• Tidak ada hasil yang ditemukan

3 METODE PENELITIAN .1 Pendahuluan .1 Pendahuluan

3.4 Analisis data

3.3.1 Data primer

1). Data biologi (komposisi hasil tangkapan menurut jenis dan ukuran,

frekuensi ukuran panjang, aspek reproduksi, kebiasaan makan dan biometrik) yang diperoleh dari hasil tangkapan kapal-kapal komersial, baik di atas kapal (dengan program observer) atau di sejumlah pusat pendaratan ikan.

2). Data hasil tangkapan, upaya penangkapan dan informasi lain yang

diperlukan (informasi daerah penangkapan, waktu penangkapan, dan berbagai aspek operasional penangkapan) diperoleh dengan mengikuti kegiatan penangkapan di atas kapal komersial dan melalui wawancara dengan nelayan.

3). Aspek operasional perikanan dan karakteristik alat tangkap diperoleh melalui pengukuran terhadap alat tangkap contoh yang dipilih secara acak, baik menggunakan sistem penarikan contoh secara sistematik maupun acak berlapis (systematic and stratified random samplings) pada kapal-kapal contoh.

4). Informasi geografis daerah penangkapan dengan menggunakan GPS.

3.3.2 Data sekunder

1). Data hasil tangkapan, upaya penangkapan dan informasi lain yang

diperlukan (informasi daerah penangkapan, aspek operasional) diperoleh dari tempat-tempat pendaratan ikan, pelabuhan perikanan, maupun Dinas Perikanan setempat.

2). Perkembangan karakteristik kapal penangkap diperoleh dari catatan

kantor Syahbandar Pelabuhan setempat dan galangan kapal melalui wawancara.

3.4 Analisis data

Beberapa metode analisis akan diterapkan untuk memperoleh berbagai parameter dan informasi yang diperlukan.

3.4.1 Identifikasi jenis cucut dan pari

Identifikasi jenis cucut dan pari menurut daerah perairan dan waktu (spatio-temporal) mengacu pada referensi taksonomi cucut dan pari dari Tarp dan Kailola (1982), Compagno (1984), dan Last and Stevens (1994).

3.4.2 Analisis teknologi penangkapan

Analisis teknologi penangkapan berwawasan lingkungan dalam pengembangan perikanan cucut dan pari dilakukan untuk menilai indeks dampak lingkungan dengan metode Bjorjal (2003). Indeks ini mempertimbangkan selektivitas ukuran ikan, selektivitas jenis, kematian tangkapn sampingan, peluang

ghost fishing, dampak terhadap habitat, efisiensi penggunaan energi, dan kualitas ikan yang tertangkap.

Interaksi antar alat tangkap terhadap jenis ikan tertentu ditentukan melalui analisis multi dimensi dengan menggunakan software Statistica 6. Mekanisme input dan contoh data disajikan pada Lampiran 3. Beberapa formula dalam analisis multi dimensi (MDS) diantaranya adalah:

1. Data diubah dalam bentuk skala Likert, dengan kriteria 1-5 (1 = sangat mirip sekali, dan 5 = sangat tidak mirip sekali). Setelah itu data diinput pada lembar kerja Stistica 6 (lihat Lampiran 3).

2. MDS dilakukan dengan menghitung jarak terdekat, dij (Euclidean distance):

(

) (

2 +

)

2 +... = i j i j

ij x x y y

d

3.Jarak Euclidean multi dimensi antar dua titik tersebut (dij) kemudian di dalam MDS diproyeksiksn (diaproksimasi) kedalam jarak Euclidean dua dimensi (Dij) berdasarkan rumus regresi: dij = a + b Dij +e, e adalah error

4. Algoritme ALSCAL yang digunakan pada MDS juga berusaha memaksa agar intercept pada persamaan dua tersebut sama dengan nol (a = 0) sehingga persamaanya menjadi dij = b Dij +e

5. Untuk mengetahui tingkat kepercayaan pada MDS, atau pengaruh kesalahan yang berakibat pada jarak terhadap titik referensi dilihat dari perhitungan nilai stress, jika nilai stress lebih kecil dari 0,20 berarti analisis ini baik (Supranto,2004). Perhitungan nilai stress ini dapat dirumuskan:

Stress =

( )

∑∑∑∑

= ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ m k i j ijk i j ijk ijk d d D m 1 2 2 1

33

3.4.3 Analisis makanan (methods of food analysis)

Metode untuk menghitung jumlah makanan pada isi perut ikan telah banyak dilakukan berbagai peneliti (White et al., 2003). Analisis isi perut ikan cucut dan pari dilakukan dengan cara metode kuantitatif, yaitu mengidentifikasikan secara lebih detail dan menghitung jumlah volume setiap jenis makanan yang ada kemudian proporsi masing-masing dihitung.

Analisis multidimensi dilakukan terhadap jenis makanan cucut dan pari untuk mempelajari kemungkinan adanya interaksi antar jenis yang disebabkan kesamaan jenis makanan. Data analisis digunakan enam katagori makanan yaitu ikan, udang, moluska, krustasea, elasmobrachii dan serasah (campuran).

3.4.4 Analisis biologi reproduksi (reproduction biology)

Parameter biologi reproduksi yang diteliti adalah ukuran ikan pertama kali matang gonad, frekuensi pemijahan dan fekunditas. Data tersebut dapat dipakai untuk menformulasikan pengelolaan perikanan secara rasional.

Panjang dan berat setiap individu cucut dan pari diukur menurut spesies dan jenis kelamin. Bagi hewan jantan ukuran dan luasnya pengkapuran (calcification) klasper akan dicatat. Tingkat kematangan gonad ditentukan dengan melihat karakteristik makroskopis dan kriteria yang diadopsi dari Cristina (2003), seperti pola perkembangan dari ovarium untuk ikan betina serta ukuran klasper untuk ikan jantan. Indek gonado somatik dari betina dan jantan matang kelamin akan dihitung. Ukuran, bobot, jenis kelamin, dan jumlah embrio dalam ikan betina akan dicatat.

Pemijahan merupakan aspek vital dari kelangsungan hidup ikan, aspek ini tentunya merupakan rangkaian dari siklus kematangan gonad, minimum ukuran matang gonad, fekunditas dan sebagainya. Klasifikasi tingkat kematangan gonad telah banyak didiskusikan oleh para ahli biologi perikanan. Ada yang membagi kematangan gonad dalam tiga tingkatan, namun ada juga yang mendefinisikannya menjadi sembilan tingkatan. The International Council for the

Exploitation of the Seas membagi tingkat kematangan gonad dalam tujuh tingkatan. Untuk perairan tropis, Bal dan Rao (1990) mendefinisikan tingkat kematangan gonad dalam lima tingkatan, yaitu: 1. Dara, 2. Dara

berkembang, 3. Berkembang, 4. Matang, 5. Bertelur (mijah). Dalam penelitian ini, tingkat kematangan kelamin cucut dan pari dibagi dalam lima kategori untuk betina yakni: 1. Dara, 2. Dara berkembang, 3. Berkembang, 4. Matang, 5. Bertelur (mijah). Sedangkan untuk jantan dibagi dalam empat kategori, yaitu: 1. Muda, 2. Dewasa, 3. Matang, 4. Mijah, yang mengacu pada Cortes (2000).

3.4.5 Ukuran ikan pertama kali matang kelamin (minimum size at first

maturity)

Pengetahuan tentang ukuran ikan pertama matang gonad (minimum size at first maturity) merupakan nilai dasar yang digunakan agar ikan tersebut tidak ditangkap dan diberi kesempatan untuk memijah. Untuk mendapatkan nilai ini, harus dilakukan penelitian tingkat kematangan gonad selama satu tahun. Ukuran panjang ikan yang terdiri dari 50 persen matang gonad adalah ukuran ikan pertama matang gonad (Cristina, 2003). Perhitungan ukuran ikan pertama matang kelamin melalui kurva logistik yang mengacu Cristina (2003) dapat dirumuskan sebagai berikut :

(

)

− + = 1 2 x p x xk Lm

Dimana lm = ukuran ikan pertama matang kelamin, xk = logaritma ukuran panjang maksimal 100% matang kelamin, x = logaritma ukuran ikan, p1 = proporsi ukuran kelompok ikan yang matang.

Berbagai aspek biologi reproduksi cucut dan pari telah dikembangkan oleh para ahli biologi perikanan (Cristina 2003), selanjutnya perhitungan kematangan kelamin berdasarkan hubungan regresi logistik ukuran ikan (panjang total atau lebar cawan) dan panjang klasper dapat dirumuskan berikut:

( )

(

a b L

)

e L=1/1+ + *

Dimana L = panjang/umur ikan, a dan b koefisien estimasi

3.4.6 Musim pemijahan (spawning season)

Musim pemijahan adalah batas waktu antara ikan matang gonad sampai memijah. Pengetahuan tentang musim pemijahan sangat penting untuk

35

menerapkan penelolaan perikanan yang rasional. Berbagai metode telah dikembangkan untuk mempelajari musim pemijahan. Metode baku yang

digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) Kejadian berdasarkan kematangan

kelamin ikan dan (2) Kejadian berdasarkan telur dan embrio/larva ikan.

Dalam melaksanakan metode kejadian berdasarkan kematangan kelamin ikan ini, penelitian tingkat kematangan kelamin dilakukan selama satu tahun, analisis dilakukan melalui kalkulasi persentasi data setiap bulan. Musim pemijahan ditentukan berdasarkan waktu yang dominan dari tingkat kematangan kelamin ikan (Cristina, 2003). Metode kejadian berdasarkan telur dan embrio/larva ikan, informasi tentang telur dan embrio/larva ikan dari sampel pembedahan ikan selama satu tahun dapat menunjukan musim pemijahan (Cristina, 2003). Pengetahuan tentang daerah pemijahan dan laju pertumbuhan larva serta juvenil ikan sangat bermanfaan untuk memperoleh konfirmasi musim pemijahan secara lebih akurat.

3.4.7 Periode pemijahan (spawning periodicity)

Periode pemijahan dapat dipelajari dengan cara melakukan penelitian frekwensi diameter ovarium. Pada umumnya periode pemijahan ikan laut dapat dibagi dalam empat katagori (Bal dan Rao,1990), yaitu:

a) Periode pemijahan hanya sekali setahun dalam waktu yang pendek

(spawning only once a year for short duration)

b) Periode pemijahan sekali dalam setahun dalam waktu yang panjang

(spawning only once a year for long duration)

c) Periode pemijahan dua kali setahun (spawning twice a year)

d) Periode pemijahan sepanjang tahun (spawning throughout the year)

3.4.8 Nisbah kelamin (sex ratio)

Nisbah kelamin memberi gambaran proporsi perbandingan jantan dan betina dari satu populasi. Secara alamiah perbandingannya adalah satu berbanding satu, namun dilapangan sering terjadi perbandingan nisbah kelamin yang tidak seimbang (Bal dan Rao,1990). Hal ini umumnya disebabkan karena adanya tingkah laku ikan menurut jenis kelamin, kondisi lingkungan,

penangkapan ikan dll. Data akan dianalisa untuk mempelajari jenis kelamin berdasarkan musim dan ukuran ikan, dan untuk mengetahui perpencaran atau peggerombolan ikan selama migrasi berdasarkan jenis kelamin.

3.4.9 Parameter dinamika populasi (population dynamics)

Penelitian parameter dinamika populasi merupakan aplikasi dari pengelolaan perikanan secara menyeluruh. Parameter dinamika populasi memberikan ilustrasi bingkai ilmiah untuk mengoptimalisasi tangkapan dari jumlah stok ikan yang tersedia. Kunci sukses dari manajemen perikanan adalah bagaimana melakukan perhitungan parameter dinamika populasi secara akurat dan menerapkannya secara tepat.

Populasi ikan selalu tumbuh dan bergerak dari satu tempat ketempat lain, dan dari waktu kewaktu sesuai dengan lingkungan yang diinginkannya. Dalam kondisi ekologi yang optimum, populasi ikan akan tumbuh dan berkembang secara maksimal sesuai dengan daya dukung dari ekosistemnya. Dengan adanya eksploitasi ikan melalui campur tangan manusia, sering membuat ketidak seimbangan populasi ikan tersebut. Ukuran ikan yang semakin mengecil akibat penangkapan dengan intesitas tinggi, dan berbagai faktor alam yang mengganggu habitat ikan itu sendiri, sering menunjukan adanya penurunan nilai populasi. Beberapa parameter penting dalam studi dinamika populasi adalah umur (t), umur pertama lahir (t0), umur tertua (tmax), laju pertumbuhan (k), panjang atau lebar asimtotik (L/DW), laju kematian total (Z), laju kematian alamiah (M), laju kematian karena penangkapan (F), dan tingkat eksploitasi (E).

Untuk mempelajari umur dan pertumbuhan ikan dapat dilakukan melalui dua metode, yaitu: Metode langsung dan Metode tidak langsung. Contoh metode langsung dalam perikanan laut adalah penandaan ikan (tagging experiment). Pertumbuhan ikan dihitung berdasarkan ukuran dan lama waktu saat ikan dilepas sampai ditangkap kembali. Penelitian penandaan ikan ini tidak hanya mahal, tetapi juga memerlukan waktu yang lama. Metode tidak langsung dapat dibagi dalam dua cara, yaitu dengan pengukuran distribusi panjang ikan bulanan atau pengukuran bagian keras dari tubuh ikan (seperti otolit). Penelitian ini menggunakan kedua cara tersebut, yaitu metode distribusi panjang bulanan dan

37

penentuan umur melalui tulang punggung ikan. Selanjutnya penelitian parameter umur untuk jenis ikan cucut dan pari dilakukan melalui metode vertebral centra yang diekstrak dari vertebral colum. Sampel diambil dari tulang punggung ikan yang disimpan dalam keadaan beku, kemudian dibawa ke laboratorium. Sampel dikumpulkan dari tempat pendaratan ikan setiap bulan dari berbagai ukuran. Masing-masing sampel direndam dalam larutan sodium hypochlorite dengan kadar 5 % selama 5 sampai 20 menit (tergantung ukuran sampel), kemudian dicuci dan dikeringkan (Simfendorfer, 1999). Selanjutnya tiap sampel dipotong dengan ukuran 0,3 – 0,4 mm dengan menggunakan pemotong isomat diamon. Perhitungan umur diperoleh dari marginal increments (dengan ukuran 0,1 ụm), dengan menggunakan alat software IM 1000, kamera digital DC 300, dan microscop leica MZ 7,5. Analisa umur ini dilakukan di laboratorim biologi Murdoch University, Perth Auatralia. Selanjutnya hasil perhitungan umur ini digunakan dalam menganalisa laju pertumbuhan melalui metode von Bertalanffy, baik untuk ikan betina maupun jantan

Parameter dinamika populasi ikan cucut dan pari dari jenis lainnya diestimasi dengan menggunakan model analitik, berdasarkan data distribusi panjang atau lebar cawan ikan cucut dan pari dengan menggunakan perangkat lunak FiSAT (Beverton and Holt, 1957; Ricker, 1975; Gulland, 1983; Sparre dan Venema, 1992; Gayanilo, 1995). Dari hasil analisis ini akan diperoleh nilai laju eksploitasi (F/Z), laju pertumbuhan (k) yang dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk pengembangan atau pengelolaan sumberdaya ikan yang bersangkutan.

3.4.10 Pengelolaan perikanan cucut dan pari

Analisis pengelolaan cucut dan pari pada penelitian ini adalah mensintesakan hasil analisa teknologi penangkapan yang efisien, berbagai informasi biologi dan kebijakan dalam bentuk keputusan-keputusan yang pernah atau sedang digunakan, sehingga dapat memberikan pilihan bentuk pengelolaan cucut dan pari di Laut Jawa. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kebijakan dalam bentuk keputusan-keputusan yang pernah atau sedang digunakan, yang berkaitan dengan pengelolaan perikanan cucut dan pari. Selain itu, hasil

analisis berbagai bentuk karakteristik penelitian cucut dan pari hasil penelitian di Laut Jawa tahun 2001-2004. Karakteristik tersebut adalah teknologi penangkapan, karakteristik biologi reproduksi, karakteristik biologi sumberdaya, karakteristik pemanfaatan hasil tangkapan, digunakan sebagai bahan dasar untuk dilakukan suatu sintesa dalam menyusun langkah rencana aksi pengelolaan perikanan cucut dan pari secara rasional, lestari dan berkesinambungan

Pengelolaan perikanan cucut dan pari yang berkelanjutan sangat mungkin untuk dilaksanakan. Terutama untuk jenis yang berukuran kecil, cepat dewasa, dan bereproduksi dengan baik. Perikanan cucut (Mustelus antarticus) di perairan Australia merupakan contoh bentuk pengelolaan yang baik dan sukses. Kesuksesan ini sangat ditunjang oleh pengetahuan biologi yang lengkap dan penerapan peraturan pengelolaan yang efektif (khususnya peraturan ukuran mata jaring insang) (Waker, 1998; Stevens, 1999). Ada juga ikan cucut dengan ciri laju reproduksi rendah namun sukses dalam pengelolaan. Simfendorfer (1999) menjelaskan kesuksesan pengelolaan perikanan cucut jenis Carcharinus obsurus

di barat Australia melalui cara pembatasan jumlah tangkapan tiap tahun dan pelarangan penangkapan ikan yang berusia muda.

3.5 Penutup

Penjelasan setiap metode secara lebih rinci disajikan pada bab–bab yang relevan.

4 IDENTIFIKASI DAN KOMPOSISI JENIS CUCUT DAN PARI