• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bimbingan dan Konseling dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Dalam dokumen Materi Persiapan Uji Kompetensi Guru 2015 (Halaman 131-137)

PENYUSUNAN PROGRAM BIMBINGAN KONSELING

D. Kompetensi dan indicator Standar Kompetensi:

1. Bimbingan dan Konseling dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

a. Konsep Dasar KTSP.

Seperti diketahui bahwa pemerintah Republik Indoinesia telah mencanangkan pengembangan sumber daya manusia yang unggul dalam rangka menghadapi era millenium yakitu era pasar global dan pasar bebas.Era yang demikian memberikan suatu pemahaman bahwa pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas tidak dapat ditunda-tunda lagi. Pengembangan sumber daya manusia merupakan upaya komprehensif dari berbagai aktor pendidikan seperti guru, tenaga non kependidikan, sarana dan prasarana, kurikulum, dll.Upaya pemerintah yang nyata dalam peningkatan kualitas guru adalah meningkatkan kompetensi guru yang meliputi kompetensi pedagogik, sosial, pribadi dan profesional. Pencapaian kompetensi

tersebut saat ini dilakukan dengan sertifikasi guru dalam jabatan melalui penilaian portofolio dan melalui pendidikan profesi selama 1 tahun

Kurikulum merupakan salah satu faktor yang diasumsikan sebagai instrumen untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Perkembangan mutakir dikenal dengan sebutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP Pasal 1 ayat 15) dikemukakan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).Berdasarkan konsep tersebut perlu dipahami beberapa hal yang terkait dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan sebagai berikut:(Mulyasa;2007;20):

1) KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi satuan pendidikan, potensi dan karakteristik daerah, serta sosial budaya masyarakat setempat dan peserta didik.

2) Sekolah dan komite sekolah mengembangkan kurikulum tingkat - satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan, dibawah supervisi dinas pendidikan kabupaten/kota, dan depatemen agama yang bertanggungjawab di bidang pendidikan.

3) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan untuk setiap program studi di perguruan tinggi dikembangkan dan ditetapkan oleh masing- masing perguruan tinggi dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan.

KTSP merupakan paradigma baru dalam pendidikan khususnya dalam pengembangan kurikulum karena memberikan kesempatan yang luas pada setiap satuan pendidikan, dan pelibatan masyarakat

dalam rangka mengefektifkan proses belajar mengajar di sekolah yang lebih, aktif, kreatif, menyengkan. Melalui pengembangan KTSP ini sekolah memliliki keleluasaan dam menglola sumber daya, dana, sumber belajart dan kegatan lain sesuai dengan kebutuhan dan prioritas masing-masing sekolah.

KTSP merupakan salah satu wujud reformasi pendidikan yang memberikan otonomi kepada sekolah dan satuan pendidikan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi, tuntutan, dan kebutuhan masing-masing sekolah. Dengan otonomi ini kinerja guru dan sekolah akan lebih optimal karena mempunyai kekuasaan penuh dan tanggungjawab yang lebih besar dalam menetapkan kurikulum sesuai dengan visi, misi dan tujuan sekolah. Untuk itu sekolah mutlak dituntut untuk mengembangkan visi, misi, dan tujuan sekolah mendasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar kedalam indikator kompetensi, mengembangkan strategi,menentukan prioritas, mengendalikan pemberdayaan berbagai potensi sekolah dan lingkungan sekitar, serta mempertanggungjawabkan kepada pemerintah dan masyarakat.

Pengembangan KTSP dilakukan oleh guru, kepala sekolah, komite sekolah, dan dewan pendidikan.. Orang-orang yang terlibat dalam pengembangan KTSP tersebut merupakan badan yang atau lembaga yang menetapkan segala kebijakan sekolah berdasarkan peraturan-peraturan tentasng pendidikan yang berlaku. Untuk itu komite sekolah bersama sekolah menetapkan visi, misi dan tujuan sekolah yang berdasarkan analisis SWOT dengan berbagai implikasinya terhadap program -program kegiatan opersional untuk mencapai tujuan sekolah.

b. Strukutr Isi KTSP.

Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus dirempuh oleh peserta didik dalam pembelajaran.

Kedalaman muatan kurikulum setiap mata pelajaran pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik sesuai dengan beban belajar yang tercantum dalam struktur kurikulum. Kompetensi tersebut terdiri atas standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan berdasarkan standar kelulusan. Muatan lokal dan pengembangan diri merupakan bagian integral dari struktur kurikulum pada jenjang dasar dan menengah. Khusus mengenai pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat, setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri ini difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler?

Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tersebut maka dalam kegiatan bimbingan konseling mengacu pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikuasai siswa Salah satu bentuk kegiatan yang dapat digunakan adalah pengembangan diri. Melalui pengembangan diri ini maka guru pembimbing atau konselor menterjemahkan dan mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar apa saja yang perlu dikuasai siswa.

Untuk mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut peserta didik tidak cukup diberikan pengajaran bidang studi saja, tetapi diperlukan kegiatan bimbingan konseling.Dalam konteks bimbingan konseling pengembangan diri peserta didik didasarkan pada tugas-tugas perkembangan yang harus dicapai oleh peserta didik pada masa perkembangannya. Adapun tugas-tugas perkembangan tersebut adalah sebagai berikut:

1) Mencapai kematangan dalam beriman dan bertakwa kepada Tuhan Ynag Maha Esa.

2) Mencapai kematangan dalam hubungan teman sebaya, serta kematangan dealam perannya sebagai pria dan wanita.

3) Mencapai kematangan pertumbuhan jasmaniah yang sehat,

4) Mengembangkan penguasaan ilmu, teknologi dan seni sesuai dengan program kurikulum, persiapan karir dan melanjutkan studi, serta berperan dalam kehidupan masyarakat yang lebih luas. 5) Mencapai kematangan dalam pemilihan karir.

6) Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan mandiri secara emosional, sosial, intelektual dan ekonomi.

7) Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

8) Mengembangkan kemampuan komunikasi sosial dan intelektual serta apresiasi seni.

9) Mencapai kematangan dalam sistem etika dan nilai

c. Pengembangan Diri

Pengembangan diri merupakan istilah yang relatif baru dalam kurikulum pendidikan kita. Pengembangan diri secara konseptual berarti mengembangkan seluruh aspek diri siswa baik dirim yang disadari maupun yang tidak disadari.Dalam psikologi pendidikan istilah diri dapat disebut dengan istilah ”aku”atau self yang merupakan salah satu asperk kepribadian yang didalsamnya terdapat nilai,sikap, perasaan, kepercayaan, cita-cita dan aspek psikis lainnya yang kesemuanya merupakan satu kesatuan yang saling terkait.

Seperti yang tercantum dalam Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 dinyatakan bahwa : Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru,

atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri melalui layanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karir peserta didik.

Berdasarkan rumusan tersebut diatas maka kegiatan pengembangan diri seyogyanya dilakukan lebih banyak berada diluar jam efektif, atau diluar jam pelajaran, melalui serangkaian kegiatan ekstrakurikuler seperti diskusi, bimbingan kelompok, permainan kelompok, dll. Demikian pula kegiatan pengembangan diri dapat dilakukan secara mandiri seperti mengkaji buku, mengunjungi nara sumber, atau melakukan aktivitas tertentu untuk kepentingan pembelajaran dan pengembangan diri siswa secara komprehensif.

Dibandingkan dengan kurikulum terdahulu agaknya ada perbedaan dalam jumlah jam belajar efektif, yaitu adanya pengurangan jam belajar efektif di kelas, namun jam belajar diberikan lebih banyak untuk kegiatan diluar jam belajar efektif melalui pengembangan diri dibawah bimbingan konselor maupun tenaga kependidikan yang lain. Hal ini akan mengoptimalkan aktivitas siswa dalam menggali ilmu pengetahuan dan penjelajahan dalam bidang lain untuk mengembangkan bakat, minat, dan potensi yang ada pada siswa, sehingga siswa akan merasa bebas dan tidak melulu hanya di dalam kelas saja. Demikian pula dalam kurikulum ini lebih menghargai adanya perbedaan individu, baik dalam bakat, potensi, minat, jkarakteristik dll.Oleh karena itu diperlukan pendidik yang memahami perbedaan individu sehingga mampu mengarahkan dan mengembangkan diri siswa secara optimal.

Memperhatikan karakteristik kurikulum tersebut peranan bimbngan konseling sangat menentukan, yaitu dalam mengindetifikasi kebutuhan, bakat, minat, potensi, sikap, dll yang terkait dengan karakteristik siswa. Selanjutnya berdasarkan hasil identifikasi tersebut

semua potensi siswa dikembangkan melalui serangkaian kegiatan bimbingan yang dikenal dengan pola 17 Plus.

Dalam dokumen Materi Persiapan Uji Kompetensi Guru 2015 (Halaman 131-137)