• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

41.10 Kebijakan Pengelolahan Lingkungan

4.1.11. Biro Lingkungan dan Kesehatan dan Keselamatan Kerja ( K3 )

PT Petrokimia Gresik berupaya menciptakan suatu lingkungan kerja yang aman dan sehat dengan membentuk organisasi struktural yang bertanggung jawab terhadap keselamatan, kesehatan, lingkungan kerja (K3) yang merupakan bagian dari kompartemen teknologi.

4.2 Analisis dan Pembahasan 4.2.1 Data Produksi Pabrik III

Cement retarder yang menjadi objek penelitian ini diproduksi oleh pabrik III PT Petrokimia Gresik. Oleh karena itu, untuk menganalisisnya, diperlukan data produksi pada pabrik III. Berikut data produksi pada pabrik III dalam tahun 2010.

Tabel 4. 4 : Data Kuantum Produksi Pabrik III, 2010

Jenis Produk Kuantum (Ton)

Asam phospat 379.876

Crude Gypsum 1.151.761

Asam fluosilikat (H2Sif6) 9.716

Aluminium Florida (Alf3) 7.752

Purified Gypsum 581.200

Cement Retarder 488.658

Total 2.618.963 Sumber : PT Petrokimia Gresik

4.2.2 Data Biaya Pabrik III

Di samping data produksi, diperlukan juga data laporan biaya untuk menganalisis harga pokok produk Cement retarder. Berikut data laporan biaya produksinya.

Tabel 4. 5 : Laporan Biaya Produksi Cement Retarder, 2010

No Jenis Biaya Jumlah

1 Saldo Awal Rp 4.778.902.699,45 2 Bahan baku Rp 32.891.802.276,75 3 Tenaga Kerja Rp 13.728.253.985,00 4 Overhead : Air Rp 694.187.028,17 Steam Rp 1.249.802.461,88 Listrik Rp 7.599.097.220,20 Gas Rp 34.222.220.950,36 Bahan Kimia Rp 7.607.291.918,65

Bahan Pembantu Pabrik Rp 1.869.391.753,77

Biaya Jasa Rp 292.137.877,77

Biaya Pemeliharaan Rp 8.381.963.967,58

Biaya Penyusutan Rp 641.618.191,29

Katalis Rp 64.518.020,09

Minyak pelumas pabrik Rp 476.435.082,46

Suku cadang Rp 3.731.006.120,18

Total Overhead Rp 66.829.670.592,41

Total Biaya Rp 118.228.629.553,61

4.2.3 Penentuan Harga Pokok Produksi Cement Retarder oleh Perusahaan 4.2.3.1 Alur Proses Penyusunan Harga Pokok Produksi

“ Perusahaan sama sekali belum menerapkan konsep ABC. Dikarenakan metode tersebut dirasa sangat sulit dengan melihat kondisi perusahaan yang memiliki berbagai macam produk. Sehingga Perusahaan memilih untuk menggunakan suatu aplikasi tersendiri untuk menghitung biaya – biaya produksi yang terjadi - Pak Sigit ( Staf Akuntansi Biaya ) “.

Alur proses penyusunan Harga Pokok Produksi pada tiap – taip

produk PT Petrokimia Gresik dimulai dari entry data oleh masing – masing

departemen. Departemen dalam perusahaan akan melakukan posting sendiri

terhadap biaya – biaya langsung yang terjadi pada masing – masing

departemen pada akun – akun keuangan (account receivable, account

payable, supplier invoice entry, mixed payment, dan lain – lain) dengan

menggunakan software yang telah disediakan perusahaan.

Kemudian dilakukan checking oleh pihak Akuntansi umum untuk diteruskan menjadi General Ledger. Dari GL nantinya akan diteruskan

dalam pembuatan Periodical Cost Allocation yang meliputi account

synonim account, cost center – synonim cost center, dan nilai oleh

Akuntansi Biaya. Kemudian dilakukan download ke Microsoft excel untuk dimasukkan kembali dalam software. Disamping itu, akan dilakukan input

cost allocation secara manual dengan menggunakan Microsoft access.

Sebelum output dari proses ini dikeluarkan, adakalanya dilakukan pembebanan kembali terhadap GL. Output dari proses ini nantinya adalah

Cost of Good Manufactured, Cost of Good Sold, WIP akhir, Finished goods, dan lain – lain.

Pembahasan di atas sesuai dengan hasil wawancara dengan salah satu staf Departemen Akuntansi Biaya Perusahaan :

“ Sebagai ganti dari metode perhitungan ABC, Perusahaan sudah mempunyai suatu aplikasi tersendiri. Tiap – tiap departemen tinggal memposting sendiri biaya – biaya langsung yang terjadi dalam suatu departemen terhadap suatu produk. Biaya – biaya tersebut nantinya diklasifikasikan pada tiap – tiap akun oleh departemen Akuntansi Umum. Barulah departemen Akuntansi Biaya melakukan Checking untuk diteruskan menjadi output – output - Pak Sigit ( Staf Akuntansi Biaya ). “

Untuk lebih detailnya, bisa dilihat dari gambar di bawah ini :

Sumber : PT Petrokimia Gresik

4.2.3.2 Tahap – Tahap Perhitungan Biaya Produksi

Berikut akan diuraikan secara singkat mengenai tahap – tahap

perhitungan biaya produksi pada PT Petrokimia Gresik :

1. Pembentukan pusat biaya ( Cost Center )

Sesuai dengan sifat produksinya, perhitngan biaya produksi produk

– produk PT PG yang diproduksi secara masa menggunakan metode

perhitungan biaya produk masa (process costing method). Perhitungan

biaya produk dimulai dengan pembentukan pusat – pusat biaya ( cost

center ). Pusat biaya disusun dengan mendasarkan pada struktur organisasi

( per departemen ) yang ada dan dengan memperhatikan alur proses produksi.

“ Karena memang Perusahaan belum mengenal metode ABC, dalam perhitungan Harga Pokok Produksinya, maka belum terdapat pengelompokkan tingkat aktivitas secara mendetail. Tetapi Perusahaan

telah membentuk suatu pusat – pusat biaya ( Cost Center ) yang nantinya oleh perusahaan dijadikan dasar alokasi pembebanan biaya pada tiap – tiap produk - Pak Sigit ( Staf Akuntansi Biaya ) “.

Sesuai dengan jenis sumbangan atau hubungannya dengan unit

produksi, secara garis besar pusat – pusat biaya tersebut meliputi :

 Pusat biaya prasarana tidak langsung ( unit service), yaitu unit

penunjang yang memberi pelayanan atau service kepada unit lain. Beberapa contoh pusat biaya unit service adalah : Kendaraan, Keselamatan kerja, Kantor pabrik umum, Kantor pabrik I II dan III, Logistik, Alat Berat, Pemeliharaan I II dan III, Instalasi air Babat dan

Gunung Sari, Listrik, Pelabuhan, dan lain – lain.

 Pusat biaya prasarana langsung ( unit utilitas ), yaitu unit yang

memproduksi produk utilitas seperti air, listrik, steam. Beberapa contoh pusat biaya unit utilitas adalah : unit air pendingin, unit air demin, unit uap kukus, unit air lunak, sec Auxelary Boiler, sec Steam

Sulfur, sec Steam gabungan, sec Power Generation, sec Material Handling, sec Effluentt Treatment, steam Purifying, dan lain – lain.

 Pusat biaya unit produksi, yaitu unit pabrik I, II, dan III sebagai

penghasil produk.

Tahap berikutnya adalah memposting atau mencatat biaya yang

terjadi di masing – masing pusat biaya dalam periode tertentu. Semua

pusat biaya mempunyai beban biaya, yang disebut sebagai biaya asli ( langsung ) pusat biaya. Biaya – biaya tersebut meliputi : biaya bahan baku dan penolong ( pusat biaya produksi ), biaya pegawai (semua pusat

biaya ), biaya penyusutan ( semua pusat biaya ), dan biaya – biaya

lainnya sesuai transaksi yang terjadi.

Untuk mengalokasikan biaya dari suatu pusat biaya ke pusat biaya lainnya dilakukan dengan menggunakan dasar alokasi tertentu ( bertahap ) yang telah ditetapkan sesuai dengan manfaat yang paling logis dan wajar, yang dimulai dari pusat biaya unit service, pusat biaya unit utilitas, dan pusat biaya unit produksi.

“ Untuk dasar pembebanan biaya pada produk, Perusahaan

menggunakan dasar alokasi bertahap. Seperti pada umumnya pembebanan biaya yang menggunakan dasar alokasi bertahap, pembebanan biaya pada tiap – tiap produknya, dilihat dari pemberian sumbangsih yang paling besar diberikan oleh suatu pusat biaya terhadap suatu produk. Sehingga memang tidak terdapat pembebanan secara langsung biaya – biaya overhead pada tiap proses aktivitasnya -

Pak Sigit ( Staf Akuntansi Biaya ). “

Penempatan urutan alokasinya pada dasarnya menggunakan prinsip pusat biaya yang memberikan jasa atau layanan terbanyak akan

ditempatkan di urutan teratas. Berikut contoh pusat – pusat biaya dan

Tabel 4. 6 : Contoh Pusat Biaya dengan Dasar Alokasinya

Pusat biaya Dasar alokasi

unit service :

kendaraan jumlah kendaraan

keselamatan kerja nilai perolehan aktiva

kantor pabrik umum kuantum produksi x harga pokok produksi

logistik nilai pemakaian suku cadang dan bahan pembantu

pemeliharaan perumahan luas bangunan

alat berat jam kerja alat berat x nilai perolehan

peralatan permesinan nilai pemakaian suku cadang, konsumebel, dan bahan

konstruksi

pemeliharaan pabrik nilai pemakaian suku cadang, konsumebel, dan bahan

konstruksi

instalasi air kuantum pemakaian air (m3)

listrik PLN kuantum pemakaian listrik pabrik (kwh)

pelabuhan kuantum bongkar muat (ton)

unit utilitas :

sec air pendingin kuantum pemakaian air pendingin (m3)

sec air demin kuantum pemakaian air demin (m3)

sec auxelary boiler kuantum pemakaian steam (ton)

steam sulfur kuantum pemakaian steam (ton)

sec power generation kuantum pemakaian listrik (kwh)

sec material handling kuantum bongkar muat dengan conveyor belt

sec effluent treatment kapasitas desain x 24 jam x hari operasi

Sumber : PT Petrokimia Gresik

3. Proses Alokasi

Sebelum proses alokasi, terlebih dahulu dilakukan inpt tabel distribusi ke modul PCA ( Periodical Cost Allocation ). Kemudian dilakukan penyalinan GL di akuntansi umum ke PCA di akuntansi biaya. Adapun skema pengalokasian biaya per pusat biaya sampai menjadi total cost dapat digambarkan sebagai berikut :

Tabel 4. 7 : Pengalokasian Biaya

Jenis Biaya Biaya

Langsung

Biaya alokasi dari Pusat Biaya Lain

Service Utilitas Produksi D / P / B Ad - Um Total

Gas bumi - - √ √ - - √

Bahan baku lain √ - - √ - - √

Bahan penolong √ - √ √ - - √

Pegawai √ √ √ √ √ √ √

Pemeliharaan √ √ √ √ √ √ √

Asuransi dan jasa √ √ √ √ √ √ √

Penyusutan √ √ √ √ √ √ √ Pengantongan √ - - - √ - √ Distribusi / D - - - - √ - √ Penjualan / P - - - - √ - √ Bunga / B - - - - √ - √ Adm - umum - - - √ √

Sumber : PT Petrokimia Gresik

Gambar 4. 2 Proses Alokasi Biaya

4. Penetapan Harga Pokok Produksi

Dari hasil proses alokasi pusat biaya seperti contoh di atas akan diperoleh output yang digunakan untuk menghitung kembali terhadap pembebanan biaya. Untuk Cement Retarder, pembebanan biayanya dimulai dari pusat biaya produksi Asam Phospat. Untuk lebih detailnya akan dijelaskan sebagai berikut :

a) Biaya produksi Asam Phospat

Saldo Awal Rp - Bahan Baku : Batuan Phosphat Rp 773.007.638.727 Asam Sulfat Rp 186.322.406.585 Tenaga Kerja Rp 8.308.669.962 Overhead Rp 197.180.519.051 Rp 1.164.819.234.325

Biaya overhead di atas sudah termasuk alokasi pembebanan biaya dari pusat biaya unit service dan utilitas. Dikarenakan keterbatasan yang

ada, penulis tidak bisa menjabarkan dengan sedetail – detailnya.

Dari total biaya diatas, akan dilakukan alokasi

Produk Kadar P2O5 (%) CGM

Crude 3,887983 Rp 45.287.973.811

Asam Fosfat 96,1114 Rp 1.119.524.073.579

H2SiF6 0,000617 Rp 7.186.935

b) Crude

Dari data sebelumnya, sebanyak 3, 9% dipakai untuk produksi crude

Saldo awal Rp 2.490.633.474

Crude Rp 45.287.973.811

Tersedia Rp 47.778.607.286

Kemudian, dialokasikan kembali

Produk

Kuantum

Pemakaian Nilai

Ke SEC 4100 PURIFIED GYPSUM 58,44% Rp 27.920.954.260

Ke SEC 5100/5200/5300 REACT. ZA II 36,86% Rp 17.613.552.042

Ke CGM CRUDE (PHOSPHO) GYPSUM 4,00% Rp 1.913.266.617

Ke PERSEDIAAN WIP CRUDE GYPSUM 0,69% Rp 330.834.366

Rp 47.778.607.286

c) Purified Gypsum

Dari data sebelumnya, sebanyak 58, 44% dipakai oleh Purified Gypsum

Saldo Awal Rp 281.194.021

bahan baku- Crude Rp 27.920.954.260

Tenaga Kerja Rp 19.746.370

Overhead Rp 12.941.324.284

Total Rp 41.163.218.934

Alokasi pusat biaya Purified Gypsum

Produk

Kuantum

Pemakaian Nilai

Ke CEMENT RETARDER 79,91% Rp 32.891.802.277

Ke CGM PURIFIED GYPSUM 19,84% Rp 8.166.563.648

Ke PERSEDIAAN WIP PURIFIED GYPSUM 0,25% Rp 104.853.009

d) Cement Retarder

Dari data sebelumnya, sebanyak 79, 9% dipakai dalam produksi Cement Retarder

Saldo Awal Rp 4.778.902.699

Bahan baku- Purified

Gypsum Rp 32.891.802.277

Tenaga Kerja Rp 13.728.253.985

Overhead Rp 66.829.670.592

Total Rp 118.228.629.554

Alokasi biaya Cement Retarder

Produk

Kuantum

Pemakaian Nilai

Ke CGM CEMENT RETARDER 96,13% Rp 113.658.140.099

Ke PERSEDIAAN WIP CEMENT

RETARDER 3,87% Rp 4.570.489.455

Rp 118.228.629.554

Dari pengalokasian di atas, diperoleh Harga Pokok Produksi senilai Rp 113.658.140.099. dan HPP per unitnya adalah :

HPP Rp 113.658.140.099

Produksi (ton) 488.658

4.2.4 Penentuan Harga Pokok Produksi dengan Metode Activity Based Costing

Penentuan Harga Pokok Produksi Cement Retarder dengan metode

biaya berdasarkan aktivitas didasarkan pada unsur – unsur aktivitas yang

terjadi pada unit produksi Cement Retarder. Semua aktivitas yang terjadi harus diperhitungkan dalam penentuan harga pokok produksi. Asumsi mendasar metode Activity Based Costing ini adalah bahwa aktivitas mengkonsumsi sumber daya, dan produksi mengkonsumsi aktivitas. Oleh sebab itu, ABC merupakan proses 2 tahap. Tahap pertama adalah

membebankan sumber daya ( resources ) yang ada ke aktivitas – aktivitas.

Tahap berikutnya adalah membebankan biaya aktivitas yang dikonsumsi

masing – masing produk. Tahapn tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Pembebanan Biaya Sumber Daya ke Aktivitas

a) Mengidentifikasi biaya sumber daya

Biaya sumber daya yang dibebankan pada produk Cement Retarder adalah semua biaya overhead yang ada di laporan biaya produksi. Berikut adalah biaya sumber daya yang berasal dari produksi Pabrik III :

Tabel 4. 8 : Daftar Sumber Daya

No Sumber Daya Jumlah

1 BAHAN KIMIA Rp 36.837.311.420,63

2 SOLAR Rp 50.605.154.732,39

3 MINYAK PELUMAS PABRIK Rp 1.832.937.364,86

4 BIAYA GAJI & KESEJAHTERAAN Rp 69.437.873.180,32

5 SUKU CADANG Rp 29.691.244.931,10

6 BAHAN PEMBANTU PABRIK Rp 29.001.083.221,76

7 BIAYA PEMELIHARAAN Rp 9.773.714.891,85

8 BIAYA ASURANSI Rp 576.960.132,77

9 BIAYA PAJAK & RETRIBUSI Rp 1.098.344.450,33

10 BIAYA JASA Rp 22.117.908.717,53 11 BIAYA PENYUSUTAN Rp 10.167.055.974,70 12 LISTRIK PLN Rp 2.703.274.283,72 13 KATALIS Rp 308.680.128,33 14 AIR BAKU Rp 582.817.640,88 15 GAS BUMI Rp 35.199.223.897,25 16 BATU BARA Rp 5.353.342.732,58 Total Rp 305.286.927.701,00

Sumber : PT Petrokimia Gresik

b) Mengidentifikasi resorcer drivers

Selain diketahui sumber daya perusahaan, kemudian diidentifikasi

resources drivernya agar dapat digunakan sebagai dasar dalam

pembebanan ke tiap – tiap aktivitas. Penentuan resoueces driver

pada sumber daya berdasarkan hubungan sebab akibat dengan aktivitas. Jika aktivitas meningkat maka yang menyebabkan konsumsi aktivitas terhadap sumber daya meingkat adalah resorces

Tabel 4. 9 : Identifikasi Resources Driver

No Sumber Daya Resources Driver

1 Bahan Kimia Jumlah Kuwintal

2 Solar Jam Mesin

3 Minyak Pelumas Pabrik Jumlah Pergantian

4 Biaya Gaji dan Kesejahteraan Nilai Buku

5 Suku Cadang Jumlah Pergantian

6 Bahan Pembantu Pabrik Jam Mesin

7 Biaya Pemeliharaan Jumlah Inspeksi Departemen Maintenance

8 Biaya Asuransi Nilai Buku

9 Biaya Pajak dan Retribusi Nilai Buku

10 Biaya Jasa Nilai Buku

11 Biaya Penyusutan Nilai Buku

12 Listrik Jumlah Kwh

13 Katalis Jumlah Kuwintal

14 Air Baku Jumlah Ton

15 Gas Bumi Jumlah mmbtu

16 Batu Bara Jumlah Ton

Sumber : PT Petrokimia Gresik, Olahan Penulis

c) Mengidentifikasi aktivitas

Aktivitas – aktivitas yang dimaksud disini adalah aktivitas –

aktivitas yang mengkonsumsi sumber daya dalam rangka proses

produksi Cement Retarder. Aktivitas – aktivitas yang

mengkonsumsi sumber daya pada pabrik III yang sesuai dengan urutan proses produksi CR adalah sebagai berkut :

Tabel 4. 10 : Daftar Aktivitas

No Daftar Aktivitas

1 Persiapan Logistik

2 Inspeksi dari Departemen Maintenance 3 Persiapan Pabrik dan Permesinan 4 Pengawasan dan Pemantauan

5 Perpindahan Batuan Phosphat dari pelabuhan menuju Ball Mill dengan Conveyor Belt 6 Penghalusan Batuan Phosphat dengan udara panas

7 Screening untuk mendapat ukuran yang sesuai

8 Perpindahan Batuan Phosphat menuju Premixer dengan Conveyor Belt

9 Pengadukan Batuan Phosphat dengan Acid menghasilkan Slurry Kristal Hemihydrate 10 Filtrasi Pertama Slurry Kristal Hemihydrate untuk pemisahan padatan dan cairannya 11 Cairan disimpan dalam Tank untuk produksi Asam Phosphat

12 Padatan dari Filtrasi pertama (Slurry Gypsum Hemihydrate) dipindahkan menuju Hydration Tank 13 Penambahan Asam Sulfat encer ke dalam Hydration Tank untuk menjadi Slurry Gypsum 14 Slurry Gypsum masuk pada Filtrasi Kedua untuk memisahkan padatan dan cairannya 15 Cairan disimpan untuk produksi Asam Flousilikat

16 Padatan Gypsum yang dihasilkan dicuci dengan Air Panas untuk menjadi Crude Gypsum

17 Cairan dari Filtrasi kedua masuk dalam Gas Treatment untuk emisi gas buang sehingga didapat Flourine 18 Flourine ditampung dalam Fume Scrubber untuk persiapan sirkulasi dalam Flourine Recovery

19 Flourine dipindahkan menuju Flourine Recovery

20 Flourine Recovery memisahkan Silica untuk menjadi Asam Flousilikat

21 Cairan dari Filter Pertama masuk dalam Vaporizer untuk memekatkan kandungan Asam Phosphat 22 Asam Phosphat pekat didinginkan dalam Cooling Tower sehingga menjadi Finish Asam Phosphat 23 Pengadaan bahan baku dari section Asam Flousilikat

24 Mereaksikan Asam Flousilikat dengan Aluminium Hidroksida di dalam Reaktor 25 Filtrat reaksi dari Reaktor dikirim ke Centrifuge

26 Centrifuge memisahkan Silica dengan Filtratnya 27 Filtrat masuk dalam Crystalizer

28 Penambahan Uap Panas, Agitator, dan Seed Crystal untuk mempercepat pengkristalan 29 Filtrat dibawa ke Centrifuge untuk mengambil Filtrat induknya (AlF3.3H2O)

30 Filtrat Induk masuk Cyclone untuk pemisahan kristal dan cairannya

31 Kristal basah masuk ke Calsiner untuk menghilangkan kadar air dengan dibantu Uap Panas 32 Aluminium Flouride panas didinginkan dalam Cooling Tower untuk menjadi Finish Aluminium

Flouride

33 Pengadaan bahan baku dari section Crude Gypsum 34 Crude Gypsum dilarutkan di Slurry Tank

35 Perpindahan menuju filter untuk memisahkan padatan dan cairannya 36 Padatan yang dihasilkan menjadi Purified Gypsum

37 Purified Gypsum dikeringkan dalam Flash Dryer dengan Udara Panas dari Furnace 38 Purified Gypsum panas dipindahkan ke Flash Calsiner untuk penurunan temperatur

No Daftar Aktivitas 39 Filtrat Purified Gypsum dilarutkan dengan liquida di dalam Mixer 40 Filtrat dipindahkan ke Granulator

41 Pembentukan butiran dalam Granulator 42 Butiran Filtrat masuk dalam Steamer

43 Proses pendiaman Granulated Gypsum pada Conveyor Belt untuk menjaga kadar air 44 Granulated Gypsum masuk ke Screening untuk mendapat ukuran bulat yang ideal

45 Granulated Gypsum diletakkan pada Scrubber untuk menghilangkan debu dan gas yang tidak berguna 46 Penambahan bubur kapur untuk menjadi Finish Cement Retarder

47 Pencatatan hasil produksi

48 Penyimpanan Produk Jadi (departemen penyimpanan) 49 Persiapan distribusi (departemen pemasaran) 50 Pengiriman ke Pelabuhan

51 Pembuatan Laporan harian dan bulanan

52 Mou (memorandum of understanding) dengan Distributor 53 Pembersihan Pabrik dan Permesinan

54 Pengolahan Limbah Pabrik 55 Perhitungan pajak 56 Perhitungan asuransi

57 Perhitungan Penyusutan Pabrik dan Permesinan 58 Penerangan

Sumber : PT Petrokimia Gresik, olahan penulis

d) Mengidentifikasi biaya – biaya sumber daya yang melekat pada

tiap aktivitas

Setelah mengetahui berbagai aktivitas yang terjadi, langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi sumber daya apa saja yang melekat pada tiap – tiap aktivitas, seperti berikut :

Tabel 4. 11 : Biaya yang Melekat pada Aktivitas

No Daftar Aktivitas Biaya Yang Melekat

1 Persiapan Logistik

Biaya Gaji dan Kesejahteraan Bahan Pembantu Pabrik Biaya Asuransi

Biaya Pajak dan Retribusi

2 Inspeksi dari Departemen Maintenance

Minyak Pelumas Pabrik Biaya Gaji dan Kesejahteraan Suku Cadang

Bahan Pembantu Pabrik Biaya Pemeliharaan Biaya Asuransi

Biaya Pajak dan Retribusi

3 Persiapan Pabrik dan Permesinan

Solar

Minyak Pelumas Pabrik Biaya Gaji dan Kesejahteraan Biaya Asuransi

Biaya Pajak dan Retribusi Biaya Jasa

Biaya Penyusutan Listrik

Gas Bumi Batu Bara

4 Pengawasan dan Pemantauan

Biaya Gaji dan Kesejahteraan Biaya Asuransi

Biaya Pajak dan Retribusi

5 Perpindahan Batuan Phosphat dari pelabuhan menuju Ball Mill dengan Conveyor Belt

Solar

Minyak Pelumas Pabrik Bahan Pembantu Pabrik

6 Penghalusan Batuan Phosphat dengan udara panas

Solar

Minyak Pelumas Pabrik Air Baku

Gas Bumi Batu Bara

7 Screening untuk mendapat ukuran yang sesuai

Minyak Pelumas Pabrik Listrik

Gas Bumi Batu Bara

No Daftar Aktivitas Biaya Yang Melekat

8 Perpindahan Batuan Phosphat menuju Premixer dengan Conveyor Belt

Solar

Minyak Pelumas Pabrik Bahan Pembantu Pabrik

9 Pengadukan Batuan Phosphat dengan Acid menghasilkan Slurry Kristal Hemihydrate

Bahan Kimia Solar

Minyak Pelumas Pabrik Katalis

Gas Bumi Batu Bara

10 Filtrasi Pertama Slurry Kristal Hemihydrate untuk pemisahan padatan dan cairannya

Bahan Kimia Solar

Minyak Pelumas Pabrik Bahan Pembantu Pabrik Katalis

Gas Bumi Batu Bara

11 Cairan disimpan dalam Tank untuk produksi Asam Phosphat

Minyak Pelumas Pabrik Bahan Pembantu Pabrik Air Baku

Gas Bumi Batu Bara

12

Padatan dari Filtrasi pertama (Slurry Gypsum Hemihydrate) dipindahkan menuju Hydration Tank

Solar

Minyak Pelumas Pabrik Bahan Pembantu Pabrik

13 Penambahan Asam Sulfat encer ke dalam Hydration Tank untuk menjadi Slurry Gypsum

Bahan Kimia Solar

Minyak Pelumas Pabrik Katalis

14 Slurry Gypsum masuk pada Filtrasi Kedua untuk memisahkan padatan dan cairannya

Bahan Kimia Solar

Minyak Pelumas Pabrik Bahan Pembantu Pabrik Katalis

Gas Bumi Batu Bara

No Daftar Aktivitas Biaya Yang Melekat

15 Cairan disimpan untuk produksi Asam Flousilikat

Minyak Pelumas Pabrik Bahan Pembantu Pabrik Air Baku

Gas Bumi Batu Bara

16 Padatan Gypsum yang dihasilkan dicuci dengan Air Panas untuk menjadi Crude Gypsum

Solar

Minyak Pelumas Pabrik Bahan Pembantu Pabrik Air Baku

Gas Bumi Batu Bara

17

Cairan dari Filtrasi kedua masuk dalam Gas Treatment untuk emisi gas buang sehingga didapat Flourine

Solar

Minyak Pelumas Pabrik Bahan Pembantu Pabrik Katalis

Gas Bumi Batu Bara

18 Flourine ditampung dalam Fume Scrubber untuk persiapan sirkulasi dalam Flourine Recovery

Solar

Minyak Pelumas Pabrik Bahan Pembantu Pabrik Air Baku

Gas Bumi Batu Bara

19 Flourine dipindahkan menuju Flourine Recovery

Solar

Minyak Pelumas Pabrik Bahan Pembantu Pabrik

20 Flourine Recovery memisahkan Silica untuk menjadi Asam Flousilikat

Solar

Minyak Pelumas Pabrik Katalis

Gas Bumi Batu Bara

21

Cairan dari Filter Pertama masuk dalam Vaporizer untuk memekatkan kandungan Asam Phosphat

Solar

Minyak Pelumas Pabrik Bahan Pembantu Pabrik Air Baku

Gas Bumi Batu Bara

No Daftar Aktivitas Biaya Yang Melekat

22 Asam Phosphat pekat didinginkan dalam Cooling Tower sehingga menjadi Finish Asam Phosphat

Bahan Kimia Solar

Minyak Pelumas Pabrik Bahan Pembantu Pabrik Gas Bumi

23 Pengadaan bahan baku dari section Asam Flousilikat

Solar

Minyak Pelumas Pabrik Bahan Pembantu Pabrik

24 Mereaksikan Asam Flousilikat dengan Aluminium Hidroksida di dalam Reaktor

Bahan Kimia Solar

Minyak Pelumas Pabrik Katalis

Gas Bumi Batu Bara

25 Filtrat reaksi dari Reaktor dikirim ke Centrifuge

Solar

Minyak Pelumas Pabrik Bahan Pembantu Pabrik

26 Centrifuge memisahkan Silica dengan Filtratnya

Solar

Minyak Pelumas Pabrik Katalis

Gas Bumi Batu Bara

27 Filtrat masuk dalam Crystalizer

Solar

Minyak Pelumas Pabrik Bahan Pembantu Pabrik

28 Penambahan Uap Panas, Agitator, dan Seed Crystal untuk mempercepat pengkristalan

Bahan Kimia Solar

Minyak Pelumas Pabrik Katalis

Air Baku Gas Bumi Batu Bara

29 Filtrat dibawa ke Centrifuge untuk mengambil Filtrat induknya (AlF3.3H2O)

Solar

Minyak Pelumas Pabrik Bahan Pembantu Pabrik Katalis

Gas Bumi Batu Bara

No Daftar Aktivitas Biaya Yang Melekat

30 Filtrat Induk masuk Cyclone untuk pemisahan kristal dan cairannya

Solar

Minyak Pelumas Pabrik Bahan Pembantu Pabrik Gas Bumi

Batu Bara

31

Kristal basah masuk ke Calsiner untuk menghilangkan kadar air dengan dibantu Uap Panas

Solar

Minyak Pelumas Pabrik Bahan Pembantu Pabrik Air Baku

Gas Bumi Batu Bara

32

Aluminium Flouride panas didinginkan dalam Cooling Tower untuk menjadi Finish Aluminium Flouride

Bahan Kimia Solar

Minyak Pelumas Pabrik Bahan Pembantu Pabrik Gas Bumi

33 Pengadaan bahan baku dari section Crude Gypsum

Solar

Minyak Pelumas Pabrik Bahan Pembantu Pabrik

34 Crude Gypsum dilarutkan di Slurry Tank

Solar

Minyak Pelumas Pabrik Katalis

Air Baku

35 Perpindahan menuju filter untuk memisahkan padatan dan cairannya

Bahan Kimia Solar

Minyak Pelumas Pabrik Bahan Pembantu Pabrik Katalis

Gas Bumi Batu Bara

36 Padatan yang dihasilkan menjadi Purified Gypsum

Solar

Minyak Pelumas Pabrik Bahan Pembantu Pabrik

37 Purified Gypsum dikeringkan dalam Flash Dryer dengan Udara Panas dari Furnace

Dokumen terkait