• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada umumnya anak usia 4-7 tahun adalah dimana saat memasuki pendidikan, baik Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) maupun TK (Taman Kanak), TK Al-Quran yang dikenal dengan TKA (Taman Kanak-kanak Al-Quran) atau TPQ (Taman Pendidikan Quran). Itu artinya, sebagian tanggung jawab pendidikan anak terlimpahkan pada para guru TK tersebut. Namun demikian, adalah salah besar apabila orang tua menyerahkan pendidikan anak 100% pada lembaga pendidikan. Kegagalan pendidikan kepribadian anak kebanyakan karena kegagalan pendidikan dalam rumah; yakni pendidikan orang tua. Oleh karena itu, sukses tidaknya masa depan anak dan baik buruknya kepribadiannya, akan sangat tergantung seberapa peran kedua orang tua dalam proses pendidikannya. Terutama dalam pendidikan anak usia dini (PAUD) yakni usia 0-4 tahun dan TK pada usia 5-7 tahun. Tentu saja peran orang tua tak kalah pentingnya, terutama dalam proses pembangunan kepribadian (character building).

Terkait dengan karakter anak pada usia 4-7 tahun yang dianggap masa emas (gold), penting dan berharga dalam penanaman nilai diantaranya;

a. Mulai belajar mengenal lingkungan sekitar tempat tinggalnya, keluarga, teman, tetangga dan sebagainya. b. Menirukan bahasa, tutur kata dan tingkah laku orang yang

c. Mengekspresikan hal apapun yang pernah ia ketahui.

d. Berimajinasi ketika melihat ataupun mendengarkan suara tertentu.

e. Senang dipuji ketika ia berhasil mencapai apa yang diraihnya.

D. Cerita Islami

1. Pengertian Cerita Islami

Cerita mempererat ikatan dan komunikasi orang tua dengan anak melalui cerita islami. Tidak ada batasan usia yang ketat mengenai kapan sebaiknya anak dapat mulai diberi cerita. Untuk anak-anak usia prasekolah, cerita dapat membantu mengembangkan kosa kata. Misalnya cerita-cerita tentang bintang sebagai makhluk ciptaan Allah. Sedangkan untuk anak-anak usia sekolah dasar dapat dipilihkan cerita yang mengandung teladan, nilai dan pesan moral serta problem solving.

Secara etimologi, cerita termasuk dalam klasifikasi kata sifat yang dapat diartikan sebagai dongeng atau tulisan yang sarat makna.41 Dalam

“English Dictionary”, cerita adalah terjemahan dari story dalam

klasifikasi noun (benda-sifat), yang juga bisa diartikan pengalaman atau peristiwa pada waktu tertentu.42

Dari sisi istilah, cerita dapat didefinisikan secara lebih luas dan kontekstual, yaitu :

41

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Indonesia, Jakarta, 2008 dalam www.http;//artikata.com. Diakses pada tanggal 01 Mei 2011.

42

English Dictionary, Fakultas Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Indonesia, Jakarta, 2008 dalam www. www.http;//artikata.com. Diakses pada tanggal 01 Mei 2011.

1. Cerita yang merupakan kata sifat

a) Tuturan yang membentangkan bagaimana terjadinya suatu hal (peristiwa, kejadian, dan sebagainya). Contoh : Begitulah ceritanya ketika kami mendaki gunung Bromo. b) Karangan yang menuturkan perbuatan, pengalaman, atau

penderitaan orang; kejadian dan sebagainya, baik yang sungguh-sungguh terjadi maupun yang hanya rekaan belaka.

c) Lakon yang diwujudkan atau dipertunjukkan dalam gambar hidup (sandiwara, wayang, dan lainnya). Contoh: Film ini ceritanya kurang bagus.

2. Cerita yang merupakan kata benda

a) Omong kosong, dongengan (yang tidak benar) dan omongan. Contoh: Jangan banyak cerita!

3. Cerita yang merupakan bidang susastra

a) Rangkaian cerita yang cerita pertamanya membuahkan cerita kedua dan selanjutnya-(cerita berantai).

b) Cerita yang didalamnya mengandung cerita lain (pelaku atau peran dulu cerita itu bercerita)-(cerita berbingkai). c) Cerita rekaan yang dimuat sebagian demi sebagian, secara

berturut-turut di dalam surat kabar atau majalah, roman berangsur-(cerita bersambung).

d) Cerita yang menggambarkan watak dan budi manusia yang pelakunya diperankan oleh binatang, biasanya mengandung

ibarat, hikmah, atau ajaran budi pekerti, fabel-(cerita bingkai).

e) Kabar (perkataan dan sebagainya) yang bukan (belum tentu dapat dipercaya-(cerita burung).

f) Cerita yang melukiskan keadaan adikodrati (supernatural)-(cerita fantastik).

g) Cerita yang disusun untuk menyampaikan ajaran agama, ajaran moral, atau kebenaran umum dengan menggunakan perbandingan atau ibarat, parabel-(cerita ibarat).

h) Kisah pendek (kurang dari 10.000 kata), memberikan kesan tunggal yang dominan, dan memusatkan diri pada satu tokoh dalam satu situasi (pada suatu ketika)-(cerita pendek).

i) Cerita dari zaman dahulu yang hidup di kalangan rakyat dan diwariskan secara lisan-(cerita rakyat).

j) Cerita yang sengaja dikarang oleh pengarangnya sebagai hasil khayalan dari pengarang; cerita khayal, fiksi-(cerita rekaan).

k) Cerita rekaan yang mengandung unsur-unsur sejarah-(cerita sejarah).

Menurut para tokoh, Eka Wardhana43 misalnya, cerita adalah suatu karya baik fiksi maupun non fiksi, secara tulisan dan visual yang sarat

43

Eka Wardhana, Mendongeng, Membangun Karakter Anak, Majalah Ummi, Edisi : No.8 Tahun XXI | Rubrik: Psikologi Keluarga, Tahun 2008.

nilai. Maestro dongeng Indonesia, Kusumo Priyono berpendapat,44 bahwa cerita adalah karya tulis yang memiliki pesan moral dan budi pekerti. Adapun PM Toh (Pendongeng asal Aceh) dan Kak Bimo (Pendongeng dari Yogyakarta), keduanya memberikan definisi yang sama, yakni tulisan dengan muatan pesan moral yang dalam serta komprehensif.45

Adapun kata islami sendiri merupakan kata sifat yang bermakna moral, etika atau akhlak. Secara islami adalah semua hal yang menyangkut dengan sifat ke-Islaman atau hal yang telah disifatkan dengan Islam dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan istilah tersebut dalam pelaksanaan kehidupan sehari-hari ataupun.46

Jika ditarik kesimpulan, maka yang disebut sebagai cerita islami adalah kegiatan bercerita yang menuturkan perbuatan, pengalaman dan peristiwa agar membentuk imajinasi dan daya pikir yang sarat nilai islami, sehingga mengantarkan anak pada etika Islam. Tentunya sumber cerita bukan hanya terbatas dari tulisan saja, melainkan bisa diperoleh melalui audio visual, seperti film di berbagai stasiun televisi maupun dalam bentuk compact disk (CD). Tema cerita bisa mengenai keteladanan Nabi Muhammad SAW, sahabatnya, perjuangan berbagai tokoh Islam di berbagai Negara atau bahkan serial buku Totto Chan karya Tetsuko Kuroyanagi. Selain itu juga bisa dalam bentuk film seperti Ipin dan Upin, Children of Heaven, Laskar Pelangi dan sebagainya.

44

Rudi Maryati, Kekuatan Dongeng Terhadap Anak, www.http;//rudiblogspot.com. Diakses pada tanggal 06 Maret 2011.

45

Rudi Maryati, Kekuatan Dongeng Terhadap Anak, www.http;//rudiblogspot.com. Diakses pada tanggal 06 Maret 2011.

46

Bambang Trim, Pengertian Islam, Muslim dan Islami, www.muslim.or.id. Diakses pada tanggal 01 Mei 2011.

Beberapa manfaat cerita islami yang dapat digali dari kegiatan bercerita oleh penulis, diantaranya:

Pertama, anak dapat mengasah daya pikir dan imajinasinya. Hal yang belum tentu dapat terpenuhi bila anak hanya menonton dari televisi. Anak dapat membentuk visualisasinya sendiri dari cerita yang didengarkan. Ia dapat membayangkan seperti apa tokoh-tokoh maupun situasi yang muncul dari cerita tersebut. Lama-kelamaan anak dapat melatih kreativitas dengan cara ini.

Kedua, cerita merupakan media yang efektif untuk menanamkan berbagai nilai dan etika kepada anak, bahkan untuk menumbuhkan rasa empati. Misalnya nilai-nilai kejujuran, rendah hati, kesetiakawanan, kerja keras, maupun tentang berbagai kebiasaan sehari-hari seperti pentingnya makan sayur dan menggosok gigi.

Ketiga, cerita dapat menjadi langkah awal untuk menumbuhkan minat baca anak. Setelah tertarik pada berbagai cerita, anak diharapkan mulai menumbuhkan ketertarikannya pada buku. Diawali dengan buku-buku cerita yang kerap didengarnya, kemudian meluas pada buku-buku-buku-buku lain seperti buku pengetahuan, sains, agama, dan sebagainya. Selain itu orang tua juga dapat menggunakan compact disk (CD).

2. Karakteristik Cerita Islami

Dalam cerita islami ada beberapa karakteristi yang mungkin membedakannya dengan cerita pada umumnya atau bahkan dongeng sekalipun. Yusuf al-Qardlawi dalam bukunya

ماسإل ةماعلا صئاصخلا,

mengurai panjang lebar tentang karakteristik umum cerita islami untuk mewujudkan perilaku atau akhlak yang ideal yang selanjutnya disebut dengan al-Tadayyun al-Mansyud, terdiri dari 7 hal yang mendapat perhatian :

1. Rabbaniyyah (Ketuhanan), yaitu: mengandung aspek keesaan atau tauhid kepada Allah swt. Dari aspek Sumber dan Metode: berdasarkan berbagai referensi Islam, mulai dari kisah dalam al-Qur’an, Hadits

maupun yang langsung berasal dari cerita Nabi dan para sahabatnya maupun penulis-penulis Islam.

2. Insaniyyah (humanisme): Tidak ada pertentangan antara konsep ketuhanan dan humanisme, karena salah satu ajaran ketuhanan adalah untuk menjunjung tinggi derajat manusia dan memuliakannya, misalnya membangun sikap saling menyayangi sesame manusia dan makhluk hidup lainnya serta lingkungan sekitar.

3. Syumul (bersifat umum, holistik), yaitu: aplicatable untuk perkembangan anak.

4. Wasatiyyah atau Tawazun (keseimbangan), yaitu: antara spiritual (ruhiyah) dan material (madiyah), antara individualisme (fardiyyah) dan sosialisme (jama’iyyah), antara realitas (waqi’iyyah) dan idealisme/utopia (mitsaliyyah), antara ketegasan (tsabat) dan fleksibilitas (taghayyur), tidak mengabaikan aspek-aspek di atas dan memberikan porsi masing-masing secara adil.

5. Waqi’iyyah (Realistis): cerita bersifat hal-hal yang riil sesuai akidah ajaran Islam dan etika, misalnya:

a. Realitas alam semesta yang menunjukkan akan adanya Allah, Tuhan alam semesta

b. Realitas kehidupan manusia dengan sifat baik buruknya, yang berakhir dengan kematian dan dilanjutkan dengan kehidupan akhirat yang abadi

c. Realitas manusia sebagai makhluk yang kompleks (terbuat dari unsur materi dan rohani, laki-laki dan perempuan, sebagai makhluk sosial, dan sebagainya)

6. Wudluh (Kejelasan), yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut: a. Kejelasan mengenai pokok-pokok dan prinsip ajaran yang islami b. Kejelasan sumber cerita

c. Kejelasan maksud dan tujuan cerita

7. Kombinasi antara tsabat (ketegasan prinsip) dan murunah (fleksibilitas) dalam ajarannya, misalnya:

a. Ketegasan dalam tujuan, dan fleksibilitas dalam strategi pelaksanaan saat memberikan cerita sebagai pembelajaran anak b. Ketegasan dalam pokok dan prinsip ajaran, dan fleksibilitas dalam

c. Ketegasan dalam moral dan etika, dan fleksibilitas dalam masalah duniawi dan kajian ilmiah.47

Dokumen terkait