• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIDANG TECHNICAL SUPPORTING

Dalam dokumen Direktori Karya Inovasi XIV - 2011 (Halaman 84-143)

Penggunaan material LLC ( LIVE LINE CONECTOR) atau HOT LINE CLAMP dalam pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan secara bertegangan ( PDKB) memang cukup penting, berbagai alasan yang mendukung hal ini antara lain adalah bahwa penggunaannya sangat praktis sehingga memudahkan pelaksana atau linemans dalam bekerja. Dan hampir semua unit PDKB di PLN ini menggunakan material LLC sebagai material pokok, namun begitu dalam penggunaannya mempunyai beberapa kelemahan dimana sering terjadi loss kontak jika pengencangannya kurang sempurna atau jarang dilakukan pengecekan, selain hal itu faktor konduktor yang tersambung juga mempengaruhi kualitas penyambungan dengan LLC. Seperti pada konduktor beralur kecil jenis AAAC yang mana jika terjadi loss kontak, maka akan langsung merusak konduktor sehingga konduktor akan mudah rantas dan terurai. Dalam pelaksanaan penyambungan konduktor dengan LLC perlu dilapisi dengan pita pelindung yang sering disebut armour tape untuk melindungi, agar jika terjadi loss kontak maka konduktor tidak langsung rusak melainkan lapisan armour tape dulu yang rusak. Selain pada titik penyambungan LLC yang sering mengalami kerusakan pada jenis konduktor AAAC beralur kecil juga sering mengalami kerusakan karena sentuhan pohon, hewan maupun karena petir yang menyebabkan konduktor terurai sehingga menjadi penyebab terjadinya gangguan jika terlambat di tangani. Pada awalnya pelaksanaan pekerjaan pelapisan konduktor dengan armour tape dikerjakan secara off line ( padam ), melihat kondisi tersebut maka terciptalah sebuah karya inovasi di tahun 2010 yang diberi nama ARMOUR TAPE ROLLER pada dasarnya peralatan tersebut sudah dapat digunakan dan secara hasil cukup sempurna namun masih menggunakan sistim manual sehingga pada proses pelaksanaan sulit, waktunya lama serta membutuhkan tenaga yang ekstra sehingga cukup menguras tenaga pelaksana.

Kode:

1413054

Unit:

PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta

Judul:

AUTOMATIC TAPE ROLLER

Tim Inovator:

Agus Salim, Nur Hendro, Edi Purwanto

Direktori Karya Inovasi XIV - 2011

BIDANG TECHNICAL SUPPORTING

75

Melihat bahwa kebutuhan akan penggunaan pita pelindung armour tape ini cukup efektif untuk mengurangi gangguan karena kerusakan konduktor, maka kami mencoba membuat peralatan untuk memasang pita pelindung armour tape yang dapat dikerjakan secara on line ( bertegangan ) dan dapat dikontrol secara otomatis yang bernama “AUTOMATIC TAPE ROLLER ”, Peralatan ini kami buat dengan mendasar- kan pada kondisi jaringan yang ada di PLN dan menyesuiakan desain peralatan dengan kondisi dilapangan sehingga diharapkan mudah dalam penggunaannya serta mengurangi tingkat kesulitan dalam penggunaanya, secara prinsip sama dengan peralatan terdahulunya akan tetapi sekarang peralatan ini sudah otomatis karena digerakan denga tenaga motor.

76 Direktori Karya Inovasi XIV - 2011

BIDANG TECHNICAL SUPPORTING

Pada pelaksanaan pekerjaan yang berhubungan dengan pekerjaan pengikatan konduktor ke isolator dengan penggunaan Tie wire yang cukup panjang sesuai SOP yaitu 110 cm untuk konduktor 240 mm. Terlihat adanya kesulitan pelaksanaan dan kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Karena dalam pelaksanaan, Tie wire akan sangat dekat dengan ground dan pelaksana pekerjaan harus selalu menyesuaikan posisinya untuk memenuhi standar Jarak Lindung terhadap tegangan. Sehingga konsentrasi pelaksana pekerjaan terbagi dan mengakibatkan kurang tenang dalam bekerja.

Melihat kondisi tersebut, sangat berpeluang terjadinya hubung singkat. Yang sangat beresiko pada keselamatan pelaksana pekerjaan, terganggunya sistem penyaluran ketenaga listrikan, dan kerusakan peralatan.

Maka untuk menghindari hal tersebut, terciptalah karya inovasi Tie Wire O yang mana konsep dasarnya adalah memposisikan Tie wire di sisi konduktor selama pelaksanaan pekerjaan pengikatan konduktor ke isolator.

Dengan menggunakan alat inovasi ini, diharapkan permasalahan yang timbul seperti analisa diatas dapat dihindarkan.

Kode:

1413061

Unit:

PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta

Judul:

TIE WIRE O

Tim Inovator:

Agus Salim, Utomo Abi Prabowo, Wahyuli Cristanto

 

Direktori Karya Inovasi XIV - 2011

BIDANG TECHNICAL SUPPORTING

77

Saluran udara Tegangan Menegah (SUTM) merupakan bagian dari jaringan sistem distribusi yang berfungsi sebagai penyalur beban ke konsumen. Dengan melihat fungsi tersebut, tentunya SUTM memiliki peranan penting untuk menjaga kualitas dan kehandalan pelayanan kelistrikan PLN Area Cengkareng. Namun fungsi tersebut harus berhadapan dengan potensi gangguan yang bisa menyebabkan putusnya jaringan SUTM sehingga bisa mengakibatkan pemadaman. Potensi gangguan ini muncul akibat adanya korona pada komponen- komponen SUTM. Komponen-komponen tersebut meliputi schoen kabel, sambungan H-connect atau joint sleeve, bendrat/ ikatan isolator, dan kabel rantas. Korona tersebut juga mampu menyebabkan panas pada komponen-komponen SUTM sehingga apabila panas tersebut sudah melebihi titik lebur komponen, titik komponen tersebut akan mudah putus. Dengan melihat kondisi tersebut, perlu adanya deteksi korona pada SUTM.

Selama ini pendeteksian potensi gangguan SUTM masih melalui mata telanjang, sehingga hasil inspeksi masih sulit dianalisa untuk dapat diambil tindakan. Oleh karena itu PLN Area Cengkareng berusaha untuk memodifikasi “ultrasonic corona and leak detector”, agar dapat digunakan untuk inspeksi di jaringan SUTM. Saat proses corona terjadi terbentuk ozone, sinar ultraviolet, asam nitrat, emisi elektromagnetik, dan suara. Suara yang muncul ditimbulkan karena adanya gesekan antara molekul udara dengan loncatan muatan listrik saat corona terjadi. Suara inilah yang berusaha ditangkap agar dapat dianalisa tingkat kerusakannya.

Semakin parah korona yang terjadi, maka level dB yang dihasilkan akan semakin besar.

“Pendekar Padam” dapat menangkap besarnya level dB pada saat terjadi korona pada SUTM. Berdasarkan nilai level dB itulah dapat diketahui seberapa parah tingkat kerusakan yang terjadi. Dengan diketahuinya tingkat kerusakan yang terjadi pada SUTM maka bisa ditentukan kapan paling lambat dilakukan perbaikan pada titik yang mengalami potensi gangguan.

Kode:

1413075

Unit:

PT PLN (Persero)

Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang

Judul:

PENDETEKSI KORONA PADA JARINGAN SUTM (PENDEKAR PADAM) Tim Inovator: Heri Sutikno, Cyrillus Ekana H. P., Sasongko Aribowo

 

03

78 Direktori Karya Inovasi XIV - 2011

BIDANG TECHNICAL SUPPORTING

Single Line Diagram adalah gambar susunan gardu distribusi secara urut berdasarkan sumber supply Gardu Induk dan urutan arah kabel Tegangan Menengah dari Gardu Induk – Gardu Distribusi – Gardu Hubung yang dituangkan ke dalam gambar diagram satu garis untuk kemudahan mengetahui arah supply pada Jaringan Tegangan Menengah 20 kV. Gabungan Single Line Diagram dan Sistem Monitoring Gardu berfungsi memonitoring jaringan distribusi yang saling terintegrasi secara real time dalam suatu sistem informasi. Dengan Single Line Diagram dan Sistem Monitoring Gardu, data-data dan kondisi terbaru pada aset jaringan distribusi dapat diperoleh secara real time sehingga pengambilan keputusan dapat berlangsung dengan cepat dan tepat. Gejala-gejala kegagalan/kerusakan aset dapat diidentifikasi lebih awal dan selanjutnya tindakan preventif dapat diambil sebelum menimbulkan gangguan pada operasi distribusi. Sistem Monitoring ini juga dapat menekan recovery time karena arah gangguan dapat lebih cepat diketahui dengan indikasi lampu GFD (Ground Fault Detector). Kondisi dan tingkat keandalan aset juga dapat diperkirakan dari data-data yang dikumpulkan, sehingga proses pemeliharaan dapat dijadwalkan tanpa mengganggu kinerja distribusi. Dengan demikian, dengan adanya Single Line Diagram dan Sistem Monitoring Gardu diharapkan kehandalan kinerja operasi dapat meningkat seiring dengan pemeliharaan jaringan distribusi yang terencana dan terpadu karena data pendukung lebih akurat.

Kode:

1413077

Unit:

PT PLN (Persero)

Distribusi Jakarta dan Tangerang

Judul:

SINGLE LINE DIAGRAM BERBASIS DATABASE DAN SISTEM

MONITORING GARDU DISTRIBUSI (SIMADU) Tim Inovator: Reny Wahyu S., Yosephus Devalesy, Christian Octavian

 

04

Direktori Karya Inovasi XIV - 2011

BIDANG TECHNICAL SUPPORTING

79

Sesuai kondisi di lapangan, Tim PDKB mendapat hambatan untuk melaksanakan pekerjaan pemeliharaan maupun penggantian terhadap Double Isolator tumpu (A2) maupun (A1) jaringan menyudut, karena sesuai SOP PDKB nomor 29, 30 dan 31 langkah kerja yang ke 6 (terlampir), disana dijelaskan agar linesman dituntun untuk mengendalikan syntetic rope (tali) dengan perantara link pole berisolasi dikaitkan pada konduktor bertegangan lalu ditarik se arah sudut jaringan sampai konduktor lepas dari leher isolator, dengan pelaksanaan seperti tersebut di atas tentu saja mengganggu aktifitas lalu lintas jalan bila sudut jaringan mengarah ke jalan raya, sehingga untuk pekerjaan pemeliharaan maupun penggantian Isolator Tumpu jaringan menyudut saat ini masih belum bisa mempergunakan methode PDKB.

Untuk menghindari hilangnya Kwh jual bagi Perusahaan dan juga menjaga Citra Perusahaan dimata konsumen pemakai tenaga listrik, akibat seringnya melakukan pemadaman berencana terhadap pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan maupun penggantian Isolator Tumpu jaringan menyudut, yang banyak terpasang pada line jaringan, maka dibuatlah alat Bantu penunjang Pelaksanaan Pekerjaan tersebut yang diberi nama “Gin Tension Puller “.

Dengan dibuatnya peralatan penunjang tersebut, kerugian-kerugian terhadap kWh hilang bagi Perusahaan dan begitu juga terhadap Citra Perusahaan di mata konsumen pemakai tenaga listrik dapat di tekan, dan begitu juga dampak yang akan ditimbulkan akan lebih baik bagi Perusahaan ke depan. Gin Tension Puller ini konstruksinya sangat sederhana, dan dibuat sesuai dengan peralatan Power Puller dengan cara memanfaatkan peralatan PDKB-TM yang ada dan dengan ditunjang beberapa material yang mudah didapat dipasaran bebas yang harganya relatip murah. Meskipun peralatan ini sederhana tapi manfaat dari alat ini sangat besar sekali sehingga sangat membantu sekali bagi PDKB-TM Sentuh Langsung maupun PDKB-TM Berjarak dalam hal pencapaian Kinerja.

Kode:

1413081

Unit:

PT PLN (Persero) Distribusi Bali

Judul:

GIN TENSION PULLER (ALAT BANTU PELAKSANAAN PEKERJAAN PEMELIHARAAN / PENGGANTIAN DOUBLE ISOLATOR TUMPU)

Tim Inovator:

Mujib Burrahman, I.B KM. Darmayudanta, I Made Meddy Karmita, ST

 

80 Direktori Karya Inovasi XIV - 2011

BIDANG TECHNICAL SUPPORTING

Konduktor AAAC-S (All Aluminium Alloy Conductors XLPE Sheated) merupakan bahan penghantar yang diselimuti bahan isolasi padat (polimer) jenis XLPE. Konduktor AAAC-S mempunyai kelebihan dibandingkan konduktor AAAC yaitu mampu mengisolasi inti konduktor dari gangguan arus hubung singkat phasa-ground seperti akibat tertimpa dahan pohon. Namun dibeberapa daerah yang memiliki tingkat polutan yang tinggi seperti daerah pinggir pantai, penggunaan konduktor AAAC-S menemui permasalahan yaitu terjadinya korona dan kerusakan bahan isolasi pada ikatan isolator tumpu akibat adanya partial discharge. Partial discharge adalah peristiwa pelepasan/peluahan muatan listrik sebagian yang terjadi pada suatu bagian isolasi (pada rongga dalam atau pada permukaan) sebagai akibat adanya beda potensial yang tinggi dalam isolasi tersebut.

Untuk mencegah dan menanggulangi terjadinya korona dan kerusakan isolasi konduktor AAAC-S akibat partial discharge, kami membuat suatu alat yang kami beri nama cangcuter’s. Cangcuter’s merupakan material kerja untuk jaringan distribusi 20 kV dengan prinsip kerja penyamaan beda potensial antara inti konduktor dan bahan pengikan (tie wire) melalui gigi tunggal sebagai penghubung/konektornya. Dengan terhubungnya inti konduktor dan tie wire maka tidak akan terjadi pelepasan muatan dari inti konduktor menuju tie wire.

Pengujian cangcuter’s kami lakukan diwilayah kerja Area Bali Timur khususnya di daerah-daerah rawan polutan (pinggir pantai) dalam kurun waktu satu tahun setelah pemasangan. Pengujian cangcuter’s dilakukan terhadap konduktor AAAC-S yang telah terkena imbas partial discharge, dan dari pengujian tersebut didapat data kuantitatif berupa prediksi penurunan losses dan data kualitatif berupa kondisi ikatan maupun bahan isolasi AAAC-S sangat baik dan tidak menunjukkan terjadinya tanda-tanda partial discharge lagi. Dari seluruh mekanisme pengujian ini, maka kami menarik kesimpulan bahwa pemasangn cangcuter’s pada ikatan konduktor AAAC-S memberikan beberapa manfaat diantaranya : mencegah kerusakan konduktor AAAC-S dan menekan losses jaringan distribusi 20 kV.

06

Kode:

1413082

Unit:

PT PLN (Persero) Distribusi Bali

Judul:

PENANGGULANGAN PARTIAL DISCHARGE PADA IKATAN KONDUKTOR AAAC-S MENGGUNAKAN “CANGCUTER’S” Tim Inovator: I Gst. Pt. Bagus Wirajaya, I Wayan Witantra, Ketut Mudita, I Gd. Pt. Adi Nosaputra, I Nyoman Gd. Wiraguna, I Ketut Wiharta Suwali, I Gd. Eka Putra Junaedy, I Nengah Jana Ariwijaya, Kadek Surachmanto

Direktori Karya Inovasi XIV - 2011

BIDANG TECHNICAL SUPPORTING

81

Dalam upaya meningkatkan kinerja perusahaan PT PLN (Persero) P3B Jawa Bali mencanangkan beberapa program – program unggulan diantaranya program perang padam Jawa – Bali , SiAP 999 dan 9.3.45 yang bertujuan untuk menuju perusahaan World Class Service ( WCS ) pada tahun 2012. Dengan demikian maka perusahaan harus bisa menyediakan penyaluran tenaga listrik yang handal dan peralatan listrik yang handal pula. Dari program – program itulah yang menjadi latar belakang dibuatnya inovasi ini untuk mendukung program perusahaan tersebut terutama untuk peningkatan kinerja trafo – trafo yang ada di Gardu Induk. Faktor yang mempengaruhi usia trafo adalah tingkat pembebanan dan temperatur suhu trafo, dengan alat SMT-10 ini maka kenaikan suhu akan termonitor sehingga kinerja trafo dapat dioptimalkan dalam pengoperasiannya.

Sistem Monitoring Temperatur ( SMT-10) pada Trafo adalah suatu perangkat Early Warning System ( EWS ) untuk monitoring kenaikan temperatur pada trafo yang disebabkan oleh suhu luar dan tingkat arus pembebanan. Dalam hal ini perangkat yang digunakan adalah Zellio Smart Relay type SR3B261BD.

Alat ini akan bekerja jika suhu trafo mengalami kenaikan yang melebihi setting suhu yang telah ditentukan (Setting temperatur dari alat SMT-10 lebih kecil dari setting temperatur Alarm trafo). SMT - 10 akan memberikan sinyal alarm pada panel di ruang kontrol Gardu Induk dan akan langsung mengoperasikan kipas bantu no 1. Bila temperatur masih naik maka alat ini juga akan mengoperasikan kipas bantu no 2. Kipas bantu disini berfungsi untuk membantu penurunan temperatur secara cepat dan menghindari terjadinya Oil temperatur alarm sehingga tidak terjadi penurunan beban apa lagi dalam keadaan beban puncak.

Kode:

1413100

Unit:

PT PLN (Persero) P3B Jawa Bali

Judul:

SISTEM MONITORING TEMPERATUR ( SMT-10 )

Tim Inovator:

Sobari Hadi Sucipto, Kuswantoro, Dicky Kurniadi

82 Direktori Karya Inovasi XIV - 2011

BIDANG TECHNICAL SUPPORTING

Selain memberikan sinyal alarm dan mengoperasikan kipas bantu alat SMT-10 ini juga akan menginformasikan kenaikan temperatur trafo kepada supervisor GI dan petugas GI atau kepada management UPT melalui SMS (Short Messages Service) karena alat ini dilengkapi dengan Modem GSM. Implementasi Sistem Monitoring Temperatur dapat dilaksanakan pada Trafo – trafo lainnya selain Trafo IBT.

Dalam pelaksanaannya Sistem Monitoring Temperatur ini dapat membantu proses kestabilan temperatur trafo, sehingga keandalan Trafo dapat dipertahankan dan trafo dapat beroperasi secara optimal. Alat SMT-10 ini juga dapat dimanfaatkan pada generator yang menggunakan sensor suhu sehingga performance dari peralatan tersebut dapat terjaga keandalannya dan dapat termonitor dari jarak jauh.

Direktori Karya Inovasi XIV - 2011

BIDANG TECHNICAL SUPPORTING

83

Listrik merupakan komponen yang terikat erat dengan perkembangan dunia modern. Semua peralatan kerja dalam dunia modern membutuhkan listrik untuk pengoperasiannya. PLN sebagai badan usaha yang menyediakan tenaga listrik membutuhkan sistem penyaluran energi yang andal agar kontinuitas penyaluran energi tenaga listrik dapat berjalan secara kontinyu.

Kondisi sistem transmisi yang terletak di dekat daerah pantai membuat proses korosi terhadap jaringan tinggi. Salah satu masalah yang sering terjadi dalam transmisi adalah keroposnya aksesoris penyangga earth wire sehingga memperbesar peluang earth wire lepas dari aksesoris penyanggahnya. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka dilakukan pengantian aksesoris earth wire dengan metode lama yang memiliki lama pemasangan alat + 45 menit, dengan resiko terjatuhnya pekerja, travers bengkok, dan kemungkinan putusnya kawat Earth Wire.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka kami membuat peralatan kerja baru yang kami beri nama HyPErtensi (Hydrolic Portable Earth Wire Lifter for suspension), yang sesuai bagi pelaksana dan dapat membantu proses perbaikan aksesoris Earth wire menjadi lebih mudah serta aman dengan keunggulan pemasangan alat + 15 menit, faktor safety lebih tinggi, baik terhadap pekerja maupun terhadap Earth Wire. HyPErtensi ini juga dilengkapi peralatan emergency untuk mencegah apabila terjadi kerusakan pada HyPErtensi sehingga pekerjaan dapat

terus berlangsung. Implementasi penggunaan HyPErtensi telah dilaksanakan untuk perbaikan aksesoris Earth Wire pada beberapa Tower transmisi tanpa ada kendala yang berarti sehingga pekerjaan dapat terselesaikan dengan lebih cepat dan aman.

Kode:

1413107

Unit:

PT PLN (Persero) P3B Jawa Bali

Judul:

HYPERTENSI

(HYDROLIC PORTABLE EARTH WIRE LIFTER FOR SUSPENSION)

Tim Inovator:

Putut Tri Agustianto, Dwi Mulyono, Teguh Wahyudi

 

84 Direktori Karya Inovasi XIV - 2011

BIDANG TECHNICAL SUPPORTING

PLTA Tulungagung adalah salah satu dari pembangkit tenaga listrik yang dikelola oleh PT PJB UP Brantas yang berlokasi di Kabupaten Tulungagung dan berkapasitas 2 x 18 MW. Peran dari PLTA yang beroperasi mulai tahun 1993 ini adalah untuk memperbaiki tegangan di sistem jaringan 70 kV Jawa Timur bagian Selatan.

Beberapa tahun terakhir, pada PLTA Tulungagung sering kali terjadi gangguan pada oil cooler pelumas turbine bearing, yang menyebabkan unit pembangkit harus shut down beberapa hari. Gangguan ini berakar pada hal yang sama yaitu kebocoran pada tube oil cooler. Penyebab utama kebocoran adalah kondisi air yang kotor dan berpasir sehingga mengabrasi tube. Selain itu kondisi desain oil cooler adalah terendam fluida pelumas di dalam bearing, sehingga jika terjadi gangguan maka unit pembangkit tidak dapat beroperasi.

Dengan melihat kondisi air dan kelemahan dari desain terdahulu maka dilakukan modifikasi pada sistem pendingin pelumas turbine bearing. Modifikasi dilakukan dengan mengganti type oil cooler, menempatkan oil cooler di luar bearing, dan menjadikan oil cooler bekerja secara redundant. Sebagai konsekuensinya maka diperlukan pompa untuk sirkulasi fluida pelumas dan penambahan instalasi. Perbaikan yang dilakukan juga dengan menambahkan beberap peralatan

ukur dan sistem kontrol, dengan tujuan untuk memudahkan analisa terhadap unjuk kerja oil cooler dan memudahkan operasi sistem pendingin.

Dengan adanya modifikasi ini maka unit pembangkit tidak perlu shutdown saat oil cooler dalam pemeliharaan. Kondisi ini menjadikan karya inovasi ini sangat bermanfaat bagi PLTA Tulungagung.

Kode:

1413128

Unit:

PT PEMBANGKIT JAWA BALI

Judul:

RE–DESIGN SISTEM PENDINGIN PELUMAS TURBINE BEARING PLTA TULUNGAGUNG Tim Inovator: Imron Fauzi, Bambang Wahyu, Ibrahim Fahmi

09

 

Direktori Karya Inovasi XIV - 2011

BIDANG TECHNICAL SUPPORTING

85

Sistem PLTU adalah suatu siklus tertutup sesuai dengan siklus rankine. Uap air yang digunakan untuk menggerakan turbin diubah menjadi fase air dan selanjutnya dipompa lagi menuju boiler. Ada dua jenis pompa yang digunakan yaitu CEP dan BFP. CEP (condensate extraction pump) merupakan tipe pompa sentrifugal dengan posisi poros tegak, berfungsi mengalirkan fluida dari kondensor menuju deaerator. BFP (boiler feed pump) merupakan tipe pompa sentrifugal dengan posisi poros mendatar berfungsi mengalirkan fluida dari deaerator menuju boiler. Masing-masing sistem terdiri dari tiga unit pompa dengan pola dua operasi satu stand by.

Permasalahan terjadi pada CEP 2B yang mana mengalami vibrasi. Level vibrasi tersebut masuk dalam kategori ALARM sehingga pompa tidak boleh dijalankan secara kontinyu dan terdapat kemungkinan akan menyebabkan kerusakan catasthropic jika terus beroperasi pada kondisi tersebut. Vibrasi yang terjadi karena natural frequency pompa mendekati operational frequencynya sehingga terjadi resonansi. Apabila peralatan yang mengalami resonansi maka akan terjadi penguatan getaran yang bisa mengakibatkan terjadinya kerusakan komponen-komponen didalamnya.

Dari permasalahan di atas maka kami merancang suatu peralatan, yang disebut dynamic vibration absorber, yang diguna- kan untuk meredam vibrasi pada condensate extraction pump.

Kode:

1413131

Unit:

PT PEMBANGKIT JAWA BALI

Judul:

DYNAMIC VIBRATION ABSORBER, ALTERNATIF PENYELESAIAN MASALAH RESONANSI.

Tim Inovator:

Munif,

Benedictus Supriyono, Andi Desi Sunarno

10

86 Direktori Karya Inovasi XIV - 2011

BIDANG TECHNICAL SUPPORTING

Gas Turbine Mitsubishi type M701F merupakan salah satu Gas Turbine terbaru yang dioperasikan di Indonesia dengan kapasitas daya terpasang hingga 278 MW. Namun dibandingkan dengan tipe-tipe sebelumnya type ini beroperasi dengan temperatur yang lebih tinggi, dimana combustor Gas Turbine Mitsubishi M701F dioperasikan sehingga turbine inlet temperature (TIT) mencapai 1400oC, dan untuk memperoleh Nox pada level 25ppm temperatur flame harus dijaga pada kisaran 1500-1600oC.

Fokus kepada part yang terdapat pada Hot Gas Path, Transition Piece Seal, di-install pada Transition Piace Ass’y terletak pada Combuster Area. Part ini memiliki fungsi sebagai perapat (seal) pada ujung akhir Transition Piece sebagai ‘media’ pengarah aliran flue gas menuju First Vane. Dikondisikan flue gas yang terjadi dari proses pembakaran bahan bakar di Combuster Basket tidak bocor keluar menuju udara bertekanan output last stage Compressor yang terdapat di Combustion Chamber.

Kerugian yang terjadi bila terjadi kegagalan fungsi Transition Piece Seal utamanya adalah menurunnya efesiensi Gas Turbine dan naiknya nilai Heat Rate. Dilain hal juga akan menaikan temperatur udara pada Combustion Chamber yang akhirnya akan menurunkan efektifitas pendinginan Hot Part . Sebuah masalah awal kecil yang beruntut ke masalahmasalah lain dan menjadi kompleks.

Kondisi aktualnya, setiap proses pembongkaran Transition Piece Ass’y, setelah Seal dilepas, part ini mengalami deformasi berupa perubahan radius kelengkungan yang menyebabkan tidak bisa diproses re-assembly. Para supervisi pekerjaan MHI tidak memberikan solusi tegas atas kondisi ini. Beberapa pilihan sebagai penyelesaian masalah yang dapat dilakukan adalah;

1. Pengadaan baru part Trasition Piece Seal dari MHI. 2. Perbaikan oleh pihak ketiga.

3. Perbaikan sendiri.

Dengan parameter yang menjadi pertimbangan menentukan penyelesaian masalah adalah schedule overhaul yang terkait

Kode:

1413133

Unit:

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI

Judul:

OPTIMALISASI TRANSITION PIECE OUTER SEAL DAN INNER SEAL PADA TURBIN GAS MHI TYPE M701F

Dalam dokumen Direktori Karya Inovasi XIV - 2011 (Halaman 84-143)

Dokumen terkait