• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PROFIL JOKO WIDODO DAN BASUKI TJAHAJA PURNAMA

B. Biografi Basuki Tjahaja Purnama …

Ir. Basuki Tjahaja Purnama, MM. (nama Tionghoa: Zhong Wanxie) lahir di

Manggar, Belitung Timur pada tanggal 29 Juni 1966. Dia adalah anak pertama

dari pasangan Indra Tjahaja Purnama (Zhong Kim Nam) dan Buniarti Ningsing

(Bun Nen Caw). Ia memiliki tiga orang adik, yaitu dr. Basuri Tjahaja Purnama, M.Gizi.Sp.GK. (dokter PNS), Fifi Lety, S.H., L.L.M. (praktisi hukum), Harry Basuki, M.B.A. (praktisi dan konsultan bidang pariwisata dan perhotelan).

Keluarganya adalah keturunan Tionghoa-Indonesia dari suku Hakka (Kejia).10

Masa kecil Basuki lebih banyak dihabiskan di Desa Gantung, Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur, ia bersekolah di SDN No. 3 Gantung, Belitung Timur, 1977. Hingga selesai menamatkan pendidikan sekolah menengah tingkat pertama di SMP No. 1 Gantung, Belitung Timur, 1981. Ia melanjutkan sekolahnya di Jakarta. Sekalipun demikian, ia selalu berlibur ke kampung halaman. Karena ayahnya pernah berpesan, jangan pernah lupakan kampung halaman.

9

Wawan Fahrudin dan Ardi Nuswantoro, Kartu Sukses Jokowi Ahok (Jakarta: Talenta Makara, 2012), 2-6.

10

38

Jika pada umumnya anak-anak memperoleh transmisi pendidikan moral, wejangan dan nasehat di malam hari sebelum tidur. Namun berbeda dengan sistem pendidikan yang berlaku di keluarga Basuki. Khusus wejangan dan pendidikan dari bapaknya dilakukan dimeja makan, karena Basuki dan saudara-saudaranya diwajibkan untuk selalu makan bersama dengan posisi duduk yang sama dari hari kehari.

Dalam kesempatan itu pula, bapaknya selalu menyampaikan harapan-harapannya kepada putra-putri nya jika kelak telah dewasa. Diantaranya, yang masih tertanam dalam benak Basuki hingga saat ini, bahwa bapaknya sering mengatakan ia tidak akan mewariskan harta berupa uang ke anaknya, meski kalaupun memiliki uang yang berlimpah atau disebut orang kaya, karena uang itu akan lenyap seketika saat dirampok. Tetapi jika terdidik dan memiliki nama baik,maka itulah harta sejati yang tidak bisa diambil siapapun.

Setelah menamatkan pendidikan sekolah menengah pertama di kampung halaman, Basuki dan adik-adiknya di sekolahnya di Jakarta. Ia melanjutkan sekolahnya di SMA III PSKD Jakarta, 1984. Meskipun dari segi lokasi mereka berjauhan dengan orangtuanya, namun pendidikan keluarga tidak pernah berhenti dilakukan kedua orangtuanya. Dan jika tiba saat liburan sekolah, mereka diwajibkan untuk pulang kampung, hal ini sempat di protes anak-anaknya. Karena sebagai anak remaja mereka ingin berlibur ketempat-tempat wisata, seperti Bali atau luar negeri.

39

Namun bapaknya menyatakan alasan yang sangat bijak dibalik kewajiban pulang kampung tersebut, tak lain menjaga agar hati anak-anaknya tetap merakyat dan tetap merasakan menjadi bagian anak kampung. Dari situ juga anak-anaknya dapat menjaga hubungan emosional dengan kampung halamannya, bisa empati dengan penderitaan anak-anak sebayanya yang tidak memiliki kesempatan bersekolah seperti mereka.

Basuki yang diharapkan bapaknya untuk menjadi seorang dokter, akhirnya melanjutkan perguruan tingginya di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia (UKI), namun hanya menjalani perkuliahan selama 1 minggu dan kemudian pindah kuliah ke Fakultas Teknologi Mineral Jurusan Teknik Geologi di Universitas Trisakti. Setelah lulus dan mendapatkan gelar Insinyur Geologi, pada tahun 1989 Basuki kembali ke Belitung dan mendirikan CV Panda yang

bergerak di bidang kontraktor pertambangan PT Timah.11

Pada tahun 1991, Basuki melanjutkan kuliah dengan mengambil bidang manajemen keuangan di Sekolah Tinggi Manajemen Prasetiya Mulya Jakarta. Setelah gelar Magister Manajemen (M.M.) diraihnya, kemudian ia bekerja di PT Simaxindo Primadaya di Jakarta. Perusahaan ini bergerak di bidang kontraktor pembangunan pembangkit listrik. Ia menjabat sebagai staf direksi bidang analisa biaya dan keuangan proyek.

11

Basuki Tjahaja Purnama, Merubah Indonesia (Bangka Belitung: Center For Democracy and Transparency, 2008), 12-14.

40

Dengan mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan pengalamannya bekerja, Pada 1992 Basuki mendirikan PT Nurindra Ekapersada, yang merupakan awal persiapan dari Gravel Pack Sand (GPS) di tahun 1995. Setelah berhenti bekerja untuk PT Simaxindo pada tahun 1995, Basuki mendirikan pabrik pengolahan asir kuarsa pertama di Belitung, yang berlokasi di Dusun Gunung Nayo, Desa Air Kelik, Kecamatan Kelapa Kampit, Belitung Timur. Perusahaan tersebut dia dirikan dengan mengadopsi dan mengadaptasi teknologi Amerika Serikat dan Jerman.

Basuki berharap ini bisa dijadikan proyek percontohan bagi kesejahteraan stakeholder (pemegang saham, karyawan dan rakyat) juga diharapkan dapat memberikan konstribusi bagi Pendapatan Asli Daerah Belitung Timur dengan

memberdayakan sumberdaya mineral yang terbatas. Bersama dengan

berkembangnya pabrik tersebut, kawasan industri dan pelabuhan samudra berkembang. Kawasan tersebut sekarang dikenal dengan nama Kawasan Industri

Air Kelik (KIAK).12

Pria yang memiliki hobi menulis ini menikah pada 6 September 1997 dengan Veronica, S.T. kelahiran Medan, Sumatera Utara, dan dikaruniai 3 orang putra-putri bernama Nicholas, Nathania, dan Daud Albeenner. Pada akhir tahun 2004, Basuki berhasil meyakinkan seorang investor Korea untuk membangun Tin Smelter (peleburan bijih timah) di KIAK. Investor asing tersebut tertarik dengan

12

41

konsep yang disepakati untuk menyediakan fasilitas komplek pabrik maupun pergudangan lengkap dengan pelabuhan bertaraf internasional di KIAK.

Pada tahun itu juga Basuki terjun ke dunia politik dan bergabung di bawah bendera Partai Perhimpunan Indonesia Baru (Partai PIB yang didirikan oleh Alm. Sjahrir) sebagai ketua DPC Partai PIB Kabupaten Belitung Timur. Pada pemilu 2004 ia mencalonkan diri sebagai anggota legislatif dan terpilih menjadi anggota DPRD Kabupaten Belitung Timur periode 2004-2009. Ternyata menjadi seorang wakil rakyat di DPRD, tidaklah cukup bagi seorang Basuki untuk ikut mensejahterahkan rakyat. Belum lagi persoalan tidak sejalannya pemikiran, ide dan sikap dengan anggota dewan yang lain. Dan ditambah pola kerja penggunaan anggaran APBD oleh pemerintah daerah yang tidak memihak kepada rakyat.

Oleh sebab itu, setahun kemudian Basuki mecalonkan diri dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Belitung Timur Tahun 2005, Basuki berpasangan dengan Khairul Effendi, B.Sc. dari Partai Nasional Banteng Kemerdekaan (PNBK) sebagai calon Bupati-Wakil Bupati Belitung Timur periode 2005-2010. Dengan mengantongi suara 37,13 persen pasangan ini terpilih menjadi Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Belitung Timur definitif pertama. Pasangan Basuki-Khairul ini unggul di Kabupaten Belitung Timur yang menjadi lumbung suara Partai Bulan Bintang (PBB) pada pemilu legislatif tahun 2004 lalu.

Kiprahnya selama menjadi Bupati Belitung timur telah berhasil menyelesaikan dua masalah utama yang menjadi kebutuhan dasar masyarakat, yaitu pendidikan dan kesehatan. Dimana dibaawah kepemimpinannya Pemerintah

42

Kabupaten Belitung Timur membebaskan biaya pendidikan hingga sampai SMA/SMK dan berobat gratis sampai dengan rumah sakit tingkat provinsi, dalam program jaminan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Mengirim empat siswa berprestasi dari keluarga yang kurang mampu untuk melanjutkan belajar gratis di Universitas Trisakti Jakarta, serta sepuluh orang siswa berprestasi di Universitass Bangka Belitung.

Selain pendidikan dan kesehatan yang mendapatkan porsi sekitar 40 persen dari APBN, Pemerintah Daerah Kabupaten Belitung Timur menyediakan dana santunan kematian sebesar Rp 500 ribu, dengan syarat membuat akte kematian. Subsidi pembangunan rumah juga diberikan untuk keluarga yang kurang mampu. Basuki juga membuat kebijakan memberikan honor kepada ketua Rt sebesar Rp 300 ribu/bulan, kepala dusun sebesar Rp 640 ribu/bulan, dan kepala desa Rp 2 juta/bulan. Sisi lain dari Basuki dinilai menegakkan disiplin kerja yang cukup keras dikalangan Pemda Kabupaten Belitung Timur.

Beberapa penghargaan telah di terima oleh Basuki selama menjabat Bupati Belitung Timur. Penghargaan yang berintegritas dan prestisius itu sebagai bentuk apresiasi dari hasil dedikasi dan kinerjanya memimpin Kabupaten Belitung Timur. Diantaranya adalah, dinobatkan sebagai 10 Tokoh Pilihan Yang Mengubah Indonesia versi majalah Tempo 2006 edisi khusus Tokoh Pilihan. Basuki terpilih karena kiprahnya selama menjabat Bupati Belitung Timur berhasil menggebrak dua permasalah utama yang menjadi kebutuhan dasar masyarakat, yaitu pendidikan dan kesehatan.

43

Kemudian Basuki menerima PIN Emas dari Fordeka (Forum Demokrasi Kebangsaan) yang diberikan langsung oleh mantan ketua MPR RI yang juga tokoh reformasi yaitu Pror. Dr. Amien Rais di Jakarta pada tanggal 29 Oktober 2006. Penghargaan ini diberikan karena Basuki dianggap sebagai salah satu tokoh reformasi dari kalangan masyarakat Tionghoa, yang berhasil menjadi pemimpin dan mampu melaksanakan tugasnya dengan berbagai hal yang baik, sejalan dengan apa yang dicita-citakan dalam perjuangan reformasi.

Tidak hanya itu, Basuki juga dinobatkan sebagai Tokoh Anti Korupsi 2006 oleh Koalisi Kebersamaan Tiga Pilar Kemitraan. Penganugrahan Tiga Pilar Award, sebagai penyelenggara negara yang komit terhadap pemberantasan korupsi. Penyerahan Award ini diberikan secara langsung oleh Menteri Komunikasi dan Informatika, Sofyan A Djalil pada tanggal 1 Februari 2007. Penganugrahan penghargaan ini diberikan kepada Basuki karena dinilai berhasil menjalankan praktik anti korupsi, antara lain dengan tindakannya mengalihkan tunjangan bagi pejabat pemerintah untuk kepentingan rakyat, yaitu untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dan pendidikan gratis bagi masyarakat Belitung Timur. Basuki kemudian mengajukan pengunduran dirinya untuk maju dalam Pilgub Bangka Belitung 2007. Pada 22 Desember 2007, ia resmi

menyerahkan jabatannya kepada wakilnya, Khairul Effendi.13

Dalam pencalonannya pada Pilgub Bangka Belitung 2007-2012, Basuki berpasangan dengan Dr. Ir. Eko Cahyono., M.Eng. Tapi Basuki mengalami

13

44

kekalahan pada pemilihan kepala daerah Provinsi Bangka Belitung ini. Ia menganggap banyaknya terjadi kecurangan, sehingga pasangan ini hanya memperoleh suara pada urutan kedua dengan prosentase 32,62%, kalah dengan jumlah 14.000 suara. Dan pasangan ini tidak berhasil terpilih sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Bangka Belitung 2007-2012. Dalam hal ini, Basuki telah menyampaikannya kepda Mahkamah Agung. Namun hasil putusan dari Mahkamah Agung menolak keberatan yang diajukan Basuki, karena hal tersebut diluar kewenangan Mahkamah Agung.

Pada sidang terbuka yang dipimpin oleh hakim agung Paulus Efendi Lotulung di gedung Mahkamah Agung ini, pasangan Basuki - Eko Cahyono meminta Mahkamah Agung untuk membatalkan hasil Pilkada Bangka Belitung dengan mengajukin bukti dokumen dan sejumlah saksi, sebab telah terjadi upaya sistematis yang dilakukan KPUD untuk menghilangkan hak pilih warga Bangka Belitung. Namun menurut majelis hakim, persoalan-persoalan teknis pemilihan yang terjadi sebelum pemungutan suara dilaksanakan adalah kewenangan Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu), berdasarkan ketentuan UU 32/2004. Dan Kewenangan Mahkamah Agung sendiri tercantum dalam pasal 106 ayat 2 UU 32/2004, yaitu terbatas hanya berkenaan dengan hasil penghitungan suara yang mempengaruhi hasil terpilihnya pasangan calon. Akhirnya Pilkada Bangka Belitung dimenangkan oleh H. Eko Maulana Ali, SE. dengan wakilnya H. Rustam

Effendi, B.Sc.14

14

45

Kemudian Basuki mendirikan yayasan/LSM dengan nama Center for Democracy and Transparency 3.1, dengan visi mewujudkan tokoh-tokoh yang BTP ( Bersih Transparan dan Profesional) menjadi pejabat publik melalui pilkada

langsung.15 Pada tahun 2008 Basuki menulis buku biografinya yang berjudul

Merubah Indonesia”, sebagai alat pemberi inspirasi bagi semua orang agar mau

terjun ke dunia politik secara baik dan benar serta tidak melupakan tujuan utamanya, untuk mensejahterakan rakyat banyak.

Sampai akhirnya pada tahun 2012, Basuki mencalonkan diri sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta yang berpasangan dengan Joko Widodo dengan diusung PDIP dan Gerindra, pasangan ini berhasil memenangkannya dalam dua kali

pemungutan suara, dan di tengah-tengah isu SARA oleh rivalnya Foke – Nara

yang merupakan pasangan incumbent dan sebagai putra daerah. Basuki ingin menunjukkan bahwa politik yang berakal sehat mendidik rakyat untuk memilih pejabat berdasarkan unsur BTP (Bersih Transparan dan Profesional) bukan karena unsur SARA, yang seharusnya dilakukan di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

15

46

Dokumen terkait