HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Biodiversitas Bambu di Sumatera Utara Bagian Timur
Hasil penelitian menemukan 5 genus dan 15 jenis bambu yang tersebar pada 8 Kabupaten di Sumatera Utara Bagian Timur (Gambar 4.1). Jumlah ini lebih banyak bila dibandingkan dengan penelitian sejenis yang pernah dilakukan, diantaranya : Widjaja dan Karsono (2005) menemukan 10 jenis bambu di Pulau Sumba, Peneng, et. al., (2005) menemukan 13 jenis bambu di Kabupaten Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat dan Widjaya (2001) menemukan 14 jenis bambu di Kepulauan Sunda Kecil.
Tabel 4.1. Biodiversitas Bambu di Sumatera Utara Bagian Timur
No Genus Jenis Lokasi Ket
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Bambusa Bambusa blumeana. - √ √ - - - √ - W 2 Bambusa glaucescens. - - - √ - P 3 Bambusa glaucophylla. - - - √ - - - - P
4 Bambusa vulgaris. √ √ √ √ √ √ √ √ P/W
5 Bambusa multiplex. - - √ - - - √ - P/W 6 Dendrocalamus Dendrocalamus asper. √ √ √ √ √ √ √ √ P/W 7 Gigantochloa Gigantochloa atroviolacea. - - - √ - W 8 Gigantochloa atter. √ - - - √ √ √ - W 9 Gigantochloa achmadii. - - - √ √ √ P/W 10 Gigantochloa pruriens. - - - √ √ - P/W 11 Gigantochloa robusta. √ - - - √ √ √ - W 12 Schizostachyum Schizostachyum bracycladum. √ √ - √ √ √ √ √ P/W 13 Schizostachyum zolingeri. √ - - √ √ - √ - W 14 Schizostachyum sp. - - √ - - - W 15 Thyrsostachys Thyrsostachys siamensis. - - √ √ - - √ - P
Keterangan : 1 Kota Tanjung Balai 7 Kabupaten Deli Serdang
2 Kabupaten Asahan 8 Kabupaten Labuhan Batu Utara 3 Kabupaten Simalungun √ = Ditemukan
4 Kabupaten Batu Bara - = Tidak ditemukan 5 Kabupaten Serdang Bedagai W = Wild (Liar)
Tabel 4.1 menunjukkan biodiversitas bambu tertinggi di Sumatera Utara Bagian Timur adalah Kabupaten Deli Serdang dan diikuti oleh Kabupaten Langkat. Kabupaten Deli Derdang ditemukan 13 jenis bambu yaitu Bambusa blumeana, B.
vulgaris, B. glaucescens, B. multiplex, Dendrocalamus asper, Gigantochloa atroviolacea, G. achmadii, G. pruriens, G. atter, G. robusta,
Schizotachyum bracycladum, S. zollingeri dan Thyrsostachys siamensis. Kabupaten Langkat ditemukan 7 jenis bambu diantaranya B. vulgaris, D. asper, G. pruriens, G. atter, G. achmadii, G. robusta dan S. bracycaladum.
Tingginya biodiversitas bambu di Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Langkat karena masih banyaknya daerah dengan ekosistem alami seperti hutan sekunder, sungai, lembah dan perbukitan yang merupakan habitat alami bambu. Menurut Widjaja et. al. (1994), bambu memiliki sifat adaptasi yang tinggi dan mampu tumbuh pada daerah datar, lembah, perbukitan dan dataran tinggi. Sebagian besar bambu tumbuh baik pada daerah yang relatif basah, suhu tinggi serta mengandung lapisan humus yang tebal.
Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Langkat memiliki curah hujan yang
cukup tinggi yaitu 2.205 - 6.250 mm per tahun (BPS-SU, 2011). Menurut Berlin dan Rahayu (1995) taman bambu termasuk tanaman yang banyak
membutuhkan air, semakin banyak curah hujan pada suatu daerah maka semakin banyak pula ditemukannya bambu.
Biodiversitas bambu terendah di Sumatera Utara Bagian Timur adalah Kabupaten Asahan dan Kabupaten Labuhan Batu Utara. Kabupaten Asahan
ditemukan 4 jenis bambu yaitu B. blumeana, B. vulgaris, D. asper dan S. brachycaladum. Kabupaten Labuhan Batu Utara ditemukan 4 jenis bambu
Kabupaten Asahan dan Kabupaten Labuhan Batu Utara memiliki banyak ekosistem yang telah terganggu seperti konversi lahan (pembukaan hutan menjadi perkebunan sawit dan karet) yang menyebabkan hilangnya habitat alami bambu. Terganggunya ekosistem alami pada Kabupaten Asahan dan Kabupaten Langkat menyebabkan rendanya biodiversitas bambu pada kedua lokasi tersebut.
Menurut Indriyanto (2006) tumbuhan menyukai kondisi lingkungan tertentu, sehingga kondisi lingkungan yang tidak sesuai dengan jenis tumbuhan tersebut akan akan sangat mempengaruhi keberadaan jenis tersebut. Anwar et. al., (1984) efek gangguan terhadap ekosistem hutan yang terganggu adalah terbentuknya habitat yang relatif terbuka, panas dan sederhana (keanekaragaman tumbuhan rendah, serta pemiskinan tanah yang sementara atau tetap. Pada habitat yang terbuka hampir semua curah hujan mencapai permukaan tanah, namun dalam waktu yang relatif singkat karena hanya sedikit yang menjadi air tanah.
Tabel 4.1 menunjukkam bahwa Kabupaten Deli Serdang memiliki jumlah bambu budidaya 3 jenis, bambu liar 5 jenis serta liar dan budidaya 6 jenis. Penentuan jenis budidaya adalah dengan adanya campur tangan manusia dalam perbanyakan bambu baik denganstek batang atau pun rimpang untuk mempermudah manusia dalam pemanfaatannya. Sedangkan penentuan jenis liar adalah dengan tidak adanya ikut campur manusia dalam perbanyakan jenis bambu tersebut. Kabupaten Deli Serdang adalah kabupaten dengan jumlah jenis liar dan budi daya terbanyak di Sumatera Utara Bagian Timur. Banyaknya jenis liar di Kabupaten Deli Serdang karena masih terdapat banyak ekosistem dan habitat yang belum terganggu, sedangkan banyaknya jenis bambu budidaya karena masih banyak masyarakat yang menggunakan bambu sebagai dinding (tepas), atap rumah, rangka dinding dan peralatan dalam kehidupan sehari-hari.
D. asper dan B. vulgaris dapat ditemukan pada 8 Kabupaten di Sumatera Utara Bagian Timur. Distribusi bambu sangat banyak dipengaruhi oleh aktivitas
manusia karena dinilai memiliki banyak manfaat, serta kemampuan adaptasi jenis bambu pada saat perbanyakan. Semakin mudah suatu jenis bambu untuk diperbanyak (stek) oleh masyarakat maka kecendrungan masyarakat dalam menanam bambu tersebut akan semakin tinggi.
D. asper banyak ditanam dan tumbuh liar di hutan-hutan (Holltum, 1958). D. asper memiliki rebung yang manis, buluh tebal, lurus dan kuat.
D. asper banyak ditemukan tumbuh pada hutan-hutan sekunder maupun lahan-lahan terbuka (Heyne, 1984). Menurut Aziz (1997) D. asper dan B. vulgaris termasuk jenis bambu yang sangat mudah di perbanyak dengan stek buluh. Tingkat keberhasilan stek buluh D. asper dan B. vulgaris sangat tinggi bila dibandingkan dengan jenis lain. Sujarwo, et., al. (2010) D. asper dan B. vulgaris merupakan jenis bambu yang sangat banyak ditanam di Bali, jenis - jenis bambu ini selain banyak dimanfaatkan sebagai bahan bangunan dan perabotan juga berpotensi sebagai obat yaitu mengobati luka lambung (mag kronis) serta mengobati penyakit kuning dan liver.
B. glaucescens, B. galaucophylla dan T. siamensis hanya ditemukan sebagai
tanaman budidaya yang banyak tumbuh pada pekarangan masyarakat. Menurut Widjaja (2001) B. glaucescens, B. galaucophylla dan T. siamensis banyak
ditanam di kebun-kebun kota dan pekarangan sebagai tanaman hias atau tanaman pagar. Widjaya, et. al. (2004) B. glaucescens, B. galaucophylla dan T. siamensis adalah jenis bambu yang berasal dari luar negeri (introduksi) dan sudah lama di tanam di Indonesia. Bambu yang di yang berasal dari luar negeri sudah dikomersilkan secara lokal dengan membuat produk yang dapat dieksport maupun sebagai tanaman hias.