• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Temuan dan Analisis Data Lapangan

1. Bimbingan Akhlak Anak Usia 4-7 Tahun

Pembimbingan akhlak anak dalam lingkup keluarga Rt.03 Rw.01 adalah dilakukan dengan proses tradisional dalam arti tanpa menggunakan berbagai sarana maupun prasarana teknologi seperti pada instansi pendidikan saat ini.

a. Bentuk dan Waktu Bimbingan

1). Bentuk Bimbingan

10

Wawancara Pribadi Dengan Bapak Tohang (Muara Jaya) Pada tanggal 19 Desember 2010.

11

Bimbingan akhlak adalah suatu proses dimana ada penanaman nilai, terutama nilai Islam yang dapat membentuk karakter pada anak yang dilakukan sejak dini-usia 4-7 tahun. Pada usia inilah anak menempati masa emas dan dengan mudah akan menyerap apa yang ditanamkan serta menjadi fondasi untuk kehidupan ke depan. Menurut penulis, penanaman akhlak dalam keseharian anak inilah yang disebut sebagai holistik learning (pembelajaran/pembimbingan menyeluruh), dimana anak adalah subyek yang dididik secara keilmuan dan nilai-nilai sekaligus. Maka bentuk dan waktu bimbingan yang dilakukan oleh keluarga Rt. 03 Rw. 01 Muara Jaya dilakukan dengan :

a. Pembangunan kesadaran akan peran sebagai ayah maupun sebagai ibu dalam keluarga.

Menurut salah satu kepala keluarga, sebut saja pak Fadhil, bahwa banyak sudah yang dilakukan oleh keluarga di lingkungan Rt.03 Rw.01 Desa Muara Jaya dalam memberikan bimbingan akhlak kepada anak. Bahkan hal ini juga disadari oleh para orang tua agar berperan sebagaimana yang diajarkan agama dalam arti memiliki tanggungjawab yang sama soal pembangunan karakter moral anak.12

12

Wawancara Pribadi dengan Bapak Fadhil, (Ketua Rt.03 Rw.01) Muara Jaya pada Tanggal 17 November 2010.

b. Melakukan proses pembiasaan pada anak saat memberikan bimbingan

Proses pembiasaan anak saat orang tua memberikan bimbingan di keluarga Rt.03 Rw.01 Muara Jaya adalah dengan melatih, memberikan arahan dan nasehat. Pembiasaan ini misalnya mengajak anak untuk melakukan shalat dengan memberikan contoh maupun teladan kepada anak, mengajak anak ke masjid untuk mendengarkan tausiah, mengajarkan anak membaca al-Qur’an, melakukan

pendampingan saat menonton televisi.

“Bagi saya sebagai kepala keluarga, saya harus benar-benar mengawasi dan terlebih lagi melatih anak saya untuk senantiasa menjalankan ajaran agama, terutama akhlak ya. Saya juga biasa mengajak anak saya shalat berjamaah di masjid, kemudian mendengarkan tausiah dari ustadz, ya..meskipun hanya setelah shalat maghrib. Yang

penting kan istiqamah.”13

Demikian ungkap bapak Udin yang berprofesi sebagai guru agama di instansi pendidikan negeri di Muara Jaya.

13

Wawancara Pribadi dengan Bapak Udin (Muara Jaya) pada tanggal 13 Desember 2010.

c. Membangun karakter dengan manajemen diri dalam konteks ajaran Islam “kulliyatul khams”-melindungi agama (hifzu al-din), melindungi jiwa (hifzu a-nafs), melindungi intelektual (hifzu al-aql), menjaga kepemilikan harta (hifzu al-mal) dan menjaga kesucian/keturunan (hifzu al-nasl)

Membangun karakter dengan manajemen diri adalah membimbing anak saat belajar dan mendampingi anak dalam melakukan aktivitas agar lebih terarah. Konsep Islam dalam hal ini adalah menjadikan manusia sebagai insan kamil dan memiliki sifat humanisme. Inilah mengapa kemudian bapak Supardi (Mantan Kepala Desa Muara Jaya), yang menjadi salah satu tokoh agama berpendapat bahwa agama menjadi fondasi penting dalam membimbing anak, terutama untuk akhlaknya.14

Karenanya sangat ditekankan kepada para keluarga untuk dapat melakukan bimbingan akhlak sesuai dengan kapasitas yang dimiliki orang tua, misalnya mengajak anak makan bersama dan memulainya dengan do’a, shalat berjamaah sambil mengarahkan bahwa shalat adalah tiang agama untuk menjaga agama Allah, dengan zakat yang

14

Wawancara Pribadi dengan Bapak Supardi (Muara Jaya) pada tanggal 22 Desember 2010.

bermakna dimensi sosial dalam menjaga harta, begitu juga dengan puasa Ramadhan maupun ibadah haji.

Inilah mengapa menurut bapak yang pernah nyantri di Bahrul Ulum-Jombang-Jawa Timur ini dengan telaten tetap mengajar di sebuah Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA) Desa Muara Jaya, membimbing akhlak sebagai tonggak agama pada generasi muda tanpa mengenal lelah.15

d. Membangkitkan kedisiplinan anak

Membangkitkan motivasi ini dalam arti orang tua yang ada dalam lingkup keluarga Rt.03 Rw.01 Muara Jaya biasanya senantiasa memberikan arahan, seperti dengan mengajak anak untuk shalat subuh bersama di Masjid dan mengikuti program keagamaan seperti didikan subuh. Ini adalah salah satu metode juga bagaimana bakat anak secara akhlakul karimahnya berkembang, sekaligus intelegensinya, ungkap pak Fadhil dalam salah satu interviewnya dengan penulis.16

Ia menambahkan bahwa didikan subuh merupakan program sekolah yang didukung oleh pmerintah daerah setempat bagi siswa-siswi dari tingkat SD (Sekolah Dasar) sampai dengan SMA (Sekolah Menengah Atas). Kegiatan

15

Wawancara Pribadi dengan Bapak Supardi (Muara Jaya) pada tanggal 22 Desember 2010.

16

Wawancara Pribadi dengan Bapak Fadhil (Muara Jaya) pada tanggal 17 November 2010.

ini dilakukan setiap hari Minggu pagi. “Setelah Subuh berjamaah biasanya anak-anak langsung memulai kegiatan ini secara mandiri. Saya hanya tinggal mendampingi mereka. Paling tidak ini mlatih kedisiplinan sekaligus bimbingan akhlak juga. Alhamdulillah pemerintah Provinsi

Riau mendukung program ini”, ujar bapak satu anak ini

diakhir interview.17

e. Membangun jiwa amanah baik dalam lingkup keluarga, lingkungan sosial masyarakat dan bangsa.

Bagi pak Sukri dan pak Tohang, meskipun berbeda latar belakang pendidikan dan profesi, membimbing akhlak anak adalah hal yang diutamakan. Saat interview dengan penulispun, mereka yang kebetulan bersama dalam sebuah forum pengajian Yasin bulanan di Masjid, sama-sama sepakat bahwa anak sejak dini harus dibimbing sesuai ajaran Islam, terutama budaya amanah.

Karena budaya amanah adalah perilaku yang bersendikan kepatuhan pada moralitas agama, moralitas hukum, tanggungjawab vertikal dan horizontal, kejujuran pada diri sendiri serta kesadaran atas implikasi dari suatu keputusan. “Dalam al-Qur’an juga disebutkan ya mbak kalau saya ndak salah itu QS.33: 72, soal tanggungjawab

17

Wawancara Pribadi dengan Bapak Fadhil (Muara Jaya) pada tanggal 17 November 2010.

pengelolaan pengelolaan bumi. Inikan menjadi bagaimana kita bertanggungjawab pada lingkungan dan apa-apa yang ada dalam bumi, termasuk bagaimana kita bersikap dalam lingkup keluarga, sosial dan masyarakat yang menjadi amanah kita. Karena kita ini hidup bukan hanya tanggungjawab untuk individu tetapi kemaslahatn manusia, terutama untuk anak-anak kita sebagai generasi bangsa.” Ungkap pak Sukri yang diaminkan oleh pak Tohang di sela-sela kegiatan interviewnya dengan penulis.18

2). Waktu Bimbingan

Waktu juga menjadi faktor penentu dalam melakukan bimbingan akhlak terhadap anak. Karena waktu yang tidak tepat dan suasana yang tidak kondusif tentu tidak akan membawa manfaat dan sulit sekali bagi anak, terutama usia 4-7 tahun dapat menerima dan merespon nilai-nilai akhlak islami yang ditanamkan oleh orang tua.

Beberapa waktu yang efektif untuk melakukan bimbingan pada anak usia 4-7 tahun, menurut narasumber yang menjadi subyek penelitian penulis di Rt. 03 Rw. 01 Muara Jaya diantaranya adalah;19

18

Wawancara Pribadi dengan Bapak Sukri dan Bapak Tohang (Muara Jaya) pada tanggal 19 Desember 2010.

19

Disarikan dari Hasil Wawancara Pribadi dengan Beberapa Narasumber Penelitian, Bapak Fadhil, Bapak Pawit, Bapak Jufri, Bapak Udin, Bapak Supardi, Bapak Sukri dan Bapak Tohang Pada November-Desember 2010.

1) Setelah anak bangun tidur di pagi hari, dengan mengajaknya berdoa bersama sebagai ungkapan rasa syukur.

2) Ketika memulai aktivitas di pagi hari dengan mengajak anak menyertai kegiatan tersebut untuk mengenali lingkungan disekitarnya dan memberikan keteladanan kepadanya.

3) Saat mendampingi anak melihat film atau tayangan lain sesuai jadwal anak.

4) Ketika menemani sang anak untuk istirahat di malam hari dengan membacakan cerita islami dan menuntunnya berdoa sebelum tidur.

5) Saat mengikutsertakan anak dalam program didikan Subuh pagi Minggu, waktu belajar di lembaga pendidikan seperti PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), TK (Taman Kanak-Kanak), maupun MDA (Madrasah Diniyah Awaliyah).

b. Materi Bimbingan

Menurut Mahmud Yunus bahwa inti pokok ajaran Islam meliputi masalah keimanan (aqidah), masalah keislaman (syariat), dan masalah Ihsan (akhlak). Tiga inti pokok ajaran ini kemudian dijabarkan dalam bentuk rukun Iman, rukun Islam dan Akhlak. Dari ketiganya lahirlah beberapa keilmuan agama yaitu ilmu tauhid, ilmu fiqh, dan ilmu akhlak. Ketiga kelompok ilmu agama itu kemudian dilengkapi dengan pembahasan dasar hukum Islam yaitu al-Qur’an dan

Hadits, serta ditambah lagi dengan sejarah Islam (tarikh), sehingga menurut Mahmud secara berututan adalah:20

1. Ilmu Tauhid / Keimanan. Ilmu Tauhid ini meliputi rukun iman yaitu Iman kepada Allah, Iman kepada Malaikat, Iman kepada Kitab-kitab Allah, iman kepada Rasul , iman kepada hari akhir dan iman kepada takdir.

2. Ilmu Fiqh. Ilmu fiqh ini meliputi : thaharah, shalat, zakat, puasa, haji dan umroh, muamalah, mawaris, munakahat, hudud, jinayat, jihad dan aqdhiyah

3. Al-Qur’an

4. Hadits

5. Akhlak meliputi : akhlak kepada Allah, akhlak kepada Rosul, akhlak kepada orang tua, akhlak kepada diri sendiri, akhlak kepada teman (sesama) dan akhlak kepada lingkungan hidup.

6. Tarikh Islam.

Sesuai dengan terori di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa materi bimbingan akhlak yang dilakukan para orang tua dalam keluarga di lingkungan Rt.03 Rw.01 Desa Muara Jaya, sama seperti yang diungkapkan oleh Mahmud Yunus. Dari hasil interview penulis dengan 6 (enam) warga Rt. 03 Rw. 01 Muara Jaya. Adapun materi bimbingan akhlak dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

20

Mahmud Yunus, Metode Khusus Pendidikan Agama Islam (Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1983), Cet. Ke-11, h.17.

a. Aktifitas Dalam Rumah

1). Tauhid, Rukun Iman –mengenalkan anak dengan Allah,

Rasulullah, Malaikat, Kitab Allah, Hari Akhir, Qadla’ dan

Qadar.

2). Fiqh- Mengenalkan anak agar mengerjakan Syahadatain, Sholat, Zakat, Puasa Ramadhan dan ibadah Haji bagi yang mampu sebagai tiang agama islam.

3) Mengajarkan al-Qur’an dan Hadist, tidak hanya dalam

bacaan tetapi juga belajar untuk memahami kandungannya.

4) Tarikh Islam-Mengenalkan sejarah perjuangan Islam mulai Rasulullah, Sahabat, Ulama sampai dengan Umara’, seperti

Amru bin Ash dan sebagainya.

5). Akhlak-Mengajarkan bagaimana bersikap baik dan saling menghormati sesame manusia serta lingkungannya.

b. Pengenalan Sejak Dini

1) Mengajarkan anak nilai-nilai akhlak terhadap orang tua, guru, tetangga, teman dan lingkungan.

2) Mengajarkan anak doa sehari-hari dalam setiap aktivitas, seperti: doa sebelum makan, sesudah makan, sebelum tidur dan sesudahnya, doa masuk toilet dan sebagainya.

3) Mengajarkan anak berwudhu dan berpuasa serta mengajarkn bahasa. Baik Indonesia, Arab maupun Inggris.

c. Teladan

1) Membiasakan anak mengucapkan salam saat masuk ataupun keluar rumah, bertemu dengan orang tua, guru, sahbat, kerabat, tetangga dan masyrakat.

2) Membiasakan bersalaman dengan mencium tangan kedua orang tua dan orang yang di atasnya sebagai bentuk penghormatan.

3) Memberikan contoh berpakaian sopan yang sesuai syariat islam.

4) Cara mengucapkan rasa syukur, berterimakasih dan kata maaf apabila berbuat kesalahan.

d. Aktivitas Luar Rumah

1) Mengajak anak untuk tadabur alam (Wisata religi) sebagai bentuk syukur atas nikmat Allah, pengajian maupun silaturrahmi kepada ulama, kerabat, tetangga, maupun teman.

2) Mengajak anak untuk menjenguk orang yang sakit, panti social, anak yatim untuk menumbuhkan empati dan saling menghormati.

e. Teknologi

1) Memberikan anak VCD/DVD ataupun media player lain yang bernuansa keteladanan agama, akhlak, seperti film

kartun perjungan Nabi dan Sahabatnya, Ipin dan Upin, dan sebagainya.

2) Mendampingi dan membimbing anak saat menonton televise

3) Mendampingi anak saat mengakses internet. f. Keuangan

1) Mengajarkan dan mengajak anak untuk senantiasa bersedekah dan berinfaq demi kepentingan social keagaman 2) Membiasakan anak dengan pola hidup sederhana dan tidak

berlebihan g. Manajemen Diri

1) Melatih anak untuk senantiasa bersikap sabar

2) Menumbuhkan rasa saling menyanyi dan bersikap jujur

serta qona’ah

3) Muhasabah sebelum tidur

4) Membiasakan anak untuk hidup bersih h. Hobi Anak

1) Melatih anak melukis ataupun belajar kaligrafi yang berisi kebesaran Allah

2) Mengajarkan anak murattal al-Qur’an dan lagu-lgu religi seperti nasyid jika anak tertarik akan seni music dan suara. i. Lingkungan

2) Mengajarkan anak mengenal lingkungan pergaulan yang sesuai etika islam

j. Harapan

1) Menanamkan kepada anak agar menjadi generasi terbaik umat (QS: 3: 110)

k. Pendukung

1) Menjelaskan makna hari besar keagamaan

2) Amanah sunnah dan asma’ul husna

3) Halal dan haramnya makanan maupun minuman 4) Batas toleransi terhadap pemeluk agama lain

5) Membaca cerita/kisah para pejuang islam sebelum tidur.

c. Metode Bimbingan

Sebagaimana dijelaskan di awal, bahwasanya dalam melakukan bimbingan harus disertai dengan metode yang sesuai. Secara umum metode berfungsi sebagai pemberi atau cara yang sebaik mungkin bagi pelaksanaan operasional dari ilmu pendidikan tersebut.21 Tentunya metode yang dimaksud di sini adalah metode bimbingan dengan bercerita yaitu; menuturkan atau menyampaikan cerita secara lisan kepada anak sehingga dengan cerita tersebut dapat disampaikan pesan-pesan yang baik.

Dengan adanya proses saling belajar antara orang tua dan anak, maka metode bercerita merupakan suatu cara yang dilakukan oleh orang

21

tua untuk menyampaikan pesan atau materi yang disesuaikan dengan kondisi anak usia 4-7 tahun. Pada dasarnya memang banyak metode yang digunakan oleh penduduk yang tinggal di Rt. 03 Rw. 01 Muara Jaya, namun khusus metode yang sering digunakan oleh para orang tua yang berada di Rt.03 Rw.01 Muara Jaya dalam melakukan bimbingan akhlak adalah metode cerita dengan pendampingan dan keteladanan. Karena cerita juga menggambarkan cara bertutur dan memberikan penerangan kepada anak secara lisan yang disertai dengan keteladanan untuk anak usia 4-7 tahun lebih mengena dan mudah untuk ditirukan, misalnya saat mendampingi mereka menonton sajian Upin dan Ipin yang tayang setiap pukul 18.30 WIB di MNC TV.

Menurut pak Supardi, metode ini digunakan tentu mengacu pada bagaimana system pengajaran di sekolah anak. “Sejauh yang saya amati mbak, banyak sekolah memang lebih memilih menyampaikan materi maupun cerita dengan ceramah dilengkapi alat peraga. Nah, inilah yang membuat saya berfikir, bagaimana anak mau nurut sama saya terutama dalam akhlak. Makanya saya mencoba menirukan gaya gurunya saat membimbing dan mengenalkan anak saya soal akhlak maupun ajaran

agama Islam.”22

Dalam kegiatan sehari-hari sambil memberikan bimbingan akhlak, orang tua dapat menggunakan metode tersebut secara bervariasi yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Adapun jenis materi lain yang

22

Wawancara Pribadi dengan Bapak Supardi (Muara Jaya) Pada Tanggal 22 Desember 2010.

terkait dengan etika Islam yang disampaikan di keluarga Rt.03 Rw.01 Muara Jaya ada dua program pengembangan, yaitu :

1. Pengembangan bidang perilaku meliputi; a. Keimanan dan ketaqwaan

b. Kesadaran sebagai warga masyarakat yang turut memiliki tanggungjawab negara

c. Disiplin dalam keluarga

d. Penguasaan akan perasaan atau emosi

e. Kemampuan bermasyarakat atau bersosialisasi

2. Pengembangan kemanpuan dasar anak (terkait dengan bahasa yang digunakan orang tua saat bercerita) meliputi :

a. Kemampuan berbahasa b. Kemampuan daya fikir c. Kemampuan keterampilan d. Kemampuan jasmani.23

Hasil penelitian dalam metode bimbingan akhlak pada lingkup keluarga Rt.03 Rw.01 Desa Muara Jaya dapat disimpulkan bahwasanya, dari 6 narasumber yang diteliti oleh penulis rata-rata memiliki kesadaran cukup dalam melakukan bimbingan akhlak dengan metode cerita namun cukup variatif, mulai dari ceramah sampai dengan pendampingan. Bahkan cara yang variatif ini menjadi alternatif untuk penanaman nilai akhlak.

23

Wawancara Pribadi dengan Bapak Fadil (Muara Jaya) Pada Tanggal 17 Novemver 2010.

“Wisata religi itu kan butuh dana yang tidak sedikit mbak. Tapi

ya…kadang saya ajak aja anak saya jalan-jalan ke perkebunan Sawit

sambil mengenalkan kebesaran Allah dan mensyukuri nikmat-Nya. Ya…paling tidak anak saya tahu lah mbak, siapa dzat yang memberikan

rizki, sehingga dia bisa sekolah.” Ujar Pak Sukri dan Pak Tohang saat

interview dengan penulis.24

2. Analisis Metode Bimbingan Akhlak Anak Usia 4-7 Tahun Melalui Cerita Islami

Penulis mengambil data dari 6 kepala keluarga Rt.03 Rw.01 Desa Muara Jaya yang telah menetap di sana sejak tahun 1983-1990. Semua kepala keluarga tersebut dijadikan populasi sekaligus sampel. Data-data penelitian tentang metode bercerita sebagai bimbingan akhlak pada anak diperoleh dari wawancara, angket studi dokumentasi dan observasi langsung proses bimbingan akhlak dengan metode bercerita di keluarga masing-masing. Wawancara dilakukan dengan kepala keluarga, dalam hal ini adalah ayah.

Pelaksanaan kegiatan bimbingan akhlak dan pembelajaran agama pada keluarga Rt.03 Rw.01 Muara Jaya dimulai pukul 05.00 WIB (Shalat Subuh) sampai dengan 06.00 WIB. Pada sore hari bimbingan dilakukan oleh guru atau anak-anak biasa menyebutnya dalam bahasa Arab “ustadz”

(guru laki-laki) dan “ustadzah” (guru perempuan) di Masjid dan MDA

24

Wawancara Pribadi dengan Bapak Sukri dan Bapak Tohang (Muara Jaya) Pada Tanggal 19 Desember 2010.

(Madrasah Diniyah Awaliyah), mulai pukul 15.30 WIB (Shalat Asar) sampai dengan Pukul 19.30 WIB.

Secara umum metode yang biasa digunakan di rumah maupun di MDA adalah metode bercerita yang sering digunakan dan digemari untuk anak karena dapat memotivasi anak dengan dunia mereka. Kegiatan pembimbingan akhlak tersebut adalah:

a. Membaca doa bangun tidur

b. Membaca doa masuk kamar mandi, membimbing wudlu dan dilanjutkan shalat Subuh berjamaah di Masjid terdekat

c. Mengajarkan cara mandi yang bersih d. Mengajarkan berpakaian rapi

e. Mengajak sarapan pagi dan makan siang bersama, sebelum makan anak dibiasakan mencuci tangan, berdoa dan menggunakan tangan kanan ketika makan, selesai makan anak berdoa kembali.

f. Mencium tangan kedua orang tua, kakak dan seluruh anggota keluarga lain seraya mengucapkan salam sebelum berangkat sekolah dan sesudahnya.

g. Membacakan cerita-cerita islami sambil memberikan ketaladanan kepada anak agar mudah diingat dalam memori

h. Melakukan pendampingan anak saat melihat televisi, contohnya memilih tayangan yang sesuai dengan anak seperti film kartun Upin dan Ipin atau Children of Heaven

j. Muhasabah atau mengajak anak melakukan refleksi apa saja kegiatan hari ini

k. Memberi salam

Setiap hari anak-anak dalam keluarga Rt.03 Rw.01 Desa Muara Jaya selalu dibiasakan melakukan hal-hal yang baik dan islami. Para orang tua ini juga menjalin komunikasi dengan para guru di sekolah formal serta ustadz maupun ustdazah di Masjid dan MDA (Madrasah Diniyah Awaliyah) agar hal-hal yang sudah di berikan ditindaklanjuti atau dibiasakan juga di rumah dan di sekolah.

Pada usia 4-7 tahun, pembiasaan kehidupan beragama memang sangat penting karena masa inilah masa paling tepat untuk memberikan pondasi bagi kehidupannya kelak. Dalam proses bimbingan akhlak di keluarga ini selalu materi yang berisi nasehat dan pengetahuan agama. Orang tua dapat menyajikan materi pelajaran tersebut dengan menggunakan berbagai metode seperti metode bercerita. Dengan metode bercerita materi pelajaran yang disampaikan akan lebih mudah dipahami dan cepat diserap oleh anak-anak, di mana anak akan antusias.

Program pembimbingan akhlak anak bukan sekedar mengerjakan apa yang ada dalam keseharian yang telah tertera dalam buku, tetapi ditunjang pula dengan kreatifitas orang tua memberikan improvisasi dalam

mengembangkan daya imajinasi anak yang sesuai dengan kondisi anak itu sendiri.25

Secara umum metode bimbingan akhlak yang digunakan di keluarga Rt.03 Rw.01 Desa Muara Jaya adalah bercerita. Metode inilah yang sangat digemari oleh anak-anak usia 4-7 tahun sampai pada masa baligh, karena sesuai dengan dunia mereka, apalagi didukung oleh kreatifitas yang dimiliki para orang tua. Dengan metode bercerita, orang tua dapat memberikan nasehat, bimbingan dan himbauan, sehingga diharapkan dapat berbekas dalam diri anak yang dapat dijadikan pedoman dalam tingkah laku.

Para orang tua dalam keluarga ini juga menggunakan metode bercerita dalam memberikan pendidikan keagamaan dengan mengambil sumber dari Al-Qur’an dan Hadits, buku, cerita bergambar, majalah atau yang berasal dari pengalaman dan pengamatan orang tua dengan memperhatikan kondisi anak. Tujuan ide bercerita itu sendiri berupa nasehat guna memperbaiki sikap dan tingkah laku anak dan diharapkan agar anak tidak merasa dinasehati dan dilarang oleh orang tua. Maka setiap cerita yang disampaikan, didengar, dilihat dan dibaca oleh anak, keluarga Rt. 03 Rw. 01 Muara Jaya berusaha untuk memenuhi mutu dan nilai-nilai pedagogis, agar jangan sampai mereka menemukan tauladan tauladan yang tidak baik dalam cerita-cerita tersebut.

25

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Program Kegiatan Belajar Taman Kanak-kanak, (Jakarta, 1996), h. 13.

Umumnya para orang tua dalam soal cerita islami di keluarga ini juga lebih memilih menyampaikan isi cerita mengambil sumber dari cerita para Nabi, cerita trokoh dalam al-Qur’an dan tarikh Islam dan mereka ikut berperan aktif dalam bercerita. Apalagi untuk anak usia dini yang pada dasarnya suka meniru dari apa yang pernah didengarkan, dilihat dan dilakukan oleh orang tua.

Respon lain yang penulis temukan pada anak dalam lingkup keluarga ini juga merasa senang dalam mendengarkan cerita yang disampaikan oleh orang tuanya, meski tidak senang dengan cerita yang disampaikan karena monoton dan kurang inovatif.26 Bahkan tak jarang mereka terlihat cukup aktif dalam kegiatan bercerita atau bercakap-cakap walaupun diantaranya kurang aktif atau lebih cenderung pasif saat cerita disampaikan. Orang tua mengatakan anak-anak kadang-kadang memperhatikan ketika orang tua bercerita atau bercakap-cakap. Hal ini menunjukkan bahwa anak-anak dalam kegiatan bercerita selalu memperhatikan orang tuanya karena isi cerita menarik perhatian anak.

Menurut pak Fadhil, keluarga di Rt. 03 Rw. 01 Muara Jaya mayoritas dalam menyampaikan cerita banyak membutuhkan waktu 15 menit saat menemani anak sarapan pagi, menononton televisi maupun menjelang tidur. Hasilnya banyak perubahan positif prilaku anak-anak

Dokumen terkait