• Tidak ada hasil yang ditemukan

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Biologi cucut dan pari

Pada tahun 1963 dan 1967, Gilbert mempublikasikan dua makalah ilmiah secara lengkap tentang penelitian cucut, ini adalah titik awal (mile stone) dari penelitian ikan bertulang rawan (Elasmobranchii) didunia (Musick, 2003). Cucut (shark) terkenal sebagai hewan paling berbahaya diantara semua hewan laut, meskipun dari 250 spesies yang telah diketahui, ternyata hanya 27 (dua puluh tujuh) spesies saja yang menyerang manusia (Hoeve, 1988). Dari semua jenis yang berbahaya, yang paling berbahaya adalah jenis cucut putih besar (Carcharodon carcarias). Cucut ini suka menyerang manusia, dengan ukurannya yang besar ( panjang berkisar 6-11 meter dengan berat mencapai 3000 kilogram).

Cucut dikenal sebagai ikan predator yang memiliki penciuman tajam, terutama terhadap bau darah. Indera penciumannya mampu melacak mangsa hingga beberapa kilometer (Stevens, 1999). Dalam mencari makanan ikan cucut dapat melakukannya pada siang dan malam hari dengan mengandalkan indera penciuman serta dapat menjelajah lapisan perairan yang cukup dalam, meskipun tidak semua ikan cucut pemakan daging (karnivor). Jenis Cetorhinus maximus mendapatkan makanan dengan cara menjaring plangton dari air (Compagno, 1999). Jenis-jenis makanan ikan cucut tidak terbatas, mulai dari ikan kecil hingga

besar, kepiting, cumi-cumi, penyu, plankton, bahkan cucut dapat memakan jenisnya sendiri atau kanibalisme (Last dan Stevens, 1994).

Ikan pari (rays) termasuk dalam sub grup Elasmobranchii, yaitu ikan yang bertulang rawan dan grup Cartilaginous (Last and Stevens, 1994). Ikan pari mempunyai bentuk tubuh gepeng melebar (depressed) dimana sepasang sirip dada (pectoral fins)-nya melebar dan menyatu dengan sisi kiri-kanan kepalanya, sehingga tampak atas atau tampak bawahnya terlihat bundar atau oval.

Tidak seperti ikan bertulang sejati, penelitian ikan cucut dan pari (ikan yang bertulang rawan) di perairan Indonesia umumnya dan di Laut Jawa khususnya belum banyak dilakukan. Pemahaman karakteristik biologi ikan, seperti biologi reproduksi, laju pertumbuhan, laju kematian, dapat menjelaskan bagaimana mengeksploitasi dan mengelola ikan ini secara rasional. Seperti sumberdaya hayati lainnya, sumberdaya ikan cucut memang dapat pulih kembali, namun jika salah dalam pengelolaannya akan berdampak negatif pada sumberdaya ini (Gulland, 1983).

2.2.1 Morfologi cucut dan pari

Ikan cucut termasuk dalam sub group Elasmobranchii, yaitu ikan yang bertulang rawan (tanpa adanya tulang sejati, meskipun tulang rawan ini kadang diperkuat oleh pengapuran) yang mencakup 250 spesies yang terdapat baik di Samudera maupun di perairan air tawar (Last dan Stevens, 1994). Ikan cucut biasanya memiliki bentuk tubuh yang lonjong dan memanjang seperti cerutu, ekor sedikit banyak berujung runcing, dan cuping atas dari ekornya kerap kali menjadi jauh lebih berkembang dari cuping bawahnya.

Celah insang ikan cucut terletak pada sisi kepala (pada ikan pari justru terletak dibawah kepala), biasanya berjumlah lima buah, tetapi pada famili Hexanchidae memiliki enam sampai tujuh celah insang (Compagno, 1984). Untuk melakukan pernafasan, air ditarik masuk melalui mulut dan di pompa ke luar melalui celah insang. Gambar 2. menunjukkan terminologi ikan cucut.

11

Gambar 2. Terminologi morfologi cucut (Last dan Stevens, 1994).

Cucut tidak memiliki gelembung berenang, dan karena badannya lebih berat dari pada masa air, maka ikan ini harus terus menerus berenang agar tidak tenggelam. Dengan demikian, badanya menjadi langsing, dan sisik dadanya yang besar berfungsi sebagai hidrofoil, sehingga memberinya daya apung yang cukup besar. Sebahagian jenis ikan cucut menghabiskan sebahagian waktu tertentunya untuk beristirahat di dasar air, contoh dari jenis ikan cucut ini adalah Steggostoma fasciatum (Hoeve, 1988). Beberapa jenis lainnya menghabiskan seluruh masa hidupnya untuk menjelajah air tengah atau air permukaan, dan jenis ini memiliki ciri khas berupa bentuk ekor yang simetris dengan sirip ekor bagian bawah yang lebih kecil, sirip anus dan sirip punggung kedua yang kecil, serta sirip dada yang berbentuk bulan sabit, contoh dari jenis ini adalah cucut mako (Isurus oxyrinchus).

Cucut berenang dengan menggunakan daya dorong yang berasal dari gerakan berkelok-kelok dari badannya, sementara sirip-siripnya yang tidak lentur digunakan sebagai pengendali arah. Sebahagian spesies seperti cucut mako, tidak hanya merupakan perenang cepat, tetapi dapat juga melompat keluar dari permukaan air.

Cucut memiliki kulit yang tertutup oleh sisik plakoid yang berupa duri halus dan tajam dengan posisinya yang condong kebelakang, sisik ini sangat kecil dan rapat (Hoeve, 1988). Selain itu karena adanya bulu-bulu halus tubuh ikan cucut terasa kasar.

Bentuk dari setiap gigi cucut menyerupai bentuk sisiknya. Gigi cucut mirip dengan gigi biasa karena memiliki rongga pembuluh saraf yang dikelilingi oleh dentin (tulang gigi) dan ditutup oleh lapisan tipis email. Gigi-geligi cucut pada dasarnya mempunyai struktur yang sama dan berada dalam beberapa deret, yang berfungsi adalah deret paling luar. Deret sebelah dalam tumbuh dan maju terus ke depan (ke arah luar), siap menggantikan deret paling luar yang tanggal, proses pergantian gigi ini berlangsung terus sepanjang hidupnya (Hoeve, 1988).

Ikan pari (rays) termasuk dalam sub grup Elasmobranchii, yaitu ikan yang bertulang rawan dan grup Cartilaginous (Last and Stevens, 1994). Ikan pari mempunyai bentuk tubuh gepeng melebar (depressed) di mana sepasang sirip dada (pectoral fins)-nya melebar dan menyatu dengan sisi kiri-kanan kepalanya, sehingga tampak atas atau tampak bawahnya terlihat bundar atau oval. Ikan pari umumnya mempunyai ekor yang sangat berkembang, berukuran panjang menyerupai cemeti.

Pada beberapa spesies, ekor ikan pari dilengkapi duri penyengat sehingga disebut ‘sting-rays’. Mata ikan pari umumnya terletak di kepala bagian samping. Posisi dan bentuk mulutnya adalah terminal (terminal mouth) dan sebagian besar bersifat predator. Bentuk dan struktur gigi ikan pari serupa dengan ikan cucut, namun dalam ukuran yang lebih kecil (Hoeve, 1988). Alat pernapasan berupa celah insang (gill openings atau gill slits) yang berjumlah 5-6 pasang. Posisi celah insang adalah dekat mulut di bagian ventral. Gambar 3 menunjukan terminologi ikan pari.

Ikan pari jantan dilengkapi sepasang alat kelamin yang disebut klasper (clasper) yang letaknya dipangkal ekor. Pada ikan pari betina tidak dilengkapi klasper, tapi lubang kelaminnya mudah dilihat. Ikan pari betina umumnya berbiak secara ovovivipar dengan jumlah anak antara 5-6 ekor. Ukuran ikan pari dewasa bervariasi dari ukuran yang ralatif kecil, yaitu lebar 5 cm dengan panjang 10 cm (famili Narkidae) hingga berukuran sangat besar yaitu labar 610 cm dengan panjang 700 cm dan berat 1 – 3 ton (pari manta, famili Mobulidae).

13

Gambar 3. Terminologi morfologi pari (Sumber : Lasts and Stevens, 1994)

2.2.2 Klasifikasi cucut dan pari

Klasifikasi adalah tindakan pertama dalam usaha menghimpun segala macam pengetahuan mengenai alam hayati dan segala macam fenomena dengan cara yang beraturan (Saanin, 1984). Selanjutnya Saanin (1984) menjelaskan bahwa sifat ikan yang penting diperhatikan bagi kepentingan identifikasi meliputi:

1) Rumus sirip, yaitu suatu rumus yang menggambarkan bentuk dan jumlah jari-jari sirip.

2) Perbandingan antara panjang, lebar dan tinggi bagian-bagian tertentu atau antara bagian-bagian itu sendiri.

3) Bentuk garis rusuk dan jumlah sisik yang membentuk garis rusuk itu. 4) Jumlah sisik pada garis pertengahan sisi atau garis sisi.

5) Bentuk sisik dan gigi beserta susunan dan tempatnya. 6) Tulang-tulang insang.

Ikan cucut tergolong ikan bertulang rawan (sub kelas Elasmobranchii). Ciri-ciri yang sangat jelas, yaitu tidak adanya penutup insang dan tidak mempunyai lembaran-lembaran sisik yang pipih. Celah insang terletak di belakang mata pada kedua sisi kepalanya, masing-masing lima sampai tujuh buah. Kulitnya tertutup oleh sisik plakoid yang berupa duri-duri halus dan tajam dengan

posisi condong ke arah belakang. Pada umumnya ikan cucut mempunyai mulut yang letaknya di bagian bawah dan agak ke belakang (Nontji, 1987).

Berdasarkan katalog FAO (Compagno, 1984), ikan cucut dapat diklasifikasikan dalam delapan ordo, dengan tiga puluh famili yang mewakili berbagai spesies yang ada di dunia ini. Adapun klasifikasi itu adalah sebagai berikut:

Phylum : Chordata

Sub Phylum : Vertebrata Kelas : Pisces

Sub Kelas : Chondrichthyes Ordo 1 :Hexanchiformes Famili : 1.1 Chlamydoselachidae 1.2 Hexanchidae Ordo 2 : Squaliformes Famili : 2.1 Echinorhinidae 2.2 Squalidae 2.3 Oxynotidae Ordo 3 :Pristiophoriformes Famili : 3.1 Pristiophoridae Ordo 4 :Squantiformes Famili : 4.1 Squantinidae Ordo 5 :Heterodontiformes Famili : 5.1 Heterodontidae Ordo 6 :Orectolobiformes Famili : 6.1 Parascylidae 6.2 Brachaeuliridae 6.3 Orectolobidae 6.4 Hemiscylidae 6.5 Stegostomatidae 6.6 Ginglymostomatidae 6.7 Rhiniodontidae Ordo 7 : Lamniformes

15 Famili : 7.1 Ondotaspididae 7.2 Mitsukurinidae 7.3 Psedocarchariidae 7.4 Megachasmidae 7.5 Alopiidae 7.6 Cetorhinidae 7.7 Lamnidae Ordo 8 : Cacharhiniformes Famili : 8.1 Scyliorhinidae 8.2 Phoscylidae 8.3 Pseudotriakidae 8.4 Leptochariidae 8.5 Triakidae 8.6 Hemigaleidae 8.7 Carcharhinidae 8.8 Sphyrnidae

Klasifikasi dengan berbagai ciri khas utama ikan cucut disajikan pada Gambar 4.

Ikan pari (rays) atau batoid (termasuk dalam sub grup Elasmobranchii, yaitu ikan yang bertulang rawan dan grup Cartilaginous (Last and Stevens, 1994). Jumlah jenis ikan pari yang mendiami perairan di seluruh dunia belum ada informasi yang pasti. Compagno (1999) memperkirakan bahwa jenis ikan pari berkisar 512 sampai 596 spesies, yang terdiri dari 20 famili dan 64 genus (estimasi sampai Agustus 1995).

Sedangkan ikan pari yang pernah teridentifikasi secara akurat di Indonesia sesuai hasil penelitian Sainsbury et al. (1985) dan Tarp and Kailola (1982) yang dilakukan di Samudra Hindia paling tidak sebanyak 16 spesies. Penelitian lain yang di lakukan di Laut Cina Selatan oleh Isa et al. (1998) mencatat sebanyak 4 spesies. Subani (1985) menyampaikan bahwa ikan pari yang termasuk mempunyai nilai ekonomis penting di Indonesia ada 4 spesies, yaitu: pari kampret-short tailed butterfly (Gimnura miccrura), pari kemban-spotted stingray

(Trigon kuhlii), pari kelapa-cowtail ray (Trigon sephen) dan pari burung-eagle ray (Naethomilus nichifii).

Gambar 4. Klasifikasi cucut (Sumber :Compagno, 1999).

Berdasarkan katalog FAO (Compagno, 1984), ikan pari dapat diklasifikasikan dalam lima ordo, dengan sembilan belas famili yang mewakili berbagai spesies yang ada di dunia ini. Adapun klasifikasi itu adalah sebagai berikut:

Phylum : Chordata

Sub Phylum : Vertebrata Kelas : Pisces

Sub Kelas : Chondrichthyes Ordo 1 : Pristiformes Famili : 1.1 Pristidae Ordo 2 : Torpediniformes Famili : 2.1 Narcinidae

17 2.2 Hypnidae 2.3 Torpedinidae 2.4 Narkidae Ordo 3 : Rajiformes Famili : 3.1 Rhinobatidae 3.2 Rajidae 3.3 Rhinidae 3.4 Platyrhinidae 3.5 Rhinopteridae 3.6 Anacanthobatidae 3.7 Arhynchobatidae Ordo 4 : Hexatrygoniformes Famili : 4.1 Gymnuridae 4.2 Hexatrygonidae Ordo 5 : Myliobatiformes Famili : 5.1 Dasyatididae 5.2 Gymnuridae 5.3 Myliobatididae 5.4 Mobulidae 5.5 Plesiobatidae 5.6 Urolophidae

2.2.3 Biologi reproduksi cucut dan pari

Penelitian biologi reproduksi sangat bermanfaat untuk memahami regenarasi tahunan dari stok ikan (Effendi, 1979). Parameter biologi reproduksi seperti ukuran ikan pertama matang gonad, frekwensi pemijahan, fekunditas dan rekruitmen dapat menjelaskan nilai prediksi perikanan dan dapat digunakan untuk menformulasikan pengelolaan perikanan secara rasional (Widodo, 2001). Pemijahan merupakan aspek vital dari kelangsungan hidup ikan, aspek ini tentunya merupakan rangkaian dari siklus kematangan gonad, minimum ukuran matang gonad, fekunditas dan sebagainya. Berbagai aspek biologi reproduksi telah dikembangkan oleh ahli biologi perikanan (Holden dan Raitt, 1975).

Pada umumnya perkembangbiakan ikan cucut bersifat ovovivipar, yaitu telurnya dilapisi kelenjar kulit kemudian diteruskan kerahim, selanjutnya dilahirkan. Namun ada juga sebagian kecil ikan cucut yang bersifat ovipar atau berbiak dengan bertelur, dan ada juga yang benar-benar bersifat vivipar karena embrionya langsung diberi makan oleh induknya (cucut martil).

Ikan cucut jenis Alopias vulpinus menetas di dalam rahim induknya dan kemudian dilahirkan dengan panjang 1,2 sampai 1,5 meter (Hoeve, 1988). Ikan cucut jenis Carcharhinus cautus memiliki panjang pertama kali matang gonad pada ukuran 105 cm dengan umur empat sampai lima tahun di periran Australia Barat (White et al., 2002).

Ikan pari jantan dilengkapi sepasang alat kelamin yang disebut klasper (clasper) yang letaknya dipangkal ekor. Pada ikan pari betina tidak dilengkapi klasper, tapi lubang kelaminnya mudah dilihat. Ikan pari betina umumnya berbiak secara ovovivipar dengan jumlah anak antara 5-6 ekor (Hoeve, 1988). Ukuran ikan pari dewasa bervariasi dari ukuran yang ralatif kecil, yaitu lebar 5 cm dengan panjang 10 cm (famili Narkidae) hingga berukuran sangat besar yaitu labar 610 cm dengan panjang 700 cm dan berat 1 – 3 ton (pari Manta, famili Mobulidae).

Tingkat kedewasaan ikan cucut dan pari jantan dilihat pada ukuran klaspernya. Sedangkan ikan pari dan cucut betina didasarkan pada ada tidaknya telur pada indung telur (melalui pembedahan). Gambar 5 menunjukkan berbagai tingkat kedewasaan cucut dan pari jantan.

2.2.4 Umur dan pertumbuhan cucut dan pari

Sparre dan Venema (1998), menjelaskan bahwa untuk mempelajari umur dan pertumbuhan ikan (age and growth) dapat dilakukan melalui dua metode, yaitu: Metode langsung dan Metode tidak langsung. Contoh metode langsung dalam perikanan laut adalah penandaan ikan (tagging experiment). Pertumbuhan ikan dihitung berdasarkan ukuran dan lama waktu saat ikan dilepas sampai ditangkap kembali. Penelitian penandaan ikan ini tidak hanya mahal, tetapi juga memerlukan waktu yang lama.

19

Gambar 5. Tiga tingkat kedewasaan cucut dan pari jantan, yaitu muda (1), mulai dewasa (2) dan telah dewasa (3).(Sumber: Holden and Raitt, 1975 vide Compagno ,1984).

Sedangkan metode tidak langsung dapat dibagi dalam dua cara, yaitu dengan pengukuran distribusi panjang ikan bulanan atau pengukuran bagia keras dari tubuh ikan (seperti otolit). Penelitian dengan menggunakan metode tidak langsung, melalui pengukuran distribusi panjang ikan. Data pengukuran pajang ikan secara harian diambil secara acak dari tempat pendaratan ikan, dan data dikumpulkan secara bulanan dalam waktu satu tahun. Tujuan utama mempelajari umur dan pertumbuhan ikan ada tiga, yaitu:

(1)Utuk medapatkan kelas umur yang masuk ke perikanan (2)Untuk mengestimasi laju kematian ikan

(3)Untuk mengetahui dan menjaga keberlangsungan stok perikanan. Ikan cucut memiliki ciri tumbuh lambat dan berumur panjang (Compagno, 1984; Last and Stevens, 1994; FAO, 2000). White et al. (2002) melaporkan

(2)

Pelfic fin Clasper

ekor Ikan cucut dewasa (mature) Panjang clasper > Panjang pelfic fin

(3) Pelfic fin

Clasper ekor

Ikan cucut mulai (pertama) dewasa (maturing)

Pelfic fin

Clasper ekor (1)

Ikan dan Cucut muda (immatur)

bahwa hasil penelitiannya di perairan Australia Barat dengan menggunakan metode tidak langsung memperoleh umur masimum 16,4 tahun dengan panjang 133 cm untuk ikan cucut jenis Carcharhinus cautus. Ikan pari memiliki ciri laju pertumbuhan yang lambat dan berumur panjang (Compagno, 1984; Last and Stevens, 1994; FAO, 2000).

2.2.5 Habitat dan distribusi geografis cucut dan pari

Ikan cucut hidup di lautan tropis maupun subtropis. Habitat ikan cucut bervariasi salinitasnya (eurohalin). Ikan cucut dapat hidup di laut dekat pantai (inshore) dan laut lepas (offshore), dan terdiri dari berbagai ukuran dan jenis.

Pada umumnya ikan pari hidup di dekat dasar perairan yang lembek (berlumpur), lumpur pasir, tanah keras dan bahkan yang berbatu atau koral. Namun beberapa famili seperti Mobulidae atau devil rays di antaranya genus Manta hidup pada zona epipelagis (Compagno, 1999).

Distribusi geografis ikan cucut dan pari sangat luas. Ikan ini dapat ditemukan pada perairan tropis, sub tropis dan perairan dingin. Di samudera Hindia ikan cucut dan pari yang teridentifikasi mencai 36 jenis (Sainsbury et al., 1985) Penelitian lain di Laut China Selatan mencatat 4 jenis ikan pari (Isa et al., 1998).

2.2.6 Makanan dan kebiasaan makan cucut dan pari

Makanan adalah faktor vital dari setiap organisme untuk tumbuh, berkembang, berkembang biak dan melakukan berbagai aktivitas yang memerlukan energi dari makanan. Ikan juga demikian, informasi tentang makan dan kebiasaan makan ikan sangat penting untuk memahami sejarah hidupnya, termasuk pertumbuhan, pemijahan, migrasi, dan juga untuk pengelolaan perikanan secara komersial. Pengetahuan tentang perairan sumber makanan dari stok ikan komersial memberi pengalaman berharga untuk nelayan dalam menentukan daerah penangkapannya secara lebih menguntungkan.

Berdasarkan kebiasaan makan, ikan dapat diklasifikasikan sebagai pemangsa (predator), pemakan rumput (grazers), penyaring (strainers), penghisap (sucker) dan parasit (parasites). Perubahan kebiasaan makan ikan dapat

21

terjadi karena perubahan siklus hidup yang diikuti perubahan organ tubuhnya atau tempat hidupnya. Penelitian tentang makanan ikan sebaiknya dapat menjelaskan habitat, penyebaran, migrasi dan faktor-faktor lain yang berkaitan.

Jenis makanan ikan terdiri dari satu atau beberapa organisme seperti plangton, nekton, benthos dan detritus. Klsaifikasi ikan berdasarkan makanan (detritus) telah dipelajari secara mendalam oleh Bal dan Rao (1990). Klasifikasi ini dibedakan berdasarkan proporsi makanan, sebagai contoh harbivora memakan 75% tanaman, karnivora memakan 75% binatang dan omnivora minimal memakan 15% binatang atau tumbuhan.

Cucut (sharks) dikenal sebagai ikan predaktor yang memiliki penciuman tajam terutama terhadap bau darah. Kemampuan indera penciumannya dapat melacak mangsa hingga beberapa kilometer (Stevens, 1980). Dalam mencari makanan ikan cucut dapat melakukannya pada siang dan malam hari dengan mengandalkan indera penciuman serta dapat menjelajah lapisan perairan yang cukup dalam. Tidak semua cucut pemakan daging (karnivor), jenis Cetorhinus maximus mendapatkan makanan dengan cara menjaring plangton dari air (Compagno, 1999). Jenis-jenis makanan ikan cucut tidak terbatas, mulai dari ikan kecil hingga besar, kepiting, cumi-cumi, penyu, plankton, bahkan cucut dapat memakan jenisnya sendiri atau kanibalisme (Last dan Stevens, 1994).

Pari umumnya pemangsa (predator), namun mempunyai bentuk gigi yang kecil-kecil yang berfungsi sebagai penghancur (Hoeve, 1988). Karena ukuran giginya yang kecil-kecil, pari cenderung memangsa ikan-ikan yang berukuran kecil. Mangsa ikan pari bervariasi dari jenis binatang planktonis, invertebrata bentik hingga ikan bertulang keras berukuran kecil. Selain itu ikan pari juga makan binatang bertulang rawan (chondrithian) dan berbagai jenis cephalopoda antara lain cumi-cumi (Compagno, 1999).

2.2.7 Nisbah kelamin cucut dan pari

Nisbah kelamin atau rasio kelamin (sex ratio) memberi gambaran proporsi perbandingan jantan dan betina dari satu populasi (Effendi, 1979). Secara alamiah perbandinganya adalah satu berbanding satu. Namun dilapangan sering terjadi perbandingan nisbah kelamin yang tidak seimbang. Hal ini umumnya disebabkan

karena adanya tingkah laku ikan menurut jenis kelamin, kondisi lingkungan, penangkapan ikan dll.

Pengumpulan data nisbah kelamin sebaikya dilakukan selama kurun waktu satu tahun (Holden dan Raitt, 1975). Tujuan penelitian nisbah kelamin dilakukan untuk mengetahui perpencaran atau peggerombolan ikan berdasarkan makanan, keturunan, dan tingkah laku selama migrasi.