• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KERANGKA TEORI

2.3. Bisnis Internasional

Sebelum memahami apa yang dimaksud dengan bisnis internasional, perlu diketahui apa yang dimaksud dengan bisnis. Beberapa ahli mengungkapkan pendapat mereka tentang defenisi bisnis. Di antaranya adalah sebagai berikut.

Menurut Nilasari dan Wiludjeng, bisnis adalah aktivitas-aktivitas yang terorganisir untuk menghasilkan barang dan jasa dengan tujuan untuk memperoleh laba (2006: 2).

Menurut Boone dan Kurtz, bisnis adalah semua jenis aktivitas dan usaha untuk mencari keuntungan dengan menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan bagi sistem perekonomian (2008: 5).

Menurut Nickels dan Mchugh, bisnis adalah aktivitas apapun yang berusaha untuk menyediakan barang dan jasa kepada pihak-pihak lain saat mengoperasikannya untuk mencapai laba (2009:4).

Berdasarkan pengertian yang dikemukakan para ahli di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa bisnis adalah kegiatan atau usaha untuk memperoleh suatu keuntungan atau laba melalui penyediaan barang dan jasa bagi pihak lain. Bisnis tidak dapat dipisahkan dari penjualan. Sebagai kegiatan menyediakan barang dan jasa kepada pihak lain, bisnis sangat bergantung pada aktivitas penjualan.

2.3.1. Defenisi Bisnis Internasional

Berikut ini merupakan pendapat yang dikemukakan para ahli mengenai bisnis internasional.

Menurut Daniels, Radebaugh dan Sullivan (diakses dari http:// mariatambunan8.blogspot.com/2011/09/tugas-rangkuman-bisnis-internasional. html?m=1), bisnis internasional ialah semua transaksi komersial baik oleh swasta maupun pemerintah diantara dua negara atau lebih.

Menurut Charles Hill (diakses dari http://mariatambunan8.blogspot.com /2011/09/tugas-rangkuman-bisnis-internasional.html?m=1), bisnis internasional ialah perusahaan yang terlibat dalam perdagangan maupun investasi internasional.

Bisnis internasional mengandung unsur kegiatan transaksi yang melampaui batas negara. Suatu bisnis yang dapat dikatakan dengan bisnis internasional hanya apabila di dalamnya terdapat transaksi yang dilakukan oleh setidaknya dua negara yang berbeda, baik dilakukan secara pribadi, kolektif, maupun oleh organisasi.

2.3.2. Hakikat Bisnis Internasional

Bisnis internasional atau dikenal dengan istilah international trade adalah bisnis yang kegiatan-kegiatannya melewati batas-batas negara. Defenisi ini tidak hanya termasuk perdagangan internasional dan pemanufakturan di luar negri, tetapi juga industri jasa yang berkembang di bidang-bidang seperti transportasi pariwisata, perbankan, periklanan, konstruksi, perdagangan eceran, perdagangan besar dan komunikasi massa.

Adapun transaksi bisnis yang dilakukan oleh suatu negara dengan negara lain sering disebut sebagai bisnis internasional. Di lain pihak, transaksi tersebut dilakukan oleh suatu perusahaan dalam suatu negara dengan perusahaan lain atau individu di negara lain disebut pemasaran internasional. Namun, pemasaran

internasional ini juga dapat diartikan sebagai sebuah bisnis internasional berdasarkan defenisi dan tujuan bisnis.

Dalam hal perdagangan internasional yang merupakan transaksi antar negara itu kerap dilakukan dengan cara tradisional yaitu dengan cara ekspor dan impor. Dengan adanya transaksi ekspor dan impor tersebut maka akan timbul

“Neraca Perdagangan Antar Negara” atau “Balance Of Trade”. Suatu negara

dapat mengalami surplus atau defisit pada neraca. Surplus menunjukkan keadaan dimana nilai ekspor negara tersebut lebih tinggi dari nilai impornya. Sebaliknya, defisit apabila nilai impornya lebih tinggi dibanding nilai ekspornya.

Pemasaran internasional yang dikenal sebagai bisnis internasional merupakan keadaan dimana suatu perusahaan dapat terlibat dalam suatu transaksi bisnis dengan negara lain ataupun masyarakat umum di luar negri. Dalam hal semacam ini maka pengusaha tersebut akan terbebas dari hambatan perdagangan dan tarif bea masuk karena tidak ada transaksi ekspor impor. Dengan masuknya langsung dan melaksanakan kegiatan produksi dan pemasaran di negri asing maka tidak terjadi kegiatan ekspor impor. Produk yang dipasarkan dapat berupa barang dan maupun jasa.

2.3.3. Aspek yang Mempengaruhi Terjadinya Bisnis Internasional Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, aspek didefenisikan sebagai tanda; sudut pandangan; permunculan atau penginterpretasian gagasan, masalah, situasi dan sebagainya sebagai pertimbangan yang dilihat dari sudut pandang tertentu. Ada beberapa aspek yang mempengaruhi terjadinya bisnis internasional yang dikemukakan oleh para ahli berikut ini.

Teori yang dikemukakan oleh Boone dan Kurtz (2008:151) tentang sudut pandang atau faktor yang mendorong terjadinya bisnis internasional diuraikan sebagai berikut.

a. Sumber-sumber faktor produksi internasional. Keputusan-keputusan bisnis untuk beroperasi di luar negri akan bergantung pada ketersediaan, harga dan kualitas tenaga kerja, sumber daya alam, modal dan kewirausahaan. Perguruan tinggi di universitas di India menghasilkan ribuan insinyur dan ilmuwan komputer yang berkualifikasi tinggi setiap tahunnya. Untuk mengambil keuntungan dari sumber daya ini, banyak perusahaan peranti lunak di Amerika Serikat mulai menjalankan operasinya di India. 2.200 (dua ribu dua ratus) orang profesional bekerja untuk berbagai perusahaan berbasis bisnis elektronik (e-business) di Hyderabad, India.

b. Ukuran pasar internasional. Selain sumber daya manusia dan alam, kewirausahaan dan modal, ketertarikan perusahaan pada bisnis internasional diakibatkan oleh besarnya pangsa pasar global. Tingkat populasi dunia yang hidup di negara kurang berkembang meningkat dari tahun ke tahun karena negara-negara berkembang memiliki tingkat kelahiran yang lebih rendah. Seiring dengan meningkatnya keterlibatan negara-negara berkembang di dalam bisnis global, potensi untuk menjangkau kelompok-kelompok konsumen baru turut meningkat. Wilayah-wilayah yang merupakan mitra perdagangan global yang paling penting bagi Amerika Serikat juga mencerminkan pasar-pasar yang mulai tumbuh seperti India, Malaysia dan Vietnam.

c. Keunggulan komparatif dan keunggulan absolut. Suatu negara dapat mengembangkan keunggulan komparatif atas suatu produk apabila ia dapat memasok produk tersebut secara lebih efisien dan dengan harga yang lebih rendah dari pada jika memasok produk-produk lain, dibandingkan dengan keluaran negara-negara lain. Suatu negara memiliki keunggulan absolut dalam membuat suatu produk apabila ia dapat mempertahankan monopoli atau ia dapat memproduksi dengan biaya yang lebih rendah dari pada pesaingnya.

Dalam pandangan ekletik John Dunning tahun 1997 mengusulkan 2 (dua) keunggulan sebagai berikut.

a. Keunggulan kepemilikan, yakni keunggulan kompetitif yang dimiliki perusahaan seperti teknologi, keahlian manajemen dan skala keekonomian.

b. Keunggulan lokasi, mencakup biaya relevan, risiko dan kondisi regulatori di negara-negara yang tengah dipertimbangkan. Hal ini meliputi biaya produksi nasional, tarif pajak, biaya transportasi internasional dan risiko politis.

Dokumen terkait