BAB II. LANDASAN TEORI
2.4 Bobot Indikator IPKM
Penentuan bobot setiap indikator berdasarkan 4 (empat) unsur yaitu : 1. Keterpaparan (besar dan luas masalah yang ada di masyarakat) 2. Dampak ( dampak terhadapa status kesehatan)
3. Urgensi (perlu kecepatan untuk dilakukan penanganan)
4. Sulit diatasi (masalah kesehatan yang tidak mudah diselesaikan).
16
Pemberian bobot diawali dengan memberi bobot satu untuk setiap indiaktor. Selanjutnya, tiap indikator mendapatkan tambahan bobot sesuai dengan penilaian empat unsur diatas.
Sehingga, jika keempat unsur diatas terpenuhi maka indikator tersebut akan mempunyai bobot sebesar lima (bobot tertinggi).
Berikut adalah bobot untuk setiap indiaktor berdasarkan IPKM 2013.
Tabel 2.2Bobot Masing-masing Indikator IPKM
No. Indikator Bobot Kategori
Bobot 1. Kesehatan Balita
1 Balita gizi buruk dan kurang 5 Mutlak
2. Kesehatan Reproduksi
7 Penggunaan alat kontrasepsi (MJKP) 5 Mutlak 8 Pemeriksaan kehamilan (K4:1-1-2) 5 Mutlak 9 Kurang Energi Kronik (KEK) pada WUS 5 Mutlak
3. Pelayanan Kesehatan
10 Persalinan oleh nakes di Faskes 4 Penting 11 Proporsi kecamatan dengan kecukupan
jumlah dokter per penduduk 5 Mutlak 12 Proporsi desa dengan kecukupan
jumlah
Posyandu per desa
4 Penting 13 Proporsi desa dengan kecukupan
jumlah
bidan per penduduk
3 Perlu 14 Kepemilikan Jaminan Pelayanan
Kesehatan 4 Penting
4. Perilaku Kesehatan
15 Merokok 4 Penting
16 Cuci tangan dengan benar 3 Perlu 17 Buang air besar di jamban 3 Perlu
18 Aktivitas fisik cukup 3 Perlu
19 Menggosok gigi dengan benar 3 Perlu 5. Penyakit Tidak Menular
20 Hipertensi 5 Mutlak
17
No. Indikator Bobot Kategori
Bobot
21 Cedera 5 Mutlak
22 Diabetes Mellitus 5 Mutlak
23 Gangguan Mental 4 Penting
24 Obesitas Sentral 4 Penting
25 Sakit Gigi dan Mulut 4 Penting
6. Penyakit Menular
26 Pneumonia balita 5 Mutlak
27 Diare 4 Penting
28 ISPA balita 4 Penting
7. Kesehatan Lingkungan
29 Akses Sanitasi 3 Perlu
30 Akses Air Bersih 3 Perlu
2.5 Tinjauan Statistika
Statistika deskriptif adalah statistika yang berkaitan dengan meringkas informasi dari datat atau sampel yang dikumpulkan. Cara-cara sederhana untuk mengolah data yang terdiri atas pembuatan grafik dan perhitungan mengenai ukuran pemusatan dan sebaran data. Dengan cara-cara ini dapat diperoleh informasi mengenai data anata lain pola atau bentuk, pemusatan dan sebaran data serta hubungan antar data. Namun dalam statistika diskriptif data yang diperoleh tidak dapat diambil kesimpulan. Dalam statistika deskriptif dikenal istilah ukuran pemusatan data dan ukuran penyebaran data.
Ukuran pemusatan data yang paling sering digunakan adalah nilai Mean, Median dan Modus. Mean adalah rata-rata dari beberapa buah data, nilai mean dapat ditentukan dengan membagi jumlah data dengan banyaknya data (Walpole, 1995). Mean didenotasikan dengan x.Median adalah nilai tengah sehingga 50% data dibawah median dan 50% diatas median. Untuk menghitungnya data disusun terlebih dahulu. Median merupakan nilai sentral dari sebuah distribusi frekuensi sampel. nilai sedemikian merupakan nilai sentral berhubung dengan posisi sentral yang dimilikinnya dalam distribusi sampel tersebut. Tidak mengherankan jika median juga dinamakan rata-rata posisi (positional average). Secara teoritis, median membagi seluruh jumlah observasi atau pengukuran
18
sampel ke dalam dua bagian yang sama. Penentuan median disusun mulai dari data terkecil sampai data terbesar. Median gugus data yang telah diurutkan dari yang terkecil sampai terbesar atau sebaliknya adalah pengamatan yang tepat ditengah-tengah bila banyaknya pengamatan itu ganjil atau rata-rata kedua pengamatan yang tengah bila yang tengah bila banyaknya genap (Walpole,1995). Modus segugus pengamatan adalah nilai yang sering terjadi paling sering muncul atau yang mempunyai frekuensi paling tinggi (Walpole, 1995).
Berikut adalah rumus untuk mencari mean, median dan modus dari data secara berturut-turut.
𝒙 = 𝒏𝒊=𝟏𝒙𝒊 𝒏
𝑴𝒆 = 𝑸𝟐=
𝒙𝒊+𝟏 𝟐
𝒋𝒊𝒌𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏𝒋𝒊𝒍 𝒙𝒊
𝟐
+ 𝒙𝒊 𝟐+𝟏
𝟐 𝒋𝒊𝒌𝒂𝒏𝒈𝒆𝒏𝒂𝒑
𝑴𝒐 = 𝐋 + 𝐢 𝐛𝟏 𝐛𝟏+ 𝐛𝟐 Keterangan :
𝒙 = Mean 𝑴𝒆 = Median 𝑴𝒐 = Modus 𝒙𝒊 = Data ke-i
𝒏 = Banyaknya data
𝐋 = Tepi bawah kelas yang memiliki frekuensi terbesar 𝐛𝟏 = Frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas interval
terdekat sebelumnya
𝐛𝟐 = Frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas interval terdekat sesudahnya
19 BAB III.
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Sumber Data
Data yang digunakan untuk menyusun IPKM kabupaten Mojokerto tahun 2017 merupakan data dari Profil Kesehatan Kabupaten Mojokerto tahun 2017, dan DP2KB2P.
3.2 Langkah Pengelolaan dan Analisa Data
Pembentukan IPKM menggunakan tiga data survei nasional yaitu Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), dan Survei Potensi Desa (PODES). Susenas dan Riskesdas merupakan survei berbasis pada masyarakat, sedangkan Podes berbasis pada desa. Susenas dan Podes dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik, sedangkan Riskesdas dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan. Data-data tersebut dapat digunakan oleh para perencana pembangunan untuk melihat keadaan, memonitor, dan mengevaluasi keberhasilan pembangunan yang telah dilakukan.
Tabel 3.1 Perhitungan Indikator IPKM Kabupaten Mojokerto 2017
No Indikator Perhitungan
Kesehatan Balita
1
Prevalensi balita gizi buruk dan kurang (%)
jumlah balita gizi buruk jumlah balita *100 jumlah bayi lahir hidup *100
4 Cakupan imunisasi lengkap
jumlah bayi imunisasi lengkap jumlah bayi *100
Kesehatan Reproduksi
5 Proporsi KB (MJKB)
jumlah Pengguna MJKP Jumlah PUS *100
20
No Indikator Perhitungan
6
Cakupan kunjungan Ibu Hamil (K4)
jumlah pemeriksaan kehamilan Jumlah ibu hamil *100
Pelayanan Kesehatan
7
Proporsi
persalinan oleh tenga medis
jumlah persalinan oleh tenaga medis Jumlah persalinan *100
8
Proporsi
kecukupan jumlah dokter
jumlah dokter per kecamatan Jumlah penduduk per kecamatan*100
9
Proporsi
kecukupan jumlah posyandu
jumlah posyandu per kabupaten Jumlah desa *100
10
Proporsi
kecukupan jumlah bidan
jumlah bidan per kabupaten Jumlah penduduk *100
jumlah kepemilikan jaminan pelayanan kesehatan Jumlah penduduk *100
Perilaku Kesehatan
12 Proporsi merokok jumlah penduduk yang merokok Jumlah penduduk usia > 10 tahun*100
13
Proporsi cuci tangan dengan benar
jumlah rumah tangga cuci tangan dengan benar Jumlah rumah tangga *100
14 Proporsi buang air besar di jamban
jumlah penduduk buang air besar dijamban Jumlah penduduk *100
15
Proporsi
menggosok gigi dengan benar
jumlah anak menggosok gigi dengan benar Jumlah anak SD *100
Penyakit Tidak Menular 16 Prevalensi
hipertensi
jumlah hipertensi
Jumlah penduduk usia > 15 thn*100 17 Prevalensi
diabetes melitus
jumlah diabetes militus Jumlah penduduk usia > 15 thn*100 18 Prevalensi
gangguan mental
jumlah penderita gangguan mental Jumlah penduduk usia > 15 tahun *100
21
No Indikator Perhitungan
19 Prevalensi obesitas sentral
jumlah penderita obesitas sentral Jumlah penduduk usia > 15 thn *100 20 Prevelensi sakit
gigi dan mulut
jumlah penderita sakit gigi dan mulut Jumlah penduduk *100
Penyakit Menular 21 Prevalensi
pneumonia balita
jumlah penderita pneumonia Jumlah balita *100
22 Prevalensi diare jumlah penderita diare Jumlah penduduk *100 23 Prevalensi ISPA
balita
jumlah penderita ISPA balita Jumlah balita *100
Kesehatan Lingkungan 24 Proporsi akses
sanitasi
jumlah pengguna akses sanitasi Jumlah penduduk *100
25 Proporsi akses air bersih
jumlah pengguna akses air bersih Jumlah penduduk *100
3.3 Perhitungan IPKM Kabupaten Mojokerto
Berikut perhitungan IPKM Kabupaten Mojokerto Tahun 2017 menggunakan perhitungan IPKM tahun 2013,
Tabel 3.2 Perhitungan IPKM Kabupetan Mojokerto Tahun 2017
No INDIKATOR Bobot
Kesehatan Balita 0.936 0.747
1
Prevalensi balita gizi
buruk dan kurang 5 0.294 219 0.260 99.740 0.022 100 99.71
kesehatan reproduksi 0.562
5 Proporsi KB (MJKB) 5 0.500 54,243 23.648 23.648 0 100 23.64
pelayanan kesehatan 0.418
7
Proporsi persalinan
oleh tenga medis 4 0.200 16686 94.191 94.191 0 100 94.19
1 100 0.942 0.188
22
perilaku kesehatan 0.566
12 Proporsi merokok 4 0.308 47.18 47.180 52.820 0 100 52.82
0 100 0.528 0.163
13
Proporsi cuci tangan
dengan benar 3 0.231 37869 13.845 13.845 0 100 13.84
5 100 0.138 0.032
14
Proporsi buang air
besar di jamban 3 0.231 884504 80.446 80.446 6.740 100 73.70
penyakit tidak menular 0.895
16 Prevalensi hipertensi 5 0.227 43064 4.972 95.028 0.240 100 94.78
Prevelensi sakit gigi
dan mulut 4 0.182 10294 0.936 99.064 0.943 100 98.12
Proporsi akses air
bersih 3 0.500 100243
4.00 91.171 91.171 0 100 91.17
1 100 0.912 0.456
23 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Kelompok Indikator
Pada IPKM terbagi menjadi 3 kategori, yaitu nilai Indeks yang lebih dari 0.8 atau 80% masuk dalam kategori IPKM baik, nilai indeks antara 0.6 sampai 0.8 atau 60% sampai 80% masuk kategori sedang, dan nilai indeks kurang dari 0.6 atau 60% masuk dalam kategori kurang. Pada diagram batang, diagram yang berwarna hijau menunjukkan kategori tinggi, kuning untuk menunjukkan kategori sedang dan warna merah menunjukkan kategori rendah. Berikut analisis kelompok indikator IPKM kabupetan Mojokerto tahun 2017,
Gambar 4.1Indeks Kelompok Indikator
Gambar 4.1 Menunjukkan bahwa dari 7 kelompok indikator IPKM, terdapat 4 indeks kelompok indikator masuk kategori baik dan 3 kelompok indikator IPKM masuk dalam kelompok kurang. Kelompok indikator kategori baik adalah kelompok indikator penyakit menular, kelompok indikator kesehatan balita, kelompok indikator penyakit tidak menular, kelompok indikator kesehatan lingkungan, dan kelompok indikator perilaku kesehatan. Sedangkan kelompok indikator yang masuk kategori kurang
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
0.99 0.94
0.89 0.86
0.57 0.56
0.42
Indeks Kelompok Indikator
24
adalah kelompok indikator perilaku kesehatan, indeks kelompok kesehatan reproduksi dan kelompok indikator pelayanan kesehatan.
4.2 Kelompok Indikator Kesehatan Balita
Pada kelompok indikator kesehatan balita terdapat 6 indikator, namun ada 2 indikator yang tidak masuk dalam perhitungan IPKM kabupaten Mojokerto tahun 2017. Indikator yang tidak masuk dalam perhitungan adalah prevalensi balita sangat pendek dan pendek serta indikator prevalensi balita gemuk. Nilai indeks indikator kesehatan balita kabupaten Mojokerto tahun 2017 adalah,
Gambar 4.2 Kelompok Indikator Kesehatan Balita
Pada kelompok indikator kesehatan balita terdapat semua indikator sudah masuk kategori baik karena nilai indeks diatas 80% semua untuk indikator prevalesni balita gizi buruk dan kurang, indikator cakupan kunjungan neonatal, indikator cakupan imunisasi lengkap, dan indikator penimbangan balita.
4.3 Kesehatan Reproduksi
Indikator kesehatan reproduksi meliputi cakupan kunjungan ibu hamil (K4), proporsi KB (MJKB) dan prevalensi kurang energi kronik (KEK).
Namun pada perhitungan IPKM Kabupaten Mojokerto prevalensi KEK
0.000 gizi buruk dan
kurang
Indeks 0.997 0.990 0.913 0.830
25
tidak ada sehingga untuk indikator kelompok reproduksi hanya meliputi 2 indikator saja.
Gambar 4.3 Kelompok Indikator Kesehatan Reproduksi
Kelompok indikator kesehatan lengkap terdiri dari indikator cakupan kunjungan ibu hamil yang masuk kategori baik dengan nilai indeks sebesar 88.7% dan indikator proporsi KB (MJKB) yang masuk kategori kurang dengan nilai indeks sebesar 23.6%. hal ini menunjukkan bahwa ada indikasi Pasangan Usia Subur di Kabupaten Mojokerto masih banyak yang belum menggunakan KB (MJKB). sehingga indikator KB (MJKB) masih sangat perlu untuk ditingkatkan agar nilainya naik.
4.4 Pelayanan Kesehatan
Kelompok indikator pelayanan kesehatan terdiri atas proporsi persalinan oleh tenaga medis, proporsi kepemilikan jaminan pelayanan kesehatan, proporsi kecukupan jumlah bidan, proporsi kecukupan jumlah dokter dan proporsi kecukupan jumlah posyandu. Nilai indeks indikator kelompok pelayanan kesehatan disajikan pada gambar 4.4 berikut,
0.000 0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900
Cakupan kunjungan Ibu Hamil (K4)
Proporsi KB (MJKB)
Indeks 0.887 0.236
26
Gambar 4.4 Kelompok Indikator Pelayanan Kesehatan
Gambar 4.4 Menunjukkan bahwa dari 5 indikator kelompok pelayanan kesehatan, hanya terdapat 1 indikator yang masuk kategori baik, yaitu indikator proporsi persalinan oleh tenaga medis dengan indeks sebesar 94.2%. Indikator proporsi kepemilikan jaminan pelayanan kesehatan, indikator proporsi kecukupan jumlah bidan, indikator proporsi kecukupan jumlah dokter dan indikator proporsi kecukupan jumlah posyandu masuk kedalam kategori kurang karena memiliki nilai indeks kurang dari 60%.
Nilai indikator kecakupan jumlah posyandu di Kabupaten Mojokerto yang kecil menunjukkan bahwa jumlah posyandu di setiap desa masih kurang. Jumlah dokter di Kabupaten Mojokerto juga masih sangat kurang jika dibandingkan dengan jumlah penduduk di Kabputan Mojokerto. Hal ini dapat dilihat dari nilai indikator proposi kecukupan jumlah dokter hanya 1.4%. proporsi kepemilikan jaminan pelayanan kesehatan di masih relative baik meski nilainya dibawah 60%. Hal ini mengindikasikan bahwa sekitar setengah dari penduduk Kabupaten Mojokerto sudah memiliki jaminan pelayanan kesehatan. Sedagkan kecakupan bidan di Kabupaten mojokerto masih kurang hal ini mengindikasikan jumlah bidan masih lebih kecil dari pada jumlah penduduk.
0.000
Indeks 0.942 0.583 0.495 0.145 0.014
27
Dari keempat indikator yang nilainya sangat rendah adalah indikator kecukupan jumlah posyandu dan kecukupan dokter sehingga sangat perlu diperhatikan agar nilainya meningkat.
4.5 Perilaku Kesehatan
Indikator proporsi aktivitas fisik cukup merupakan salah satu indikator yang masuk dalam kelompok indikator perilaku kesehatan. Namun pada perhitungan IPKM kabupaten Mojokerto tahun 2017, indikator ini tidak masuk kedalam perhitungan dikarenakan keterbatasan data. Sehingga indikator yang masuk dalam perhitungan IPKM untuk kelompok indikator perilaku kesehatan adalah proporsi menggosok gigi dengan benar, proporsi buang air besar di jamban, proporsi merokok, dan proporsi cuci tangan dengan benar. Nilai indeks indikator kelompok perilaku kesehatan Kabupaten Mojokerto disajikan dalam tabel 4.5 berikut,
Gambar 4.5 Kelompok Indikator Perilaku Kesehatan
Pada Kelompok indikator perilaku kesehatan terdapat indikator yang masuk kelompok baik, sedang, dan kurang, Indikator yang masuk kelompok baik adalah indikator proporsi menggosok gigi dengan benar dengan nilai indeks sebesar 82.1%, indikator yang masuk kedalam
Indeks 0.821 0.790 0.528 0.138
28
adalah indikator proporsi merokok dan proporsi cuci tangan dengan benar.
Indikator proporsi merokok mempunyai nilai sebesar sebesar 52.8%, ini menunjukkan bahwa jumlah masyarakat yang merokok relatif tinggi dari pada penduduk yang tidak merokok. Nilai indikator proporsi cuci tangan dengan benar sebesar 13.8% hal ini mengindikasikan bahwa anak yang berusia lebih dari 10 tahun masih belum bisa mencuci tangan dengan benar.
4.6 Penyakit Tidak Menular
Pada kelompok indikator penyakit tidak menular terdapat 6 indikator yaitu prevalensi gangguan mental, prevalensi sakit gigi dan mulut, prevalensi obesitas sentral, prevalensi hipertensi, prevalensi diabetes melitus, dan prevalensi cedera. Namun pada perhitungan IPKM Kabupaten Mojokerto tahun 2017, indikator prevalensi cedera tidak ada sehingga perhitungan indeks kelompok indikator penyakit tidak menular disajikan pada tabel 4.6 berikut,
Gambar 4.6 Kelompok Indikator Penyakit Tidak Menular
Gambar 4.6 Menunjukkan bahwa untuk kelompok indikator penyakit tidak menular hanya 1 yang masuk kedalam ketagori sedang sedangkan indikator lainnya masuk kedalam kategori baik. Indikator prevalensi diabetes melitus memiliki nilai indeks sebesar 61.5% , hal ini menunjukkan
0.000 sakit gigi dan
mulut
Indeks 1.000 0.991 0.974 0.950 0.615
29
bahwa jumlah penduduk yang menderita diabetes militus relative tinggi.
Sehingga indikator yang masuk kedalam kategori sedan adalah indikator prevalensi gangguan mental, indikator prevalensi sakit gigi dan mulut, indikator prevalensi obesitas sentral dan indikator prevalensi hipertensi memiliki nilai indeks lebih dari 80% sehingga masuk kedalam ketagori baik.
4.7 Penyakit Menular
Indikator prevalensi ISPA balita tidak masuk kedalam perhitungan IPKM Kabupaten Mojokerto Tahun 2017 indikator kelompok penyakit menular karena keterbatan data. Nilai indeks kelompok indikator penyakit menular dalam IPKM Kabupaten Mojokerto tahun 2017 adalah sebagai berikut,
Gambar 4.7 Kelompok Indikator Penyakit Menular
Kelompok indikator penyakit menular baik untuk indikator prevalensi pneumonia balita dan indikator prevalensi diare masuk dalam kategori baik karena memiliki nilai indeks lebih dari 80%. Indikator prevalensi pneumonia balita mempunyai nilai sebesar 99.6%. Hal ini mengindikasikan bahwa balita yang menderita pneumonia relatif kecil.
Sedangkan indikator prevalensi diare nilainya sebesar 99.4%, ini mengindikasikan penduduk yang menderita diare relatif kecil.
0.993 0.994 0.994 0.995 0.995 0.996 0.996
Prevalensi pneumonia balita
Prevalensi diare
Indeks 0.996 0.994
30 4.8 Kesehatan Lingkungan
Berikut dalah nilai indeks pada kelompok indikator kesehatan lingkungan IPKM Kabupaten Mojokerto Tahun 2017,
Gambar 4.8 Kelompok Indikator Kesehatan Lingkungan
Gambar 4.8 Menunjukkan bahwa kelompok indikator kesehatan lingkungan masuk kedalam kategori kurang baik untuk indikator proporsi akses air bersih dan indikator akses sanitasi. Indikator proporsi akses air bersih memiliki nilai indeks sebesar 45.6% . Hal ini menunjukkan bahwa akses air bersih di Kabupaten Mojokerto relatif sulit. Indikator proporsi akses sanitasi memiliki nilai indeks sebesar 40.1%. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk yang buang air besar di jamban masih relative kecil.
0.370 0.380 0.390 0.400 0.410 0.420 0.430 0.440 0.450 0.460
Proporsi akses air bersih Proporsi akses sanitasi
Indeks 0.456 0.401
31 BABV.
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan IPKM kabupaten Mojokerto tahun 2017 yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa,
1. Metode yang dipakai dalam perhitungan ini adalah metode IPKM tahun 2013. Karena keterbatasan ketersediaan data maka ada beberapa perbedaan perhitungan indikator yaitu :
a. Pneumonia
Pada metode IPKM 2013, Pneumonia yang dihitung adalah penduduk yang didiagnosis pneumonia atau mengalami gejala pneumonia dalam 1 bulan terakhir.
Sedangkan pada perhitungan tahun 2017 Pneumonia yang dihitung adalah Pneumonia balita, yaitu balita yang didiagnosis pneumonia atau mengalami gejala pneumonia dalam 1 bulan terakhir
b. Diare
Pada metode IPKM 2013, Diare yang dihitung adalah balita yang didiagnosis diare atau mengalami gejala diare oleh tenaga kesehatan dalam 2 bulan terakhir
Sedangkan pada perhitungan tahun 2017 Diare yang dihitung adalah penduduk yang didiagnosis diare atau mengalami gejala diare oleh tenaga kesehatan dalam 2 bulan terakhir
c. Perilaku cuci tangan
Pada metode IPKM 2013, Kebiasaan cuci tangan benar pada penduduk umur 10 tahun ke atas. Sedangkan pada perhitungan tahun 2017 kebiasaan cuci tangan benar padaanak SD.
d. Akses Sanitasi
Pada metode IPKM 2013, Akses sanitasi diukur berdasarkan kepemilikan dan jenis fasilitas buang air besar. Akses sanitasi baik apabila rumah tangga menggunakan fasilitas tempat buang air besar milik sendiri dan jenis kloset leher angsa. Sedangkan pada perhitungan tahun 2017 Akses sanitasi baik apabila
32
pendudukmenggunakan fasilitas tempat buang air besar milik sendiri dan jenis kloset leher angsa
e. Akses Air Bersih
Pada metode IPKM 2013, penggunaan air bersih perkapita dalam rumah tangga. Sedangkan pada perhitungan IPKM tahun 2017 dihitung dalam penduduk.
2. Indikator yang belum masuk dalam perhitungan IPKM kabupaten Mojokerto karena tidak tersedia data antara lain adalah prevalensi balita sangat pendek dan pendek, prevalensi balita gemuk, prevalensi KEK, proporsi aktivitas fisik cukup, prevalensi cedera, dan prevalensi ISPA balita.
3. Nilai IPKM kabupaten Mojokerto tahun 2017 adalah 74.3%. Jika dibandingkan dengn tahun sebelumnya yaitu tahun 2014 sebesar 72.46% maka terjadi kenaikan.
4. Nilai kelompok indikator masing-masing adalah 93.63% untuk kelompok indikator kesehatan balita, 56.19% untuk kelompok indikator kesehatan reproduksi, 41.83% untuk kelompok indkator pelayanan kesehatan, 56.63% untuk kelompok indikator perilaku kesehatan, 89.46% untuk kelompok indikator penyakit tidak menular, 96.85% untuk kelompok indikator penyakit menular, dan 85.64% untuk kelompok indikator kesehatan lingkungan.
5. Indeks kelompok indikator tertinggi adalah indikator penyakit menular dan terendah adalah indikator pelayanan kesehatan.
5.2 Saran
1. Indeks kelompok indikator yang rendah (<60%) adalah indikator pelayanan kesehatan, kesehatan reproduksi, dan perilaku kesehatan.
Kelompok indikator tersebut perlu ditingkatkan.
2. Indikator yang termasuk dalam kategori rendah (<60%) adalah indikator proporsi KB (MJKB) yaitu 23.6%,indikator proporsi kepemilikan jaminan pelayanan kesehatan (58.3%), indikator proporsi kecukupan jumlah bidan (49.5%),indikator proporsi kecukupan jumlah dokter (14.5%),
33
indikator proporsi kecukupan jumlah posyandu (1.4%), indikator proporsi merokok (52.8%), indikator proporsi cuci tangan dengan benar (13.8%), indikator proporsi akses air bersih (45.6%), dan indikator proporsi akses sanitasi (40.1%).
3. Nilai indikator pelayanan kesehatan adalah kelompok indikator yang terendah sehingga pemerintah sebaiknya lebih memperhatikan pelayanan kesehatan yang ada di Kabupaten Mojokerto.
34
DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Association. (2011). Diagnosis and classification of diabetes. Diabetes Care, vol.34, Suppl 1.
Departemen Kesehatan. (1994). Pedoman penggunaan alat ukur lingkaran lengan atas (LILA) pada wanita usia subur. Ditjen Pembinaan Kesehatan Masyarakat. Jakarta.
Departemen Kesehatan. (1996). Pedoman Penanggulangan Ibu Hamil Kurang Energi Kronis. Ditjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak.
Jakarta
Departemen Kesehatan RI. (2002). Status Kesehatan Gigi dan Mulut di Indonesia 2001. Analisis Data Survei Kesehatan Rumah Tangga.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta
Departemen Kesehatan RI. (2009). Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih Dan Sehat.Pusat Promosi Kesehatan.
Departemen Kesehatan. (2008a). Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta.
Departemen Kesehatan. (2008c). Peraturan Menteri Kesehatan RI No 741 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupatan/Kota. Jakarta.
Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat . (2014). Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat. (2010). Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan. (2010b). Pedoman Pemantauan Wilayah Seteempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA). Jakarta: Direktorat Bina Kesehatan Ibu .
Kementerian Kesehatan. (2010c). Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2010-2014. Jakarta.
Kementerian Kesehatan. (2010d). Petunjuk Pelaksanaan Program Imunisasi di Indonesia. jakarta.
Kementerian Kesehatan. (2010e). Petunjuk Pelayanan Antenatal Terpadu.
Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.
35
Kementerian Kesehatan. (2010f). Indonesia Sehat 2010. Jakarta.
Kementerian Kesehatan. (2011a). Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan RI. (2012b). Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran Pernafasan Akut Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman
Kementerian Kesehatan. (2013). Rencana Aksi Nasional Pelayanan Keluarga Berencana 2014-2015. Jakarta: Direktorat Jendral Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak.
Lewis, G. H., Thomas, H. V., Cannon, M. & Jones, P. B. (2001).
Epidemiological methods. In: Thornicroft, G. & Szmukler, G. (eds.) Textbook of community psychiatry. New York: Oxford University Press
National Heart, Lung, and Blood Institute, National Institute of Health, US.
(2004). The seventh report of the Joint Committee on prevention, detection, evaluation, and treatment of high blood pressure. NIH Publication No. 04-5230, August 2004. (cited 2007 Nov 2).
Available from:
http://www.nhlbi.nih.gov/guidelines/hypertension/jnc7full.pdf
WHO. (1992). International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems. 1992. Tenth Revision (ICD-10). Geneva, vol 1, p: 891 – 1010
WHO. (2000). The Asia-Pacific Perspective Redefining Obesity and Its Tratment. February.
WHO- Western Pacific Region
WHO. (2005). WHO Child Gold Standards. Geneva: WHO.
WHO.(2012a). Global Adult Tobacco Survey: Indonesia Report2011.Regional Office for South East Asia
WHO. (2012b). Global Physical Activity Questionnaire (GPAC) Analysis Guide. Surveillance and Population-based Prevention. Department
36
of Chronic Diseases and Health Promotion, Geneva.
www.who.int/chp/steps
WHO,UNICEF. (2013). Progress on Sanitation and Drinking Water – 2013 Update . WHO Press. Geneva. Hal 1-38
WHO. (2014).UN-water global analysis and assessment of sanitation and drinking-water (GLAAS) 2014 report: investing in water and sanitation: increasing access, reducing inequalities. WHO Document Production Services, Geneva, Switzerland.
37
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Prevalensi Balita Gizi Buruk dan Kurang
Kecamatan Puskesmas
Jumlah Ditemukan jumlah balita
38 Lampiran 2 Cakupan Penimbangan Balita
Kecamatan Puskesmas jumlah balita
Trowulan Trowulan 3104
5501 4699 85.42538 Tawangsari 2397
Puri Puri 5165 5165 4176 80.85834
Mojoanyar Gayaman 3730 3730 2832 75.91153
Bangsal Bangsal 3984 3984 3068 76.99757
Gedeg Gedeg 2962
4686 3748 79.98293 Lespadangan 1724
Kemlagi Kemlagi 2760
4771 3787 79.37714 Kedungsari 2011
Dawarblandon Modopuro 2652
Pungging Pungging 3841
5715 4783 83.69933 Watukenongo 1874
Ngoro Ngoro 3710
6003 5303 88.335
Manduro 2293
Dlanggu Dlanggu 4138 4138 3380 81.68197
Kutorejo Kutorejo 2334
4812 4076 84.7101 Pesanggrahan 2478
Pacet Pacet 2710
39 Lampiran 3 Cakupan Kunjungan Neonatal
Kecamatan Puskesmas
Kunjungan
40 Lampiran 4 Cakupan Imunisasi Lengkap
Kecamatan Puskesmas
Imunisasi Lengkap
Dawarblandong Dawarblandong 419 326 745 858 86.83
Jetis Kupang 474 452 926
41 Lampiran 5 Proporsi KB (MKJP)
No Kecamatan IUD MOP MOW IMPLANT Jumlah
1 JATIREJO 438 4 477 668 1,587
2 GONDANG 1,421 22 619 1,191 3,253
3 PACET 1,914 13 736 1,566 4,229
4 TRAWAS 641 5 724 1,009 2,379
5 NGORO 1,255 11 918 1,133 3,317
6 PUNGGING 2,585 15 656 1,262 4,518
7 KUTOREJO 1,017 7 722 954 2,700
8 MOJOSARI 2,380 16 1,106 1,224 4,726
9 DLANGGU 881 58 793 958 2,690
10 BANGSAL 628 12 418 524 1,582
11 PURI 1,080 21 644 1,190 2,935
12 TROWULAN 702 10 502 944 2,158
13 SOOKO 1,684 8 852 606 3,150
14 GEDEG 1,664 22 843 1,529 4,058
15 KEMLAGI 1,114 56 657 1,181 3,008
16 JETIS 671 60 567 608 1,906
17
DAWARBLANDO
NG 1,963 35 895 1,814 4,707
18 MOJOANYAR 439 20 349 532 1,340
JUMLAH 22,477 395 12,478 18,893 54,243
42
Lampiran 6 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K4)
Kecamatan Puskesmas Kunjuangan K4
Trowulan Trowulan
1153 1217 94.741 Kemlagi Kemlagi
867 1051 82.493
Kedungsari
Dawarblandong Dawarblandong 787 935 84.171
Jetis Kupang
1192 1355 87.97
Jetis Mojosari Mojosari
1176 1382 85.094
Modopuro Pungging Pungging
1123 1259 89.198
Kutorejo Kutorejo
913 1062 85.97
43 Lampiran 7 Persalinan Oleh Tenaga Medis
Kecamatan Puskesmas total persalinan
Trowulan Trowulan
1162 1155 99.398 Kemlagi Kemlagi
1005 884 87.96
Kedungsari
Dawarblandong Dawarblandong 892 814 91.256
Jetis Kupang
1294 1152 89.026
Jetis Mojosari Mojosari
1322 1227 92.814
Modopuro Pungging Pungging
1202 1187 98.752
Kutorejo Kutorejo
1014 1014 100
44 Lampiran 8 Kecukupan Jumlah Dokter
Kecamatan Puskesmas Jumlah dokter Jumlah Dokter Tiap Kecamatan
Sooko Sooko 3 3
Sooko Sooko 3 3