• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Sel Goblet

4.3 Bobot Badan Mencit

Saluran pencernaan memberi tubuh persediaan akan air, elektrolit, dan makanan. Untuk mencapai hal ini dibutuhkan pergerakan makanan melalui saluran pencernaan, sekresi getah pencernaan dan pencernaan makanan. Selain itu dibutuhkan absorbsi hasil pencernaan, air, dan berbagai elektrolit, sirkulasi darah melalui organ-organ gastrointestinal untuk membawa zat-zat yang diabsorbsi dan pengaturan semua fungsi ini oleh sistem saraf dan hormonal. Kondisi sel-sel saluran pencernaan yang baik akan menunjang proses pencernaan yang optimal. Keutuhan mukosa lambung dan usus halus dapat melindungi permukaannya dari infeksi mikroorganisme patogen dan mencegah penurunan reabsorbsi zat-zat makanan. Sel parietal dan sel chief di lambung bekerja sama dalam sintesis pepsinogen. Sel chief menghasilkan pepsinogen dan baru dapat diubah menjadi pepsin jika dalam suasana asam. Sekresi dari sel-sel parietal akan menjaga kondisi

lambung tetap asam sehingga dapat memperkecil kemungkinan infeksi dari mikroorganisme patogen.

Vili usus yang baik ditunjang oleh kondisi kripta yang baik pula. Sel-sel epitel di dalam kripta terus-menerus mengalami mitosis, dan sel-sel baru secara perlahan-lahan bermigrasi sepanjang membran basal naik ke atas keluar dari kripta menuju tepi vili sehingga secara terus-menerus menggantikan epitel vili. Peningkatan jumlah kripta dan tinggi vili usus halus kelompok perlakuan akan memperluas permukaan vili sebagai tempat absorbsi nutrien. Jumlah sel radang pada lapis mukosa lambung dan usus halus, sel mukus permukaan lambung serta sel goblet usus halus kelompok perlakuan lebih rendah daripada mencit kelompok kontrol dapat diindikasikan bahwa kemungkinan terjadinya infeksi pada lambung dan usus halus adalah kecil. Peningkatan jumlah sel parietal dan sel chief pada lambung, jumlah kripta dan tinggi vili usus halus mencit dapat meningkatkan proses pencernaan. Oleh karena itu zat-zat makanan yang masuk ke dalam tubuh dapat diabsorbsi secara efektif dan digunakan sel-sel untuk menunjang kelangsungan hidupnya. Hal ini dapat didukung oleh data rataan bobot mencit sebelum dan sesudah diberikan ekstrak minyak jintan hitam dan kombinasinya dengan madu. Data tersebut dapat dilihat pada Tabel 15 dan Tabel 16.

Tabel 15 Rataan bobot badan (g) mencit jantan sebelum dan setelah perlakuan ekstrak minyak jintan hitam (JH)

Jenis

Kelamin Waktu

Perlakuan

Kontrol JH preventif JH kuratif JH + madu

Jantan Sebelum 17.82±3.14 a 19.43 ± 2.91a 18.64±2.49a 16.63 ± 1.77a Setelah 26.16±1.52 b 27.34 ±1.03b 35.78 ± .66b 33.82 ±1.24b

Keterangan: Huruf superscript yang berbeda pada kolom yang sama menyatakan adanya perbedaan yang signifikan (p<0.05) antara sebelum dan sesudah masa perlakuan.

Tabel 16 Rataan bobot badan (g) mencit betina sebelum dan setelah perlakuan ekstrak minyak jintan hitam (JH)

Jenis

Kelamin Waktu

Perlakuan

Kontrol JH preventif JH kuratif JH + madu Betina Sebelum 15.87±2.41

a 19.23 ±2.68a 19.34± 2.22a 19.21± 2.59 a Setelah 26.67±0.61 b 26.94±0.50b 26.81±1.32b 24.25±0.64 b

Keterangan: Huruf superscript yang berbeda pada kolom yang sama menyatakan adanya perbedaan yang signifikan (p<0.05) antara sebelum dan sesudah masa perlakuan.

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan (p<0.05) antara bobot badan mencit sebelum dan sesudah pemberian ekstrak minyak jintan hitam dan kombinasinya dengan madu. Hal ini mengindikasikan bahwa ekstrak minyak jintan hitam dapat meningkatkan bobot badan mencit baik pada jantan maupun betina. Peningkatan bobot badan ini berhubungan dengan adanya peningkatan jumlah sel-sel yang terdapat pada lambung dan usus halus. Sel- sel seperti sel parietal, sel chief pada lambung, kripta, dan vili usus halus yang tinggi dapat menunjang proses pencernaan. Proses pencernaan zat-zat makanan yang masuk ke dalam tubuh menjadi lebih efektif.

5.1 Simpulan

Pemberian ekstrak minyak jintan hitam berpengaruh terhadap gambaran histologi lambung dan usus halus mencit. Pemberian ekstrak minyak jintan hitam dan kombinasi madu menyebabkan peningkatan jumlah sel parietal, sel chief pada lambung, jumlah kripta, tinggi vili, dan penurunan sel mukus permukaan lambung, dan sel goblet pada usus halus mencit kelompok perlakuan. Jumlah sel radang pada lapis mukosa lambung dan usus halus mencit yang diberi ekstrak minyak jintan hitam dan kombinasi madu lebih rendah daripada kelompok kontrol. Perubahan jumlah parameter-parameter tersebut dapat dijadikan indikator peningkatan proses pencernaan. Proses pencernaan menjadi lebih efektif dengan meningkatnya sel parietal dan sel chief untuk mensintesis protein serta mencegah infeksi mikroorganisme patogen. Selain itu, semakin banyak jumlah kripta dan semakin tinggi vili usus halus menyebabkan semakin luas permukaan usus halus sebagai tempat absorbsi zat-zat makanan. Data ini juga menunjukkan adanya aktivitas proteksi sel terhadap kerusakan dan aktivitas anti inflamasi ekstrak minyak jintan hitam pada saluran pencernaan mencit. Kelompok mencit yang diberikan ekstrak minyak jintan hitam kombinasi dengan madu lebih baik daripada kelompok mencit kontrol maupun kelompok mencit yang hanya diberikan ekstrak minyak jintan hitam.

5.2 Saran

 Perlu dilakukan penelitian pengaruh pemberian ekstrak minyak jintan hitam terhadap hewan model yang mengalami gangguan gastrointestinal.

 Perlu dilakukan penelitian dengan waktu perlakuan yang lebih lama untuk mengetahui pengaruh ekstrak minyak jintan hitam dalam jangka panjang.

Al-Saleh IA, Billedo G, El-Doush II. 2006. Levels of selenium, DL-alfa-tocopherol, DL-gamma-DL-alfa-tocopherol, all-trans-retinol, thymoquinone and thymol in different brands of Nigella sativa L, seeds. J Food Comp Anal (19): 167-175.

Achyad DE, Rasyidah R. 2000. Jintan hitam (Nigella sativa L.). [terhubung berkala] www.asiamaya.com. [10 Agustus 2011].

Ariens EJ, Mutschler E, Simonis AM. 1986. Toksikologi Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Pr. hlm 1-14.

Azrimaidaliza. 2007. Vitamin A, Imunitas, dan Kaitannya dengan Penyakit Infeksi. J. Kesehatan Masyarakat. I(2): 90-96.

Babayan VK, Koottungal D, Halaby GA. 2006. Proximate analysis, fatty acid and amino acid composition of Nigella sativa L. seeds. J Food Sci (43):1314-1315.

Besselsen DG. 2004. Biology of laboratory rodent. [terhubung berkala]. http://www.ahsc.arizona.edu/ [ 23 Juni 2011].

[BPLHD Jawa Barat] Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Jawa Barat. 2009.

Pencemaran air. [terhubung berkala].

http://www.bplhdjabar.go.id/index.php/ [23 Juni 2011].

Boudinot S. 2010. Anatomy of the Gastrointestinal Tract and Drug Absorption [terhubung berkala]. http://www.chemcases.com/ [5 Oktober 2010].

[CCR] Clinical Cancer Research. Balb/c Mice as a preclinical model for altitrexed- induced gastrointestinal toxicity. 2000. 6; 285. [terhubung berkala]. http://clincancerres.aacrjournals.org [24 Januari 2010].

Chakhravarty N. 1993. Inhibition of histamine release from mast cells by Nigellone. Ann Allergy.70: 237–242.

Diamita AA. 2009. Pengaruh pemberian minyak wijen (Sesamum indicum Linn.) dengan cold press bertingkat terhadap kerusakan histologis lambung mencit (Mus musculus) yang diinduksi aspirin [skripsi]. Surakarta: Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret.

Dorman HJD, Deans SG. 2000. Antimicrobial agents from plants : antibacterial activity of plant volatile oils. J App Microbiol 88: 308-316.

El-Dakhakhny M, Madi NJ, Lembert N, Ammon HP. 2002. Nigella sativa oil nigellone and derived thymoquinone inhibit synthesis of 5-lipoxygenase products in polymorphonuclear leukocytes from rats. J Ethnopharmacol 81:161-164.

El Gazzar MA et al. 2006. Anti-inflammatory effect of thymoquinone in a mouse model of allergic lung inflammation. Int Immunopharmacol 6:1135–1142. Fankhauser DB. 2009. Digestive system histology. [terhubung berkala]

http://biology.clc.uc.edu/fankhauser/Labs/Anatomy_&_Physiology/A&P20 3/Digestive_Sys_Histology [21 Juli 2011].

Frappier BL. 2006. Digestive System. Di dalam: JA Eurell dan BL Frappier, Editor. Dellmann’s Texbook of Veterinary Histology. Ed ke-6. Oxford: Blackwell Publishing. Hlm: 170-211.

Ganong WF. 2005. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 20. Andrianto P

penerjemah. Jakarta: EGC. Terjemahan dari: Review of Medical Physiology hlm 486-507.

Gartner LP, Hiatt JL. 2001. Color Texbook of Histology Ed ke-2. Philadelphia: W.B Saunders Company. hlm 398-406

Gunin A. 2000. Histology images. [terhubung berkala] www.histol.chuvashia.com [6 Agustus 2011].

Guyton AC, Hall JE. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed ke-9. Setiawan I, Tengadi KA, Santoso A, penerjemah; Setiawan I, editor. Jakarta: EGC. Terjemahan dari: Textbook of Medical Phisiology. hlm 987-1035.

. 2005. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed ke-11. Setiawan I, Tengadi KA, Santoso A, penerjemah; Setiawan I, editor. Jakarta: EGC. Terjemahan dari: Textbook of Medical Physiology. hlm 529-553.

Hall AG. 1999. The role of glutathione in the regulation of apoptosis. Eur. J. Clin. Invest. 29: 238-245.

Houghton PJ, Zarka R. 1995. Fixed oil of Nigella sativa L. and derived thymoquinone inhibit eicosanoid generation in leukocytes and membrane lipid peroxidation. Planta Med. 61(1):33-36.

Hrapkiewiez K, Mediana L. 2007. Clinical Laboratory Animal Medicine. Ed. Ke-3. US of America: Blackwell Pub.

Hutapea JR. 1994. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (III). Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depkes RI. hlm 163-165.

Hyman M. 2010. Glutathione: The Mother of All Antioxidant. [terhubung berkala] http://www.huffingtonpost.com [ 8 Januari 2012].

Ika S. 2005. Gambaran sel radang dan lesio pada usus ayam buras akibat infeksi campuran virus newcastle disease dan cacing Ascaridia galli [skripsi]. Bogor. Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Jamroz DT, Wertelecki M, Houszka, Kamel C. 2006. Influence of diet type on the inclusion of plant origin active substances on morphological and histochemical characteristics of the stomach and jejunal walls in chicken. J. Anim. Physiol. Anim. Nutr. 90: 255-260.

Kamel C, Bochra K, Hanene J, Kacem M, Amina B. 2011. Antibacterial activity of thymoquinone an active principle of Nigella sativa and its potency to prevent bacterial biofilm formation. BMC Compl Alt Med 11:29

Kesic A et al. 2009. The influence of L-ascorbic acid content on total antioxidant activity of bee-honey. Eur J Sci Res 32(1): 96-102.

Lambert R, Skandamis P, Coote P, Nychas G. 2001. A study of the minimum inhibitory concentration of action oregano essential oil, thymol and carvacrol. J App Microbiol. 91:453-462.

Malole MBM, Pramono CSU. 1989. Penggunaan Hewan-hewan Percobaan di Laboratorium. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Pusat Antar Universitas Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor. Hlm: 94-103.

Mile RD, Butcher GD, Henry PR, Littlel RC. 2006. Effect of antibiotic growth promotors on broiler performance, intestinal growth parameters, and quantitative morphology. J Poultry Sci 85: 476-485.

Mitchell MA, Carlisle AJ. 1992. The effects of chronic exposure to elevated environmental temperature on intestinal morphology and nutrient absorption in the domestic fowl (Gallus domesticus). Comp. Biochem. Physiol. 101A: 137-142.

Paarakh MP. 2010. Nigella sativa Linn.- a comprehensive review. Indian J Nat Prod Resour. 1(4):409-429.

Murti B. 1996. Penetapan Metode Statistika Non Parametrik Dalam Ilmu-ilmu Kesehatan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. hlm 110-115.

Nergiz C, Ötles S. 1993. Chemical composition of Nigella sativa L. seeds. J Food Chem. 48:259-261.

[NIPHE] National Institute of Public Health and the Environment. 2011. Stomach. [terhubung berkala] http://www.rivm.nl [ 5 Januari 2011].

Noorcahyati S. 2003. Pemantauan kadar imunoglobulin M (IgM) dan imunoglobulin G (IgG) Chlamydia pneumoniae pada penderita asma di rumah sakit umum pusat H. Adam Malik Medan [tesis]. Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatra Utara.

Poot M, Teubert H, Rabinovitch PS, Kavanagh TJ. 1995. Denovo synthesis of glutathione is required for both entry into and progression through the cell cycle. J. Cell. Physiol. (163): 555-560.

Rafsanjani FN, Shahrani M, Vahedian J. 2006. Garlic effects on gastric acid and pepsin secretions in rat. Pak J Med. 3(22): 265-2006.

Raharja K, Tan HT. 2007. Obat-obat Penting: Khasiat, Pengunaan, dan Efek Sampingnya. Jakarta: Elex Media Komputindo. hlm 257.

Raslytetebano. 2011. Rancangan Percobaan racun sianida pada mencit. [terhubung berkala] http://raslytetebano.wordpress.com [10 Agustus 2011].

Rotinsulu DA. 2008. Studi histopatologi pengaruh infeksi Enterobacter sakazakii pada mencit (Mus musculus) neonatus [skripsi]. Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

[SAHB] School of Anatomy and Human Biology, The University of Western Australia. 2009. Blue histology-gastrointestinal tract. [terhubung berkala] http://www.lab.anhb.uwa.edu.au [10 Agustus 2011].

Shackelford CC, Elwell MR. 1999. Small and Large Intestine, and Mesentary. Di dalam: RR Maronpot, GA Boorman, BW Gaul, Editor. Pathology of the Mouse Reference and Atlas. Vienna: Cache River Press. hlm 81-115.

Sigit K. 2004. Klasifikasi dan Filogeni dalam Bahan Kuliah Biologi Hewan. Bagian Anatomi Departemen Anatomi. Bogor: FKH IPB. hlm 91.

Smith JB, Mangkoewidjojo S. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta: UI Press. hlm 10-36.

Suranto A. 2004. Madu Herbal (Khasiat dan Manfaat). Jakarta: PT Agromedia Pustaka. hlm 19-29.

Subiyanto AA, Diding . 2008. Pengaruh minyak jinten hitam (Nigella sativa L.) terhadap derajat inflamasi saluran nafas. Majalah Kedokteran Indonesia. 6(58):200-204.

Thippeswamy NB, Naidu KA. 2005. Antioxidant potency of cumin varieties-cumin, black cumin and bitter cumin on antioxidant systems. Euro Food Res. Tech. 220: 472-476.

Tirtawinata TC. 2006. Makanan dalam Perspektif Al Quran dan Ilmu Gizi. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. hlm 178-180.

Townsend MC. 2003. Drug Guide for Psychiatric Nursing. Philadelphia: EGC. hlm 205.

Ulfah M. 2006. Potensi tumbuhan obat sebagai fitobiotik multi fungsi untuk meningkatkan penampilan dan kesehatan satwa di penangkaran. Media Konservasi. 3(XI): 109-114.

Vobiscum D. 2011. Nigella sativa-Black cumin. [terhubung berkala] http://www.plant-biology.com [5 Januari 2012].

WHO. 2005. Food safety and foodborne illness. [terhubung berkala] www.who.int.com. [24 Januari 2010].

Zaoui A et al. 2002. Effects of Nigella sativa fixed oil in blood homeostasis in rat. J Ethnopharmacol 79:23-26.

Lampiran 1

Perhitungan Dosis Obat Pretreatment:

1. Antihelmintik (Albendazole®)

Konsentrasi Albendazol : 5 % (5 g dalam 100 ml atau 50 mg/ml) Dosis Albendazol mencit :10 mg/ kg bobot badan

Rata-rata BB mencit : 20 g

Dosis pemberian Albendazol :Rata-rata bobot badan X dosis Konsentrasi Albendazole : 0.02 kg X 10 mg/kg 50 mg/ml : 0.004 ml/ekor/hari 2. Antibiotik (Clavamox ®) Konsentrasi Clavamox ® : 125 mg/ 5 ml = 25 mg/ml Dosis untuk manusia : 25 mg/kg BB/hari

Dosis pemberian untuk mencit : Rata-rata bobot badan X dosis

Konsentrasi Clavamox

: 20 g x 25 mg/kg

25 mg/ml : 0.02 ml/ekor/hari 3. Antiprotozoa (Flagyl ®)

Konsentrasi 1 tablet untuk manusia 50 kg : 500 mg/tablet, 3x pemakaian : 1500 mg dilarutkan dalam 100 ml air

: 15 mg/ml

Dosis obat : 3 x 500 mg = 30 mg/kg

50 kg

Dosis untuk mencit : Rata-rata bobot badan X dosis Konsentrasi Flagyl

: 20 g x 30 mg/kg = 0.04 ml/ekor/hari 15 mg/ml

4. Ekstrak minyak jintan hitam

Dosis preventif manusia BB 50 kg = 3 x 2 sendok makan/hari Diasumsikan 1 sendok makan = 15 ml

= 15ml = 0.3 ml/kg BB x 2 sendok makan = 0.6 ml/kg 50 kg

Dosis preventif mencit 30 g = 30 g x 0.6 ml x 3 = 0.054 ml/hari = 0.1ml/hari

1000 g

Dosis kuratif = 2x dosis preventif = 2 x 0.1 ml/hari = 0.2 ml/hari Dosis ekstrak minyak jintan hitam + madu = 0.3 ml/hari

Lampiran 2 Analisis Data A.Lambung 1. Sel Parietal Oneway ANOVA Jenis Kelamin Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Jantan Between Groups Within Groups Total 250647.574 566473.917 817121.491 3 106 109 83549.191 5344.094 15.634 .000

Betina Between Groups Within Groups Total 116578.964 471178.900 587757.864 3 106 109 38859.655 4445.084 8.742 .000

Post Hoc Test

Homogeneous Subsets

Sel Parietal Duncan

Jenis Kelamin

Perlakuan N Subset for alpha = 0.05

1 2 3 Jantan Kontrol 20 44.7500 JH preventif 30 161.5333 JH kuratif 30 167.5000 JH madu 30 174.6000 Sig. 1.000 .543 Betina Kontrol 20 76.7000 JH preventif 30 1.2877E2 JH kuratif 30 1.7087E2

JH madu 30 1.5273E2 1.5273E2

Sig. 1.000 .192 .323

Means

Case Processing Summary

Jenis Kelamin

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

Jumlah.sel.parietal.jantan * Perlakuan 110 100.0% 0 .0% 110 100.0% Jumlah.sel.parietal.betina * Perlakuan 110 100.0% 0 .0% 110 100.0%

Report

Jenis

Kelamin Perlakuan Mean N Std. Deviation

Jantan Kontrol 44.7500 20 24.85511 JH preventif 1.6750E2 30 98.04318 JH kuratif 1.6153E2 30 83.81619 JH madu 1.7460E2 30 49.91206 Total 1.4549E2 110 86.58249 Betina Kontrol 76.7000 20 47.97379 JH preventif 1.2877E2 30 72.55185 JH kuratif 1.7087E2 30 73.36105 JH madu 1.5273E2 30 63.98488 Total 1.3732E2 110 73.43210 2. Sel Chief

Dokumen terkait