USULAN PENELITIAN
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur
Untuk Menyusun Skripsi S-1 Program Studi Akuntansi
Diajukan oleh :
NUR ARINI PUJI LESTARI
0813010180 / FE / EA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Diajukan oleh :
NUR ARINI PUJI LESTARI
0813010180 / FE / EA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
DI PT PETROKIMIA GRESIK
yang diajukan oleh:
NUR ARINI PUJI LESTARI
0813010180 / FE / EA
Telah disetujui untuk diseminarkan oleh
Pembimbing Utama
RINA MUSTIKA, SE, MM Tanggal : …………...
Mengetahui
Ketua Program Studi Akuntansi
DR. SRI TRISNANINGSIH, SE, MSI
DI PT PETROKIMIA GRESIK
yang diajukan oleh:
NUR ARINI PUJI LESTARI
0813010180 / FE / EA
telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh
Pembimbing Utama
RINA MUSTIKA, SE, MM Tanggal : …………...
Mengetahui
Ketua Program Studi Akuntansi
DR. SRI TRISNANINGSIH, SE, MSI
EFISIENSI BIAYA PRODUKSI PADA PRODUK CEMENT RETARDER DI PT PETROKIMIA GRESIK
Yang diajukan
NUR ARINI PUJI LESTARI
0813010180 / FE / AK
disetujui untuk Ujian Lisan oleh :
Pembimbing Utama
RINA MUSTIKA, SE, MMA Tanggal : …………...
Mengetahui
Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi
DRS. RAHMAN AMRULLAH SUWAIDI, MS
SKRIPSI
Diajukan oleh :
NUR ARINI PUJI LESTARI 0813010180 / FE / EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
Disusun Oleh : Nur Arini Puji Lestari
0813010180/FE/EA telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur pada tanggal 14 Desember 2012
Pembimbing Utama Tim Penguji
Ketua
Rina Mustika, SE, MM Dr. Hero Priono, MSi, Ak
Sekretaris
Dra. Ec. Sari Andayani, M. Aks
Anggota
Rina Mustika, SE, MM
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Dengan mengucapkan puji syukur “ALHAMDULILLAH” atas Kehadirat
ALLAH SWT yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga saya
dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ANALISA PENERAPAN ABC
SYSTEM DALAM MENINGKATKAN EFISIENSI BIAYA PRODUKSI PADA PRODUK CEMENT RETARDER DI PT PETROKIMIA GRESIK.
Skripsi ini disusun dalam rangka untuk melengapi salah satu syarat guna
mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada fakultas ekonomi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Segala upaya penulis demi terselesainya skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan dan kerjasama dari berbagai macam pihak, oleh karena itu penulis
menyampaikan terima kasih atas kerjasama dan partisipasinya kepada :
1. Prof. DR. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak DR. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Drs. Rahman Amrullah Suwaidi, MS, selaku Pembantu Dekan I
Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
Timur.
4. Ibu DR. Sri Trisnaningsih, SE, MSi, selaku Ketua Jurusan Akuntansi FE
6. Bapak Sigit Pribadi, Bapak Eko dan Pak Jawad selaku pihak dari instansi
yang menjadi objek penelitian ini yang telah memberikan kerjasama yang
baik tanpa mempersulit proses analisis penelitian ini.
7. Seluruh Pengajar pada Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan
bekal ilmu pengetahuan selama penulis menuntut ilmu di bangku kuliah.
8. Ayah saya, Alm. Masyhuri dan Ibu saya, Hj. Rohimah yang telah merawat
dan mendidik saya selama ini berserta adik saya yang mengisi hidup
penulis dengan kasih sayang yang berlimpah serta tak luput memberi
dukungan materiil, moril, dan spiritual.
9. Seorang terkasih saya, Ali Roba yang selalu tulus menyayangi, setia
menemani, memberi semangat dikala penulis dalam keadaan susah dan
senang. Sehingga hidup penulis menjadi lebih berwarna.
10.Para sahabat-sahabat dan teman-teman saya yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu, yang tak hentinya memberi semangat dan dorongan
ketidaksempurnaan skripsi ini, masih terdapat manfaat bagi pembaca dan para
peneliti selanjutnya dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.
Surabaya, Desember 2012
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 6
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.4. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 8
2.2. Landasan Teori ... 12
2.2.1. Defininisi Akuntansi Manajemen ... 12
2.2.1.1. Tipe Informasi Akuntansi Manajemen ... 13
2.2.2. Definisi Biaya ... 15
2.2.2.1. Objek Biaya ... 16
2.2.2.2. Klasifikasi Biaya ... 16
2.2.2.2.1. Biaya Berdasarkan Hubungannya dengan Produksi .. 17
Akuntansi ... 18
2.2.2.2.5. Biaya Berdasarkan Hubungannya dengan Keputusan, atau Evaluasi ... 19
2.2.2.3. Metode Pembebanan Biaya ... 19
2.2.3. Pengertian Biaya – Biaya Produksi ... 21
2.2.3.1 Pengertian Efisiensi Biaya Produksi ... 25
2.2.3.2. Elemen – elemen Biaya Produksi ... 26
2.2.4. Definisi Sistem Perhitungan Biaya Produksi ... 26
2.2.4.1. Kelemahan Sistem Perhitungan Biaya Tradisional ... 29
2.2.5. Definisi Activity Based Costing (ABC) ... 32
2.2.5.1. Sejarah Activity Based Costing (ABC) ... 32
2.2.5.2. Konsep Activity Based Costing (ABC) ... 34
2.2.5.3. Identifikasi Aktivitas ... 35
2.2.5.4. Klasifikasi Aktivitas. ... 37
2.2.5.5. Penentuan Activity Cost Drivers. ... 38
2.2.5.6. Manfaat Activity Based Costing (ABC) ... 39
2.2.5.7. Kendala Activity Based Costing (ABC) ... 40 .
2.2.6. Perbedaan Sistem Perhitungan Biaya Tradisional dengan Activity Based Costing (ABC)... 41
3.3. Sumber Data dan Jenis Data ... 45
3.4. Prosedur Pengumpulan Data ... 46
3.5. Lokasi Penelitian ... 48
3. 6 Teknik Analisis ... 48
3. 7 Keakuratan Data ... 49
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 53
4.1.1. Profil PT Petrokimia Gresik ... 53
4.1.2. Visi dan Misi Perusahaan ... 55
4.1.3. Anak Perusahaan dan Perusahaan Patungan ... 55
4.1.4. Struktur Organisasi PT Petrokimia Gresik ... 57
4.1.5. Produk PT Petrokimia Gresik ... 57
4.1.6. Unit Produksi ( pabrik ) PT Petrokimia Gresik ... 58
4.1.7. Proses Produksi PT Petrokimia Gresik ... 59
4.1.8. Fasilitas Pendukung PT Petrokimia Gresik ... 60
4.1.9. Pengolahan Limbah di PT Petrokimia Gresik ... 61
41.10 Kebijakan Pengelolahan Lingkungan ... 62
4.2.3. Penentuan Harga Pokok Produksi Cement Retarder Oleh Perusahaan ... 65
4.2.3.1. Alur Proses Penyusunan Harga Pokok Produksi... 65
4.2.3.2. Tahap – tahap Perhitungan Biaya Produksi ... 67
4.2.4. Penentuan Harga Pokok Produksi dengan Metode Activity Based
Costing ... 75
4.2.5. Perbandingan Harga Pokok Produksi Pembuatan Cement Retarder
antara Metode Tradisional Costing dan Activity Based Costing ... 115
4.2.6. Evaluasi Perhitungan Harga Pokok Produksi pembuatan Cement
Retarder berdasarkan Activity Based Costing ... 116
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ... 117
5.2. Saran ... 118
DAFTAR PUSTAKA
Tabel 1.1. : Biaya Produksi Cement Retarder ... 5
Tabel 2.1. : Perbedaan Metode Tradisional dengan ABC ... 42
Tabel 3.1. : Main Research Question ... 51
Tabel 4.1. : Produk Pupuk PT Petrokimia Gresik ... 57
Tabel 4.2. : Produk Non Pupuk PT Petrokimia Gresik ... 58
Tabel 4.3. : Limbah PT Petrokimia Gresik dan Pengelolahannya ... 61
Tabel 4.4. : Data Kuantum Produksi Pabrik III tahun 2010 ... 63
Tabel 4.5. : Laporan Biaya Produksi Cement Retarder tahun 2010 ... 64
Tabel 4.6. : Contoh Pusat Biaya dengan Dasar Alokasinya ... 70
Tabel 4.7. : Pengalokasian Biaya ... 71
Tabel 4.8. : Daftar Sumber Daya ... 76
Tabel 4.9. : Identifikasi Resources Drivers ... 77
Tabel 4.10 : Daftar Aktivitas ... 78
Tabel 4.11. : Biaya yang Melekat pada Aktivitas ... 80
Tabel 4.12. : Rasio Konsumsi Aktivitas terhadap Biaya ... 87
Tabel 4.13. : Biaya Aktivitas ... 100
Tabel 4.14. : Identifikasi Pemicu Tiap Aktivitas ... 102
Gambar 2.1. : Model Operasional Akuntansi Manajemen ... 13
Gambar 2.2. : Penggolongan Informasi Akuntansi Manajemen ... 14
Gambar 2.3. : Metode Pembebanan Biaya ... 21
Gambar 2.4. : Aktivitas Value Chain di Dalam Suatu Perusahaan ... 23
Gambar 2.5. : Falsafah yang Melandasi ABC System ... 35
Gambar 2.6. : Model Analisis ... 43
Gambar 4.1. : Alur Proses Penyusunan Harga Pokok Produksi ... 66
Lampiran 1 : Struktur Organisasi Perusahaan
Lampiran 2 : Flow Chart Produksi Pabrik III
Lampiran 3 : Laporan Biaya Produksi Pabrik III
Lampiran 4 : Kuantum Produksi Pabrik III
Lampiran 5 : Jawaban Atas Main Research Question
Lampiran 6 : Foto Dokumentasi
Lampiran 7 : Berita Acara Facsimile PT Petrokimia Gresik
xiii By :
Nur Arini Puji Lestari
Abstract
Overhead loading method generally still use traditional fare calculation department. However, the current shift in the cost structure where overhead costs have a greater proportion and could be larger than the component - a component of other direct production costs.As a result, traditional methods are not able to contribute meaningfully in the allocation - allocation of costs directly related to the production of any product. So it is possible the distortion costs,ultimately cost information given was inaccurate.For this reason, the method of activity-based costing (Activity Based Costing) is present as an alternative, which in this method, the activity that caused the costs and activity costs are allocated to cost objects on the basis of the cost of activities consumed. So it can help improve the accuracy of the information production costs. The purpose of this study was to provide an overview of the calculation of Cost of Production is more precise and accurate.
The main object of this study is the calculation of Cost of Production Cement Retarder products produced by the Plant III in PT Petrokimia Gresik. Included in this type of research kualitatf descriptive analysis techniques research is, identify the stages of the production process along with activities and resources, perform calculations Cost of Production Activity Based Costing method, then compare those costs with the method performed at the discretion of company management.
After doing the above analysis, the researchers found that for the calculation of HPP products Cement retarder PT Petrokimia Gresik still use the traditional concept of rate department. After compared with the calculation of ABC on the author, it turns out there is a difference in cost between the two.The calculation of the company can cause distortion and accuracy of charging fees that are less precise. As for the concept of ABC, which use more cost driver to allocate overhead costs to products more accurately. Because according to consumption activity costs to each product
Nur Arini Puji Lestari
Abstrak
Metode pembebanan biaya overhead pada umumnya masih menggunakan perhitungan tradisional tarif departemen. Namun saat ini struktur biaya mengalami pergeseran dimana biaya overhead memiliki proporsi yang semakin besar dan bisa menjadi lebih besar
dibandingkan komponen – komponen biaya produksi langsung lainnya. Akibatnya, metode
tradisional tidak dapat memberikan sumbangsih berarti dalam alokasi – alokasi biaya yang
berkaitan langsung dengan produksi terhadap setiap produk. Sehingga sangat memungkinkan terjadinya distorsi biaya, akhirnya informasi biaya yang diberikan pun kurang akurat. Untuk itulah, metode perhitungan biaya berdasarkan aktivitas ( Activity Based Costing ) hadir sebagai alternatif, dimana dalam metode ini, aktivitas yang menyebabkan biaya dan biaya aktivitas harus dialokasikan ke objek biaya dengan dasar aktivitas biaya tersebut dikonsumsikan. Sehingga dapat membantu memperbaiki informasi keakurasian biaya produksi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberi gambaran tentang perhitungan Harga Pokok Produksi yang lebih tepat dan Akurat.
Objek utama penelitian ini adalah perhitungan Harga Pokok Produksi produk Cement Retarder yang diproduksi oleh Pabrik III di PT Petrokimia Gresik. Termasuk dalam jenis penelitian kualitatf deskriptif, teknik analisis penelitian yang dilakukan adalah, mengidentifikasi tahapan proses produksi beserta aktivitas dan sumber dayanya, melakukan perhitungan Harga Pokok Produksi dengan metode Activity Based Costing, kemudian membandingkan biaya tersebut dengan metode yang dilakukan sesuai kebijakan manajemen perusahaan.
Setelah melakukan analisis di atas, peneliti menemukan bahwa untuk perhitungan HPP produk Cement retarder PT Petrokimia Gresik masih menggunakan konsep tradisional dengan tarif departemen. Setelah dibandingkan dengan perhitungan ABC yang dilakukan penulis, ternyata terdapat selisih biaya di antara keduanya. Perhitungan yang dilakukan perusahaan dapat menyebabkan terjadinya distorsi biaya dan akurasi pembebanan biaya yang kurang tepat. Sedangkan untuk konsep ABC, yang menggunakan lebih banyak cost driver mengalokasikan biaya overhead ke produk dengan lebih akurat. Karena sesuai dengan konsumsi biaya aktivitas terhadap tiap produknya.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam era globalisasi saat ini, berbagai lapisan usaha telah
mengalami kemajuan yang pesat dan telah mempersiapkan diri dalam
menghadapi persaingan bebas baik itu yang terjadi di dalam negeri maupun
yang terjadi di luar negeri. Persaingan ini menuntut pihak manajemen dalam
perusahaan untuk meningkatkan permintaan terhadap informasi yang
dibutuhkan terutama untuk mengambil keputusan demi mempertahankan
kelangsungan hidupnya. Keputusan yang dihasilkan oleh pihak manajemen
harus relevan, dapat dipercaya, cepat, tepat waktu, dan dapat mencerminkan
perspektif tentang kondisi pasar. Ketidaktepatan informasi yang dihasilkan
oleh pihak manajemen dapat menyebabkan perusahaan akan mengikuti
strategi yang tidak menguntungkan.
Keperluan informasi biaya yang lebih akurat menyebabkan
perusahaan secara serius memperhatikan prosedur penentuan biaya yang
digunakan. Salah satu contoh prosedur penentuan biaya adalah penentuan
harga jual yang layak, di mana dalam menetukan harga jual ini harus
dilakukan dengan tepat dan cermat, pelanggan sebagai konsumen akan
merasa puas apabila memperoleh produk sesuai dengan pengorbanan yang
informasi harga jual yang akurat dapat mempengaruhi tingkat profitabilitas
perusahaan yang telah direncanakan. Kebutuhan akan informasi harga jual
dipengaruhi oleh perhitungan harga pokok produksi. Harga pokok produksi
pada perusahaan industri terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead. Dengan adanya perkembangan teknologi,
struktur biaya mengalami pergeseran dimana biaya overhead memiliki
proporsi yang semakin besar dan lebih besar daripada biaya tenaga kerja
langsung. Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung dapat ditelusuri
secara langsung ke produk. Untuk biaya overhead yang tidak bisa ditelusuri
langsung ke produk, alokasi terhadapnya perlu dilakukan.
Metode pembebanan biaya overhead umumnya masih menggunakan
metode konvensional, dimana membebankan biaya berdasarkan volume.
Biaya overhead yang dibebankan ke produk berdasarkan sebab akibat antara
biaya dengan produk. Metode biaya konvensional dapat mengukur secara
akurat sumber – sumber yang dikonsumsi setiap produk secara proporsional.
Namun, banyak sumber - sumber atau biaya – biaya yang timbul dari
aktivitas dan transaksi – transaksi tidak berkaitan dengan volume produksi.
Akibatnya, metode konvensional tidak memberikan sumbangan yang berarti
dalam alokasi – alokasi biaya yang berkaitan dengan produksi ke setiap
produk.
Cara pembebanan biaya seperti itu tidak mampu menunjukkan
berapa biaya yang sesungguhnya dikonsumsi oleh setiap produk. Hal ini akan
produk yang berbeda satu sama lain, baik menurut volume, ukuran, kerumitan
bahan baku dan jam tenaga kerja. Alokasi biaya dengan cara ini
mengakibatkan adanya penyimpangan karena produk tidak menkonsumsi
biaya secara proporsional terhadap volume produksi. Akibatnya, subsidi
silang pun terjadi dimana produk yang memiliki volume produksi yang tinggi
akan mensubsidi produk yang memiliki volume produksi yang rendah.
Sebagai altenatif, perusahaan dapat menggunakan metode
perhitungan biaya berdasarkan aktivitas ( ABC / Activity Based Costing ),
dimana dalam metode ini mengalokasikan biaya ke transaksi dari aktivitas
yang dilaksanakan dalam suatu organisasi. Aktivitas yang menyebabkan
biaya dan biaya aktivitas harus dialokasikan ke objek biaya dengan dasar
aktivitas biaya tersebut dikonsumsikan. Ketika biaya dibebankan pada objek
biaya, biaya per unit dihitung dengan membagi biaya total yang dibebankan
dengan jumlah unit dari objek biaya tertentu. Pengelolaan yang baik terhadap
aktivitas yang menghasilkan jasa dengan penetapan harga pokok produksi
yang akurat akan menghasilkan informasi biaya yang mencerminkan
konsumsi sumber daya dalam berbagai aktivitas perusahaan. Kegagalan
dalam perhitungan harga yang akurat dapat mengakibatkan kegagalan
pengambilan keputusan.
PT Petrokimia Gresik ( Persero) merupakan perusahaan yang
bergerak dalam industri pupuk majemuk ( Pupuk Urea, ZA, SP-36 /
Superphos, Phonska, NPK, serta Pupuk Petroganik ) dan bahan kimia non
Cement Retarder, dan Aluminium Flouride ) yang berkapasitas produksi
sebesar 4. 330. 000 ton per tahun dengan dukungan 16 pabrik yang telah
beroperasi. PT Petrokimia Gresik ( Persero) merupakan Badan Usaha Milik
Negara yang telah beroperasi dalam kurun waktu 39 tahun. PT Petrokimia
Gresik merupakan salah satu perusahaan pupuk yang diberi amanah untuk
mengamankan dan menyalurkan pupuk subsidi oleh pemerintah. Hingga saat
ini PT Petrokimia Gresik ( Persero) menjadi produsen pupuk terlengkap di
Indonesia. Sejalan dengan program pemerintah dalam pencapaian
swasembada pangan dan swasembada berkelanjutan maka PT Petrokimia
Gresik ( Persero) terus berinovasi dan berupaya meningkatkan kualitas
produknya sehingga dapat meningkatkan produktifitas pertanian.
Pada tahun 2008, produksi Cement retarder mencapai 480.768,87
ton dengan total biaya produksi 205.970.920.730,10 milyar rupiah. Kemudian
pada tahun 2009, produksi mencapai 469.948,90 ton dengan total biaya
produksi 137.471.940.495,11 milyar rupiah. Terjadi perbedaan kuantitas
produksi sebesar 10.819,97 ton dengan selisih biaya produksi yang agak
mencolok, yakni 68.498.980.235 milyar rupiah. Disini sudah terlihat adanya
efisiensi biaya yang terjadi. Selanjutnya, pada tahun 2010 produksi mencapai
488.658,021 ton dengan total biaya produksi 118.228.629.553,61 milyar
rupiah. Terlihat bahwa dengan kuantitas yang lebih besar, biaya produksi bisa
ditekan sampai 19.243.310.941,5 milyar rupiah. Lebih jelasnya dapat dilihat
Tabel 1. 1 : Biaya produksi Cement Retarder
Tahun Biaya Produksi Kuantum Biaya Produksi Per Ton
2008 205.970.920.730,10 480.768,87 428.419,84
2009 137.471.940.495,11 469.948,90 292.525,29
2010 118.228.629.553,61 488.658,021 232.592,41
Sumber : PT Petrokimia Gresik
Sehingga untuk mencapai tujuan di atas, perusahaan perlu
mempunyai keunggulan untuk dapat mengalahkan para pesaing –
pesaingnya. Apalagi dalam kondisi persaingan pasar bebas seperti saat ini
maupun yang akan datang. Diantaranya adalah keunggulan kualitas,
keunggulan harga jual yang relatif rendah, dan sebagainya.
Jika biaya yang digunakan oleh perusahaan tidak dikendalikan
dengan baik, maka perusahaan tidak akan mampu mempertahankan
kelangsungan hidupnya, disinilah letak efisiensi biaya pada aktivitas
produksi dititikberatkan. Adanya kebutuhan untuk melakukan efisiensi
mendorong perusahaan untuk melakukan pembebanan biaya yang akurat
atas aktivitas yang dilakukannya, sehingga perlu sistem Activity Based
Costing ( ABC ). Sistem ini dapat menyediakan informasi perhitungan
biaya yang lebih baik dan dapat membantu manajemen mengelola
perusahaan secara efisien serta memperoleh pemahaman yang lebih baik
atas keunggulan kompetitif, kekuatan, dan kelemahan perusahaan.
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di
ini adalah : “ Analisa Penerapan ABC System dalam Meningkatkan
Efisiensi Biaya Produksi pada produk Cement Retarder di PT Petrokimia
Gresik ( Persero ) “.
1.2.Rumusan Masalah
“ Bagaimana pemanfaatan Activity Based Costing dalam
meningkatkan efisiensi biaya produksi pada produk Cement Retarder pada PT
Petrokimia Gresik “.
1.3.Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, maka tujuan
dari penelitian ini adalah : untuk memberi gambaran tentang perhitungan
harga pokok yang lebih akurat pada produk Cement Retarder dengan
menggunakan Activity Based Costing sehingga dapat meningkatkan efisiensi
1.4.Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan berbagai manfaat
untuk berbagai pihak sebagai berikut :
a. Perusahaan
Memberi informasi kepada pihak manajemen mengenai analisis
Activity Based Costing dalam mengidentifikasi aktivitas karena
berpengaruh terhadap efisiensi biaya produksi.
b. Peneliti
Mengetahui sejauh mana penerapan Activity Based Costing yang
terdapat pada perusahaan berpengaruh dalam meningkatkan efisiensi biaya
produksi.
c. Peneliti selanjutnya
Memberikan pengetahuan tambahan mengenai penerapan Activity
Based Costing dalam upaya meningkatkan efisiensi biaya produksi
perusahaan guna dilakukannya penelitian lebih lanjut.
d. Universitas
Memberikan karya ilmiah yang dapat digunakan untuk berbagai
kepentingan pada Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa
2.1 Penelitian Terdahulu
Berikut akan diuraikan secara singkat mengenai penelitian
sebelumnya tentang penerapan Activity Based Costing ( ABC ) oleh peneliti –
peneliti sebelumnya terkait dengan penelitian yang akan dilakukan :
1. Diangga Ardiansyah (2010)
a) Judul :
Pemanfaatan Activity Based Costing ( ABC ) dalam menghitung Harga
Pokok Penjualan pada kertas HVS 60 gsm bentuk roll dan plano di PT
Kertas Leces ( persero ) Probolinggo.
b) Perumusan Masalah :
Bagaimana pemanfaatan Activity Based Costing ( ABC ) dalam
menghitung Harga Pokok Penjualan pada kertas HVS 60 gsm bentuk
roll dan plano di PT Kertas Leces ( persero ) Probolinggo.
c) Metode Penelitian :
Penelitian ini menggunakan teknik penelitian dengan metode kualitatif
deskriptif.
d) Kesimpulan :
1) dengan menggunakan metode ABC, maka perusahaan
produk kertas HVS 60 gsm bentuk roll pada metode tradisional
lebih tinggi ( overcosts ) dibanding dengan metode ABC. HPP
yang overcosts sesungguhnya menyerap biaya yang lebih kecil
dari biaya tradisional. Sedangkan pada bentuk plano, HPP nya
lebih rendah ( undercosts ) pada metode tradisional dibanding
metode ABC. HPP yang undercosts sesungguhnya menyerap
lebih besar daripada metode tradisional.
2) Metode ABC menggunakan lebih banyak cost driver sehingga
akan mengalokasikan biaya overhead ke masing – masing produk
dengan lebih tepat dan akurat. Dengan demikian, melalui
penggunaan metode ABC, distorsi biaya yang terjadi dapat
dihilangkan atau ditekan seminimal mungkin.
2. Yulian Danang (2010)
a) Judul :
Activity Based Costing Sebagai Metode Perhitungan Harga Pokok
Produksi di PT Antar Surya Jaya.
b) Perumusan Masalah :
“Bagaimana penerapan metode Activity Based Costing terhadap
perhitungan harga pokok produksi pada PT Antar Surya Jaya ?”
c) Metode Penelitian :
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode studi
d) Kesimpulan :
1) Penerapan harga pokok produksi dengan metode Activity Based
Costing dan metode konvensional mempunyai elemen
pembentukan yang sama, yaitu bahan baku langsung, biaya
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead. Tetapi, untuk metode
Activity Based Costing perhitungan overheadnya berdasarkan
aktivitas.
2) Dilihat dari keseluruhan penerapan Activity Based Costing yang
dilakukan oleh PT Antar Surya Jaya dapat diketahui bahwa
pembebanan biaya overhead untuk masing – masing aktivitas
dihitung terlebih dahulu untuk mengetahui tarifnya. Setelah tarif
tiap cost drive diketahui, langkah selanjutnya adalah pembebanan
biaya sumber daya ke masing – masing proses aktivitas, dan
langkah terakhir adalah pembebanan biaya proses aktivitas ke
masing – masing produk.
3. Emi Ristiga (2009)
a) Judul :
Analisis pengaruh Non Value Added Activity terhadap Efisiensi Biaya
Produksi. ( Studi Kasus pada PT Sunpack melalui Informasi ABC ).
b) Perumusan Masalah :
Apakah moving activity (perpindahan), rework activity (pengerjaan
aktivitas yang tidak menambah nilai (non value added activity)
perusahaan berpengaruh terhadap efisiensi biaya produksi ?
c) Teknik Analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda.
d) Hipotesis :
Bahwa moving activity, rework activity, dan maintenance activity
mempunyai pengaruh terhadap efisiensi biaya produksi.
e) Kesimpulan :
1) Moving Activity, Rework Activity dan Maintenance Activity secara
simultan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
efisensi biaya produksi.
2) Moving Activity, Rework Activity dan Maintenance Activity secara
parsial juga tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
efisiensi biaya produksi.
Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian ini adalah pada objek
penelitian dan keterkaitannnya dengan kebijakan penetapan harga jual
melalui perhitungan harga pokok produksi yang akurat.
Sedangkan untuk persamaan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya adalah sama – sama menggunakan Activity Based Costing (ABC)
dalam memperoleh informasi yang lebih akurat tentang harga pokok produksi
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Definisi Akuntansi Manajemen
Supriyono ( 1987 ) menyebutkan bahwa “ Akuntansi Manajemen
adalah salah satu bidang akuntansi yang tujuan utamanya untuk
menyajikan laporan – laporan suatu satuan usaha atau organisasi tertentu
untuk kepentingan pihak internal dalam rangka melaksanakan proses
manajemen yang meliputi perencanaan, pembuatan keputusan,
pengorganisasian dan pengarahan serta pengendalian “.
Selanjutnya jika melihat hasil pelaporan yang diperlukan
manajemen yang tidak hanya laporan masa lalu tetapi juga meliputi proyek
masa depan, maka akuntansi manajemen didefinisikan sebagai berikut : “
Akuntansi Manajemen adalah penerapan teknik – teknik dan konsep yang
tepat dalam pengolahan data ekonomi historikal dan yang diproyeksikan
dari suatu satuan usaha untuk membantu manajemen dalam penyusunan
rencana untuk tujuan – tujuan ekonomi yang rasional dengan suatu
pandangan ke arah pencapaian tujuan tersebut “.
Jika digambarkan dalam suatu bagan, definisi akuntansi
manajemen dapat dihubungkan antara input yaitu fakta ekonomi, proses
yaitu pengolahan oleh fungsi manajemen dan output yang berupa laporan
Gambar 2.1 : Model Operasional Akuntansi Manajemen
Sumber : Hansen dan Mowen. 2009. Akuntansi Manajemen. Edisi 8. Salemba Empat. Hlm 4.
2. 2. 1. 1 Tipe Informasi Akuntansi Manajemen
Informasi akuntans manajemen dapat dihubungkan dengan tiga
hal : objek informasi, alternatif yang akan dipilh, dan wewenang
manajer. Jika akuntansi manajemen dihubungkan dengan objek
informasi, seperti produk, departemen, atau aktivitas, maka akan
dihasilkan konsep informasi akuntansi penuh. Jika informasi akuntansi
manajemen dihubungkan dengan alternatif yang akan dipilih, maka
akan dihasilkan konsep informasi akuntansi diferensial, yang sangat
diperlukan oleh manajemen dalam pengambilan keputsan pemilihan
alternatif. Jika informasi akuntansi manajemen dihubungkan dengan
INPUT PROCESS OUTPUT
Fakta ekonomi
Penjualan
Pembelian
Penerimaan & pengeluaran kas
Laporan khusus
Biaya produk
Biaya pelanggan
Anggaran
Laporan kinerja Identifikasi,
pengumpulan , pengukuran,
wewenang yang dimiliki oleh manajer, dihasilkan konsep informasi
akuntansi pertanggungjawaban, yang terutama bermanfaat untuk
mempengaruhi perilaku manusia dalam organisasi. ( Mulyadi, 1993 : 15
)
Gambar 2. 2 : Penggolongan Informasi Akuntansi Manajemen
Sumber : Mulyadi, Akuntansi Manajemen : Konsep, Manfaat, dan Rekayasa. STIE YKPN Yogyakarta.
Informasi akuntansi manajemen
Wewenang yang dimiliki
oleh manajer Alternatif yang
akan dipilih Objek
informasi
Informasi akuntansi diferensial Informasi akuntansi
penuh
2. 2. 2 Definisi Biaya
Rayburn ( 1996) dalam Setyadi (2003) mendefinisakn biaya
sebagai : “ Costs measures the economic sacrifice made to achieve an
organization’s good. For a product, cost represents the monetary
sacrifice made to provide the service “.
Biaya menurut definisi tersebut merupakan ukuran pengorbanan
ekonomi yang dilakukan utuk meraih tujuan dari perusahaan. Pada
perusahaan manufaktur, biaya merupakan pengukuran moneter atas
sumber daya yang digunakan. Sedangkan pada perusahaan jasa, biaya
adalah pengorbanan moneter yang dikeluarkan untuk menyediakan suatu
jasa.
Mulyadi (1999) dalam Setyadi (2003) mendefinisikan biaya
sebagai pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang,
yang telah terjadi ata yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan
tertentu.
Dari definisi tersebut, maka dapat disebutkan empat unsur biaya,
yaitu :
1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi
2. Biaya diukur dalam satuan uang
3. Berasal dari kejadian, yang telah terjadi atau kemungkinan akan
terjadi
2. 2. 2. 1 Objek Biaya
Menurut Mulyadi (2007 : 8) cost object adalah sesuat yan
menjadi tujuan pengukuran dan pembebanan biaya. Misalnya, dalam
proses pembuatan produk dan penyerahan jasa, terdapat beberapa cost
object : aktivitas dan produk atau jasa.
Hansen dan Mowen (2006 : 48) mengatakan objek biaya dapat
berupa apapun, seperti produk, pelanggan, departemen, proyek, aktivitas,
dan sebagainya, yang diukur biayanya dan dibebankan. Sebagai contoh,
jika sebuah rumah sakit ingin menetapkan biaya departemen operasioanl,
maka obyek biayanya adalah departemen operasional.
Suatu objek biaya (cost object), atau tujuan biaya (cost
objective), didefinisikan sebagai suatu item atau aktivitas yang biayanya
diakumulasi dan diukur (Usry, 2002).
2. 2. 2. 2 Klasifikasi Biaya
Usry (2002 : 40) mengklasifikasikan biaya didasarkan pada
hubungan antara biaya dengan :
1. Produk
2. Volume produksi
3. Departemen, proses, pusat biaya (cost center), atau subdivisi lain dari
manufaktur
5. Suatu keputusan, tindakan atau evaluasi
2. 2. 2. 2. 1 Biaya Berdasarkan Hubungannya dengan Produksi
Dalam lingkungan manfaktur, total biaya operasi terdiri atas
dua elemen : biaya manfaktur terdiri atas biaya bahan baku langsung,
tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. Overhead pabrik
merupakan semua biaya yang tidak ditelusuri secara langsung ke
output tertentu. Sedangkan biaya komersial terdiri atas beban
pemasaran dan administratif ( Usry, 2002 : 40).
2. 2. 2. 2. 2 Biaya Berdasarkan Hubungannya dengan Volume Produksi
Biaya berdasarkan hubungannya dengan volume produksi
terdiri atas :
1. Biaya variabel
2. Biaya tetap
3. Biaya semivariabel
Biaya variabel merupakan biaya yang berubah secara
proporsional terhadap perubahan aktivitas dalam rentang yang
relevan. Biaya variabel biasanya memasukkan biaya bahan baku dan
tenaga kerja langsung. Biaya overhead yang dapat diklasifikasikan
sebagai biaya variabel, misalnya perlengkapan, bahan bakar, upah
lembur, penanganan bahan baku, dan lain – lain ( Usry, 2002 : 43).
Biaya tetap bersifat konstan secara total dalam rentang yang
relevan. Contoh biaya overhead yang biasanya diklasifikasikan
sebagai biaya tetap, antara lain adalah, depresiasi, pajak property, gaji
satpam, dan lain – lain.
Beberapa jenis biaya memiliki elemen biaya tetap dan biaya
variabel. Jenis biaya semacam ini disebut biaya semivariabel.
Contohnya adalah biaya listrik, biaya pemeliharaan dan perbaikan
mesin, pemanasan dan generator, dan lain – lain.
2. 2. 2. 2. 3 Biaya Berdasrakan Hubungannya dengan Departemen
Terdiri atas biaya departemen produksi dan departemen jasa.
Departemen produksi dalam bisnis jasa merupakan departemen yang
memiliki kontak langsung dengan klien, sedangkan departemen jasa
diberikan untuk keuntungan departemen lain dan tidak secara
langsung terlibat dalam proses produksi, misalnya perpustakaan (
Usry, 2002 : 45).
2. 2. 2. 2. 4 Biaya Berdasarkan Hubungannya dengan Periode Akuntansi
Dalam hubungannya dengan periode akuntansi, biaya dapat
diklasifikasikan sebagai pengeluaran modal (capital expenditure) dan
pengeluaran pendapatan (revenue expenditure). Pengeluaran modal
ditujukan untuk meberikan manfaat di masa depan dan dilaporkan
manfaat untuk periode saat ini dan dilaporkan sebagai beban ( Usry,
2002 : 47).
2. 2. 2. 2. 5 Biaya Berdasarkan Hubungannya dengan Keputusan, atau Evaluasi
Aturan lain biaya diferensial, biaya oportunitas, dan biaya
tertanam (sunk cost). Biaya diferensial merupakan salah satu nama
dari biaya yang relevan untuk suatu pilihan diantara banyak alternatif.
Sejumlah pendapatan atau manfaat lain yang mungkin hilang bila
alternatif tersebut diambil disebut biaya oportunitas. Sedangkan suatu
biaya yang telah terjadi dan oleh karenanya tidak relevan terhadap
pengambilan keputusan disebut biaya tertanam ( Usry, 2002 : 47)
2. 2. 2. 3 Metode Pembebanan Biaya
Pembebanan biaya secara akurat pada objek biaya adalah
sangatlah penting. Keakuratan merupakan suatu konsep yang relatif,
dan harus dilakukan dengan wajar serta logis terhadap penggunaan
metode pembebanan biaya. Pembebanan biaya yang tidak akurat akan
menyebabkan terjadinya distorsi, yaitu pembebanan biaya yang terlalu
tinggi atau terlalu rendah pada objek biaya. Pembebanan biaya yang
terdistorsi dapat menghasilkan keputusan yang salah dan evaluasi yang
Hubungan antara biaya dan objek biaya dapat digali untuk
membantu meningkatkan keakuratan pembebanan biaya. Hansen dan
Mowen (2006 : 38) memaparkan tiga metode pembebanan biaya :
1. Penelusuran langsung
Penelusran langsung adalah proses pengidentifikasian dan
pembebanan biaya yang berkaitan secara khusus dan fisik dengan
suatu objek. Metode ini bergantung pada hubungan sebab akibat
yang dapa dialami secara fisik.
2. Penelusuran penggerak
Penelusran penggerak adalah untuk membebani biaya ke objek
biaya, yaitu faktor penyebab yang dapat diamati dan yang
mengukur konsumsi sumber daya objek biaya. Keakuratan metode
ini tergantung pada kualitas hubungan sebab akibat yang
digambarkan oleh penggerak.
3. Alokasi
Alokasi merupakan pembebanan biaya tidak langsung ke objek
biaya. Oleh karena tidak terdapat hubungan sebab akibat,
pengalokasian biaya tidak langsung didasarkan pada kemudahan
atau beberapa asumsi yang berhubungan. Salah satu keunggulan
metode ini adalah kemudahan dan rendahnya biaya implementasi.
pembebanan biayanya paling rendah, dan penggunaannya harus
seminimal mungkin atau sedapat mungkin dihindari.
Gambar 2. 3 : Metode Pembebanan Biaya
Sumber : Hansen dan Mowen. 2009. Akuntansi Manajemen. Edisi 8. Terjemahan. Salemba Empat. Hlm. 54
2. 2. 3 Pengertian Biaya Produksi
Di dalam perusahaan industri biaya produksi merupakan unsur
yang penting, karena merupakan pos yang paling penting dari seluruh
biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. Menurut Mulyadi (1983 : 14)
biaya produksi adalah biaya – biaya yang terjadi untuk mengolah bahan
baku menjadi produk jadi yang siap dijual.
Biaya Sumber Daya
Alokasi Penelusuran
Langsung
Asumsi Hubungan Hubungan Sebab
Akibat Penelusuran
Penggerak
Pegamatan Fisik
Biaya produk adalah pembebanan biaya yang mendukung tujuan
manajerial yang spesifik. Jadi, arti biaya produk tergantung pada tujuan
manajemen yang berusaha dicapai. Untuk mendukung tujuan ini,
manajemn memerlukan informasi terutama tentang semua pendapatan
dan biaya yang berhubungan dengan suatu produk. Dalam hal ini rantai
nilai biaya produk sesuai untuk menilai profitabilitas strategis ( Hansen
dan Mowen. 1999 : 43 ).
Value Chain (rantai nilai) yang dimiliki suatu badan usaha
melekat dengan urutan aktivitas – aktivitas yang luas yang disebut
sebagai value system (Porter, 1994). Pihak pemasok tidak hanya
mengirimkan barang, tetapi juga dapat mempengaruhi kinerja badan
usaha lewat beberapa cara.
Aktivitas nilai yang ada dalam value chain dihubungkan oleh
suatu linkages. Linkages ini merupakan keterkaitan antar bagaiman
aktivitas nilai ini dipengaruhi oleh biaya atau kinerja aktivitas yang lain.
Linkages seringkali mrupakan sumber keunggulan kompettitif yang
dimilikioleh badan usaha (Porter, 1994 : 48).
Dari definisi di atas menyatakan bahwa linkages mencerminkan
adanya kebutuhan untuk mengkoordinasikan aktivitas – aktivitas yang
dilakukan dalam badan usaha. Contohnya, pengiriman barang dengan
tepat waktu memerlukan koordinasi aktivitas – aktivitas bagian operasi,
badan usaha mencapai keunggulan kompetitif tergantung bagaimana
badan usaha tersebut mengatur aktivitas – aktivitas yang dilakukan agar
dapat saling menunjang satu sama lain.
Gambar 2. 4 : Aktivitas Value Chain di dalam suatu perusahaan
Sumber : Hansen. Mowen. 1999. Akuntansi Manajemen. Hlm. 44
Dalam kaitannya dengan memanfaatkan internal linkages
tersebut, Hansen dan Mowen memberi contoh sebagi berikut ; aktivitas
desain berhhubungan erat dengan aktivitas layanan konsumen. Apabila
desain produk dibuat sedemikian rupa sehingga hanya sedikit suku
cadang yang dibutuhkan, maka aktivitas layanan konsumenmejadi lebih
mudah dilaksanakan karena dengan memproduksi barang yang
membutuhkan sedikit suku cadang, produk cacat dapat dikurangi
sehingga aktivitas layanan konsumen dapat dikurangi.
Melayani
Mendistribusikan Memproduksi
Mengembangkan
Value Chain merupakan aktivitas – aktivitas yang dilakukan
oleh badan usaha dan bagaimana aktivitas – aktivitas tersebut
berinteraksi satu sama lain. Value Chain ini sangat berguna untuk
menganalisa sumber keunggulan kompetitif.
Setiap badan usaha memiliki sekumpulan aktivitas yang
dilakukan untuk mendesain, memproduksi, memasarkan, mengirimkan,
dan mendukung produk yang dihasilkan oleh badan usaha tersebut.
semua aktivitas ini dapat diwakili dengan menggunakan sebuah Vale
Chain (rantai nilai) yang terdiri dari value activities dan margin.
Menurut Atkinson (1995: 45) aktivitas – aktivitas dalam rantai
dibedakan menjadi :
1. Input activity or activities related to getting ready to make a
product
Meliputi penelitian dan pengembangan, perekrutan dan pelatihan
karyawan, pembelian bahan baku, komponen dan peralatan.
2. Processing activites or activity related to making a product
Meliputi pengoperasian mesin, produksi, penanganan barang dalam
proses dan inspeksi.
3. Ouput activities related to dealing with a customer
Meliputi aktivitas penjualan, layanan konsumen dan distribusi
2. 2. 3. 1 Pengertian Efisiensi Biaya Produksi
Menurut Bhayangkara, (2008 : 13) efisiensi berhubungan
dengan bagaimana perusahaan melakukan operasinya, sehingga dicapai
optimalisai penggunaan sumber daya yang dimiliki. Efisiensi berhubungan
dengan metode kerja perusahaan. Dalam kaitannya dengan konsep input –
process – output, efisiensi adalah rasio antara output dan input. Dengan
kata lain efisiensi membandingkan seberapa besar output yang dihasilkan
dengan menggunakan sejumlah input tertentu yang dimiliki oleh
perusahaan. Sehingga metode kerja yang baik akan dapat memandu proses
operasi berjalan dengan mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang
dimiliki oleh perusahaan. Jadi efisiensi merupakan ukuran proses yang
menghubungkan antara input dan output dalam operasiona perusahaan.
Karena efisiensi merupakan ukuran dalam membandingkan
penggunaan masukan (input) yang direncanakan dengan realisasi
penggunaan masukan, maka jika masukan yang sebenarnya digunakan
makin besar penghematannya, maka tingkat efisiensinya semakin tinggi,
dan sebaliknya. Efisiensi berorientasi pada masukan, sedangkan masalah
output kurang menjadi perhatian utama. Sehingga efisiensi biaya produksi
merupakan kegiatan penghematan biaya – biaya yang terjadi untuk
mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap dijual
2. 2. 3. 2 Elemen - elemen Biaya Produksi
Menurut Al Haryono Jusuf (1987 : 158) dalam Emi Ristiga
(2009 : 34), biaya produksi terdiri atas tiga elemen, yaitu :
1. Biaya bahan baku
Adalah harga pokok bahan bakuyang diolah dalam proses produksi.
Contoh : bahan baku untuk suatu perusahaan tekstil adalah kain.
2. Biay tenaga kerja langsung
Adalah biaya tenaga kerja yang dapat diidentifikasikan secara langsung
terhadap produk tertentu. Contoh : biaya untuk jasa – jasa yang secara
langsung mengerjakan bahan baku.
3. Biaya overhead pabrik
Adalah semua biaya produksi selain dari biaya tenaga kerja langsung.
Contoh : biaya bahan penolong, biay tenaga kerja tak langsung.
2. 2. 4 Definisi Sistem Perhitungan Biaya Tradisional
Sistem perhitungan biaya tradisional membebankan biaya dari
bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung ke produk dengan
menggunakan penelusuran langsung. Sedangkan biaya overhead
dibebankan dengan menggunakan penelusuran penggerak dan alokasi.
Secara spesifik, perhitungan ini menggunakan penggerak aktivitas
tingkat unit untuk membebankan biaya overhead ke produk. Penggerak
dalam biaya seiring dengan perubahan jumlah unit yang diproduksi.
Penggerak tingkat unit yang pada umumnya digunakan untuk
membebankan overhead meliputi uni yang diproduksi, jam tenaga kerja
langsung, biaya tenaga kerja langsung, jam mesin, ataupun biaya bahan
baku langsung.
Setelah pemilihan penggerak tingkat unit, langkah selanjutnya
adalah menentukan kapasitas aktivitas yang diukur penggerak. Hansen
dan Mowen (2006 : 107) menggolongkan empat level kapasitas aktivitas
:
1. Kapasitas aktivitas yang diharapkan, yaitu output aktivitas yang
diharapkan perusahaan dapat tercapai pada tahun yang akan datang.
2. Kapasitas aktivitas normal, yaitu output aktivitas rata – rata yang
dialami perusahaan dalam jangka panjang (volume normal dihitung
lebih dari satu periode).
3. Kapasitas aktivitas teoritis, yaitu output aktivitas maksimum secara
absolut yang dapat direalisasikan dengan berasumsi bahwa semua
beroperasi secara sempurna.
4. Kapasitas aktivitas praktis, yaitu output maksimum yang dapat
diwujudkan jika semuanya berjalan secara efisien.
Hansen, Mowen (2009 : 161), pembebanan overhead
berdasarkan penggerak tingkat unit dapat menggunakan :
Perhitungan ini terdiri atas dua tahap. Pertama, biaya overhead yang
dianggarkan akan diakumulasi menjadi satu kesatuan untuk
keseluruhan pabrik. Biaya overhead dibebankan secara langsung ke
satuan biaya tersebut dengan menambahkan seluruh biaya overhead
yang diperkirakan muncul dalam satu tahun. Selanjutnya, tarif
keseluruhan pabrik dihitung dengan menggunakan penggerak tingkat
unit (misalnya jam tenaga kerja langsung). Biaya overhead
dibebankan ke produk dengan cara mengalikan tarif dengan jumlah
total jam tenaga kerja langsung yang digunakan. Biaya per unit suatu
produk dihitung dengan menjumlahkan total biaya utama produk ke
biaya overhead yang dibebankan, dan kemudian membagi total biaya
tersebut dengan unit yang diproduksi.
2. Tarif departemen
Tarif overhead departemen juga terdiri atas dua tahap. Pada tahap
pertama, biaya overhead keseluruhan pabrik dibagi dan dibebankan ke
setiap departemen produksi, dan membentuk kesatuan biaya overhead
departemen. Ketika biaya dibebankan ke tiap departemen produksi,
penggerak berdasarkan unit digunakan untuk menghitung tarif
departemen. Produk yang diproses oleh berbagai departemen
diasumsikan mengkonsumsi sumber daya overhead sesuai proporsi
penggerak berdasarkan unit departemen. Pada tahap kedua, overhead
dibebankan ke produk dengan mengalikan tarif departemen dengan
memperhitungkan kemungkinan, sementara tarif keseluruhan pabrik
tidak memperhitungkannya karena menggunakan rata – rata.
Biaya per unit suatu produk dihitung dengan menjumlahkan total
biaya utama produk ke biaya overhead yang dibebankan, dan
kemudian membagi total biaya tersebut dengan unit yang diproduksi.
2. 2. 4. 1 Kelemahan Sistem Perhitungan Biaya Tradisional
Horngren dkk (1994 : 194) mengatakan pendekatan
tradisional sering menggunakan terlalu sedikit pusat biaya langsung,
sehingga alokasi biaya memiliki rata – rata yang sangat luas. Hasil
perhitungan mengenai harga pokok akan menyebabkan manajer membuat
keputusan yang salah mengenai aktivitas., produk, atau konsumen.
Menurut Hansen dan Mowen (2006) terdapat dua faktor
utama yang menyebabkan ketidakmampuan tarif keseluruhan pabrik dan
departemen berdasarkan unit, untuk membebankan biaya overhead secara
tepat : (1) proporsi biaya ooverhead yang tidak berkaitan dengan unit
terhadap total biaya overhead adalah besar, dan (2) tingkat
keanekaragaman produk adalah besar.
Mulyadi dalam Setyadi (2003) secara rinci menguraikan
kelemahan sistem akuntansi biaya tradisional sebagai berikut :
1. Akuntansi biaya tradisional didesain untuk perusahaan manufaktur,
sehingga dengan akuntansi biaya tradisonal perusahaan dagang dan
merencanakan dan mengimplementasikan program pengurangan
biaya (cost reduction) dan perhitungan object cost secara akurat.
2. Fokus akuntansi biaya tradisional adalah hanya pada biaya produksi,
sehingga biaya- biaya di luar produksi yang jumlahnya mulai
signifikan tidak mendapat perhatian memadai dari manajemen.
3. Fokus akuntansi biaya tradisional adalah penyediaan informasi biaya
bagi pihak luar perusahaan, sehingga manajemen tidak memperoleh
informasi biaya untuk pengelolaan perusahaan dan informasi tentang
biaya produk yang akurat.
4. Pengendalian biaya melalui akuntansi biaya tradisional hanya
difokuskan terhadap biaya produksi, lebih spesifik lagi terhadap
biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Sehingga sistem
pengendalian biaya seperti itu menjadi tidak fit untuk perusahaan
yang memiliki biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung yang
proporsinya tidak signifikan dibandingkan dengan total biaya
pembuatan produk.
5. Pengaitan biaya dengan responsible manager dan pembandingan
antara biaya sesungguhnya dengan biaya yang dianggarkan per puast
pertanggungjawaban serta analisis terhadap penyimpangan biaya
yang terjadi tidak dapat menunjukkan penyebab terjadinya
penyimpangan biaya yang terjadi.
6. Akuntansi biaya tradisional menggunakan allocation intensive dalam
dihasilkan tidak akurat karena alokasi menggunakan dasar yang
bersifat sembarang (tanpa hubungan sebab akibat).
7. Dalam lingkungan bisnis yang di dalamnya customer lebih
mendominan, biaya – biaya yang berkaitan dengan pilihan pelanggan
menjadi meningkat, seperti biaya set up mesin karena bervariasinya
pesanan dari pelanggan, dan biaya perubahan desain karena sifat
pelanggan yang semakin pemilih. Peggunaan hanya volume – related
driver dalam membebankan biaya overhead pada produk menjadikan
perhitungan biaya overhead yang dibebankan pada produk menjadi
tidak akurat.
8. Akuntansi biaya tradisional tidak fit untuk menghadapi lingkungan
bisnis yang kompleks dan kompetitif, karena hanya mampu
menghasilkan laporan biaya dengan dimensi tunggal (single
dimensional cost report). Lingkungan bisnis sekarang ini
membutuhkan multidimensional cost report.
9. Akuntansi biaya tradisional didesain pada jaman pengelolaan data
akuntansi masih manual, sehingga informasi akuntansi hanya dapat
dimanfaatkan oleh manajemen puncak dan pihak luar perusahaan
melalui laporan akuntansi yang disajikan oleh fungsi akuntansi.
Informasi akuntansi biaya tradisional memiliki karakteristik berupa
informasi agregasian, hanya bersifat keuangan, dan berdimensi
2. 2. 5 Definisi Activity Based Costing (ABC)
“ Activity Based Costing system (ABC system) adalah sistem
informasi biaya yang berorientasi pada penyediaan informasi lengkap
tentang aktivitas untuk memungkinkan personel perusahaan melakukan
pengelolaan terhadap aktivitas. Sistem informasi ini menggunakan
aktivitas sebagai basis serta pengurangan biaya dan penentuan secara
akurat kos produk atau jasa sebagai tujuan. Sistem informasi ini dapat
diterapkan dalam perusahaan manufaktur, jasa, ataupun dagang.”
(Mulyadi, 2007 : 40)
Hansen dan Mowen (2006) mengatakan bahwa sistem biaya
berdasarkan aktivitas pertama – tama menelusuri biaya aktivitas dan
kemudian produk.
2. 2. 5. 1 Sejarah Activity Based Costing (ABC)
Mulyadi (2007 : 799) mennyebutkan ABC diujicobakan pada
awal tahn 1990-an di USA. Sudah lebih dari lima belas tahun ABC
diperkenalkan di Indonesia bahkan beberapa perusahaan telah
mengimplementasikannya. Namun, sedikit sekali perusahaan Indonesia
yang telah mengimplementasikan ABC dengan berhasil, yaitu mampu
memanfaatkan informasi yang dihasilkan oleh ABC dalam pengurangan
Konsep tentang ABC pun berbah seiring dengan perkembangan
implementasi ABC itu sendiri. Mulyadi (2007 : 800) juga menyebutkan
bahwa pada tahap awal perkembangannya, ABC dimanfaatkan untuk
memperbaiki kecermatan perhitungan cost produk dalam perusahaan –
perusahaan manufaktur yang menghasilkan banyak jenis produk.
Masalah yang dihadapi perusahaan yang menghasilkan banyak jenis
produk adalah pada pembebanan biaya overhead pabrik ke berbagai jenis
produk yang dihasilkan perusahaan. Akuntansi biaya tradisional hanya
menggunakan volume – related drivers untuk membebankan biaya
overhead pabrik ke produk, sehingga cost produk yang dihasilkan
menjadi tidak akurat. ABC menawarkan dasar pembebanan yang lebih
bervariasi, seperti batch – related drivers, product – sustaining drivers,
dan facility – sustaining drivers untuk membebankan biaya overhead ke
berbagai jenis produk yang dihasilkan perusahaan. Dengan berbagai
drivers yang sesuai dengan jenis produk yang dihasilkan, ABC dapat
menghasilkan informasi cost produk yang lebih akurat, sehingga
memungkinkan manajemen mengambil keputusan tentang harga jual dan
melakukan analisis dan melakukan analisis profitabilitas setiap jenis
produk.
Pada perkembangan selanjutnya, ABC tidak lagi terbatas
pemanfaatannya hanya untuk menghasilkan informasi cost produk yang
personel dalam melakukan improvement terhadap proses yang digunakan
oleh perusahaan untuk menghasilkan produk atau jasa bag pelanggan.
Jika pada tahap awal perkembangannya, ABC hanya difokuskan
pada biaya overhead pabrik, pada perkembangan selanjutnya, ABC
diterapkan ke semua biaya. ABC menggunakan aktivitas sebagai titik
pusat (focal point) untuk mempertanggungjawabkan biaya. Oleh karena
aktivitas tidak hanya dijumpai di perusahaan manufaktur, maka ABC
dapat dimanfaatkan di berbagai jenis organisasi dan mencakup biaya di
luar produksi.
2. 2. 5. 2 Konsep Activity Based Costing (ABC)
Menurut Mulyasi (2007 : 804), terdapat dua keyakinan dasar
yang melansadi konsep ABC, yaitu :
1. Cost is caused. Biaya ada penyebabnya dan penyebab biaya adalah
aktivitas. Dengan demikian, pemahaman yang mendalam tentang
aktivitas yang menjadi penyebab timbulnya biaya akan menempatkan
personel perusahaan pada posisi dapat mempengaruhi biaya. ABC
system berangkat dari keyakinan dasar bahwa sumber daya
menyediakan kemampuan untuk melaksanakan aktivitas, bukan
sekedar menyebabkan timbulnya biaya yang harus dialokasikan.
2. The causes of cost can be managed. Penyebab terjadinya biaya
(aktivitas) dapat dikelola. Melalui pengelolaan terhadap aktivitas yang
mempengaruhi biaya pengelolaan terhadap aktivitasdengan bantuan
dari berbagai informasi tentag aktivitas.
Gambar 2. 5 : Falsafah yang Melandasi ABC System
Titik Pusat ABC System
Penyebab biaya dapat dikelola melalui (ABM)
Sumber : Mulyadi. ABC System. UPP STIM YKPN. 2007
2. 2. 5. 3 Identifikasi Aktivitas
Fokus dalam sistem ABC adalah aktivitas, maka identifikasi
aktivitas merupakan langkah pertama dalam mendesain sistem ABC.
Aktivitas merupakan suatu unit dasar pekerjaan yang dilaksanakan dalam
sebuah organisasi atau tindakan dalam suatu organisasi, sehingga
pengidentifikasian aktivitas berarti mengumpulkan dan mendaftar
pekerjaan atau tindakan yang dilakukan dalam perusahaan yang
melibatkan konsumsi sumber daya. Data tentang aktivitas didapatkan
dengan mewawancarai manajer atau wakil dari area kerja fungsional.
Setelah menyusun daftar aktivitas, yang dilakukan selanjutnya adalah
Sumber
daya
aktivitas Cost
object
menentukan atribut aktivitas yang digunakan untuk menjelaskan dan
menggolongkan aktivitas. Atribut aktivitas merupakan informasi
keuangan dan non keuangan yang menggambarkan aktivitas individual.
Atribut apa yang digunakan tergantung pada tujuannya. Misalkan, jika
tujuannya adalah untuk mengkalkulasi biaya produk, atribut aktivitas
yang dipilih meliputi jenis sumber daya yang dipakai, jumlah waktu yang
dibutuhkan pekerja untuk menyelesaikan suatu aktivitas, dan lain – lain.
Untuk tujuan menghitung biaya produk, atribut aktivitas
digunakan untuk menggolongkan aktivitas – aktivitas terkait ke dalam
kelompok – kelompok yang menjadi dasar bagi penggolongan biaya yang
homogen. Aktivitas dapat dikelompokkan ke dalam kelompok sejenis
berdasarkan karakter yang sama (Hansen, Mowen, 2006), yaitu : (1)
mereka secara logis berhubungan, dan (2) memiliki resiko konsumsi
yang sama terhadap semua produk. Kumpulan dari biaya overhead yang
berhubungan dengan masing – masing kelompok aktivitas disebut
kesatuan biaya sejenis. Begitu kesatuan biaya ditentukan, biaya per unit
dari penggerak aktivitas terpilih dihitung dengan membagi biaya
kelompok dengan kapasitas praktis penggerak aktivitas, disebut juga
2. 2. 5. 4 Klasifikasi Aktivitas
Pada pembentukan kumpulan aktivitas yang berhubungan,
Hansen dan Mowen (2006) mengklasifikasikan aktivitas ke dalam empat
kategori umum :
1. Aktivitas tingkat unit
Merupakan aktivitas yang dilakukan setiap kali suatu unit diproduksi.
Biaya aktivitas tingkat unit bervariasi dengan jumlah unit yang
diproduksi. Contohnya, bahan baku dan aktivitas tenaga kerja
langsung, permesinan, dan peralatan.
2. Aktivitas tingkat batch
Merupakan aktivitas yang dilakukan setiap suatu batch produk
diproduksi. Biaya aktivitas tingkat batch bervariasi dengan jumlah
batch, tetapi bersifat tetap terhadap jumlah unit pada setiap batch.
Contohnya, jadwal produksi, penyetelan, penanganan bahan, dan lain
– lain.
3. Aktivitas tingkat produk
Merupakan aktivitas yang dilakukan bila diperlukan untuk
mendukung berbagai produk yang diproduksi oleh perusahaan.
Aktiivitas ini mengkonsumsi input yang mmengembangkan produk
atau memungkinkan produk untuk diproduksi atau dijual, dan
cenderung meningkat sejalan dengan peningkatan jenis produk yang
4. Aktivitas tingkat fasilitas
Merupakan aktivitas yang menopang proses umum produksi suatu
pabrik. Aktivitas tersebut memberi manfaat bagi organisasi pada
bebagai tingkat, namun tidak memberikan manfaat pada setiap produk
secara spesifik. Contohnya, manajemen pabrik, depresiasi gedung, tata
letak.
2. 2. 5. 5 Penentuan Activity Cost Drivers
Cost Drivers merupakan suatu faktor yang menyebabkan
konsumsi sumber daya oleh aktivitas suatu produk. Metode ABC
menggunakan lebih banyak Cost Drivers untuk menelusuri biaya
aktivitas produksi dalam suatu proses produk yang menyerap sumber
daya yang digunakan dalam aktivitas yang bersangkutan.
Menurut Cooper (1991) dalam Sudiarsana (2001) dalam
Ardiansyah (2010), terdapat faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
memilih cost drivers :
1. Biaya pengukuran cost driver (cost measurement).
2. Korelasi antara cost driver yang dipilih dengan konsumsi aktual
aktivitas (degree of corelation).
3. Perilaku yang disebabkan oleh penggunaan cost driver (behavior
Sedangkan faktor – faktor yang harus dipertimbangkan dalam
penggunaan multiple cost driver menurt Cooper (1991) dalam Sudiarsana
(2001) dalam Ardiansyah (2010 : 29) adalah :
1. Tingkat keakuratan yang diharapkan dari biaya produk yang
dilaporkan. Semakin tinggi tingkat keakuratan yang diharapkan maka
semakin banyak cost driver yang dibutuhkan.
2. Tingkat keanekaragaman produk. Semakin besar tingkat
keanekaragaman produk maka semakin banyak cost driver yang
dibutuhkan.
3. Biaya relatif aktivitas yang berbeda. Semakin besar jumlah aktivitas
yang mewakili proporsi yang signifikan dari total biaya produk maka
semakin banyak cost driver yang dibutuhkan.
4. Tingkat keanekaragaman volume. Semakin besar lingkup ukuran
suatu batch maka semakin banyak cost driver yang dibutuhkan.
5. Penggunaan cost driver yang berkaitan secara tidak sempurna.
Semakin rendah korelasi cost driver dengan konsumsi aktual suatu
aktivitas maka semakin banyak cost driver yang dibutuhkan.
2. 2. 5. 6 Manfaat Activity Based Costing (ABC)
Rayburn (1999) menyebutkan beberapa keunggulan ABC
sebagai berikut :
1. ABC memperbaiki distorsi yang melekat dalam informasi biaya
penggerak yang dilakukan oleh volume. ABC lebih jauh mengakui
hubungan sebab akibat antara penggerak biaya dengan kegiatan.
2. ABC menawarkan bantuan dalam memperbaiki proses kerja dengan
menyediakan informasi yang lebih baik untuk membantu
mengidentifikasi kegiatan yang membutuhkan banyak pekerjaan,
sehingga berguna bagi perusahaan dengan biaya overhead yang tinggi,
produk yang beragam, dan berbagai macam ukuran batch pelaksanaan
produksi.
3. Informasi ABC mendorong perusahaan mengevaluasi kegiatan untuk
mengetahui mana yang tidak bernilai dan dapat dieliminasi.
4. Sistem ABC menyediakan data yang relevan, dengan syarat biaya
setiap kegiatan adalah sejenis dan benar – benar proporsional terhadap
penggerak biaya.
2. 2. 5. 7 Kendala Activity Based Costing (ABC)
Dalam Ardiansyah ( 2010 : 31) Penggunaan metode ABC ini
juga memiliki kendala sehingga manajer harus menperhatikan :
1. Alokasi
Beberapa biaya membutuhkan alokasi ke departemen atau produk
berdasarkan ukuran volume yang arbiter sebab tidak dapat ditemukan
aktivitas yang dapat menyebabkab biaya tersebut. Misalkan, gaji
2. Mengabaikan biaya
Biaya produk dan jasa yang diidentifikasi metode ABC cenderung
tidak mencakup seluruh biaya yang berhubungan dengan produk atau
jasa tersebut. Beberapa biaya, seperti biaya aktivitas pemasaran,
pengiklanan, penelitian dan pengembangan, tidak termasuk biaya
produk karena menurut prinsip akuntansi yang berlaku umum untuk
pelaporan keuangan mengharuskan biaya tersebut diberlakukan
sebagai biaya periodik.
3. Mahal dan menghabiskan waktu
Sistem ABC membutuhkan banyak waktu dan tidak murah untuk
dikembangkan dan dilaksanakan.
2. 2. 6 Perbedaan Sistem Perhitungan Biaya Tradisional dengan Activity Based Costing (ABC)
Warindrani (2006) dalam Ardiansyah (2010) merinci adanya
Tabel 2. 1 : Perbedaan Metode Tradisional dengan ABC
Tradisional Kontemporer (ABC)
Pemicu biaya : unit (unit level activity
drivers)
Pemicu aktivitas atas dasar unit merupakan
faktor yang menyebabkan biaya ketika
jumlah unit yang dihasilkan berubah.
Biaya overhead berubah secara
proporsional dengan unit pengukur selain
volume.
Pemicu biaya yang digunakan : unit
diproduksi, jam kerja langsung, biaya
tenaga kerja langsung, jam mesin, biaya
bahan baku.
Jumlah pemicu biaya yaitu yang
didasarkan pada unit dan non unit dan
didasarkan pada hubungan sebab akibat.
Macam : tarif tunggal dan tarif berbeda
yang berlaku untuk tiap departemen.
Macam : metode ABC
Hanya menyediakan informasi biaya. Disamping menyediakan informasi biaya
juga kinerja aktivitas.
2. 3 Model Analisis
Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Gambar 2. 7 : Model Analisis
Cement Retarder
Kesimpulan Sumber daya, aktivitas
pembuatan, data.
Alokasi berdasarkan
cost driver Activity Based Cost
System (ABC)
Sistem perhitungan biaya tradisional
Tarif berdasarkan kebijakan Manajemen