• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III M. QURAISH SHTHAR DAN LATAR BELAKANG

C. Corak Pemikiran M. Quraish Shihab

4. Bidang Tafsir

Dalam bidang tafsir, M. Quraish Shihab lebih cendrung menggunakan metode ia h lili (analitis). Ha! ini dapat dilihat dan penafsirannya yaitu dengan menjelaskan ayat demi a y a t, s u ra i d e m i s u ra t,

sesuai dengan susunannya yang terdapat dalam mushaf. Namun disisi lain M. Quraish Shihab mengemukakan bahwa metode tahlili memiliki

t

berbagai kelemahan, maka dari itu ia juga menggunakan metode maudhu 'i

(tematik), yang menurutnya metode ini memiliki beberapa keistimewaan, diantaranya metode ini dinilai dapat menghidangkan pandangan dan pesan Al-Quran secara mendalam dan menyeluruh menyangkut tema-tema yang dibicarakannya.(M. Quraish Shihab, 2002:ii)

D. Pemikiran M. Quraish Shihab Tentang Tawakal 1. Pengertian Tawakal

iViCiitUUi C llliivJiO ^i i w lu iiiD ii UOii TvilUl J O li^ DCI"cII li

pihak lain hal urusan. Siapa yang diwakilkan atau diandalkan

peranannya dalam satu urusan, maka perwakilan tersebut boleh jadi menyangkut hal-hal tertentu dan boleh jadi juga dalam segala hal.

Allah berfirman:

i J*J

“Dan Dia (Allah) atas segala sesuatu menjadi wakil. ” (M.Quraish Shihab, 2002:509)

Yang diwakilkan boleh jadi wajar untuk di andaikan karena adanya sifat-sifat dan kemampuan yang dimilikinya sehingga menjadi tenang hati yang mengandalkannya dan boleh jadi juga yang diandalkan uu tidak sepenuhnya memiliki kemampuan, balikan dia sendiri pada dasarnya masih memerlukan kemampuan dari pihak lain agar dapat diandalkan. Boleh jadi juga diwakilkan berarti memenuhi semua harapan yang mewakilkannya, sehingga ia merasa cukup dengan yang mewakilkannya itu, dan boleh jadi

juga tidak ada jaminan keberhasilan, bahkan tidak berhasil seluruhnya, maka ketika itu, yang mewakilkan menunjuk wakil yang lain.

Bila seseorang mewakilkan orang lain (untuk suatu persoalan), maka ia telah menjadikannya sebagai dirinya sendiri dalam persoalan tersebut, sehingga yang mewakilkan melaksanakan apa yang dikehendaki oleh orang yang menyerahkan kepadanya perwakilan.

Tawakal secara terminologi adalah kesadaran akan kelemahan din di hadapan wakil (yang diwakilkan) dan habisnya upaya, disertai kesadaran bahwa v/akii auaiaii penyebab yar, g menentukan kcsomasi;an dan kegagalannya (M.Q\ir?ish Shihah, 2002:509) Dengan d em ik ia n upaya tawakal adalah gabungan antara sebab dan penyebab, dan penyebab baru akan turun tangan jika sebab telah dilaksanakan.

Orang Islam dituntut untuk berusaha, tapi pada saat yang sama ia dituntut pula untuk berserah diri kepada wakil, ia dituntut melaksanakan kewajibannya, kemudian menanti hasilnya sebagaimana kehendak dan ketetapan wakil, dan ia harus berusaha dalam batas-batas yang dibenarkan disertai dengan ambisi yang meluap-luap untuk meraih sesuatu, tetapi jika gagal meraihnya ia tidak diperbolehkan untuk meronta dan berputus asa serta melupakan anugerah yang selama ini teiah ia capai. Allah berfirman:

l

' > * * ' • . %* i , , > ' t ) , > ?-> ' « * * L ^ ,

jCu (0l ^ O'

^ y ’ i.f' *'*' aUlj

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula sebaliknya) kamu mencintai sesuatu padahal ia amat buruk bagi kamu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui. ” (M.Qurais Shihab, 2002:585)

Dari sini jelas bahwa Al-Qur’an dengan perintah bertawakal, bukannya menganjurkan agar orang tidak berusaha, atau mengabaikan hukum-hukum sebab ^an akibat Al-Quran hanya menginginkan agar umat manusia hidup dalam realita yang menunjukkan bahwa tanpa usaha, tidak mungkin tercapai harapan, dan tidak ada gunanya berlarut dalam kesedihan jika realita tidak dapat diubah lagi.

“Hadapilah kenyataan, jika kenyataan itu tidak berkenan di hati anda, atau tidak sesuai dengan harapan anda, maka usahakanlah agar anda

rnencnuiunya . Dcinikirm ungkapan orang arii. Satu nai ragi yang periu

dicatat, dalam firman-Nya:

5L±ui Aj j J l frUi ^^1

“Kecuali (tetapi) siapa yang mau kepada Tuhannya mengambil jalan, adalah bahwa pelaku yang mau dan bersungguh-sungguh itu adalah manusia itu sendiri, bukan wakil. ” (M.Qurais Shihab, 2002:508)

2. Pengertian Wakil

Wakil adalah yang diberi perwakilan. Allah yang diwakilkan segala persoalan, adalah yang Malta Kuasa, Malta Mengetahui, Maha Bijaksana, dan segala Maha yang mengandung makna pujian, sebaliknya adalah manusia. Mereka memiliki keterbatasan-keterbatasan dalam berbagai hal. Demikian perwakilan yang diserahkan kepada Allah pun berbeda dengan perwakilan manusia kepada manusia yang iatn.

Wakil diharapkan agar dapat memenuhi kehendak dan harapan yang mewakilkan. Namun karena dalam perwakilan manusia, boleh yang mewakilkan lebih tinggi kedudukannya atau pengetahuannya dari sang wakil,

/

maka ia bisa saja tidak mengetahui atau membatalkan tindakan sang wakil atau menarik kembali perwakilannya bila ia merasa tindakan tersebut merugikan. Ini bentuk perwakilan manusia. Tetapi jika seseorang menjadikan Allah sebagai wakil, maka hal serupa tidak akan terjadi, karena sejak semula seseorang telah menvadari keterbatasannya, dan menyadari pula kemaha mutlakan Allah. Manusia tahu atau tidak tahu hikmah satu kebijaksanaan yang ditetapkan-Nya, ia akan menerimanya dengan sepenuh haii.(M.Qunush Shihab, 2002:509)

Aiimi DciliTlilaiii

“Allah mengetahui dan kamu sekalian tidak mengetahui. ” (M.Qurais Shihab, 2002: 510)

A Analisis Data

Pada bab-bab yang sudah lewat telah dipaparkan bahwa tawakal adalah

mempercayakan semua urusan kepada Allah, dan disertai dengan ikhtiar ataupun amalan yang menjadikan terwujudnya semua urusan tersebut. Adapun amalan- amalan yang dilakukan seorang hamba adakalanya meliputi amalan dalam bentuk kekuatan terhadap yang diperintahkan Allah kepada hambanya, dan Allah menjadikannya sebagai sebab keselamatan seorang hamba dari neraka dan masuk ke surga. Hal ini harus ia kerjakan bersamaan dengan sikap tawakalnya kepada Allah, dan memohon pertolongan kepada-Nya. Sesungguhnya, seorang hamba tidak memiliki daya dan kekuatan apapun tanpa pertolongan dari-Nya. Apa yang dikehendaki Aliah untuk teijadi, pasti akan terjadi, dan apa yang dikehendaki Allah untuk tidak teijadi, pasti tidak akan terjadi.

Seseorang yang lalai terhadap salah satu kewajibannya, maka ia pantas mendapatkan hukuman di dunia dan akhirat. Hal seperti itu, ditinjau dari sisi Syariat Islam dan secara hukum alam. Ada juga berupa amal perbuatan yang dijadikan Allah sebagai hukum sebab akibat. Allah memerintahkan hambanya untuk tidak mengabaikan perintah-Nya tersebut, seperti diperintahkan makan

t

%

61

ketika lapar, minum ketika dahaga, berteduh ketika terik matahari, dan menghangatkan badan ketika kedinginan. Semua perintah itu wajib dilaksanakan.

Selain itu ada juga amal perbuatan yang dijadikan Allah sebagai hukum sebab akibat pada umumnya, tetapi kadang-kadang basa terjadi diluar itu, bagi apa saja yang Allah kehendaki, misalnya, obat-obatan. Para ulama berbeda pendapat tentang seseorang yang tertimpa penyakit, manakah yang lebih utama baginya, apakah hanya bertawakal kepada Allah secara total(tanpa berobat), berobat atau dibiarkan sai

2

. Ada dua pendapat yang masyhur dalam masalah ini. Menurut imam Ahmad, mereka yang mampu bertawakal saja itu adalah lebih utama.

Hal ini berdasarkan sabda nabi Muhammad saw.

“Ada 70 ribu orang dari umatku ini yang akan masuk surga tanpa hisab. Lalu, berkata lagi: Mereka itu adalah orang-orang yang tidak pernah menjampi, dan mereka tidak pernah meminta di ruqyah, dan mereka tidak pernah percaya tahayymr (kesialan), dan hanya kepada Tuhan mereka sajalah mereka bertawakal. ” (Abdul Halim Soleh, 2008.21)

Sementara itu pendapat para ulama yang menyatakan bahwa seseorang yang sakit itu haras berobat, didasarkan pada perbuatan Nabi saw yang senantiasa berobat tatkala sakit. Mereka memahami hadis diatas bahwa yang dimaksud “merek?, tidak meminta diruqyah” adalah ruqyah yang makruh, yaitu yang

mendekati kesvirikan. Menurut mereka, ruqyah yang disebutkan dalam hadis

Dari keterangan di atas, wajib bagi orang Islam berwasiat kepada dirinya dan orang-orang yang sedang sakit agar senantisa bertawakal kepada Allah, dan menggantungkan hati kepada-Nya. Baik disertai dengan berobat atau lebih-lebih tidak disertai dengan berobat. Dengan demikian, ia akan mendapatkan kesehatan, keselamatan, dan balasan pahala di dunia dan akhirat.

B Implementasi Pemikiran M. Quraish Shihab tentang Tawakal dalam Pendidikan

Pada dasarnya manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang memiliki kelemahan dalam setiap hal, misalnya dalam hal pencapaian sesuatu yang ia kehendaki. Dan ada sebagian dari mereka yang berputus asa serta melupakan anugerah yang selama ini telah diperolehnya. Misalnya seseorang yane tidak lulus dalam menjalankan Ujian Nasional, ia merasa bahwa ia sudah putus harapannya untuk melanjutkan kejenjang berikutnya vaitu perguruan tinggi, dan ia beranggapan bahwa ia sudah ditakdirkan untuk tidak menemskan pendidikan kejenjang berikutnya, bahkan ada yang stres seakan-akan Aliah sudah tidak menyayanginya, padahal kalau ia tahu dan sadar bahwa sesuatu yang menimpa pada dirinya itu tidak lain adalah semata-mata dari Allah, dan sudah sepantasnya ia tetap berkeyakinan bahwa itu semua adalah yang terbaik baginya dan ia harus tetap semangat dan bersungguh-sungguh dalam belajar, agar ia mendapatkan sesuatu yang dikehendakinya. Oleh karena itu tawakal harus ditanamkan oleh

anak, supaya dalam mencapai suatu keberhasilan ia tidak putus asa dan akhirnya ia dapat menuju kepada kesempurnaan kejadian dan fungsinya.

M. Quraish Shihab dalam bukunya mengatakan: bahwa manusia diciptakan oleh Allah dengan potensi-potensi tertentu yaitu meliputi: Kemampuan untuk mengetahui sifat-sifat, fungsi, dan kegunaan segala macam benda. Akal dan pikiran serta panca indra, dan kekuatan positif untuk mengubah corak kehidupan dunia ini. Potensi untuk terjerumus dalam godaan hawa nafsu dan setan. Ditundukkannya bumi, langit, dan segala isinya oleh Allah kepada makhluk

Disamping iru manusia juga memiliki banyak masalah yang tidak dapat dijangkau oleh pikirannya, khususnya menyangkut diri, masa depan, serta banyak hal menyangkut hakikat manusia, seperti: fenomena kehidupan akhirat, pengetahuan tentang di daerah mana dia akan mati, dan kemungkinan manusia menyukai sesuatu padahal hal tersebut jelek baginya.(M. Quraish Shihab, 1996:233)

Disamping itu manusia di ciptakan oleh Allah memiliki fungsi yaitu sebagai kholifah dan hamba Seperti firman Allah yang berbunyi:

e V J ’ ’r o'! • • • • ”... Sesungguhnya Aku (Aliah) telah menjadikan kholifah dibum i"

"Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk menyembahku "

Dalam konteks ini maka pendidikan harus merupakan upaya yang ditujukan kearah pengembangan potensi yang dimiliki manusia secara maksimal sehingga dapat diwujudkan dalam bentuk konkrit dalam arti kemampuan menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri, masyarakat, dan lingkungannya sebagai realitas fungsi dan tujuan penciptaannya sebagai kholifah maupun abdi.

sakit, penyakitnya sama, dokternya sama, obatnya sama, tetapi yang satu sembuh dan yang satunya lagi tidak sembuh.

Bertawakal dalam segala urusan tidaklah merupakan rohani yang baik saja, melainkan memang diperintahkan Allah, pelaksanaan tawakalpada prinsipnya meliputi segala urusan dan pekerjaan yang baik serta segala keadaan yang sulit, salah satunya adalah dalam menjalankan rancangan yang sudah matang, misalnya dalam usaha nembanirunan. dan perjuangan. Demikian iuaa dalam kegiatan ekonomi, usaha mencari rizki untuk memenuhi keperiuan hidup hendaklah diiringi dengan tawakal karena sesungguhnya rezeki tiap- tiap makhluk itu sudah dijamin Allah.

Ulama’ mendudukkan tawakal secara istimewa karena termasuk sikap fudamental dalam diri seseorang. Tanpa tawakal, seseorang akan cenderung menghadapi berbagai problematika kehidupan secara emosional, mudah frustasi, dan akhirnya putus asa. Memiliki sikap tawakal memang tidak mudah, setidaknya, aua beberapa keadaan yang menjadi kendala sikap tawakal

a. Kurangnya keyakinan terhadap Allah. Artinya, tawakal hanya ada melalui kesadaran dan keyakinan yang utuh terhadap Ailah. b. Sikap sombong. Orang yang bangga kepada diri sendiri akan

sulitmenggapai sikap tawakal. Karena ia akan menyandarkan

segala sesuatu pada kapasitas dan kemampuan pribadi seraya mengabaikan Allah, dan ia ti merasa membutuhkan Allah dan tidak mau bersandar kepada-Nya.

c. Condong pada makhluk, yaitu mengandalkan kapasitas dan

kemampuan makhluk dalam memenuhi berbagai macam kebutuhan.

d. Mencintai dunia dan terperdaya olehnya. Janganlah seseorang terperdaya oleh fatamorgana dunia bergantung nada hiasan dan bermbisi untuk mengumpulkan dunia sebanyak-banyaknya, sebagaimana firman Allah yang artinya:

“Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan ladang. Itulah kesenangan hidup didunia dan disisi Aliah-lah tempat kembali yang baik”.(Jala!uddin Muhammad, 1991:44)

Seseorang yang terperdaya oleh dunia akan sulit memurnikan penghambaan kepada Allah. Karena, Allah tidak menjadikan seseorang memiliki dua hati dalam jiwanya, dan ia yang tidak memurnikan penghambaan terhadap Allah, tidak akan mengenai tawakal kepada-Nya.

Oleh sebab itu orang Islam hams senantiasa berusaha mempertahankan ketawakan dalam dirinya. Caranya adalah dengan

banyak mengingat Allah, ia harus percaya bahwa Allah adalah satu- satunya penolong baginya.

3. Pendidikan tawakal adalah Suatu usaha untuk mengarahkan manusia terhadap sifat tawakal kepada Allah agar ia dapat menyadari akan kelemahannya dihadapan Allah dan meyakini akan ke-Maha Kuasaan Allah sehingga ia dapat mengaplikasikannya pada kehidupannya sehari hari.

4. Implementasi tawakal dalam pendidikan adalah bahwa manusia

dicipiakan oien Aiiah dengan bekal potensi-potensi tertentu disamping itu ia juga memiliki banyak masalah yang tidak dapat dijangkau oleh pikirannya. Maka dari itu selain ia harus selalu melaksanakan tugas, tanggung jawab, dan mengembangkannya dengan ikhtiar yang sungguh-sungguh dan maksimal ia juga harus mengakuai kelemahannya dihadapan Aliah aan menyerahkan semua ikhtiarnya dengan penuh keyakinan atas ke Maha Kuasaan-Nya.

B. Rekom endasi

1. Saudaraku kaum mukminin, merasa pesimistis atau bernasib sial, termasuk salah satu tabiat jiwa manusia. Suatu saat, perasaan itu menekan begitu kuat, dan pada saat yang iain melemah. Penawar yang paling ampuh adalah tawakal kepada Aliah. Dan, sebagaimana iman kadang

tebal dan kadang tipis, demikian pula dengan tawakal, kadang kuat kadang lemah.

2. Kita harus senantiasa berusaha mempertahankan ketawakalan dalam diri kita. Caranya adalah dengan banyak mengingat Allah. Yakinilah bahwa Allah sebagai satu-satunya penolong kita. Adapun orang lain yang membantu kita, sebenarnya hanya perantara. Penolong yang sejati adalah Allah.

3. «wnidarsi'j» yang budiman, sungguh skripsi yang ada dihadapan

saudara ini nanyaiah sebagian yang sangat kecil dan beberapa konsep tentang seputar wawasan agama yang telah di tulis oleh M.Quraish Shihab dalam tafsir Al-Misbah. Untuk itu harapan penulis, agar saudara dapat meluangkan waktu untuk meneliti konsep-konsep yang lain, seperti hakikat iman, takwa, taubat, sabar, dan sebagainya yang berkenaan dengan wawasan agama.

C. K ata Penutup

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah atas rahmat, Taufik, dan hidayah-Nya yang dilimpahkan kepada penulis dalam menyusun skripsi yang sangat sederhana dengan segala keterbatasannya Akhirnya, semoga walaupun penuh dengan kekurangan dapat memberikan manfaat

bagi pencerahan hati dan jiwa. Hanya kepada Allah sajalah, tempat berserah diri.

Arikunto, Suharsini. 1980. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis.

Jakarta: Bina Aksara.

Bekker, Anton dan Ahmad Charis Zubair. 1999 Metode Penelitian Filsafat.

Yogyakarta: Kanisius.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka.

Dharara, Talizidulum. 1980. Research Teory, Metodologi Administrasi. Jakarta:

Rina AVspra

F'-Saha M Tslior.". (ian SaifuIHadi. 200r> Sketsa Al-Our’an i't iiij i\.a P u tr a .

Guio, Dali. 1982. Kamus Psychologi. Bandung: Tonis.

Hadi, Sutrisno. 1990. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset.

Sadhily, Hasan. 1980. Ensiklopedi Indonesia. Jakarta: Ichtiar Baru -Van Hoeve. Shihab, Muhammad Quraish. 1997a. Membumikan al-Qu ’ran. Jakarta: Mizan. Soemargono, Soegono. 1983. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Nur

Cahyo.

Zuhri. Saifudin, 1982. Kaleidoskop Politik di Indonesia. Jakarta: PT. Gunung Agung.

Shibab,. Juhammad Quraish. 1997b. M u ’jizatA l-Q ur’an. Bandung: Mizan.

Shibab, Muhammad Quraish. 1997c. Tafsir Ayat-ayat Pendek Bandung' Pustaka Hidayah.

Shibab, Muhammad Quraish. 1999. Wawasan Al-Our'an. Bandung: Mizan. Shibab, Muhammad Quraish. 2002. Tafsir Al-Misbah. Bandung: Mizan. Shibab, Muhammad Quraish. 2010. Fatwa-Fatwa. Tangerang: Lentera Hati. Indar, M. Djumberansyah. 1994. Filsafat Pendidikan. Surabaya: Karya Abdirama.

Shaleh, Abdul Halim. 2008. The Power o f Tawakal. Solo: Tiga Serangkai.

Al-Mahaly, Jalaluddn Muhammad dan Al-Suyuthi, Jalaluddin Abdurrahman. 1991. Tafsir Al-Our 'an. Lebanon: Darul Fikri.

Jamaluddin, Muhammad. 2005. Mauidotul Mu 'minin. Semarang: Toha Putra. Navvawi, Muhammaa. iw o . innc tMctsaw ui i oaa.\r„ oemarang: iuna ruua.

Al- Ghozali. 2003. lhya 'ul Ulumuddin. Semarang: Toha Putra. /• l-Mawarul. -^0*

11

. 1 . il-AiuWizrui. jaKUTta. Daiui Kuiuu. Husen. Mulianunad. 1991. Tafsir Al- Mizan T ibanen: Bairwt

Nim : 111 06 084 Dosen PA : Siti Ruhayati, M. Ag

N O JEN IS K EG IA TA N W A K T U PE L A K SA N A A N JAB AT AN N IL A I

1 Ospek 26-29 Agustus 2006 Peserta 3

2 Musabaqoh Qiro’atul Kutub 27 Mei 2008 Peserta 2

3 Seminar& Silaturrohmi Nasional 16 Desember 2008 Peserta 6

4 Kilatan Bulan Ramadhan 01-21 Sept 2005 Panitia 3

5 Tes Imtihanui Awal 0 1 - 0 6 Maret 2006 Bendahara 5

6 Penerimaan su::tri Baru _ O A Tjji: AAA£ Sekretaris 5

7 Pengurus Pon-Pes s* s- A A n

ZUUO-ZU06 Pendidikan c

J

8 Penguras Pon-Pes 2008-2009 Ketua 7

9 Kilatan Bulan Ramadhan 24 Sept-16 Oktober 2006 Panitia 3

10 Imtihanui Awal 11-17 Juni 2007 Panitia 3

11 Penerimaan Santri Baru 0 1 - 3 0 Juli 2007 Panitia 3

12 Ujian Akhir Ma’had 25 - 30 Juli 2007 Panitia 3

13 Imtihanui Akhir 10-15 Agustus 2007 Panitia OJ

14 Kilatan Bulan Ramadhan 13 Sept-04 Oktober 2007 Ketua 4

15 Pengajian Halal bihalal 24 Oktober 2007 Panitia J

16 Tes Imtihanui Awal 06-11 Mei 2008 Panitia 3

17 Penerimaan santri Baru 05 Juli - 05 Aguts 2008 Panitia 3

18 Haflah Akhirussanah & Haul

K.H. Djalal Suyuthi Ke-62 15 Agustus 2009 Bendahara

A

T

19 Ujian Akhir Ma’had 17- 19 Mei 2010 Ketua 4

20 Kilatan Bulan Ramadhan 1 i Agust - 02 Sept 2010 Panitia 3

J u m ia h 74

Salatiga, 21 Agustus 2010

Pembantu Ketua Bid. Kemahasiswaan

1

H. Agus Waluvo, M.Ag

PEM BIM BING JUDUL rv \U rij /U2. , k OKI r< 5 fs pOsJOiOiKstfi' r/-)(0*?£/9£ / 7 e /U u /? U r /P 7. ( D c y / P / 9 / J A J' H i h T f l'fs ig f l l - M t S S f t H .

PEM BIM BING JUDUL flPirriSct t uri j M'l- rfg . k O K I f(5 p ptAJOlOi K yOK/ r / i ccW /t /v' -C / 1 £ /J C/ /■? c/ r M . (D U £ / 9 /s H t>/-)Lfl/>n T /) 'fs t t> flJL -/v> is G O H .

Nama

Tempat Tanggal Lahir Alamat

Pendidikan

: Ahmad Musonef

: Kabupaten Grobogan 22 Januari 1987 : Wates, Kedung Jati, Grobogan.

1. SD Wates 02 (1998)

1. i v i i s l'aSiii VVdteS (Z v iu l)

3. MAK Al-Manar Bener, Tengaran Semarang (2004)

Dokumen terkait