• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PEMBAHASAN

B. Bidang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Menurut Ebert & Griffin (2007:71), “Sewaktu mendefenisikan tanggung jawab sosialnya, perusahaan biasanya menghadapi empat hal yang harus dipertimbangkan: tanggung jawab terhadap lingkungan, pelanggan, karyawan, dan investornya”.

1. Tanggung Jawab terhadap Lingkungan

Dunia industri sering menjadi tertuduh utama dalam masalah kerusakan lingkungan, karena “kerakusannya” dalam mengeksploitasi sumber daya alam. Mengendalikan polusi (masuknya zat-zat berbahaya ke dalam lingkungan) merupakan tantangan besar dalam bisnis kontemporer. Walaupun polusi suara saat ini semakin menarik kepedulian masyarakat, polusi udara, air, dan tanah tetap menjadi masalah besar yang perlu dicari penyelesaiannya baik oleh pemerintah maupun dunia usaha.

Tekanan dari stakeholders yang tumbuh dari kesadaran terhadap kelestarian lingkungan telah merasuk ke dalam dunia korporasi dan praktik-praktik manajemen. Misalnya institusionalisasi yang dituangkan dalam ISO 14000. Konsep produksi juga telah mengalami kemajuan dari konsep cradle to grave

menjadi daur ulang. Cradle to cradle seperti yang diterapkan Xerox. Berarti industri tidak hanya mengamankan agar sampah atau limbah tidak mencemari

lingkungan, tetapi juga berusaha agar sampah atau limbahnya dapat didaur ulang.

Menjadi “hijau” bukan hanya mengubah proses dan produk, yang hanya berkutat di proses internal pabrik belaka. Menjadi hijau juga mempedulikan ke-“hijauan”-nya mulai dari bahan baku yang digunakan dan kualitas perusahaan pemasok dipandang dari kacamata sadar lingkungan, seperti yang tertuang dalam standarisasi ISO 14000. Perusahaan juga harus bertanggung jawab atas aktivitas-aktivitas untuk meminimalkan dampak negatif dari sisa produk yang dihasilkan, penanganan limbah maupun “sampah” dari produk yang sudah terpakai, seperti kemasan. Pada umumnya peng-“hijau”-an perusahaan ini dikenal dengan Coorporate Greening.

2. Tanggung Jawab terhadap Pelanggan

Perusahaan yang tidak bertanggung jawab terhadap pelanggannya akan kehilangan kepercayaan dan akhirnya akan kehilangan bisnis. Selain itu, pemerintah secara aktif mengawasi apa yang dapat dilakukan dan yang tidak dapat dilakukan oleh bisnis-bisnis sehubungan dengan konsumennya. Di Indonesia, kontrol terhadap dunia periklanan dilakukan oleh beberapa lembaga. Salah satunya bernama Komisi Periklanan Indonesia. Dan terkhusus untuk produk obat dan makanan diawasi secara langsung oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Sedangkan untuk penetapan harga dan persaingan dunia harga diawasi oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). Praktek bisnis yang tidak etis dan tidak bertanggung jawab terhadap pelanggannya dapat dikenakan denda dan hukuman dari pemerintah.

Tanggung jawab sosial terhadap konsumen pada umumnya terbagi atas dua kategori: menyediakan produk-produk berkualitas dan menetapkan harga-harga secara adil. Tentu saja, tingkat kepedulian perusahaan terhadap tanggung jawab sosial bebeda-beda, seperti juga pendekatan mereka terhadap tanggung jawab lingkungan. Tetapi, tida seperti masalah lingkungan, kebanyakan permasalahan pelanggan tidak memerlukan solusi yang mahal. Sesungguhnya, sebagian besar masalah dapat dihindari apabila perusahaan mengikuti praktek-praktek yang telah diatur dan memerhatikan hukum yang berkenaan dengan hak-hak konsumen, penetapan harga yang wajar, dan etika dalam periklanan.

3. Tanggung Jawab terhadap Karyawan

Perilaku tanggung jawab secara sosial terhadap para karyawan memiliki komponen hukum dan sosial. Menurut peraturan, bisnis tidak dapat mempraktekkan berbagai bentuk diskriminasi ilegal terhadap orang-orang dalam setiap segi hubungan pekerjaan. Sebagai contoh, perusahaan tidak dapat menolak memperkerjakan seseorang hanya karena masalah etnis atau membayar seseorang lebih rendah dibandingkan orang lain berdasarkan alasan jenis kelamin. Tindakan-tindakan seperti itu hanya dapat dilakukan untuk tuntutan pekerjaan saja. Perusahaan dikatakan memenuhi tanggung jawab hukum dan sosialnya apabila karyawannya diberi kesempatan yang sama tanpa memandang faktor-faktor suku, jenis kelamin, atau faktor lainnya yang tidak relevan.

Perusahaan yang mengabaikan tanggung jawab itu menghadapi risiko kehilangan karyawan yang produktif dan bermotivasi tinggi. Perusahaan tersebut juga menghadapi risiko tuntutan hukum.

Akan tetapi, menurut pendapat banyak orang, tanggung jawab sosial terhadap karyawan tidak terbatas pada kesetaraan kesempatan saja. Menurut pandangan populer, koorporasi harus berusaha keras untuk memastikan bahwa mereka menyediakan lingkungan kerja yang aman, secara fisik, maupun sosial. Perusahaan juga wajib melindungi kesehatan para karyawannya dengan cara memberikan kesempatan untuk menyeimbangkan pekerjaan dengan tekanan kehidupan dan preferensi hidup. Dari sudut pandang itu, tanggung jawab sosial terhadap para pekerja juga mencakup usaha membantu mereka mempertahankan keahlian kerja yang sesuai dan, ketika pemecatan atau penghentian perlu dilakukan, memperlakukan mereka dengan rasa hormat dan belas kasih.

4. Tanggung Jawab terhadap Penanam Modal

Karena pemegang saham merupakan pemilik perusahaan, terdengar sangat janggal apabila perusahaan mengabaikan para investornya. Para manajer dapat menghindari tanggung jawab mereka kepada investor dengan beberapa cara. Namun demikian, perilaku tidak bertanggung jawab terhadap para pemegang saham sama artinya dengan merusak sumber daya keuangan perusahaan. Pada kasus seperti itu, pihak yang sudah pasti dirugikan adalah para pemilik saham yang tidak menerima pendapatan atau dividen mereka.

Perusahaan dapat pula bertindak tidak bertanggung jawab terhadap para investor dengan cara memberikan keterangan yang menyimpang mengenai sumber daya perusahaan.

Untuk mempertahankan sikap mental dan tanggung jawab sosial terhadap para investor, para manajer harus mengikuti prosedur akuntansi yang pantas, memberikan informasi yang tepat kepada pihak berkepentingan mengenai kinerja keuangan perusahaan, dan mengelola perusahaan untuk melindungi hak-hak dan investasi para pemegang saham. Mereka harus akurat dan terus terang dalam menilai pertumbuhan dan profitabilitas masa depan serta bahkan menghindari tidak layak dalam bidang-bidang yang sensitif seperti insider trading, manipulasi harga saham, dan menyembunyikan data keuangan.

C. Program CSR (Corporate Social Responsibility) yang Dilaksanakan

Dokumen terkait