamanya dalam mengikuti perlombaan bidang studi yang diselenggarakan.

Dalam pendidikan nonformal anak yang sebelum mendapat pelatihan atau kursus dari para suster CIJ nampak jelas mereka kurang terampil.

Tetapi setelah menerima kursus mereka menjadi sangat kreatif dalam mengembangkan potensi-potensinya. Hal ini terbukti lewat keberanian mereka untuk bersaing dengan masyarakat luar dalam menampilkan hasil karya mereka.

Keberhasilan program pendidikan formal dan nonformal yang merupakan tanggung jawab para suster CIJ dan masyarakat, sampai dengan sekarang secara tidak langsung telah memberikan ruang gerak yang lebih luas sehingga masyarakat semakin cerdas, terampil dan mandiri dalam menentukan masa depannya.

2. Bidang Karya Kesehatan: Balai Pengobatan (BP), Balai Kesehatan

Dokumen terkait