• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Biodiesel dengan Biji Canola

Kanola (canola) adalah sebutan bagi sekelompok kultivar rapa (Brassica napus Kelompok Oleifera) yang dipatenkan. Kanola umumnya diolah untuk menghasilkan minyak rapa berkadar asam erukat rendah dan pakan berkadar glukosinolat rendah. Minyak kanola juga dikenal dengan nama minyak "LEAR" (singkatan dari Low Erucic Acid Rapeseed). Dalam literatur tentang rapa, minyak dengan kadar rendah untuk asam erukat dan glukosinolat juga dikenal sebagai "00-quality" (dibaca sebagai "double-low" atau "double-O-quality"). Kanola pada awalnya dikembangkan di Kanada oleh Keith Downey dan Baldur Stefansson pada tahun 1970-an. Nama aslinya, "canola", berasal dari akronim "Canadian oil, low acid" yang diperkenalkan pada tahun 1978.Nama ini dipakai karena adanya asosiasi negatif terhadap kata "rape" (perkosaan) di Amerika Utara, sekaligus untuk membedakannya dengan minyak rapa biasa waktu itu yang memiliki kadar asam erukat yang lebih tinggi.

Kanola menjadi sasaran kritik penentang tanaman transgenik karena sebagian besar kultivar yang ditanam di Amerika merupakan hasil rekayasa genetika, yang memasukkan gen toleran herbisida. Kritik terutama diarahkan pada kemungkinan munculnya "gulma super" karena rapa merupakan tanaman menyerbuk silang dan memiliki kekerabatan dengan beberapa gulma pertanian penting. Apabila serbuk sarinya berhasil membuahi suatu gulma dan menghasilkan biji dan tumbuhan yang fertil, akan muncul gulma yang toleran terhadap herbisida dan hal ini membahayakan keseimbangan lingkungan. Minyak canola dipilih secara genetik untuk kandungan rendah asam lemak tidak jenuh karena rendah kolestrol dan dapat diformulasikan dalam pembuatan kosmetik dan sabun. Minyak canola juga mengandung omega 3 dan omega 6 (Rowe, dkk.,

2006). Menurut (Jessop dan Toelken, 1986) tanaman canola diklasifikasikan sebagai berikut: Kerajaan : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliophyta Ordo : Capparales Famili : Brassicaceae Genus : Brassica

Spesies : Brassica napus L.

Manfaat dan kegunaan dari biji canola yaitu :

 Canola sebagai bahan baku biodiesel sifatnya yang terbaharukan dan teruraikan.

 Canola digunakan sebagai bahan pangan.

 Canola dapat digunakan sebagai pelumas.

 Canola kaya akan vitamin E, omega 3, omega 6, omega 9, dan termasuk antioksidan yang bermanfaat sebagai produk kecantikan. Berikut adalah gambar biji canola seperti yang ditunjukkan gambar 2.1 sebagai berikut

Gambar 2.1 Biji Canola

Sumber : http://www.wikipedia.com/canola oil.html (diakses tanggal 17 November 2016)

Saat ini canola adalah salah satu tanaman biji penghasil minyak yang dibudidayakan di berbagai negara dunia terutama di Kanada, selain bunga matahari, biji anggur, zaitun, kedelai dll. Berikut adalah statistik beberapa negara

Tabel 2.2 Statistik Negara Penghasil Canola Negara Produksi Negara Produksi (Metrik Ton) (Metrik Ton)

Uni Eropa 21102 Rusia 1393 Kanada 17960 Amerika 1004 Cina 14458 Belarusia 676 India 7300 Pakistan 320 Australia 3760 Kazakhstan 242

Ukraina 2352

Sumber : USDA Foreign Agricultural Service Production Supply and Distribution Online Database.

2.3 Mesin Diesel

Mesin diesel juga disebut “Motor Penyalaan Kompresi” oleh karena penyalaannya dilakukan dengan menyemprotkan bahan bakar ke dalam udara yang bertekanan dan bertemperatur tinggi sebagai akibat dari proses kompresi di dalam ruang bakar. Mesin diesel pertama kali ditemukan oleh Rudolf Diesel pada tahun 1982.

Agar bahan bakar diesel dapat terbakar dengan sendirinya, maka perbandingan kompresi mesin diesel harus berkisar antara 15-22, sedangkan tekanan kompresinya mencapai 20-40 bar dengan suhu 500-700°C. Aplikasi dari motor diesel banyak pada industri-industri sebagai motor stasioner ataupun untuk kendaraan-kendaraan dan kapal laut dengan ukuran yang besar. Hal ini dikarenakan motor diesel mengkonsumsi bahan bakar ± 25% lebih rendah dari motor bensin.

Mesin diesel menghasilkan tekanan kerja yang tinggi, itu sebabnya konstruksi motor diesel lebih kokoh dan lebih besar. Disamping itu, mesin diesel menghasilkan bunyi yang lebih keras, warna dan bau gas yang kurang

menyenangkan. Namun dipandang dari segi ekonomi, bahan bakar serta polusi udara, motor diesel masih lebih disukai (Mathur, 1980).

Konsep awal Rudolf Diesel pada mesin ciptaannya adalah dengan mengasumsikan adanya penambahan kalor pada temperature konstan sehingga mesin yang dibuatnya dapat berjalan dengan siklus Carnot. Namun,akhirnya disadari bahwa untuk mewujudkan mesin tersebut secara praktikal adalah sangat sulit karena pemasukan panas yang dapat dilakukan persiklus sangat kecil. Konsep selanjutnya Rudolf Diesel menggunakan penambahan kalor pada saat tekanan konstan. Konsep siklus tersebut secara teoritis dapat berjalan, oleh karena itu siklus teoritis ini dinamakan atas namanya yaitu Siklus Diesel. Siklus diesel tersebut ditunjukkan pada gambar 2.2 dan 2.3 di bawah ini.

Gambar 2.2 Diagram P-v

Sumber :http://www.linasundaritermodinamika.blogspot.co.id/diagram p-v siklus diesel.html (diakses 17 November 2016)

Keterangan Gambar :

P = Tekanan (atm)

V = Volume Spesifik (m3/kg) Qm = Kalor yang masuk (KJ) Qk = Kalor yang keluar (KJ)

Keterangan grafik sebagai berikut berikut :

2. Langkah kompresi (1-2) ialah proses isentropik.

3. Proses pembakaran volume konstan (2-3) dianggap sebagai proses pemasukan kalor pada volume konstan.

4. Langkah kerja (3-4) ialah proses isentropic

5. Proses pembuangan (4-1) dianggap sebagai proses pengeluaran kalor pada volume konstan.

6. Langkah buang (1-0) ialah proses tekanan konstan.

Diagram T-S

Gambar 2.3 Diagram T-S

Sumber :http://www.linasundaritermodinamika.blogspot.co.id/diagram t-s siklus diesel.html (diakses 17 November 2016)

Keterangan Gambar: 1-2 Kompresi Isentropik.

2-3 Pemasukan Kalor pada Tekanan Konstan. 3-4 Ekspansi Isentropik.

4-1 Pengeluaran Kalor pada Volume Konstan.

2.3.1 Prinsip Kerja Mesin Diesel

Pada mesin diesel bahan bakar di semprotkan langsung ke ruang bakar dengan menggunakan injector. Dibawah ini adalah langkah dalam proses mesin diesel 4 langkah ditunjukkan pada gambar 2.4 sebagai berikut :

Gambar 2.4 Prinsip Kerja Mesin Diesel Sumber :http://www.google.com/prinsip kerja diesel.html (diakses 17 November

2016) 1.Langkah Isap

Piston bergerak dari TMA (Titik Mati Atas) ke TMB (Titik Mati Bawah), kemudian katup isap terbuka dan katup buang tertutup. Karena piston bergerak ke bawah, maka di dalam silinder terjadi ke vakuman sehingga udara bersih akan terhisap dan mengalir masuk ke dalam ruang silinder melalui katup isap.

2.Langkah Kompresi

Poros engkol terus berputar, piston bergerak dari TMB ke TMA. Karena piston bergerak ke atas dan kedua katup tertutup, maka udara bersih dalam silinder akan terdorong dimampatkan di ruang bakar, akibatnya silinder tertekan sehingga tekanan dan temperature naik hingga 35 atm dan temperature 500-700°C.

3.Langkah Usaha

Pada langkah ini kedua katup masih tertutup, akibat semprotan bahan bakar di ruang bakar akan menyebabkan terjadi ledakan pembakaran yang akan meningkatkan suhu dan tekanan di ruang bakar. Tekanan yang besar tersebut akan mendorong piston ke bawah yang menyebkan terjadi gaya aksial. Gaya aksial ini dirubah dan diteruskan oleh poros engkol menjadi gaya putar.

Pada langkah ini, piston bergerak dari TMB ke TMA. Bersamaan itu juga katup buang membuka dan katup masuk tertutup, sehingga udara sisa pembakaran akan didorong keluar dari ruang silinder menuju exhaust manifold.

2.3.2 Performansi Mesin Diesel 1. Daya Poros

Daya mesin adalah besarnya kerja mesin selama waktu tertentu. Pada motor bakar daya yang berguna adalah daya poros, dikarenakan poros tersebut menggerakkan beban. Daya poros dibangkitkan oleh daya indikator, yang merupakan daya gas pembakaran yang menggerakkan torak dan selanjutnya menggerakkan semua mekanisme. Sebagian daya indikator dibutuhkan untuk mengatasi gerakan mekanik, seperti pada torak dan dinding silinder dan gesekan antara poros dan bantalan. Prestasi motor bakar pertama-tama tergantung dari daya yang ditimbulkannya. Semakin tinggi frekuensi putar motor semakin tinggi daya yang diberikan. Hal ini disebabkan oleh semakin besarnya frekuensi semakin banyak langkah kerja yang dialami pada waktu yang sama. Dengan demikian daya poros tersebut adalah :

... (2.1) Dimana : PB = daya ( kW ) T = torsi ( Nm ) n = putaran mesin ( rpm ) 2.Torsi

Torsi adalah perkalian antara gaya dengan jarak. Selama proses usaha maka tekanan-tekanan yang terjadi di dalam silinder motor menimbulkan suatu gaya yang luar biasa kuatnya pada torak. Gaya tersebut dipindahkan kepada pena engkol melalui batang torak , dan mengakibatkan adanya momen putar atau torsi pada poros engkol. Alat yang digunakan untuk mengukur torsi dinamakan

dynamometer, alat ini di kopel dengan poros ouput motor pembakaran. Untuk mencari torsi ditunjukkan persamaan 2.2 dibawah ini

T =

... (2.2)

3. Konsumsi Bahan Bakar Spesifik (SFC)

Konsumsi bahan bakar spesifik merupakan salah satu parameter prestasi yang penting di dalam suatu motor bakar. Nilai ekonomis sebuah mesin ditunjukkan dengan seberapa besar jumlah bahan bakar yang dipakai untuk menghasilkan sejumlah daya selang waktu tertentu.

SFC = ̇

... (2.3)

Besarnya laju aliran massa bahan bakar dihitung dengan persamaaan berikut :

... (2.4)

Dimana :

SFC = konsumsi bahan bakar spesifik (gr/kWh) PB = daya (kW)

= Laju aliran bahan bakar (kg/jam) sgf = spesifik gravitasi solar (0,842) Vf = volume bahan bakar yang diuji (ml) t = waktu (s)

4. Efisiensi Termal Brake Aktual

Dikarenakan adanya rugi-rugi mekanis yang terjadi pada mesin itu sendiri, mengakibatkan kerja yang terpakai lebih kecil dari energi yang dibangkitkan oleh piston. Untuk itu maka perlu dicari kerja maksimum yang dapat dihasilkan dari

pembakaran sejumlah bahan bakar. Kerja maksimum atau efisiensi ini biasa disebut efisiensi thermal brake.

ηa =

x 100% ... (2.5)

5.Nilai Kalor Bahan Bakar

Nilai pembakaran merupakan jumlah energi kimia yang terdapat dalam satu massa atau volume bahan bakar. Ada dua macam nilai pembakaran yaitu nilai pembakaran tinggi (High Heating Value) dan nilai pembakaran rendah (Low Heating Value). Nilai kalor tinggi (High Heating Value), merupakan nilai kalor yang diperoleh secara eksperimen dengan menggunakan kalorimeter dimana hasil pembakaran bahan bakar didinginkan sampai suhu kamar sehingga sebagian besar uap air yang terbentuk dari pembakaran hidrogen mengembun dan melepaskan panas latennya. Analisa percobaan dilakukan dengan menggunakan rumus : HHV = 33950 + 144200 (H2- ) + 9400 S ... (2.6) Dimana: HHV = Nilai kalor atas (kJ/kg)

H2 = Persentase hidrogen dalam bahan bakar O2 = Persentase oksigen dalam bahan bakar S = Persentase sulfur dalam bahan bakar

Nilai kalor bawah (Low Heating Value), merupakan nilai kalor bahan bakar tanpa panas laten yang berasal dari pengembunan uap air. Umumnya kandungan hidrogen dalam bahan bakar cair berkisar 15 % yang berarti setiap satu satuan bahan bakar, 0,15 bagian merupakan hidrogen. Pada proses pembakaran sempurna, air yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar adalah setengah dari jumlah mol hidrogennya.

Selain berasal dari pembakaran hidrogen, uap air yang terbentuk pada proses pembakaran dapat pula berasal dari kandungan air yang memang sudah ada didalam bahan bakar (moisture). Panas laten pengkondensasian uap air pada tekanan parsial 20 kN/m2 (tekanan yang umum timbul pada gas buang) adalah

sebesar 2400 kJ/kg, sehingga besarnya nilai kalor bawah (LHV) dapat dihitung berdasarkan persamaan 2.2. berikut :

LHV = HHV – 2400 (M + 9 H2) ... (2.7) Dimana: LHV = Nilai Kalor Bawah (kJ/kg)

M = Persentase kandungan air dalam bahan bakar (moisture)

Dalam perhitungan efisiensi panas dari motor bakar, dapat menggunakan nilai kalor bawah (LHV) dengan asumsi pada suhu tinggi saat gas buang meninggalkan mesin tidak terjadi pengembunan uap air. Namun dapat juga menggunakan nilai kalor atas (HHV) karena nilai tersebut umumnya lebih cepat tersedia. Peraturan pengujian berdasarkan ASME (American of Mechanical Enggineers) menentukan penggunaan nilai kalor atas (HHV), sedangkan peraturan SAE (Society of Automotive Engineers) menentukan penggunaan nilai kalor bawah (LHV).

Nilai kalor (heating value) suatu bahan bakar dapat juga diperoleh dengan menggunakan peralatan laboratorium, yaitu dengan bom calorimeter oksigen. Nilai kalor yang diperoleh melalui peralatan ini adalah nilai kalor atas high heating value (HHV) dan dapat dihitung dengan rumus,yaitu :

HHV=(T2-T1-Tkp)Cv ……… (2.8) Dimana :

HHV = Nilai kalor atas (kJ/kg)

T1 = Suhu air pendingin sebelum dinyalakan (°C) T2 = Suhu air pendingin setelah dinyalakan (°C) Tkp = Kenaikan suhu kawat penyala = 0.05 (°C) Cv = Panas jenis alat (Kj/kg°C)

Sedangkan nilai kalor bawah atau low heating value (LHV) dihitung dengan persamaan :

LHV= HHV-3240 ………..(2.9)

Energi yang masuk kedalam sebuah mesin berasal dari pembakaran bahan bakar hidrokarbon. Udara luar digunakan untuk menyuplai oksigen yang dibutuhkan untuk mendapatkan reaksi kimia untuk pembakaran didalam ruang bakar. Didalam mesin, bahan bakar dibakar dengan udara.

Udara merupakan campuran berbagai gas yang memiliki komposisi representatif 78% nitrogen, 20% oksigen, dan 2%> gas-gas lain (karbon dioksida, neon, helium, metana, hidrogen dll.), dimana pada pembakaran, oksigen merupakan komponen reaktif dari udara. Secara umum rumus kimia bahan bakar solar berada diantara C10H20 hingga C15H28 (umumnya C12H23) (Anil W. Date, 2001), dimana reaksi pembakaran yang terjadi didalam ruang bakar secara stoikiometris/teoritis adalah:

C12H23 + 17,75(O2 + 3,76 N2)  12CO2 + 11,5H2O + 66,74N2

Maka perbandingan ideal udara dengan bahan bakar solar secara stoikiometris/teoritis adalah: AFR = AFR = AFR = AFR = 14,59

Secara aktual nilai AFR dirumuskan dengan: AFR = ̇

̇ ……….. (2.11)

Dimana:

̇ = laju aliran udara dalam mesin.

̇ = laju aliran bahan bakar di dalam mesin.

Efisiensi volumentris didefinisikan sebagai volum aliran udara yang memasuki sistem isap dibagi dengan laju aliran yang digunakan oleh piston. Efisiensi volumentris mesin diesel biasanya lebih tinggi daripada mesin otto. Efisiensi volumentris dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

ηv =

……….

…….(2.12) Dimana :

= Laju aliran massa udara (kg/jam) n = putaran mesin (rpm)

= Densitas udara (kg/m3) Vd = volume langkah torak m3

8.Heat Loss

Heat loss dapat dikatakan sebagai besar kehilangan energi yang terjadi akibat adanya aliran gas panas buang dari exhaust manifold ke lingkungan.

Besarnya heat loss dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 2.13 di bawah ini.

Heat loss = Cp(ma + mf)x (Te – Ta ) ……….. (2.13)

dimana:

Te = suhu gas keluar exhaust manifold Ta = Suhu lingkungan (27oC)

Untuk mengetahui persentase heat loss, maka dilakukan perbandingan antara besarnya heat loss dengan energi yang dihasilkan dalam pembakaran bahan bakar dimana ditunjukkan pada persamaan 2.10.

% Heat loss =

……….

2.4 Supercarjer

Supercarjer adalah suatu mekanisme untuk menyuplai udara dengan kepadatan yang melebihi kepadatan udara atmosfer ke dalam silinder pada langkah hisap, sehingga massa oksigen bertambah masuk ke silinder membuat mesin membakar lebih banyak bahan bakar dan membuatnya lebih bertenaga. Sebuah supercarjer ditenagai secara mekanik oleh sabuk, pulley, rantai, sprocket, maupun mekanisme roda gigi dari poros engkol mesin. Udara yang lebih padat ini akan tinggal dalam silinder untuk ditekan pada langkah kompresi. Akibat udara yang densitasnya lebih tinggi maka lebih banyak bahan bakar yang dapat terbakar sehingga daya output mesin dapat meningkat.

Tujuan utama pemakaian supercarjer adalah untuk memperbesar jumlah udara yang masuk ke dalam silinder, menambah daya mesin tanpa memperbesar kapasitas mesin tersebut, dan mengurangi berat atau ruang konstruksi pada mesin diesel. Peningkatan daya output yang dapat diperoleh dari suatu mesin yang dilengkapidengan supercarjer tergantung oleh beberapa faktor, tetapi yang terpenting adalah tekanan superchargering. Mesin yang dilengkapi dengan supercarjer seperti yang dikatakan sebelumnya juga menghemat bahan bakar karena daya yang diperoleh dengan mengunakan supercarjer meningkat dengan cepat dibandingkan dengan losses-losses akibat gesekan yang relatif tetap dan juga disebabkan oleh kecepatan udara yang tinggi menyebabkan aliran turbulen dalam ruangan bakar sehingga proses pencampuran udara ditambah bahan bakar dapat lebih cepat dan lebih baik mutunya.

Prinsip kerja supercarjer yaitu berputar melalui driver pulley pada mesin,kemudian tenaga disalurkan ke driven pulley pada supercarjer sehingga kompressor berputar dan memompa udara ke ruang bakar. Dengan supercarjer jumlah udara atau campuran bahan bakar udara segar yang biasa dimasukkan lebih besar daripada dengan proses pengisapan oleh torak pada waktu langkah isap. Tekanan udara masuk silinder berkisar antara 1,2-2,2 kg/cm2. Motor dua tak dengan supercarjer akan menaikkan sekaligus tekanan isap dan tekanan gas buang (Mahadi 2007). Kelebihan dari supercarjer yaitu supercarjer mulai bekerja pada putaran rpm rendah, peningkatan tenaganya pun sangat halus karena putaran

turbin selaras dengan putaran mesin. Beda halnya dengan turbocharger yang mulai bekerja pada putaran rpm tinggi

Dilihat dari konstruksinya dan harganya, motor diesel di bawah 100 PS tidak ekonomis menggunakan supercarjer. Tetapi apabila mesin harus bekerja pada ketinggian lebih dari 1500 meter diatas laut, supercarjer mempunyai arti penting dalam usaha mengatasi kerugian daya yang disebabkan berkurangnya kepadatan udara atmosfer di tempat tersebut. Pada motor diesel supercarjer dapat mempersingkat priode persiapan pembakaran sehingga karakteristik pembakaran menjadi lebih baik.

Disamping itu terbuka kemungkinan untuk menggunakan bahan bakar dengan menggunakan bahan bakar dengan bilangan setana yang lebih rendah. Akan tetapi jangan hendaknya melupakan tekanan dan temperatur gas pembakaranya karena hal tersebut akan menyangkut persoalan pendinginan, konstruksi, kekuatan material serta umur. Pemakaian bahan bakar spesifik dari motor bensin yang memakai supercarjer biasanya menjadi lebih besar. Hal ini disebabkan karena perbandingan kompresinya

harus diperkecil untuk mencegah denotasi juga karena banyak bahan bakar yang keluar dari dalam silnder sebelum digunakan. Persoalan denotasi dapat diatasi dengan menggunakan bensin dengan bilangan oktana yang lebih tinggi dan dalam banyak hal akan sangat berpengaruh pada performansi mesin tersebut. Demikian juga pada motor bensin untuk mobil balap (supercar),yang lebih mementingkan daya daripada efisiensi.Berikut supercarjer yang ditunjukkan pada gambar 2.6 yaitu :

Gambar 2.6 Supercarjer

2.4.1 Jenis-jenis Supercarjer

Supercarjer terdapat tiga jenis yaitu : a. Root

Jenis ini merupakan jenis supercarjer tertua. Jenis supercarjer ini menggunakan lobus yang saling bertautan. Jenis supercarjer ini memberikan tenaga yang lebih pada putaran rpm rendah. Berikut root yang ditunjukkan pada gambar 2.7 yaitu :

Gambar 2.7 Root

Sumber : http://www.scribd.com/supercharger.html(diakses 9 Februari 2017)

b. Twin Screw

Supercarjer ini bekerja dengan menarik udara ke dalam lobus yang saling bertautan yang bentuknya menyerupai gerigi cacing. Jenis supercarjer ini memberikan tenaga yang lebih pada rpm rendah. Berikut twin screw yang ditunjukkan pada gambar 2.8 yaitu :

Gambar 2.8 Twin Screw

Sumber : http://www.scribd.com/supercharger.html(diakses 9 Februari 2017)

c. Centrifugal

Jenis supercarjer ini menggunakan impeller dengan kecepatan tinggi untuk membawa udara ke ruang compressor. Udara yang melewati impeller dalam kondisi kecepatan tinggi, tetapi tekanan udara yang menuju ke diffuser bernilai rendah. Pada diffuser, udara mengalami perlambatan kecepatan dan kenaikan tekanan. Bentuk centrifugal ditunjukkan pada gambar 2.9 sebagai berikut :

Gambar 2.9 Centrifugal

Sumber : http://www.scribd.com/supercharger.html(diakses 9 Februari 2017)

Berdasarkan kompressor yang digunakan untuk menggerakkan supercarjer maka supercarjer dapat dibagi atas :

a. Supercarjer, yang menggunakan positive displacement rotary compressor Impeler dipasang pada kedua poros yang parallel dan memiliki dua

atau tiga kuping (lobes) yang salig berpasangan seperti roda gigi ketika impeller ini berputar. Udara yang masuk pada awalnya akan terjebak pada ruang antara rumah dan lembah pada lobes yang saling berdekatan, yang kemudian dibawa ke saluran keluar dan udara dipaksa memasuki ruang silinder. Untuk impeler dengan 2 kuping (lobe) memiliki sifat-sifat sebagai berikut :

1. Menghasilkan kapasitas udara yang paling maksimum. 2. Mengkonsumsi energi yang paling sedikit.

3. Pemasukan udara yang tidak kontinu.

4. Sangat berisik terutama jika bentuk lobenya lurus.

Berikut gambar positive displacement rotary dengan dua lobe yang ditunjukkan pada gambar 2.10 sebagai berikut :

Gambar 2.10 Positive Displacement Rotary Compressor dengan 2 lobe Sumber : http ://www.diyford.com/two lobe compressor (diakses 7

Februari 2017)

Sedangkan untuk impeller dengan 3 lobes yang berbentuk spiral, merupakan tipe root compressor yang lebih baik dibandingkan dengan 2 lobes karena tidak berisik dan terutama karena aliran udara lebih merata (kontinu). Berikut gambar positive displacement rotary dengan tiga lobe yang ditunjukkan pada gambar 2.11 sebagai berikut :

Gambar 2.11 Positive Displacement Rotary Compressor dengan 3 lobe Sumber : http ://www.diyford.com/three lobe compressor (diakses 7

Februari 2017)

b. Supercarjer yang menggunakan Centrifugal Compressor.

Centrifugal Compressor merupakan tipe compressor yang menggunakan roda kecepatan tinggi yang dilengkapi sudu-sudu dan ditiup dengan casing berbentuk valve. Udara memasuki casing melalui saluran masuk, kemudian melalui sudu-sudu roda tersebut seolah-olah dilemparkan dengan gaya sentrifugal kesaluran kompressor. Udara yang dilempar dengan kecepatan tinggi ini masuk saluran buang diubah energi kinetiknya menjadi energi tekanan melalui diffuser. Biasanya putaran 4000-5000 rpm. Keunggulan positve displacement rotary

compressor dibandingkan dengan centrifugal compressor jika penggeraknya berasal dari mesin itu sendiri adalah terletak pada kapasitas udara yang dipindahkan ke ruang silinder. Positive displacement rotary compressor secara praktis akan melepaskan udara dalam jumlah yang sama setiap putaran mesin tanpa memperhatikan kecepatan ataupun tekanan kerja dalam silinder. Tetapi untuk compressor sentrifugal jumlah udara yang dimasukkan ke dalam silinder tiap putaran mesin akan selalu berubah-ubah karena tergantung pada kuadrat kecepatan roda putarnya sehingga kapasitas pemasukkan udaranya akan jauh lebih sedikit dibandingkan dengan positive displacement rotary compressor terutaman pada putaran rendah. Berikut gambar centrifugal compressor seperti ditunjukkan pada gambar 2.12 yaitu :

Gambar 2.12 Centrifugal Compressor

Sumber : http ://www.diyford.com/centrifugal compressor (diakses 7 Februari 2017)

Dokumen terkait