• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA PENERAPAN ABC SYSTEM DALAM MENINGKATKAN EFISIENSI BIAYA PRODUKSI PADA PRODUK CEMENT RETARDER DI PT PETROKIMIA GRESIK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISA PENERAPAN ABC SYSTEM DALAM MENINGKATKAN EFISIENSI BIAYA PRODUKSI PADA PRODUK CEMENT RETARDER DI PT PETROKIMIA GRESIK."

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

USULAN PENELITIAN

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Jawa Timur

Untuk Menyusun Skripsi S-1 Program Studi Akuntansi

Diajukan oleh :

NUR ARINI PUJI LESTARI

0813010180 / FE / EA

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

(2)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Diajukan oleh :

NUR ARINI PUJI LESTARI

0813010180 / FE / EA

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

(3)

DI PT PETROKIMIA GRESIK

yang diajukan oleh:

NUR ARINI PUJI LESTARI

0813010180 / FE / EA

Telah disetujui untuk diseminarkan oleh

Pembimbing Utama

RINA MUSTIKA, SE, MM Tanggal : …………...

Mengetahui

Ketua Program Studi Akuntansi

DR. SRI TRISNANINGSIH, SE, MSI

(4)

DI PT PETROKIMIA GRESIK

yang diajukan oleh:

NUR ARINI PUJI LESTARI

0813010180 / FE / EA

telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh

Pembimbing Utama

RINA MUSTIKA, SE, MM Tanggal : …………...

Mengetahui

Ketua Program Studi Akuntansi

DR. SRI TRISNANINGSIH, SE, MSI

(5)

EFISIENSI BIAYA PRODUKSI PADA PRODUK CEMENT RETARDER DI PT PETROKIMIA GRESIK

Yang diajukan

NUR ARINI PUJI LESTARI

0813010180 / FE / AK

disetujui untuk Ujian Lisan oleh :

Pembimbing Utama

RINA MUSTIKA, SE, MMA Tanggal : …………...

Mengetahui

Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi

DRS. RAHMAN AMRULLAH SUWAIDI, MS

(6)

SKRIPSI

Diajukan oleh :

NUR ARINI PUJI LESTARI 0813010180 / FE / EA

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

(7)

Disusun Oleh : Nur Arini Puji Lestari

0813010180/FE/EA telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur pada tanggal 14 Desember 2012

Pembimbing Utama Tim Penguji

Ketua

Rina Mustika, SE, MM Dr. Hero Priono, MSi, Ak

Sekretaris

Dra. Ec. Sari Andayani, M. Aks

Anggota

Rina Mustika, SE, MM

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

(8)

Dengan mengucapkan puji syukur “ALHAMDULILLAH” atas Kehadirat

ALLAH SWT yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga saya

dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ANALISA PENERAPAN ABC

SYSTEM DALAM MENINGKATKAN EFISIENSI BIAYA PRODUKSI PADA PRODUK CEMENT RETARDER DI PT PETROKIMIA GRESIK.

Skripsi ini disusun dalam rangka untuk melengapi salah satu syarat guna

mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada fakultas ekonomi Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Segala upaya penulis demi terselesainya skripsi ini tidak terlepas dari

bantuan dan kerjasama dari berbagai macam pihak, oleh karena itu penulis

menyampaikan terima kasih atas kerjasama dan partisipasinya kepada :

1. Prof. DR. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak DR. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Rahman Amrullah Suwaidi, MS, selaku Pembantu Dekan I

Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa

Timur.

4. Ibu DR. Sri Trisnaningsih, SE, MSi, selaku Ketua Jurusan Akuntansi FE

(9)

6. Bapak Sigit Pribadi, Bapak Eko dan Pak Jawad selaku pihak dari instansi

yang menjadi objek penelitian ini yang telah memberikan kerjasama yang

baik tanpa mempersulit proses analisis penelitian ini.

7. Seluruh Pengajar pada Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan

bekal ilmu pengetahuan selama penulis menuntut ilmu di bangku kuliah.

8. Ayah saya, Alm. Masyhuri dan Ibu saya, Hj. Rohimah yang telah merawat

dan mendidik saya selama ini berserta adik saya yang mengisi hidup

penulis dengan kasih sayang yang berlimpah serta tak luput memberi

dukungan materiil, moril, dan spiritual.

9. Seorang terkasih saya, Ali Roba yang selalu tulus menyayangi, setia

menemani, memberi semangat dikala penulis dalam keadaan susah dan

senang. Sehingga hidup penulis menjadi lebih berwarna.

10.Para sahabat-sahabat dan teman-teman saya yang tidak bisa penulis

sebutkan satu persatu, yang tak hentinya memberi semangat dan dorongan

(10)

ketidaksempurnaan skripsi ini, masih terdapat manfaat bagi pembaca dan para

peneliti selanjutnya dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.

Surabaya, Desember 2012

(11)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 8

2.2. Landasan Teori ... 12

2.2.1. Defininisi Akuntansi Manajemen ... 12

2.2.1.1. Tipe Informasi Akuntansi Manajemen ... 13

2.2.2. Definisi Biaya ... 15

2.2.2.1. Objek Biaya ... 16

2.2.2.2. Klasifikasi Biaya ... 16

2.2.2.2.1. Biaya Berdasarkan Hubungannya dengan Produksi .. 17

(12)

Akuntansi ... 18

2.2.2.2.5. Biaya Berdasarkan Hubungannya dengan Keputusan, atau Evaluasi ... 19

2.2.2.3. Metode Pembebanan Biaya ... 19

2.2.3. Pengertian Biaya – Biaya Produksi ... 21

2.2.3.1 Pengertian Efisiensi Biaya Produksi ... 25

2.2.3.2. Elemen – elemen Biaya Produksi ... 26

2.2.4. Definisi Sistem Perhitungan Biaya Produksi ... 26

2.2.4.1. Kelemahan Sistem Perhitungan Biaya Tradisional ... 29

2.2.5. Definisi Activity Based Costing (ABC) ... 32

2.2.5.1. Sejarah Activity Based Costing (ABC) ... 32

2.2.5.2. Konsep Activity Based Costing (ABC) ... 34

2.2.5.3. Identifikasi Aktivitas ... 35

2.2.5.4. Klasifikasi Aktivitas. ... 37

2.2.5.5. Penentuan Activity Cost Drivers. ... 38

2.2.5.6. Manfaat Activity Based Costing (ABC) ... 39

2.2.5.7. Kendala Activity Based Costing (ABC) ... 40 .

2.2.6. Perbedaan Sistem Perhitungan Biaya Tradisional dengan Activity Based Costing (ABC)... 41

(13)

3.3. Sumber Data dan Jenis Data ... 45

3.4. Prosedur Pengumpulan Data ... 46

3.5. Lokasi Penelitian ... 48

3. 6 Teknik Analisis ... 48

3. 7 Keakuratan Data ... 49

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 53

4.1.1. Profil PT Petrokimia Gresik ... 53

4.1.2. Visi dan Misi Perusahaan ... 55

4.1.3. Anak Perusahaan dan Perusahaan Patungan ... 55

4.1.4. Struktur Organisasi PT Petrokimia Gresik ... 57

4.1.5. Produk PT Petrokimia Gresik ... 57

4.1.6. Unit Produksi ( pabrik ) PT Petrokimia Gresik ... 58

4.1.7. Proses Produksi PT Petrokimia Gresik ... 59

4.1.8. Fasilitas Pendukung PT Petrokimia Gresik ... 60

4.1.9. Pengolahan Limbah di PT Petrokimia Gresik ... 61

41.10 Kebijakan Pengelolahan Lingkungan ... 62

(14)

4.2.3. Penentuan Harga Pokok Produksi Cement Retarder Oleh Perusahaan ... 65

4.2.3.1. Alur Proses Penyusunan Harga Pokok Produksi... 65

4.2.3.2. Tahap – tahap Perhitungan Biaya Produksi ... 67

4.2.4. Penentuan Harga Pokok Produksi dengan Metode Activity Based

Costing ... 75

4.2.5. Perbandingan Harga Pokok Produksi Pembuatan Cement Retarder

antara Metode Tradisional Costing dan Activity Based Costing ... 115

4.2.6. Evaluasi Perhitungan Harga Pokok Produksi pembuatan Cement

Retarder berdasarkan Activity Based Costing ... 116

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 117

5.2. Saran ... 118

DAFTAR PUSTAKA

(15)

Tabel 1.1. : Biaya Produksi Cement Retarder ... 5

Tabel 2.1. : Perbedaan Metode Tradisional dengan ABC ... 42

Tabel 3.1. : Main Research Question ... 51

Tabel 4.1. : Produk Pupuk PT Petrokimia Gresik ... 57

Tabel 4.2. : Produk Non Pupuk PT Petrokimia Gresik ... 58

Tabel 4.3. : Limbah PT Petrokimia Gresik dan Pengelolahannya ... 61

Tabel 4.4. : Data Kuantum Produksi Pabrik III tahun 2010 ... 63

Tabel 4.5. : Laporan Biaya Produksi Cement Retarder tahun 2010 ... 64

Tabel 4.6. : Contoh Pusat Biaya dengan Dasar Alokasinya ... 70

Tabel 4.7. : Pengalokasian Biaya ... 71

Tabel 4.8. : Daftar Sumber Daya ... 76

Tabel 4.9. : Identifikasi Resources Drivers ... 77

Tabel 4.10 : Daftar Aktivitas ... 78

Tabel 4.11. : Biaya yang Melekat pada Aktivitas ... 80

Tabel 4.12. : Rasio Konsumsi Aktivitas terhadap Biaya ... 87

Tabel 4.13. : Biaya Aktivitas ... 100

Tabel 4.14. : Identifikasi Pemicu Tiap Aktivitas ... 102

(16)
(17)

Gambar 2.1. : Model Operasional Akuntansi Manajemen ... 13

Gambar 2.2. : Penggolongan Informasi Akuntansi Manajemen ... 14

Gambar 2.3. : Metode Pembebanan Biaya ... 21

Gambar 2.4. : Aktivitas Value Chain di Dalam Suatu Perusahaan ... 23

Gambar 2.5. : Falsafah yang Melandasi ABC System ... 35

Gambar 2.6. : Model Analisis ... 43

Gambar 4.1. : Alur Proses Penyusunan Harga Pokok Produksi ... 66

(18)

Lampiran 1 : Struktur Organisasi Perusahaan

Lampiran 2 : Flow Chart Produksi Pabrik III

Lampiran 3 : Laporan Biaya Produksi Pabrik III

Lampiran 4 : Kuantum Produksi Pabrik III

Lampiran 5 : Jawaban Atas Main Research Question

Lampiran 6 : Foto Dokumentasi

Lampiran 7 : Berita Acara Facsimile PT Petrokimia Gresik

(19)

xiii By :

Nur Arini Puji Lestari

Abstract

Overhead loading method generally still use traditional fare calculation department. However, the current shift in the cost structure where overhead costs have a greater proportion and could be larger than the component - a component of other direct production costs.As a result, traditional methods are not able to contribute meaningfully in the allocation - allocation of costs directly related to the production of any product. So it is possible the distortion costs,ultimately cost information given was inaccurate.For this reason, the method of activity-based costing (Activity Based Costing) is present as an alternative, which in this method, the activity that caused the costs and activity costs are allocated to cost objects on the basis of the cost of activities consumed. So it can help improve the accuracy of the information production costs. The purpose of this study was to provide an overview of the calculation of Cost of Production is more precise and accurate.

The main object of this study is the calculation of Cost of Production Cement Retarder products produced by the Plant III in PT Petrokimia Gresik. Included in this type of research kualitatf descriptive analysis techniques research is, identify the stages of the production process along with activities and resources, perform calculations Cost of Production Activity Based Costing method, then compare those costs with the method performed at the discretion of company management.

After doing the above analysis, the researchers found that for the calculation of HPP products Cement retarder PT Petrokimia Gresik still use the traditional concept of rate department. After compared with the calculation of ABC on the author, it turns out there is a difference in cost between the two.The calculation of the company can cause distortion and accuracy of charging fees that are less precise. As for the concept of ABC, which use more cost driver to allocate overhead costs to products more accurately. Because according to consumption activity costs to each product

(20)

Nur Arini Puji Lestari

Abstrak

Metode pembebanan biaya overhead pada umumnya masih menggunakan perhitungan tradisional tarif departemen. Namun saat ini struktur biaya mengalami pergeseran dimana biaya overhead memiliki proporsi yang semakin besar dan bisa menjadi lebih besar

dibandingkan komponen – komponen biaya produksi langsung lainnya. Akibatnya, metode

tradisional tidak dapat memberikan sumbangsih berarti dalam alokasi – alokasi biaya yang

berkaitan langsung dengan produksi terhadap setiap produk. Sehingga sangat memungkinkan terjadinya distorsi biaya, akhirnya informasi biaya yang diberikan pun kurang akurat. Untuk itulah, metode perhitungan biaya berdasarkan aktivitas ( Activity Based Costing ) hadir sebagai alternatif, dimana dalam metode ini, aktivitas yang menyebabkan biaya dan biaya aktivitas harus dialokasikan ke objek biaya dengan dasar aktivitas biaya tersebut dikonsumsikan. Sehingga dapat membantu memperbaiki informasi keakurasian biaya produksi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberi gambaran tentang perhitungan Harga Pokok Produksi yang lebih tepat dan Akurat.

Objek utama penelitian ini adalah perhitungan Harga Pokok Produksi produk Cement Retarder yang diproduksi oleh Pabrik III di PT Petrokimia Gresik. Termasuk dalam jenis penelitian kualitatf deskriptif, teknik analisis penelitian yang dilakukan adalah, mengidentifikasi tahapan proses produksi beserta aktivitas dan sumber dayanya, melakukan perhitungan Harga Pokok Produksi dengan metode Activity Based Costing, kemudian membandingkan biaya tersebut dengan metode yang dilakukan sesuai kebijakan manajemen perusahaan.

Setelah melakukan analisis di atas, peneliti menemukan bahwa untuk perhitungan HPP produk Cement retarder PT Petrokimia Gresik masih menggunakan konsep tradisional dengan tarif departemen. Setelah dibandingkan dengan perhitungan ABC yang dilakukan penulis, ternyata terdapat selisih biaya di antara keduanya. Perhitungan yang dilakukan perusahaan dapat menyebabkan terjadinya distorsi biaya dan akurasi pembebanan biaya yang kurang tepat. Sedangkan untuk konsep ABC, yang menggunakan lebih banyak cost driver mengalokasikan biaya overhead ke produk dengan lebih akurat. Karena sesuai dengan konsumsi biaya aktivitas terhadap tiap produknya.

(21)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam era globalisasi saat ini, berbagai lapisan usaha telah

mengalami kemajuan yang pesat dan telah mempersiapkan diri dalam

menghadapi persaingan bebas baik itu yang terjadi di dalam negeri maupun

yang terjadi di luar negeri. Persaingan ini menuntut pihak manajemen dalam

perusahaan untuk meningkatkan permintaan terhadap informasi yang

dibutuhkan terutama untuk mengambil keputusan demi mempertahankan

kelangsungan hidupnya. Keputusan yang dihasilkan oleh pihak manajemen

harus relevan, dapat dipercaya, cepat, tepat waktu, dan dapat mencerminkan

perspektif tentang kondisi pasar. Ketidaktepatan informasi yang dihasilkan

oleh pihak manajemen dapat menyebabkan perusahaan akan mengikuti

strategi yang tidak menguntungkan.

Keperluan informasi biaya yang lebih akurat menyebabkan

perusahaan secara serius memperhatikan prosedur penentuan biaya yang

digunakan. Salah satu contoh prosedur penentuan biaya adalah penentuan

harga jual yang layak, di mana dalam menetukan harga jual ini harus

dilakukan dengan tepat dan cermat, pelanggan sebagai konsumen akan

merasa puas apabila memperoleh produk sesuai dengan pengorbanan yang

(22)

informasi harga jual yang akurat dapat mempengaruhi tingkat profitabilitas

perusahaan yang telah direncanakan. Kebutuhan akan informasi harga jual

dipengaruhi oleh perhitungan harga pokok produksi. Harga pokok produksi

pada perusahaan industri terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja

langsung, dan biaya overhead. Dengan adanya perkembangan teknologi,

struktur biaya mengalami pergeseran dimana biaya overhead memiliki

proporsi yang semakin besar dan lebih besar daripada biaya tenaga kerja

langsung. Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung dapat ditelusuri

secara langsung ke produk. Untuk biaya overhead yang tidak bisa ditelusuri

langsung ke produk, alokasi terhadapnya perlu dilakukan.

Metode pembebanan biaya overhead umumnya masih menggunakan

metode konvensional, dimana membebankan biaya berdasarkan volume.

Biaya overhead yang dibebankan ke produk berdasarkan sebab akibat antara

biaya dengan produk. Metode biaya konvensional dapat mengukur secara

akurat sumber – sumber yang dikonsumsi setiap produk secara proporsional.

Namun, banyak sumber - sumber atau biaya – biaya yang timbul dari

aktivitas dan transaksi – transaksi tidak berkaitan dengan volume produksi.

Akibatnya, metode konvensional tidak memberikan sumbangan yang berarti

dalam alokasi – alokasi biaya yang berkaitan dengan produksi ke setiap

produk.

Cara pembebanan biaya seperti itu tidak mampu menunjukkan

berapa biaya yang sesungguhnya dikonsumsi oleh setiap produk. Hal ini akan

(23)

produk yang berbeda satu sama lain, baik menurut volume, ukuran, kerumitan

bahan baku dan jam tenaga kerja. Alokasi biaya dengan cara ini

mengakibatkan adanya penyimpangan karena produk tidak menkonsumsi

biaya secara proporsional terhadap volume produksi. Akibatnya, subsidi

silang pun terjadi dimana produk yang memiliki volume produksi yang tinggi

akan mensubsidi produk yang memiliki volume produksi yang rendah.

Sebagai altenatif, perusahaan dapat menggunakan metode

perhitungan biaya berdasarkan aktivitas ( ABC / Activity Based Costing ),

dimana dalam metode ini mengalokasikan biaya ke transaksi dari aktivitas

yang dilaksanakan dalam suatu organisasi. Aktivitas yang menyebabkan

biaya dan biaya aktivitas harus dialokasikan ke objek biaya dengan dasar

aktivitas biaya tersebut dikonsumsikan. Ketika biaya dibebankan pada objek

biaya, biaya per unit dihitung dengan membagi biaya total yang dibebankan

dengan jumlah unit dari objek biaya tertentu. Pengelolaan yang baik terhadap

aktivitas yang menghasilkan jasa dengan penetapan harga pokok produksi

yang akurat akan menghasilkan informasi biaya yang mencerminkan

konsumsi sumber daya dalam berbagai aktivitas perusahaan. Kegagalan

dalam perhitungan harga yang akurat dapat mengakibatkan kegagalan

pengambilan keputusan.

PT Petrokimia Gresik ( Persero) merupakan perusahaan yang

bergerak dalam industri pupuk majemuk ( Pupuk Urea, ZA, SP-36 /

Superphos, Phonska, NPK, serta Pupuk Petroganik ) dan bahan kimia non

(24)

Cement Retarder, dan Aluminium Flouride ) yang berkapasitas produksi

sebesar 4. 330. 000 ton per tahun dengan dukungan 16 pabrik yang telah

beroperasi. PT Petrokimia Gresik ( Persero) merupakan Badan Usaha Milik

Negara yang telah beroperasi dalam kurun waktu 39 tahun. PT Petrokimia

Gresik merupakan salah satu perusahaan pupuk yang diberi amanah untuk

mengamankan dan menyalurkan pupuk subsidi oleh pemerintah. Hingga saat

ini PT Petrokimia Gresik ( Persero) menjadi produsen pupuk terlengkap di

Indonesia. Sejalan dengan program pemerintah dalam pencapaian

swasembada pangan dan swasembada berkelanjutan maka PT Petrokimia

Gresik ( Persero) terus berinovasi dan berupaya meningkatkan kualitas

produknya sehingga dapat meningkatkan produktifitas pertanian.

Pada tahun 2008, produksi Cement retarder mencapai 480.768,87

ton dengan total biaya produksi 205.970.920.730,10 milyar rupiah. Kemudian

pada tahun 2009, produksi mencapai 469.948,90 ton dengan total biaya

produksi 137.471.940.495,11 milyar rupiah. Terjadi perbedaan kuantitas

produksi sebesar 10.819,97 ton dengan selisih biaya produksi yang agak

mencolok, yakni 68.498.980.235 milyar rupiah. Disini sudah terlihat adanya

efisiensi biaya yang terjadi. Selanjutnya, pada tahun 2010 produksi mencapai

488.658,021 ton dengan total biaya produksi 118.228.629.553,61 milyar

rupiah. Terlihat bahwa dengan kuantitas yang lebih besar, biaya produksi bisa

ditekan sampai 19.243.310.941,5 milyar rupiah. Lebih jelasnya dapat dilihat

(25)

Tabel 1. 1 : Biaya produksi Cement Retarder

Tahun Biaya Produksi Kuantum Biaya Produksi Per Ton

2008 205.970.920.730,10 480.768,87 428.419,84

2009 137.471.940.495,11 469.948,90 292.525,29

2010 118.228.629.553,61 488.658,021 232.592,41

Sumber : PT Petrokimia Gresik

Sehingga untuk mencapai tujuan di atas, perusahaan perlu

mempunyai keunggulan untuk dapat mengalahkan para pesaing –

pesaingnya. Apalagi dalam kondisi persaingan pasar bebas seperti saat ini

maupun yang akan datang. Diantaranya adalah keunggulan kualitas,

keunggulan harga jual yang relatif rendah, dan sebagainya.

Jika biaya yang digunakan oleh perusahaan tidak dikendalikan

dengan baik, maka perusahaan tidak akan mampu mempertahankan

kelangsungan hidupnya, disinilah letak efisiensi biaya pada aktivitas

produksi dititikberatkan. Adanya kebutuhan untuk melakukan efisiensi

mendorong perusahaan untuk melakukan pembebanan biaya yang akurat

atas aktivitas yang dilakukannya, sehingga perlu sistem Activity Based

Costing ( ABC ). Sistem ini dapat menyediakan informasi perhitungan

biaya yang lebih baik dan dapat membantu manajemen mengelola

perusahaan secara efisien serta memperoleh pemahaman yang lebih baik

atas keunggulan kompetitif, kekuatan, dan kelemahan perusahaan.

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di

(26)

ini adalah : “ Analisa Penerapan ABC System dalam Meningkatkan

Efisiensi Biaya Produksi pada produk Cement Retarder di PT Petrokimia

Gresik ( Persero ) “.

1.2.Rumusan Masalah

Bagaimana pemanfaatan Activity Based Costing dalam

meningkatkan efisiensi biaya produksi pada produk Cement Retarder pada PT

Petrokimia Gresik “.

1.3.Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, maka tujuan

dari penelitian ini adalah : untuk memberi gambaran tentang perhitungan

harga pokok yang lebih akurat pada produk Cement Retarder dengan

menggunakan Activity Based Costing sehingga dapat meningkatkan efisiensi

(27)

1.4.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan berbagai manfaat

untuk berbagai pihak sebagai berikut :

a. Perusahaan

Memberi informasi kepada pihak manajemen mengenai analisis

Activity Based Costing dalam mengidentifikasi aktivitas karena

berpengaruh terhadap efisiensi biaya produksi.

b. Peneliti

Mengetahui sejauh mana penerapan Activity Based Costing yang

terdapat pada perusahaan berpengaruh dalam meningkatkan efisiensi biaya

produksi.

c. Peneliti selanjutnya

Memberikan pengetahuan tambahan mengenai penerapan Activity

Based Costing dalam upaya meningkatkan efisiensi biaya produksi

perusahaan guna dilakukannya penelitian lebih lanjut.

d. Universitas

Memberikan karya ilmiah yang dapat digunakan untuk berbagai

kepentingan pada Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa

(28)

2.1 Penelitian Terdahulu

Berikut akan diuraikan secara singkat mengenai penelitian

sebelumnya tentang penerapan Activity Based Costing ( ABC ) oleh peneliti

peneliti sebelumnya terkait dengan penelitian yang akan dilakukan :

1. Diangga Ardiansyah (2010)

a) Judul :

Pemanfaatan Activity Based Costing ( ABC ) dalam menghitung Harga

Pokok Penjualan pada kertas HVS 60 gsm bentuk roll dan plano di PT

Kertas Leces ( persero ) Probolinggo.

b) Perumusan Masalah :

Bagaimana pemanfaatan Activity Based Costing ( ABC ) dalam

menghitung Harga Pokok Penjualan pada kertas HVS 60 gsm bentuk

roll dan plano di PT Kertas Leces ( persero ) Probolinggo.

c) Metode Penelitian :

Penelitian ini menggunakan teknik penelitian dengan metode kualitatif

deskriptif.

d) Kesimpulan :

1) dengan menggunakan metode ABC, maka perusahaan

(29)

produk kertas HVS 60 gsm bentuk roll pada metode tradisional

lebih tinggi ( overcosts ) dibanding dengan metode ABC. HPP

yang overcosts sesungguhnya menyerap biaya yang lebih kecil

dari biaya tradisional. Sedangkan pada bentuk plano, HPP nya

lebih rendah ( undercosts ) pada metode tradisional dibanding

metode ABC. HPP yang undercosts sesungguhnya menyerap

lebih besar daripada metode tradisional.

2) Metode ABC menggunakan lebih banyak cost driver sehingga

akan mengalokasikan biaya overhead ke masing – masing produk

dengan lebih tepat dan akurat. Dengan demikian, melalui

penggunaan metode ABC, distorsi biaya yang terjadi dapat

dihilangkan atau ditekan seminimal mungkin.

2. Yulian Danang (2010)

a) Judul :

Activity Based Costing Sebagai Metode Perhitungan Harga Pokok

Produksi di PT Antar Surya Jaya.

b) Perumusan Masalah :

“Bagaimana penerapan metode Activity Based Costing terhadap

perhitungan harga pokok produksi pada PT Antar Surya Jaya ?”

c) Metode Penelitian :

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode studi

(30)

d) Kesimpulan :

1) Penerapan harga pokok produksi dengan metode Activity Based

Costing dan metode konvensional mempunyai elemen

pembentukan yang sama, yaitu bahan baku langsung, biaya

tenaga kerja langsung, dan biaya overhead. Tetapi, untuk metode

Activity Based Costing perhitungan overheadnya berdasarkan

aktivitas.

2) Dilihat dari keseluruhan penerapan Activity Based Costing yang

dilakukan oleh PT Antar Surya Jaya dapat diketahui bahwa

pembebanan biaya overhead untuk masing – masing aktivitas

dihitung terlebih dahulu untuk mengetahui tarifnya. Setelah tarif

tiap cost drive diketahui, langkah selanjutnya adalah pembebanan

biaya sumber daya ke masing – masing proses aktivitas, dan

langkah terakhir adalah pembebanan biaya proses aktivitas ke

masing – masing produk.

3. Emi Ristiga (2009)

a) Judul :

Analisis pengaruh Non Value Added Activity terhadap Efisiensi Biaya

Produksi. ( Studi Kasus pada PT Sunpack melalui Informasi ABC ).

b) Perumusan Masalah :

Apakah moving activity (perpindahan), rework activity (pengerjaan

(31)

aktivitas yang tidak menambah nilai (non value added activity)

perusahaan berpengaruh terhadap efisiensi biaya produksi ?

c) Teknik Analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda.

d) Hipotesis :

Bahwa moving activity, rework activity, dan maintenance activity

mempunyai pengaruh terhadap efisiensi biaya produksi.

e) Kesimpulan :

1) Moving Activity, Rework Activity dan Maintenance Activity secara

simultan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

efisensi biaya produksi.

2) Moving Activity, Rework Activity dan Maintenance Activity secara

parsial juga tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

efisiensi biaya produksi.

Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian ini adalah pada objek

penelitian dan keterkaitannnya dengan kebijakan penetapan harga jual

melalui perhitungan harga pokok produksi yang akurat.

Sedangkan untuk persamaan penelitian ini dengan penelitian

sebelumnya adalah sama – sama menggunakan Activity Based Costing (ABC)

dalam memperoleh informasi yang lebih akurat tentang harga pokok produksi

(32)

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Definisi Akuntansi Manajemen

Supriyono ( 1987 ) menyebutkan bahwa “ Akuntansi Manajemen

adalah salah satu bidang akuntansi yang tujuan utamanya untuk

menyajikan laporan – laporan suatu satuan usaha atau organisasi tertentu

untuk kepentingan pihak internal dalam rangka melaksanakan proses

manajemen yang meliputi perencanaan, pembuatan keputusan,

pengorganisasian dan pengarahan serta pengendalian “.

Selanjutnya jika melihat hasil pelaporan yang diperlukan

manajemen yang tidak hanya laporan masa lalu tetapi juga meliputi proyek

masa depan, maka akuntansi manajemen didefinisikan sebagai berikut : “

Akuntansi Manajemen adalah penerapan teknik – teknik dan konsep yang

tepat dalam pengolahan data ekonomi historikal dan yang diproyeksikan

dari suatu satuan usaha untuk membantu manajemen dalam penyusunan

rencana untuk tujuan – tujuan ekonomi yang rasional dengan suatu

pandangan ke arah pencapaian tujuan tersebut “.

Jika digambarkan dalam suatu bagan, definisi akuntansi

manajemen dapat dihubungkan antara input yaitu fakta ekonomi, proses

yaitu pengolahan oleh fungsi manajemen dan output yang berupa laporan

(33)

Gambar 2.1 : Model Operasional Akuntansi Manajemen

Sumber : Hansen dan Mowen. 2009. Akuntansi Manajemen. Edisi 8. Salemba Empat. Hlm 4.

2. 2. 1. 1 Tipe Informasi Akuntansi Manajemen

Informasi akuntans manajemen dapat dihubungkan dengan tiga

hal : objek informasi, alternatif yang akan dipilh, dan wewenang

manajer. Jika akuntansi manajemen dihubungkan dengan objek

informasi, seperti produk, departemen, atau aktivitas, maka akan

dihasilkan konsep informasi akuntansi penuh. Jika informasi akuntansi

manajemen dihubungkan dengan alternatif yang akan dipilih, maka

akan dihasilkan konsep informasi akuntansi diferensial, yang sangat

diperlukan oleh manajemen dalam pengambilan keputsan pemilihan

alternatif. Jika informasi akuntansi manajemen dihubungkan dengan

INPUT PROCESS OUTPUT

Fakta ekonomi

Penjualan

Pembelian

Penerimaan & pengeluaran kas

Laporan khusus

Biaya produk

Biaya pelanggan

Anggaran

Laporan kinerja Identifikasi,

pengumpulan , pengukuran,

(34)

wewenang yang dimiliki oleh manajer, dihasilkan konsep informasi

akuntansi pertanggungjawaban, yang terutama bermanfaat untuk

mempengaruhi perilaku manusia dalam organisasi. ( Mulyadi, 1993 : 15

)

Gambar 2. 2 : Penggolongan Informasi Akuntansi Manajemen

Sumber : Mulyadi, Akuntansi Manajemen : Konsep, Manfaat, dan Rekayasa. STIE YKPN Yogyakarta.

Informasi akuntansi manajemen

Wewenang yang dimiliki

oleh manajer Alternatif yang

akan dipilih Objek

informasi

Informasi akuntansi diferensial Informasi akuntansi

penuh

(35)

2. 2. 2 Definisi Biaya

Rayburn ( 1996) dalam Setyadi (2003) mendefinisakn biaya

sebagai : “ Costs measures the economic sacrifice made to achieve an

organization’s good. For a product, cost represents the monetary

sacrifice made to provide the service “.

Biaya menurut definisi tersebut merupakan ukuran pengorbanan

ekonomi yang dilakukan utuk meraih tujuan dari perusahaan. Pada

perusahaan manufaktur, biaya merupakan pengukuran moneter atas

sumber daya yang digunakan. Sedangkan pada perusahaan jasa, biaya

adalah pengorbanan moneter yang dikeluarkan untuk menyediakan suatu

jasa.

Mulyadi (1999) dalam Setyadi (2003) mendefinisikan biaya

sebagai pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang,

yang telah terjadi ata yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan

tertentu.

Dari definisi tersebut, maka dapat disebutkan empat unsur biaya,

yaitu :

1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi

2. Biaya diukur dalam satuan uang

3. Berasal dari kejadian, yang telah terjadi atau kemungkinan akan

terjadi

(36)

2. 2. 2. 1 Objek Biaya

Menurut Mulyadi (2007 : 8) cost object adalah sesuat yan

menjadi tujuan pengukuran dan pembebanan biaya. Misalnya, dalam

proses pembuatan produk dan penyerahan jasa, terdapat beberapa cost

object : aktivitas dan produk atau jasa.

Hansen dan Mowen (2006 : 48) mengatakan objek biaya dapat

berupa apapun, seperti produk, pelanggan, departemen, proyek, aktivitas,

dan sebagainya, yang diukur biayanya dan dibebankan. Sebagai contoh,

jika sebuah rumah sakit ingin menetapkan biaya departemen operasioanl,

maka obyek biayanya adalah departemen operasional.

Suatu objek biaya (cost object), atau tujuan biaya (cost

objective), didefinisikan sebagai suatu item atau aktivitas yang biayanya

diakumulasi dan diukur (Usry, 2002).

2. 2. 2. 2 Klasifikasi Biaya

Usry (2002 : 40) mengklasifikasikan biaya didasarkan pada

hubungan antara biaya dengan :

1. Produk

2. Volume produksi

3. Departemen, proses, pusat biaya (cost center), atau subdivisi lain dari

manufaktur

(37)

5. Suatu keputusan, tindakan atau evaluasi

2. 2. 2. 2. 1 Biaya Berdasarkan Hubungannya dengan Produksi

Dalam lingkungan manfaktur, total biaya operasi terdiri atas

dua elemen : biaya manfaktur terdiri atas biaya bahan baku langsung,

tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. Overhead pabrik

merupakan semua biaya yang tidak ditelusuri secara langsung ke

output tertentu. Sedangkan biaya komersial terdiri atas beban

pemasaran dan administratif ( Usry, 2002 : 40).

2. 2. 2. 2. 2 Biaya Berdasarkan Hubungannya dengan Volume Produksi

Biaya berdasarkan hubungannya dengan volume produksi

terdiri atas :

1. Biaya variabel

2. Biaya tetap

3. Biaya semivariabel

Biaya variabel merupakan biaya yang berubah secara

proporsional terhadap perubahan aktivitas dalam rentang yang

relevan. Biaya variabel biasanya memasukkan biaya bahan baku dan

tenaga kerja langsung. Biaya overhead yang dapat diklasifikasikan

sebagai biaya variabel, misalnya perlengkapan, bahan bakar, upah

lembur, penanganan bahan baku, dan lain – lain ( Usry, 2002 : 43).

(38)

Biaya tetap bersifat konstan secara total dalam rentang yang

relevan. Contoh biaya overhead yang biasanya diklasifikasikan

sebagai biaya tetap, antara lain adalah, depresiasi, pajak property, gaji

satpam, dan lain – lain.

Beberapa jenis biaya memiliki elemen biaya tetap dan biaya

variabel. Jenis biaya semacam ini disebut biaya semivariabel.

Contohnya adalah biaya listrik, biaya pemeliharaan dan perbaikan

mesin, pemanasan dan generator, dan lain – lain.

2. 2. 2. 2. 3 Biaya Berdasrakan Hubungannya dengan Departemen

Terdiri atas biaya departemen produksi dan departemen jasa.

Departemen produksi dalam bisnis jasa merupakan departemen yang

memiliki kontak langsung dengan klien, sedangkan departemen jasa

diberikan untuk keuntungan departemen lain dan tidak secara

langsung terlibat dalam proses produksi, misalnya perpustakaan (

Usry, 2002 : 45).

2. 2. 2. 2. 4 Biaya Berdasarkan Hubungannya dengan Periode Akuntansi

Dalam hubungannya dengan periode akuntansi, biaya dapat

diklasifikasikan sebagai pengeluaran modal (capital expenditure) dan

pengeluaran pendapatan (revenue expenditure). Pengeluaran modal

ditujukan untuk meberikan manfaat di masa depan dan dilaporkan

(39)

manfaat untuk periode saat ini dan dilaporkan sebagai beban ( Usry,

2002 : 47).

2. 2. 2. 2. 5 Biaya Berdasarkan Hubungannya dengan Keputusan, atau Evaluasi

Aturan lain biaya diferensial, biaya oportunitas, dan biaya

tertanam (sunk cost). Biaya diferensial merupakan salah satu nama

dari biaya yang relevan untuk suatu pilihan diantara banyak alternatif.

Sejumlah pendapatan atau manfaat lain yang mungkin hilang bila

alternatif tersebut diambil disebut biaya oportunitas. Sedangkan suatu

biaya yang telah terjadi dan oleh karenanya tidak relevan terhadap

pengambilan keputusan disebut biaya tertanam ( Usry, 2002 : 47)

2. 2. 2. 3 Metode Pembebanan Biaya

Pembebanan biaya secara akurat pada objek biaya adalah

sangatlah penting. Keakuratan merupakan suatu konsep yang relatif,

dan harus dilakukan dengan wajar serta logis terhadap penggunaan

metode pembebanan biaya. Pembebanan biaya yang tidak akurat akan

menyebabkan terjadinya distorsi, yaitu pembebanan biaya yang terlalu

tinggi atau terlalu rendah pada objek biaya. Pembebanan biaya yang

terdistorsi dapat menghasilkan keputusan yang salah dan evaluasi yang

(40)

Hubungan antara biaya dan objek biaya dapat digali untuk

membantu meningkatkan keakuratan pembebanan biaya. Hansen dan

Mowen (2006 : 38) memaparkan tiga metode pembebanan biaya :

1. Penelusuran langsung

Penelusran langsung adalah proses pengidentifikasian dan

pembebanan biaya yang berkaitan secara khusus dan fisik dengan

suatu objek. Metode ini bergantung pada hubungan sebab akibat

yang dapa dialami secara fisik.

2. Penelusuran penggerak

Penelusran penggerak adalah untuk membebani biaya ke objek

biaya, yaitu faktor penyebab yang dapat diamati dan yang

mengukur konsumsi sumber daya objek biaya. Keakuratan metode

ini tergantung pada kualitas hubungan sebab akibat yang

digambarkan oleh penggerak.

3. Alokasi

Alokasi merupakan pembebanan biaya tidak langsung ke objek

biaya. Oleh karena tidak terdapat hubungan sebab akibat,

pengalokasian biaya tidak langsung didasarkan pada kemudahan

atau beberapa asumsi yang berhubungan. Salah satu keunggulan

metode ini adalah kemudahan dan rendahnya biaya implementasi.

(41)

pembebanan biayanya paling rendah, dan penggunaannya harus

seminimal mungkin atau sedapat mungkin dihindari.

Gambar 2. 3 : Metode Pembebanan Biaya

Sumber : Hansen dan Mowen. 2009. Akuntansi Manajemen. Edisi 8. Terjemahan. Salemba Empat. Hlm. 54

2. 2. 3 Pengertian Biaya Produksi

Di dalam perusahaan industri biaya produksi merupakan unsur

yang penting, karena merupakan pos yang paling penting dari seluruh

biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. Menurut Mulyadi (1983 : 14)

biaya produksi adalah biaya – biaya yang terjadi untuk mengolah bahan

baku menjadi produk jadi yang siap dijual.

Biaya Sumber Daya

Alokasi Penelusuran

Langsung

Asumsi Hubungan Hubungan Sebab

Akibat Penelusuran

Penggerak

Pegamatan Fisik

(42)

Biaya produk adalah pembebanan biaya yang mendukung tujuan

manajerial yang spesifik. Jadi, arti biaya produk tergantung pada tujuan

manajemen yang berusaha dicapai. Untuk mendukung tujuan ini,

manajemn memerlukan informasi terutama tentang semua pendapatan

dan biaya yang berhubungan dengan suatu produk. Dalam hal ini rantai

nilai biaya produk sesuai untuk menilai profitabilitas strategis ( Hansen

dan Mowen. 1999 : 43 ).

Value Chain (rantai nilai) yang dimiliki suatu badan usaha

melekat dengan urutan aktivitas – aktivitas yang luas yang disebut

sebagai value system (Porter, 1994). Pihak pemasok tidak hanya

mengirimkan barang, tetapi juga dapat mempengaruhi kinerja badan

usaha lewat beberapa cara.

Aktivitas nilai yang ada dalam value chain dihubungkan oleh

suatu linkages. Linkages ini merupakan keterkaitan antar bagaiman

aktivitas nilai ini dipengaruhi oleh biaya atau kinerja aktivitas yang lain.

Linkages seringkali mrupakan sumber keunggulan kompettitif yang

dimilikioleh badan usaha (Porter, 1994 : 48).

Dari definisi di atas menyatakan bahwa linkages mencerminkan

adanya kebutuhan untuk mengkoordinasikan aktivitas – aktivitas yang

dilakukan dalam badan usaha. Contohnya, pengiriman barang dengan

tepat waktu memerlukan koordinasi aktivitas – aktivitas bagian operasi,

(43)

badan usaha mencapai keunggulan kompetitif tergantung bagaimana

badan usaha tersebut mengatur aktivitas – aktivitas yang dilakukan agar

dapat saling menunjang satu sama lain.

Gambar 2. 4 : Aktivitas Value Chain di dalam suatu perusahaan

Sumber : Hansen. Mowen. 1999. Akuntansi Manajemen. Hlm. 44

Dalam kaitannya dengan memanfaatkan internal linkages

tersebut, Hansen dan Mowen memberi contoh sebagi berikut ; aktivitas

desain berhhubungan erat dengan aktivitas layanan konsumen. Apabila

desain produk dibuat sedemikian rupa sehingga hanya sedikit suku

cadang yang dibutuhkan, maka aktivitas layanan konsumenmejadi lebih

mudah dilaksanakan karena dengan memproduksi barang yang

membutuhkan sedikit suku cadang, produk cacat dapat dikurangi

sehingga aktivitas layanan konsumen dapat dikurangi.

Melayani

Mendistribusikan Memproduksi

Mengembangkan

(44)

Value Chain merupakan aktivitas – aktivitas yang dilakukan

oleh badan usaha dan bagaimana aktivitas – aktivitas tersebut

berinteraksi satu sama lain. Value Chain ini sangat berguna untuk

menganalisa sumber keunggulan kompetitif.

Setiap badan usaha memiliki sekumpulan aktivitas yang

dilakukan untuk mendesain, memproduksi, memasarkan, mengirimkan,

dan mendukung produk yang dihasilkan oleh badan usaha tersebut.

semua aktivitas ini dapat diwakili dengan menggunakan sebuah Vale

Chain (rantai nilai) yang terdiri dari value activities dan margin.

Menurut Atkinson (1995: 45) aktivitas – aktivitas dalam rantai

dibedakan menjadi :

1. Input activity or activities related to getting ready to make a

product

Meliputi penelitian dan pengembangan, perekrutan dan pelatihan

karyawan, pembelian bahan baku, komponen dan peralatan.

2. Processing activites or activity related to making a product

Meliputi pengoperasian mesin, produksi, penanganan barang dalam

proses dan inspeksi.

3. Ouput activities related to dealing with a customer

Meliputi aktivitas penjualan, layanan konsumen dan distribusi

(45)

2. 2. 3. 1 Pengertian Efisiensi Biaya Produksi

Menurut Bhayangkara, (2008 : 13) efisiensi berhubungan

dengan bagaimana perusahaan melakukan operasinya, sehingga dicapai

optimalisai penggunaan sumber daya yang dimiliki. Efisiensi berhubungan

dengan metode kerja perusahaan. Dalam kaitannya dengan konsep input –

process – output, efisiensi adalah rasio antara output dan input. Dengan

kata lain efisiensi membandingkan seberapa besar output yang dihasilkan

dengan menggunakan sejumlah input tertentu yang dimiliki oleh

perusahaan. Sehingga metode kerja yang baik akan dapat memandu proses

operasi berjalan dengan mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang

dimiliki oleh perusahaan. Jadi efisiensi merupakan ukuran proses yang

menghubungkan antara input dan output dalam operasiona perusahaan.

Karena efisiensi merupakan ukuran dalam membandingkan

penggunaan masukan (input) yang direncanakan dengan realisasi

penggunaan masukan, maka jika masukan yang sebenarnya digunakan

makin besar penghematannya, maka tingkat efisiensinya semakin tinggi,

dan sebaliknya. Efisiensi berorientasi pada masukan, sedangkan masalah

output kurang menjadi perhatian utama. Sehingga efisiensi biaya produksi

merupakan kegiatan penghematan biaya – biaya yang terjadi untuk

mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap dijual

(46)

2. 2. 3. 2 Elemen - elemen Biaya Produksi

Menurut Al Haryono Jusuf (1987 : 158) dalam Emi Ristiga

(2009 : 34), biaya produksi terdiri atas tiga elemen, yaitu :

1. Biaya bahan baku

Adalah harga pokok bahan bakuyang diolah dalam proses produksi.

Contoh : bahan baku untuk suatu perusahaan tekstil adalah kain.

2. Biay tenaga kerja langsung

Adalah biaya tenaga kerja yang dapat diidentifikasikan secara langsung

terhadap produk tertentu. Contoh : biaya untuk jasa – jasa yang secara

langsung mengerjakan bahan baku.

3. Biaya overhead pabrik

Adalah semua biaya produksi selain dari biaya tenaga kerja langsung.

Contoh : biaya bahan penolong, biay tenaga kerja tak langsung.

2. 2. 4 Definisi Sistem Perhitungan Biaya Tradisional

Sistem perhitungan biaya tradisional membebankan biaya dari

bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung ke produk dengan

menggunakan penelusuran langsung. Sedangkan biaya overhead

dibebankan dengan menggunakan penelusuran penggerak dan alokasi.

Secara spesifik, perhitungan ini menggunakan penggerak aktivitas

tingkat unit untuk membebankan biaya overhead ke produk. Penggerak

(47)

dalam biaya seiring dengan perubahan jumlah unit yang diproduksi.

Penggerak tingkat unit yang pada umumnya digunakan untuk

membebankan overhead meliputi uni yang diproduksi, jam tenaga kerja

langsung, biaya tenaga kerja langsung, jam mesin, ataupun biaya bahan

baku langsung.

Setelah pemilihan penggerak tingkat unit, langkah selanjutnya

adalah menentukan kapasitas aktivitas yang diukur penggerak. Hansen

dan Mowen (2006 : 107) menggolongkan empat level kapasitas aktivitas

:

1. Kapasitas aktivitas yang diharapkan, yaitu output aktivitas yang

diharapkan perusahaan dapat tercapai pada tahun yang akan datang.

2. Kapasitas aktivitas normal, yaitu output aktivitas rata – rata yang

dialami perusahaan dalam jangka panjang (volume normal dihitung

lebih dari satu periode).

3. Kapasitas aktivitas teoritis, yaitu output aktivitas maksimum secara

absolut yang dapat direalisasikan dengan berasumsi bahwa semua

beroperasi secara sempurna.

4. Kapasitas aktivitas praktis, yaitu output maksimum yang dapat

diwujudkan jika semuanya berjalan secara efisien.

Hansen, Mowen (2009 : 161), pembebanan overhead

berdasarkan penggerak tingkat unit dapat menggunakan :

(48)

Perhitungan ini terdiri atas dua tahap. Pertama, biaya overhead yang

dianggarkan akan diakumulasi menjadi satu kesatuan untuk

keseluruhan pabrik. Biaya overhead dibebankan secara langsung ke

satuan biaya tersebut dengan menambahkan seluruh biaya overhead

yang diperkirakan muncul dalam satu tahun. Selanjutnya, tarif

keseluruhan pabrik dihitung dengan menggunakan penggerak tingkat

unit (misalnya jam tenaga kerja langsung). Biaya overhead

dibebankan ke produk dengan cara mengalikan tarif dengan jumlah

total jam tenaga kerja langsung yang digunakan. Biaya per unit suatu

produk dihitung dengan menjumlahkan total biaya utama produk ke

biaya overhead yang dibebankan, dan kemudian membagi total biaya

tersebut dengan unit yang diproduksi.

2. Tarif departemen

Tarif overhead departemen juga terdiri atas dua tahap. Pada tahap

pertama, biaya overhead keseluruhan pabrik dibagi dan dibebankan ke

setiap departemen produksi, dan membentuk kesatuan biaya overhead

departemen. Ketika biaya dibebankan ke tiap departemen produksi,

penggerak berdasarkan unit digunakan untuk menghitung tarif

departemen. Produk yang diproses oleh berbagai departemen

diasumsikan mengkonsumsi sumber daya overhead sesuai proporsi

penggerak berdasarkan unit departemen. Pada tahap kedua, overhead

dibebankan ke produk dengan mengalikan tarif departemen dengan

(49)

memperhitungkan kemungkinan, sementara tarif keseluruhan pabrik

tidak memperhitungkannya karena menggunakan rata – rata.

Biaya per unit suatu produk dihitung dengan menjumlahkan total

biaya utama produk ke biaya overhead yang dibebankan, dan

kemudian membagi total biaya tersebut dengan unit yang diproduksi.

2. 2. 4. 1 Kelemahan Sistem Perhitungan Biaya Tradisional

Horngren dkk (1994 : 194) mengatakan pendekatan

tradisional sering menggunakan terlalu sedikit pusat biaya langsung,

sehingga alokasi biaya memiliki rata – rata yang sangat luas. Hasil

perhitungan mengenai harga pokok akan menyebabkan manajer membuat

keputusan yang salah mengenai aktivitas., produk, atau konsumen.

Menurut Hansen dan Mowen (2006) terdapat dua faktor

utama yang menyebabkan ketidakmampuan tarif keseluruhan pabrik dan

departemen berdasarkan unit, untuk membebankan biaya overhead secara

tepat : (1) proporsi biaya ooverhead yang tidak berkaitan dengan unit

terhadap total biaya overhead adalah besar, dan (2) tingkat

keanekaragaman produk adalah besar.

Mulyadi dalam Setyadi (2003) secara rinci menguraikan

kelemahan sistem akuntansi biaya tradisional sebagai berikut :

1. Akuntansi biaya tradisional didesain untuk perusahaan manufaktur,

sehingga dengan akuntansi biaya tradisonal perusahaan dagang dan

(50)

merencanakan dan mengimplementasikan program pengurangan

biaya (cost reduction) dan perhitungan object cost secara akurat.

2. Fokus akuntansi biaya tradisional adalah hanya pada biaya produksi,

sehingga biaya- biaya di luar produksi yang jumlahnya mulai

signifikan tidak mendapat perhatian memadai dari manajemen.

3. Fokus akuntansi biaya tradisional adalah penyediaan informasi biaya

bagi pihak luar perusahaan, sehingga manajemen tidak memperoleh

informasi biaya untuk pengelolaan perusahaan dan informasi tentang

biaya produk yang akurat.

4. Pengendalian biaya melalui akuntansi biaya tradisional hanya

difokuskan terhadap biaya produksi, lebih spesifik lagi terhadap

biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Sehingga sistem

pengendalian biaya seperti itu menjadi tidak fit untuk perusahaan

yang memiliki biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung yang

proporsinya tidak signifikan dibandingkan dengan total biaya

pembuatan produk.

5. Pengaitan biaya dengan responsible manager dan pembandingan

antara biaya sesungguhnya dengan biaya yang dianggarkan per puast

pertanggungjawaban serta analisis terhadap penyimpangan biaya

yang terjadi tidak dapat menunjukkan penyebab terjadinya

penyimpangan biaya yang terjadi.

6. Akuntansi biaya tradisional menggunakan allocation intensive dalam

(51)

dihasilkan tidak akurat karena alokasi menggunakan dasar yang

bersifat sembarang (tanpa hubungan sebab akibat).

7. Dalam lingkungan bisnis yang di dalamnya customer lebih

mendominan, biaya – biaya yang berkaitan dengan pilihan pelanggan

menjadi meningkat, seperti biaya set up mesin karena bervariasinya

pesanan dari pelanggan, dan biaya perubahan desain karena sifat

pelanggan yang semakin pemilih. Peggunaan hanya volume – related

driver dalam membebankan biaya overhead pada produk menjadikan

perhitungan biaya overhead yang dibebankan pada produk menjadi

tidak akurat.

8. Akuntansi biaya tradisional tidak fit untuk menghadapi lingkungan

bisnis yang kompleks dan kompetitif, karena hanya mampu

menghasilkan laporan biaya dengan dimensi tunggal (single

dimensional cost report). Lingkungan bisnis sekarang ini

membutuhkan multidimensional cost report.

9. Akuntansi biaya tradisional didesain pada jaman pengelolaan data

akuntansi masih manual, sehingga informasi akuntansi hanya dapat

dimanfaatkan oleh manajemen puncak dan pihak luar perusahaan

melalui laporan akuntansi yang disajikan oleh fungsi akuntansi.

Informasi akuntansi biaya tradisional memiliki karakteristik berupa

informasi agregasian, hanya bersifat keuangan, dan berdimensi

(52)

2. 2. 5 Definisi Activity Based Costing (ABC)

“ Activity Based Costing system (ABC system) adalah sistem

informasi biaya yang berorientasi pada penyediaan informasi lengkap

tentang aktivitas untuk memungkinkan personel perusahaan melakukan

pengelolaan terhadap aktivitas. Sistem informasi ini menggunakan

aktivitas sebagai basis serta pengurangan biaya dan penentuan secara

akurat kos produk atau jasa sebagai tujuan. Sistem informasi ini dapat

diterapkan dalam perusahaan manufaktur, jasa, ataupun dagang.”

(Mulyadi, 2007 : 40)

Hansen dan Mowen (2006) mengatakan bahwa sistem biaya

berdasarkan aktivitas pertama – tama menelusuri biaya aktivitas dan

kemudian produk.

2. 2. 5. 1 Sejarah Activity Based Costing (ABC)

Mulyadi (2007 : 799) mennyebutkan ABC diujicobakan pada

awal tahn 1990-an di USA. Sudah lebih dari lima belas tahun ABC

diperkenalkan di Indonesia bahkan beberapa perusahaan telah

mengimplementasikannya. Namun, sedikit sekali perusahaan Indonesia

yang telah mengimplementasikan ABC dengan berhasil, yaitu mampu

memanfaatkan informasi yang dihasilkan oleh ABC dalam pengurangan

(53)

Konsep tentang ABC pun berbah seiring dengan perkembangan

implementasi ABC itu sendiri. Mulyadi (2007 : 800) juga menyebutkan

bahwa pada tahap awal perkembangannya, ABC dimanfaatkan untuk

memperbaiki kecermatan perhitungan cost produk dalam perusahaan –

perusahaan manufaktur yang menghasilkan banyak jenis produk.

Masalah yang dihadapi perusahaan yang menghasilkan banyak jenis

produk adalah pada pembebanan biaya overhead pabrik ke berbagai jenis

produk yang dihasilkan perusahaan. Akuntansi biaya tradisional hanya

menggunakan volume – related drivers untuk membebankan biaya

overhead pabrik ke produk, sehingga cost produk yang dihasilkan

menjadi tidak akurat. ABC menawarkan dasar pembebanan yang lebih

bervariasi, seperti batch – related drivers, product – sustaining drivers,

dan facility – sustaining drivers untuk membebankan biaya overhead ke

berbagai jenis produk yang dihasilkan perusahaan. Dengan berbagai

drivers yang sesuai dengan jenis produk yang dihasilkan, ABC dapat

menghasilkan informasi cost produk yang lebih akurat, sehingga

memungkinkan manajemen mengambil keputusan tentang harga jual dan

melakukan analisis dan melakukan analisis profitabilitas setiap jenis

produk.

Pada perkembangan selanjutnya, ABC tidak lagi terbatas

pemanfaatannya hanya untuk menghasilkan informasi cost produk yang

(54)

personel dalam melakukan improvement terhadap proses yang digunakan

oleh perusahaan untuk menghasilkan produk atau jasa bag pelanggan.

Jika pada tahap awal perkembangannya, ABC hanya difokuskan

pada biaya overhead pabrik, pada perkembangan selanjutnya, ABC

diterapkan ke semua biaya. ABC menggunakan aktivitas sebagai titik

pusat (focal point) untuk mempertanggungjawabkan biaya. Oleh karena

aktivitas tidak hanya dijumpai di perusahaan manufaktur, maka ABC

dapat dimanfaatkan di berbagai jenis organisasi dan mencakup biaya di

luar produksi.

2. 2. 5. 2 Konsep Activity Based Costing (ABC)

Menurut Mulyasi (2007 : 804), terdapat dua keyakinan dasar

yang melansadi konsep ABC, yaitu :

1. Cost is caused. Biaya ada penyebabnya dan penyebab biaya adalah

aktivitas. Dengan demikian, pemahaman yang mendalam tentang

aktivitas yang menjadi penyebab timbulnya biaya akan menempatkan

personel perusahaan pada posisi dapat mempengaruhi biaya. ABC

system berangkat dari keyakinan dasar bahwa sumber daya

menyediakan kemampuan untuk melaksanakan aktivitas, bukan

sekedar menyebabkan timbulnya biaya yang harus dialokasikan.

2. The causes of cost can be managed. Penyebab terjadinya biaya

(aktivitas) dapat dikelola. Melalui pengelolaan terhadap aktivitas yang

(55)

mempengaruhi biaya pengelolaan terhadap aktivitasdengan bantuan

dari berbagai informasi tentag aktivitas.

Gambar 2. 5 : Falsafah yang Melandasi ABC System

Titik Pusat ABC System

Penyebab biaya dapat dikelola melalui (ABM)

Sumber : Mulyadi. ABC System. UPP STIM YKPN. 2007

2. 2. 5. 3 Identifikasi Aktivitas

Fokus dalam sistem ABC adalah aktivitas, maka identifikasi

aktivitas merupakan langkah pertama dalam mendesain sistem ABC.

Aktivitas merupakan suatu unit dasar pekerjaan yang dilaksanakan dalam

sebuah organisasi atau tindakan dalam suatu organisasi, sehingga

pengidentifikasian aktivitas berarti mengumpulkan dan mendaftar

pekerjaan atau tindakan yang dilakukan dalam perusahaan yang

melibatkan konsumsi sumber daya. Data tentang aktivitas didapatkan

dengan mewawancarai manajer atau wakil dari area kerja fungsional.

Setelah menyusun daftar aktivitas, yang dilakukan selanjutnya adalah

Sumber

daya

aktivitas Cost

object

(56)

menentukan atribut aktivitas yang digunakan untuk menjelaskan dan

menggolongkan aktivitas. Atribut aktivitas merupakan informasi

keuangan dan non keuangan yang menggambarkan aktivitas individual.

Atribut apa yang digunakan tergantung pada tujuannya. Misalkan, jika

tujuannya adalah untuk mengkalkulasi biaya produk, atribut aktivitas

yang dipilih meliputi jenis sumber daya yang dipakai, jumlah waktu yang

dibutuhkan pekerja untuk menyelesaikan suatu aktivitas, dan lain – lain.

Untuk tujuan menghitung biaya produk, atribut aktivitas

digunakan untuk menggolongkan aktivitas – aktivitas terkait ke dalam

kelompok – kelompok yang menjadi dasar bagi penggolongan biaya yang

homogen. Aktivitas dapat dikelompokkan ke dalam kelompok sejenis

berdasarkan karakter yang sama (Hansen, Mowen, 2006), yaitu : (1)

mereka secara logis berhubungan, dan (2) memiliki resiko konsumsi

yang sama terhadap semua produk. Kumpulan dari biaya overhead yang

berhubungan dengan masing – masing kelompok aktivitas disebut

kesatuan biaya sejenis. Begitu kesatuan biaya ditentukan, biaya per unit

dari penggerak aktivitas terpilih dihitung dengan membagi biaya

kelompok dengan kapasitas praktis penggerak aktivitas, disebut juga

(57)

2. 2. 5. 4 Klasifikasi Aktivitas

Pada pembentukan kumpulan aktivitas yang berhubungan,

Hansen dan Mowen (2006) mengklasifikasikan aktivitas ke dalam empat

kategori umum :

1. Aktivitas tingkat unit

Merupakan aktivitas yang dilakukan setiap kali suatu unit diproduksi.

Biaya aktivitas tingkat unit bervariasi dengan jumlah unit yang

diproduksi. Contohnya, bahan baku dan aktivitas tenaga kerja

langsung, permesinan, dan peralatan.

2. Aktivitas tingkat batch

Merupakan aktivitas yang dilakukan setiap suatu batch produk

diproduksi. Biaya aktivitas tingkat batch bervariasi dengan jumlah

batch, tetapi bersifat tetap terhadap jumlah unit pada setiap batch.

Contohnya, jadwal produksi, penyetelan, penanganan bahan, dan lain

– lain.

3. Aktivitas tingkat produk

Merupakan aktivitas yang dilakukan bila diperlukan untuk

mendukung berbagai produk yang diproduksi oleh perusahaan.

Aktiivitas ini mengkonsumsi input yang mmengembangkan produk

atau memungkinkan produk untuk diproduksi atau dijual, dan

cenderung meningkat sejalan dengan peningkatan jenis produk yang

(58)

4. Aktivitas tingkat fasilitas

Merupakan aktivitas yang menopang proses umum produksi suatu

pabrik. Aktivitas tersebut memberi manfaat bagi organisasi pada

bebagai tingkat, namun tidak memberikan manfaat pada setiap produk

secara spesifik. Contohnya, manajemen pabrik, depresiasi gedung, tata

letak.

2. 2. 5. 5 Penentuan Activity Cost Drivers

Cost Drivers merupakan suatu faktor yang menyebabkan

konsumsi sumber daya oleh aktivitas suatu produk. Metode ABC

menggunakan lebih banyak Cost Drivers untuk menelusuri biaya

aktivitas produksi dalam suatu proses produk yang menyerap sumber

daya yang digunakan dalam aktivitas yang bersangkutan.

Menurut Cooper (1991) dalam Sudiarsana (2001) dalam

Ardiansyah (2010), terdapat faktor yang perlu dipertimbangkan dalam

memilih cost drivers :

1. Biaya pengukuran cost driver (cost measurement).

2. Korelasi antara cost driver yang dipilih dengan konsumsi aktual

aktivitas (degree of corelation).

3. Perilaku yang disebabkan oleh penggunaan cost driver (behavior

(59)

Sedangkan faktor – faktor yang harus dipertimbangkan dalam

penggunaan multiple cost driver menurt Cooper (1991) dalam Sudiarsana

(2001) dalam Ardiansyah (2010 : 29) adalah :

1. Tingkat keakuratan yang diharapkan dari biaya produk yang

dilaporkan. Semakin tinggi tingkat keakuratan yang diharapkan maka

semakin banyak cost driver yang dibutuhkan.

2. Tingkat keanekaragaman produk. Semakin besar tingkat

keanekaragaman produk maka semakin banyak cost driver yang

dibutuhkan.

3. Biaya relatif aktivitas yang berbeda. Semakin besar jumlah aktivitas

yang mewakili proporsi yang signifikan dari total biaya produk maka

semakin banyak cost driver yang dibutuhkan.

4. Tingkat keanekaragaman volume. Semakin besar lingkup ukuran

suatu batch maka semakin banyak cost driver yang dibutuhkan.

5. Penggunaan cost driver yang berkaitan secara tidak sempurna.

Semakin rendah korelasi cost driver dengan konsumsi aktual suatu

aktivitas maka semakin banyak cost driver yang dibutuhkan.

2. 2. 5. 6 Manfaat Activity Based Costing (ABC)

Rayburn (1999) menyebutkan beberapa keunggulan ABC

sebagai berikut :

1. ABC memperbaiki distorsi yang melekat dalam informasi biaya

(60)

penggerak yang dilakukan oleh volume. ABC lebih jauh mengakui

hubungan sebab akibat antara penggerak biaya dengan kegiatan.

2. ABC menawarkan bantuan dalam memperbaiki proses kerja dengan

menyediakan informasi yang lebih baik untuk membantu

mengidentifikasi kegiatan yang membutuhkan banyak pekerjaan,

sehingga berguna bagi perusahaan dengan biaya overhead yang tinggi,

produk yang beragam, dan berbagai macam ukuran batch pelaksanaan

produksi.

3. Informasi ABC mendorong perusahaan mengevaluasi kegiatan untuk

mengetahui mana yang tidak bernilai dan dapat dieliminasi.

4. Sistem ABC menyediakan data yang relevan, dengan syarat biaya

setiap kegiatan adalah sejenis dan benar – benar proporsional terhadap

penggerak biaya.

2. 2. 5. 7 Kendala Activity Based Costing (ABC)

Dalam Ardiansyah ( 2010 : 31) Penggunaan metode ABC ini

juga memiliki kendala sehingga manajer harus menperhatikan :

1. Alokasi

Beberapa biaya membutuhkan alokasi ke departemen atau produk

berdasarkan ukuran volume yang arbiter sebab tidak dapat ditemukan

aktivitas yang dapat menyebabkab biaya tersebut. Misalkan, gaji

(61)

2. Mengabaikan biaya

Biaya produk dan jasa yang diidentifikasi metode ABC cenderung

tidak mencakup seluruh biaya yang berhubungan dengan produk atau

jasa tersebut. Beberapa biaya, seperti biaya aktivitas pemasaran,

pengiklanan, penelitian dan pengembangan, tidak termasuk biaya

produk karena menurut prinsip akuntansi yang berlaku umum untuk

pelaporan keuangan mengharuskan biaya tersebut diberlakukan

sebagai biaya periodik.

3. Mahal dan menghabiskan waktu

Sistem ABC membutuhkan banyak waktu dan tidak murah untuk

dikembangkan dan dilaksanakan.

2. 2. 6 Perbedaan Sistem Perhitungan Biaya Tradisional dengan Activity Based Costing (ABC)

Warindrani (2006) dalam Ardiansyah (2010) merinci adanya

(62)

Tabel 2. 1 : Perbedaan Metode Tradisional dengan ABC

Tradisional Kontemporer (ABC)

Pemicu biaya : unit (unit level activity

drivers)

Pemicu aktivitas atas dasar unit merupakan

faktor yang menyebabkan biaya ketika

jumlah unit yang dihasilkan berubah.

Biaya overhead berubah secara

proporsional dengan unit pengukur selain

volume.

Pemicu biaya yang digunakan : unit

diproduksi, jam kerja langsung, biaya

tenaga kerja langsung, jam mesin, biaya

bahan baku.

Jumlah pemicu biaya yaitu yang

didasarkan pada unit dan non unit dan

didasarkan pada hubungan sebab akibat.

Macam : tarif tunggal dan tarif berbeda

yang berlaku untuk tiap departemen.

Macam : metode ABC

Hanya menyediakan informasi biaya. Disamping menyediakan informasi biaya

juga kinerja aktivitas.

(63)

2. 3 Model Analisis

Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

Gambar 2. 7 : Model Analisis

Cement Retarder

Kesimpulan Sumber daya, aktivitas

pembuatan, data.

Alokasi berdasarkan

cost driver Activity Based Cost

System (ABC)

Sistem perhitungan biaya tradisional

Tarif berdasarkan kebijakan Manajemen

Gambar

Tabel 1. 1 : Biaya produksi Cement Retarder
Gambar 2.1 : Model Operasional Akuntansi Manajemen
Gambar 2. 2 : Penggolongan Informasi Akuntansi Manajemen
Gambar 2. 3 : Metode Pembebanan Biaya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Kegiatan Bermain Terhadap Peningkatan Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak Usia Dini di PAUD Muslimat NU 45 Desa Ampel Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember

Penelitian kuantitatif menekankan analisis data pada numerical atau angka, maka data yang diperoleh untuk mempermudah dalam analisis.Pada penelitian ini, data yang

Etapaz etapa, kapitalismoaren eta demokraziaren arteko harremanak aldatzen joan dira, horietako bakoitzean ondorio ekonomiko konkretu batzuk ikus daitezkeelarik, eta

Hasil dari penelitian ini ialah bahwa bentuk penyertaan dalam tindak pidana perkosaan oleh anak dan terhadap anak pada Putusan Nomor 5/Pid.Sus- Anak/2016/PN Kln

Hal ini berarti hipotesis 1, hipotesis 2b, hipotesis 2d, dan hipotesis 3 tidak didukung, yang berarti bahwa data empiris yang ada tidak sesuai dengan prediksi yaitu motivasi

Pada studi kasus ini, penulis melakukan pengamatan terhadap pilihan yang efisien biaya dan biaya pelaksanaan pada dua jenis pondasi dalam sebagai bagian

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi, dimana dalam teknik ini video klip She Keeps Me Warm akan diamati setiap adegan

MENGIKUTI ATURAN EJAAN YANG DISEMPURNAKAN (EYD), FONT TIMES NEW ROMAN, BOLD 12 POINT, KATA ASING DITULIS DENGAN HURUF ITALIC TIDAK LEBIH DARI 15 KATA.. PEMBIMBING II Sebagai