B. Akhlak
3. Metode Bimbingan Akhlak
Metode dalam “Kamus Ilmiah Populer”, lebih diartikan sebagai cara, pelaksanaan, aplikasi dan sebagainya.14 Dalam istilah ilmiah, penulis lebih mengartikan bahwa metode adalah cara seseorang untuk mengaplikasikan bahkan mengimplementasikan suatu nilai dalam kehidupannya. Jika dihubungkan dengan bimbingan, maka metode lebih bermakna bagaimana seseorang mengimplementasikan dan melakukan penanaman nilai tertentu kepada orang lain, termasuk penanaman nilai etika Islam kepada anak. Tentunya secara teoritis, ada berbagai metode bimbingan yang diantaranya;
Cerita/Ceramah; cara bertutur dan menyampaikan cerita atau memberikan penerangan kepada anak didik secara lisan, misalnya dengan membacakan kisah keteladanan Rasulullah, Sahabat maupun pahlawan Islam seperti Salahuddin al-Ayyubi, Thariq bin Ziyad dan sebagainya.
13 Ahmad Rifa‟i, Pengertian Akhlak, http://ahmad rifa‟i. blogspot.com. Diakses pada tanggal 17 Desember 2010.
14
Bercakap-cakap; suatu cara bercakap-cakap dalam bentuk tanya jawab antara anak dengan anak atau anak dengan orang tua, misalnya mengajak anak untuk berbicara dari hati ke hati jika memiliki masalah dengan teman maupun guru di sekolah.
Pemberian Tugas; memberikan kesempatan kepada anak untuk melaksanakan tugas yang telah disediakan oleh orang tua, misalnya mengikuti pengajian keagamaan di Masjid.
Demontrasi; mempertunjukkan atau memperagakan suatu obyek atau proses dari suatu kejadian atau peristiwa, misalnya bagaimana etika berdoa ketika selesai shalat dan hendak naik kendaraan.
Karya Wisata; kunjungan secara langsung ke obyek-obyek yang sesuai dengan bahan-bahan kegiatan pengembangan dan kemanpuan anak, misalnya melakukan wisata religi.
Bermain Peran; memerankan tokoh-tokoh atau benda-benda di sekitar anak dengan tujuan untuk mengembangkan daya khayal dan penghayatan terhadap bahan pengembangan yang di laksanakan, misalnya orangtua bisa memperagakan maupun menirukan saat Rasulullah mengajarkan ilmunya kepada para sahabat maupun cara bergaul Rasulullah dengan masyarakat sosial pada umumnya. Memperagaan di sini bukan hanya secara sikap namun juga bisa dengan suara.15
15
Sedangkan dalam melakukan menerapkan metode bimbingan, terutama untuk anak usia 4-7 tahun yang pada fase pembangunan karakter orang tua harus melakukan pendampingan dengan :
a. Membaca
Membaca buku juga bisa dimulai dari usia ini. Walaupun tahap kemampuan anak untuk membaca tidak sama; namun pelajaran membaca sudah bisa dicoba dimulai dengan cara yang santai, kreatif dan tidak menekan anak. Jangan lupa memakai buku anak-anak islami. Terutama kisah para Nabi dan tokoh-tokoh Islam lain di masa lalu dan sekarang. Buku anak-anak lain yang mendidik tentu tidak apa-apa jadi bahan bacaan, asal tidak melebihi porsi buku-buku Islami. Pentingnya membaca mendapat penekanan khusus dalam al- Quran sebagai kunci menuju keilmuan (Qs. al-Alaq 96:1-5).
b. Menanamkan Disiplin
Disiplin harus dimulai dari usia ini. Menanamkan disiplin artinya memberi hukuman atas kesalahan yang dilakukan anak. Disiplin bertujuan agar supaya anak tahu bahawa apa yang dilakukan itu tidak baik. Anak usia 4-7 tahun berfikir pendek. Oleh karena itu, orang tua harus menyadari bahwa satu kali penanaman disiplin untuk suatu kesalahan tidaklah cukup. Anak mungkin akan mengulangi kesalahan yang sama beberapa kali setelah itu. Orang tua tidak perlu terkejut atau putus asa. Yang terpenting adalah bahwa anak sudah mengambil pelajaran setiap
kali menerima hukuman atas kesalahanannya. Pastikan orang tua tetap konsisten memberi sangsi disiplin setiap kali anak melakukan kesalahan. Baik kesalahan yang sama maupun kesalahan baru. Pastikan anak menerima pujian atau penghargaan setiap kali melakukan suatu hal yang baik. Apresiasi atau pujian pada anak usia ini antara lain berupa ucapan terima kasih sambil menyebutkan perbuatan baik apa yang telah dilakukan si anak. Misalnya, “Kamu telah merapikan mainanmu. Terima kasih.”. Jangan lupa, hukuman pada anak jangan sampai yang bersifat fisikal, seperti memukul, menampar, mencubit, dan sebagainya. Hukuman fisik seperti itu akan sangat berbahaya bagi mental dan perilaku anak di kemudian hari. Hukuman disiplin hendaknya yang bersifat non-fisikal, seperti dikurung dalam kamar selama 5 menit, dan sebagainya.
c. Kasih Sayang
Menanamkan disiplin sejak dini yang tegas pada anak harus juga dibarengi dengan ekspresi kasih sayang yang juga jelas. Baik dalam bentuk ekspresi perilaku maupun kata-kata. Sehingga tidak menimbulkan kesan pada anak bahwa orang tua benci padanya. Singkatnya, orang tua harus bisa berperan dan tahu kapan waktunya untuk memerankan diri sebagai sahabat, guru, pembimbing, dan sebagai orang tua bagi si anak.16
16
Drs. Agoes Dariyo, psi, Psikologi Perkembangan Anak Usia Tiga Tahun Pertama
B. Akhlak
1. Pengertian Akhlak
Akhlak sering disejajarkan dengan moral dan etika. Seperti diketahui bahwa kata moral dapat diartikan sebagai adat kebiasaan, adat istiadat, dan tata cara penduduk.17
Secara etimologi kata “akhlak” adalah bentuk jamak dari kata
“khuluk” yang mengandung pengertian pada tabiat dan sikap yang di
tunjukkan melalui perbuatan keseharian. Senada dengan hal ini, Hamzah
Ya‟kub menegaskan, bahwa kata akhlak berasal dari bahasa Arab yang berarti memiliki budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Ia juga disenyalir bahwa kata tersebut mengandung segi persanaan dengan kata khulqun yang berarti kejadian erat hubungannya dengan khaliq yang berarti pencipta dan kata makhluk yang berarti diciptakan.18 Sedangkan secara terminologi, Y.S. Marjo menjelaskan bahwa, akhlak ialah sikap yang digerakkan oleh jiwa yang menimbulkan tindakan dan perbuatan dari manusia baik terhadap Tuhan maupun terhadap manusia ataupun terhadap dirinya sendiri.19
Sedangkan menurut pendekatan secara terminologi, berikut ini beberapa pakar mengemukakan pengertian akhlak sebagai berikut :
1) Ibn Maskawaih
17
Ramayulis, Pendidikan Islam dalam Keluarga, ( Jakarta: Kalam Mulia, 2001 ), Cet. Ke 4, h. 11.
18Hamzah Ya‟kub, Etika Islam, (Jakarta: Republika, 1997), Cet. Ke-1, h. 10.
19
Bahwa Akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan melalui pertimbangan pikiran lebih dahulu.20
2) Imam Al-Ghazali
Akhlak adalah suatu sikap yang mengakar dalam jiwa yang darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang. Tanpa perlu kepada pikiran dan pertimbangan. Jika sikap itu yang darinya lahir perbuatan yang baik dan terpuji, baik dari segi akal dan syara‟,
maka ia disebut akhlak yang baik. Dan jika lahir darinya perbuatan yang tercela, maka sikap tersebut disebut akhlak yang buruk.21 3) Prof. Dr. Ahmad Amin
Sementara orang mengetahui bahwa yang disebut akhlak adalah kehendak yang dibiasakan, Artinya, kehendak itu bila membiasakan sesuatu, kebiasaan itu dinamakan akhlak.
Menurutnya kehendak adalah ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelah imbang, sedang kebiasaan merupakan perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah kekuatan, dan gabungan dari kekuatan itu menimbulkan kekuatan yang lebih besar. Kekuatan besar inilah yang bernama akhlak.22
Jika diperhatikan dengan seksama, tampak bahwa seluruh definisi akhlak sebagaimana tersebut diatas tidak ada yang saling bertentangan,
20
Zahruddin A.R, Pengantar Ilmu Akhlak, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h. 4.
21
Moh.Ardani, Akhlak Tasawuf, (Yogyakarta: PT. Mitra Cahaya Utama, 2005), Cet. Ke 1, h. 29.
22
melainkan saling melengkapi, yaitu sifat yang tertanam kuat dalam jiwa yang nampak dalam perbuatan lahiriah yang dilakukan dengan mudah, tanpa melakukan pemikiran lagi dan sudah menjadi kebiasaan.
2. Macam-macam Akhlak
Akhlak merupakan suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran (lebih dahulu). Adapun macam-macam Akhlak diantaranya:
a. Akhlak Al-Karimah
Akhlak Al-Karimah atau akhlak yang mulia sangat banyak jumlahnya, namun dilihat dari segi hubungan manusia dengan Tuhan, dan manusia dengan manusia, akhlak yang mulia itu dibagi menjadi tiga bagian, yaitu ;
1) Akhlak Terhadap Allah
Akhlak terhadap Allah adalah Pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan selain Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji demikian Agung sifat itu, jangankan manusia, malaikatpun tidak akan menjangkau hakekatnya.
2) Akhlak terhadap Diri Sendiri
Akhlak yang baik terhadap diri sendiri dapat diartikan menghargai, menghormati, menyayangi, dan menjaga diri dengan sebaik-baiknya.karena sadar
bahwa dirinya itu sebagai ciptaan dan amanah Allah yang harus dipertanggungjawabkan dengan sebaik-baiknya. Contohnya menghindari minuman yang beralkohol, menjaga kesucian jiwa, hidup sederhana serta jujur dan hindarkan perbuatan yang tercela. 3) Akhlak terhadap sesama manusia
Manusia adalah makhluk sosial yang kelanjutan eksistensinya secara fungsional dan optimal yang banyak bergantung pada orang lain. Untuk itu, ia perlu bekerja sama dan saling tolong-menolong dengan orang lain.islam menganjurkan berakhlak yang baik kepada saudara, karena ia berjasa dalam ikut serta mendewasaan kita. Dan merupakan orang yang paling dekat dengan kita. Caranya dapat dilakukan dengan memuliakannya, memberikan bantuan, pertolongan dan menghargainya.23
Jadi, manusia menyaksikan dan menyadari bahwa Allah telah mengaruniakan kepadanya keutamaan yang tidak dapat terbilang dan karunia kenikmatan yang tidak bisa dihitung banyaknya. Semua itu perlu disyukurinya dengan berupa berdzikir dengan hatinya. Sebaiknya dalam kehidupannya senantiasa berlaku hidup sopan dan santun menjaga jiwanya agar selalu bersih. Dapat terhindar dari perbuatan
23
dosa, ma‟siat, sebab jiwa adalah yang terpenting dan pertama yang harus dijaga dan dipelihara dari hal-hal yang dapat mengotori dan merusaknya. Karena manusia adalah makhluk sosial maka ia perlu menciptakan suasana yang baik, satu dengan yang lainnya saling berakhlak yang baik.
b. Akhlak Al-Mazmumah
Akhlak al-mazmumah (akhlak yang tercela) adalah sebagai lawan atau kebaikan dari akhlak yang baik sebagaimana tersebut di atas. Dalam ajaran Islam tetap membicarakan secara terperinci dengan tujuan agar dapat dipahami dengan benar, dan dapat diketahui cara-cara menjauhinya.
Berdasarkan petunjuk ajaran Islam dapat dijumpai berbagai macam akhlak yang tercela, diantaranya :
1) Takabur (sombong)
Merasa atau mengaku dirinya besar, tinggi, mulia, melebihi orang lain.dan merasa bahwa dirinya lebih hebat.
2) Dengki
Rasa atau sikap tidak senang atas kenikmatan yang diperoleh orang lain.
3) Bakhil (Kikir)
Sukar baginya mengurangi sebagian dari apa yang dimilikinya itu untuk orang lain.
Sebagaimana diuraikan di atas maka akhlak dalam wujud pengamalannya di bedakan menjadi dua yaitu, akhlak terpuji dan akhlak tercela. Jika sesuai dengan perintah Allah dan Rasul-Nya yang kemudian melahirkan perbuatan yang baik, maka itulah yang dinamakan akhlak yang terpuji, sedangkan jika ia sesuai dengan apa yang dilarang oleh Allah dan Rasulnya dan melahirkan perbuatan-perbuatan yang buruk, maka itulah yang dinamakan akhlak yang tercela.
3. Metode Bimbingan Akhlak
Metode digunakan sebagai suatu cara dalam menyampaikan suatu pesan kepada anak. Metode bimbingan akhlak yang tidak tepat guna akan menjadi penghalang kelancaran jalannya suatu proses perubahan karakter dan sikap anak, sehingga banyak waktu dan tenaga terbuang sia-sia. Oleh karena itu metode yang diterapkan oleh orang tua baru berhasil, jika mampu dipergunakan untuk mencapai tujuan.
Dr. Ahmad Tafsir memberikan pengertian, metode adalah cara yang paling tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu. Sedangkan menurut Sukanto metode bimbingan akhlak adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru kepada murid-muridnya, ayah kepada anak-anaknya. Kegiatan ini bersifat seni karena erat kaitannya dengan keindahan dan bersandar kepada kekuatan kata-kata yang mengandung arahan dan mencontohkan
sikap teladan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan.24 Metode bimbingan akhlak merupakan salah satu metode yang banyak digunakan dalam keluarga maupun pada instansi pendidikan.Salah satunya yaitu melalui cerita. Cerita merupakan salah satu pendukung dalam proses membimbing akhlak anak dalam keluarga. Dunia anak adalah dunia pasif ide, maka dalam menunjang kemampuan penyesuaian diri seseorang anak membutuhkan rangsangan yang cocok dengan jiwa mereka. Secara kejiwaan anak-anak ialah manusia yang akrab dengan symbol-simbol kasih sayang orang lain yang ada disekitarnya, seperti melalui kata-kata sanjungan atau pujian. Dan cerita sebaiknya diberikan secara menarik dan membuka kesempatan bagi anak untuk bertanya dan memberikan tanggapan setelah pembimbing selesai bercerita. Cerita akan lebih bermanfaat jika dilaksanakan sesuai dengan minat, kemampuan dan kebutuhan anak.
a. Metode Bercerita
Bercerita mengundang perhatian anak terhadap pembimbing sesauai dengan tema pembelajaran. Bila isi cerita dikaitkan dengan dunia kehidupan anak maka mereka dapat memahami isi cerita itu, mereka akan mendengarkannya dengan penuh perhatian, dan dengan mudah dapat menangkap isi cerita.
Menurut Abudin Nata metode bercerita adalah suatu metode yang mempunyai daya tarik yang menyentuh perasaan anak. Islam
24
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2003), h. 28.
menyadari sifat alamiah manusia untuk menyenangi cerita yang pengaruhnya besar terhadap perasaan. Oleh karenanya dijadikan sebagai salah satu teknik pembimbing.25
Dunia kehidupan anak-anak itu dapat berkaitan dengan lingkungan keluarga, sekolah, dan luar sekolah. Kegiatan bercerita harus diusahakan menjadi pengalaman bagi anak yang bersifat unik dan menarik yang menggetarkan perasaan anak dan memotivasi anak untuk mengikuti cerita sampai tuntas.26
Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan metode bercerita adalah menuturkan atau menyampaikan cerita secara lisan kepada anak sehingga dengan cerita tersebut dapat disampaikan pesan-pesan yang baik.
b. Tujuan Metode Bercerita
Tujuan metode bercerita adalah agar anak dapat membedakan perbuatan yang baik dan buruk sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bercerita pembimbing dapat menanamkan nilai-nilai Islam pada anak bimbingan, seperti menunjukan perbedaan perbuatan baik dan buruk serta ganjaran dari setiap perbuatan.
Melalui metode bercerita anak diharapkan dapat membedakan perbuatan yang baik dan perbuatan yang buruk sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Asnelli
25
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001), h. 15.
26
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak & Remaja, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), h. 36.
Ilyas bahwa tujuan metode bercerita dalam bimbingan anak adalah menanamkan akhlak Islamiyah dan perasaan ketuhanan kepada anak dengan harapan melalui bimbingan dapat menggugah anak untuk senantiasa merenung dan berfikir sehingga dapat terwujud dalam kehidupan sehari-hari.27
Menurut Hapidin dan Wanda Guranti, tujuan metode bercerita adalah sebagai berikut :
1) Melatih daya tangkap dan daya berpikir 2) Melatih daya konsentrasi
3) Membantu perkembangan fantasi
4) Menciptakan suasana menyenangkan di kelas.28
Menurut Abdul Aziz Majid, tujuan metode bercerita adalah sebagai berikut:
1) Menghibur anak dan menyenakan mereka dengan bercerita yang baik
2) Membantu pengetahuan siswa secara umum 3) Mengembangkan imajinasi
4) Mendidik akhlak 5) Mengasah rasa.29
Sedangkan menurut Moeslichatoen R,30 bahwa tujuan metode bercerita adalah salah satu cara yang ditempuh guru untuk memberi
27
Asnelli Ilyas, Mendambakan Anak Soleh, (Bandung: Al-Bayan, 1997), h. 9.
28
Winda Gunarti dan Hapinudin, Pedoman Perencanaan dan Evaluasi Pengajaran di Taman Kanak-kanak, (Jakarta: PGTK Darul Qolam, 1996), h. 6.
29
Abdul Aziz, Mendidik Anak dengan Cerita, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), Cet. Ke-1, h. 72.
pengalaman belajar agar anak memperoleh penguasaan isi cerita yang disampaikan lebih baik. Melalui metode bercerita maka anak akan menyerap pesan-pesan yang dituturkan melalui kegiatan bercerita. Penuturan cerita yang sarat informasi atau nilai-nilai dapat dihayati anak dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kegiatan bercerita anak dibimbing untuk mengembangkan kemampuan untuk mendengarkan cerita dari pembimbing, dengan jelas metode bercerita disajikan kepada anak didik bertujuan agar mereka memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran al-Qur‟an dalam
kehidupan sehari-hari dan menambahkan rasa cinta anak-anak kepada Allah, Rosul, dan al-Qur‟an.
c. Fungsi Metode Bercerita
Secara umum metode berfungsi sebagai pemberi atau cara yang sebaik mungkin bagi pelaksanaan operasional dari ilmu pendidikan tersebut. Bercerita bukan hanya berfungsi sebagai hiburan tetapi juga merupakan suatu cara yang dapat digunakan dalam mencapai sasaran-sasaran atau target pendidikan.
Metode cerita dapat menjadikan suasana belajar menyenangkan dan menggembirakan dengan penuh dorongan dan motivasi sehingga pelajaran atau materi bimbingan itu dapat dengan mudah diberikan.
Dalam hal ini penulis ingin menyampaikan beberapa fungsi metode cerita yaitu:
30
Moeslichatoen R, Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h . 13.
1) Menanamkan nilai-nilai pendidikan yang baik
Melalui metode bercerita ini sedikit demi sedikit dapat ditanamkan hal-hal yang baik kepada anak didik, dapat berupa cerita para Rasul atau umat-umat terdahulu yang memiliki kepatuhan dan keteladanan. Cerita hendaknya dipilih dan disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai dalam suatu pelajaran
2) Dapat mengembangkan imajinasi anak
Kisah-kisah yang disajikan dalam sebuah cerita dapat membantu anak didik dalam mengembangkan imajinasi mereka. Dengan hasil imajinasinya diharapkan mereka mampu bertindak seperti tokoh-tokoh dalam cerita yang disajikan oleh pembimbing.
3) Membangkitkan rasa ingin tahu
Mengetahui hal-hal yang baik adalah harapan dari sebuah cerita sehingga rasa ingin tahu tersebut membuat anak berupaya memahami isi cerita. Isi cerita yang dipahami tentu saja akan membawa pengaruh terhadap anak didik dalam menentukan sikapnya.
4) Memahami konsep ajaran Islam secara emosional
Cerita yang bersumber dari al-Qur.an dan kisah-kisah keluarga muslim diperdengarkan melalui cerita diharapkan anak didik tergerak hatinya untuk mengetahui lebih banyak agamanya dan pada akhirnya terdorong untuk beramal di jalan lurus.31
d. Kelebihan Metode Bercerita
Adapun kelebihan dalam metode bercerita diantaranya:
1) Kisah dapat mengaktifkan dan membangkitkan semangat anak. Karena anak akan senatiasa merenungkan makna dan mengikuti berbagai situasi kisah, sehingga anak terpengaruh oleh tokoh dan topik kisah tersebut.
2) Mengarahkan semua emosi sehingga menyatu pada satu kesimpulan yang terjadi pada akhir cerita.
3) Kisah selalu memikat, karena mengundang untuk mengikuti peristiwanya dan merenungkan maknanya.
4) Dapat mempengaruhi emosi. Seperti takut, perasaan diawasi, rela, senang, sungkan, atau benci sehingga bergelora dalam lipatan cerita.32
e. Kekurangan Metode Bercerita
Adapun kekurangan dalam metode bercerita diantaranya:
31
Eddy Supriadi, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Tadika Puri, 2003), h. 13.
32
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan, (Jakarta : Ciputat Press, 2002), Cet. Ke-1, h . 159-162.
1) Pemahaman anak akan menjadi sulit ketika kisah itu telah terakumulasi oleh masalah lain.
2) Bersifat monolong dan dapat menjenuhkan anak.
3) Sering terjadi ketidakselarasan isi cerita dengan konteks yang dimaksud sehingga pencapaian tujuan sulit diwujudkan. Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa metode cerita merupakan penyampaian bimbingan akhlak dengan cara menceritakan kronologis terjadinya sebuah peristiwa baik benar atau bersifat fiktif semata. Metode bercerita ini dalam bimbingan agama dan akhlak menggunakan pradigma al-Qur‟an dan Hadits Nabi Muhammad, sehingga memiliki substansi cerita yang valid tanpa diragukan lagi keabsahannya. Namun terkadang kevalidan sebuah cerita terbentur pada Sumber Daya Manusia (SDM) yang menyampaikan cerita itu sendiri sehingga terjadi banyak kelemahannya.
Selain itu bimbingan akhlak juga dapat dilakukan melalui metode : 1. Melatih dan membiasakan anak melakukan kegiatan ritual
Anak dilatih melaksanakan segala bentuk ibadah melalui proses pembiasaan, sehingga terdidik dalam ketaatan kepada Allah.
2. Mengajarkan al-Qur‟an
Pendidkan al-Qur‟an untuk anak dimulai dengan membaca
sampai ia mampu mnghafalnya (jika mampu) agar ia memiliki kualitas keimanan sejak kecil, karena sabda Rasulullah:
“Sebaik-baik orang di antara kalian adalah orang yang belajar al-Qur‟an dan mengajarkannya”.
3. Mengajarkan shalat
Shalat juga harus diajarkan orang tua kepada anak agar terjadi proses pembiasaan sesuai dengan usia mereka.
4. Mengenalkan halal dan haram
Mengenalkan dan mengajarkan halal dan haram sesuai dengan perkembangan anak dan kondisi psikhis anak.
5. Pembentukan kepribadian, mental dan fisik
Orang tua dalam hal ini wajib menciptkana suasana yang kondusif, komunikatif dan dialogis agar anak tumbuh dan berkembang menjadi pemberani dalam menghadapi tantangan kehidupan.
6. Memberikan nasiehat sesuai al-Qur‟an
Memberikan motivasi agar anak senang melakukan kebajikan tentu sesuai dengan standar prosedur al-Qur‟an dan
tetap memberikan sanksi yang mendidik sebagai pembelajaran. 7. Memperkenalkan etika islami
Menanamkan etika islami dalam kepribadian anak, misalnya etika makan, berdoa sebelum dan sesudah makan,
etika bergaul, bersopan santun, menghormati orang lain dan sebagainya.33
Berikutnya bentuk bimbingan akhlak juga dikemukakan oleh Soekanto dalam karyanya “Seni Cerita Islam” yang diantaranya: 34
a) Sopan santun pada orang tua
Diriwayatkan oleh Ibnu Sunni dari Abu Hurairah r.a. Ia berkata; Rasulullah SAW melihat seseorang berjalan bersama anaknya, kemudian Nabi SAW bertanya kepada anak kecil
itu “Siapakah orang yang berada di sampingmu itu?” anak
itu menjawab, “ia adalah bapakku” kemudian Rasulullah bersabda; “Ingatlah, kamu jangan berjalan di depannya dan kamu jangan melakukan perbuatan yang dapat membuatnya mengumpatmu karena marah dan kamu jangan duduk sebelum ia duduk, dan jangan kamu panggil ia dengan namanya”.
b) Sopan santun terhadap ulama
Thabrani meriwayatkan dari Abi Umamah r.a ia berkata;
“Rasulullah SAW bersabda; “Sesungguhnya Luqman berkata
kepada anaknya, “Wahai anakku engkau harus banyak
bergaul dan dekat dengan para ulama, dengarkan juga perkataan para ahli Hikmah, sesungguhnya Allah menghidupkan hati yang mati dengan cahaya Hikmah, sebagian ia menghidupkan hati yang mati dengan cahaya