• Tidak ada hasil yang ditemukan

BOWENS REACTION SERIES

Dalam dokumen Buku Ajar Agrogeologi Dan Mineralogi Tanah (Halaman 36-46)

iasi mineral hasil pembekuan magma pada temperatur yang

Mineral yang terdapat pada gambar 9 di atas merupakan mineral primer sebagai penyusun utama batuan. tidak semua mineral primer tersebut terdapat ses pelapukan pada mineral primer menyebabkan mineral yang tidak resisten akan terubah menjadi mineral anya mineral resisten yang bisa dijumpai di tanah, yaitu mineral . Hal ini disebabkan karena dua faktor,

erbedaan temperatur pembentukan mineral dengan temperatur bumi saat lebih cepat mengalami

r). Air yang turun sebagai air hujan maupun air sungai atau air tanah cenderung memiliki pH ≤6,

ng banyak mengandung kation logam akan mudah

Temperatur 1500oC

300oC 900oC

Mineral sekunder (Tabel 3) dihasilkan dari proses pelapukan mineral primer dan hasil ubahan mineral primer. Proses ini meliputi alterasi dan persenyawaan baru. Proses alterasi dapat dilihat pada proses pembentukan mineral liat illit (K,H3O)(Al,Mg,Fe)2(Si,Al)4O10[(OH)2,(H2O)] dari mineral primer muscovit KAl2(Si3Al)O10(OH,F)2. Sedangkan proses persenyawaan baru dapat dilihat pada pembentukan mineral oksida, contoh :

Tabel 3 Mineral sekunder yang umum didapatkan di dalam tanah

Grup/Kelompok Mineral

Liat

Smektit; monmorillonit, vermikulit

Kaolinit; kaolin, halloisit, nakrit, dickit. Klorit Besi-Oksida Hematit Goethit Magnetit Maghemit Lepidocrosit Ferrihydrit Aluminium-Oksida  Gibsit Amorf  Alophan  Imogilit

Golongan Mineral

Berdasarkan sifat dan unsur pembentuknya, maka mineral dapat dibagi menjadi 8 (delapan) golongan, sebagai berikut :

1. Golongan Unsur (native element)

Golongan ini adalah golongan mineral yang memiliki 8 elektron pada kulit terluarnya, sehingga tidak membutuhkan ikatan dengan unsur lain untuk menstabilkan pengaturan ion-ion kristalnya. Contoh dari golongan ini adalah emas (Au), perak (Ag), dan tembaga (Co).

2. Golongan Sulfida (S)

Kelas Sulfida, hampir serupa dengan Kelas Oksida, pembentuk bijih (ores). Contohnya termasuk pirit (terkenal dengan sebutan emas palsu ‘fools’ gold), chalcopirit (tembaga besi sulfida), pentlandit (nikel besi sulfida), dan galena (timbal sulfida). Termasuk juga selenida, tellurida, arsenida, antimonida, bismuthinida, dan sulfosalts.

3. Golongan Oksida (O2) dan Hidroksida (OH)

Kelas Oksida, Oksida sangatlah penting dalam dunia pertambangan karena bijih (ores) terbentuk dari mineral-mineral dari kelas oksida. Kelas mineral ini juga mempengaruhi perubahan Kutub Magnetik Bumi. Biasanya terbentuk dekat dengan permukaan bumi, teroksidasi dari hasil pelapukan mineral lain dan sebagai mineral asesori pada batuan beku kerak dan mantel bumi. Contoh mineral Oksida; hematit (besi oksida), magnetit (besi oksida), chromit (besi khromium oksida), spinel (magnesium aluminium oksida – mineral pembentuk mantel), ilmenit (besi titanium oksida), rutil (titanium dioksida), dan ice (hidrogen oksida) juga termasuk mineral-mineral hidroksida.

4. Golongan Halida (Grup Halogenida; F, Cl, Br, I)

Halida adalah grup mineral yang membentuk garam alami (salts) dan termasuk flourit (kalsium fluorida), halit (natrium khlorida), silvit (kalium

khlorida), dan sal amoniak (amonium khlorida). Halida, seperti halnya sulfat, ditemukan juga di daerah evaporitik

5. Golongan Karbonat (CO3), Nitrat (NO3) dan Borat (BO3atau BO4)

Golongan Karbonat, merupakan mineral yang terdiri dari anion (CO3) 2-dan termasuk kalsit 2-dan aragonit (keduanya merupakan kalsium karbonat), dolomit (magnesium/kalsium karbonat) dan siderit (besi karbonat). Karbonat terbentuk pada lingkungan laut oleh endapan sisa organisme laut.

6. Golongan Sulfat (SO4)2-dan Kromat (CrO4)

2-Kelas Sulfat. terdiri dari anion sulfat, SO42-. Biasanya terbentuk di daerah evaporitik yang tinggi kadar airnya perlahan-lahan menguap sehingga formasi sulfat dan halida berinteraksi. Contoh sulfat: anhydrit (kalsium sulfat), barit (barium sulfat).

7. Golongan Posfat (PO4)

3-Kelas Fosfat, termasuk mineral dengan tetrahedral unit PO4

phosphorus, antimoni, arsenik atau vanadium. Fosfat yang umum adalah apatite yang merupakan mineral biologis yang ditemukan dalam gigi dan tulang hewan. Termasuk juga mineral arsenate, vanadate, dan mineral-mineral antimonat.

8. Golongan Silikat (SiO)

4-Golongan Silikat: merupakan grup terbesar dalam mineral. Sebagian besar batuan yang ada di bumi >95% adalah termasuk kelompok silikat. Silikat terdiri dari silikon dan oksigen dengan ion tambahan seperti aluminium, magnesium, besi dan kalsium. Contoh mineral seperti feldspar, kuarsa, olivin, piroksen, amphibol dan mika. Golongan ini masih terbagi ke dalam beberapa kelompok mineral silikat, yaitu : Nesosilikat, sorosilikat, inosilikat, siklosilikat, tektosilikat dan phylosilikat. Kelompok mineral silikat ini akan dibahas lebih detail pada bab selanjutnya.

Sifat Fisik dan Kimia Mineral

Setiap mineral memiliki karateristik tertentu. Untuk membedakan mineral satu dengan yang lainnya, dapat dilakukan dengan pengamatan beberapa sifat fisik dan kimia mineral, yaitu:

1. Warna Mineral

Warna merupakan refleksi dari daya serap mineral terhadap cahaya yang mengenainya. Warna adalah sifat fisika mineral yang paling mudah dikenali, tetapi tidak dapat dijadikan dasar untuk menentukan jenis mineralnya, karena ada mineral yang sama tapi warnanya berbeda (contohnya rose kuarsa dan smoky kuarsa) dan ada juga mineral yang berbeda tapi warnanya sama (contohnya mineral piroksin dan amphibol sama-sama berwarna hitam dengan bentuk mineral yang prismatik).

2. Cerat

Adalah warna mineral dalam keadaan bubuk. Warna ini biasanya berbeda dengan warna aslinya, warna bubuk dapat dilihat dengan jalan menggoreskannya pada plat porselen.

3. Kilap

Kilap merupakan kenampakan atau kualitas cahaya yang terefleksi dari permukaan suatu mineral. Kilap ini dibagi dua, yaitu :

– Kilap logam (metallic luster)

– Kilap non logam (non metallic luster)

Kilap logam pada umumnya terdapat pada mineral-mineral yang bersifat logam, sedangkan kilap non logam terdapat pada mineral yang bukan logam dan ini terdiri atas:

• Kilap kaca (gelas), contohnya : Kuarsa

• Kilap sutera, contohnya : Gypsum (CaSO4·2H2O) • Kilap damar, contonya : Belerang (S)

• Kilap lemak, contohnya : Sphalerit (ZnS) • Kilap Intan, contohnya : Anglesit (PbSO4)

4. Belahan

Adalah sifat mineral yang cenderung pecah sepanjang bidang yang teratur (bidang kristal) atau melalui bidang tertentu dalam bentuk bidang yang rata. Belahan ini dibagi menjadi :

– Sempurna, bila mineral cenderung untuk pecah pada bidang belah yang rata dan sukar untuk terbelah pada bidang lain.

– Tidak sempurna, juga terdapat bidang belah tapi juga dapat pecah arah lain.

– Tidak jelas, kecenderungan untuk pecah pada semua arah sama besarnya.

5. Pecahan

Adalah sifat mineral untuk pecah tidak mengikuti bidang belahnya. sehingga terjadi suatu retakan atau pecahan atau patahan. Berdasarkan bentuk pecahannya, mineral dapat dibedakan: pecahan rata, pecahan tidak rata, dan pecahan kulit kerang (concoidal). Berdasarkan sifat permukaan pecahannya, pecahan dibedakan menjadi pecahan licin, pecahan berbutir kasar, pecahan berbutir halus, pecahan tajam dan pecahan serbuk.

6. Kekerasan

Merupakan daya tahan mineral terhadap tekanan ataupun goresan-goresan dari luar. Mineral yang lunak akan mudah tergores sedang mineral yang keras lebih tahan terhadap goresan. Untuk penentuan tingkat kekerasan suatu mineral, digunakan skala Mohs (Tabel 4) sebagai standart kekerasan suatu mineral.

Tingkat kekerasan suatu mineral dapat juga diukur dengan menggunakan alat-alat seperti yang terdapat pada Tabel 5. Alat ini digunakan dengan cara menggoreskannya pada mineral yang akan diuji tingkat kekerasannya. Jika mineralnya tahan terhadap goresan alat yang diujikan berarti kekerasan di atas alat tersebut demikian juga sebaliknya.

Tabel 4 Tingkat kekerasan mineral berdasarkan skala mohs (Friedrich Mohs 1822).

MINERAL TINGKAT KEKERASAN

Talk 1 Gypsum 2 Calcite 3 Flourite 4 Apatite 5 Feldspar 6 Quartz 7 Topaz 8 Corundum 9 Diamond 10

Tabel 5. Alat-alat yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kekerasan suatu mineral (Lange,1967).

Nama Tingkat kekerasan

Pensil 1

Garam 2

Kuku jari 2,5 – 3

Kawat 4

Kaca 5 – 7

Pisau baja atau jarum 5,5 – 6

7. Berat Jenis

Berat jenis dipengaruhi oleh kepadatan struktur atom mineral tersebut. Penentuannya dapat dilakukan dengan cara menimbangnya dalam udara atau dalam air.

Untuk penentuan berat jenis digunakan standart : a. ≥ 3 : untuk mineral logam

Contoh mineral dan berat jenisnya; karbonat dengan berat jenis 2,71, chalcopirit dengan berat jenis 4, intan denan berat jenis 3-5 dan galena dengan berat jenis 5-7.

8. Sistem Kristal

Ada tujuh sistem kristal mineral (Gambar 10), yaitu:

1. Kubus (kubik) adalah sistem kristal yang mempunyai bentuk paling teratur dan tetap dan ketiga sumbunya (sumbu a, b dan c) mempunyai panjang sama dan saling tegak lurus.

2. Tetragonal adalah sistem kristal mempunyai tiga sumbu yang saling tegak lurus, dua diantaranya sama panjang (sumbu a dan b) dan sumbu lainnya lebih panjang (sumbu c)

3. Trigonal adalah sistem kristal yang mempunyai empat sumbu, tiga sumbu sama panjang (sumbu a, b dan d), sedangkan sumbu c lebih panjang atau lebih pendek dari ketiga sumbu lainnya. Sifat kristal yang hampir sama dengan sistem heksagonal menyebabkan sistem ini sering digabungkan ke dalam sistem heksagonal.

4. Heksagonal adalah sistem kristal yang mempunyai empat sumbu. Tiga sumbu saling membentuk sudut 600 dalam satu bidang, mempunyai panjang sama dan sumbu lainnya membentuk sudut tegak lurus terhadap ketiga sumbu itu, panjang berbeda dengan ketiga sumbu lainnya

5. Orthorhombik adalah sistem krital yang mempunyai tiga sumbu yang saling tegak lurus, tetapi ketiga sumbu tersebut memiliki panjang yang berbeda-beda.

6. Triklin adalah sistem kristal yang mempunyai tiga sumbu yang berbeda panjang sumbu dan ketiga sumbu tersebut membentuk sudut miring 7. Monoklin adalah Sistem kristal yang mempunyai panjang sumbu

berbeda, dua diantaranya membentuk sudut miring dan sumbu ketiga tegak lurus terhadap kedua sumbu itu.

Gambar 10 Sistem kristal mineral

9. Tenacity

Merupakan sifat fisik dari mineral yang berupa kemampuan mineral untuk ditempa atau dengan kata lain ketahanan mineral terhadap pematahan,pengerusan, pembengkokan ataupun pengirisan. Adapun peristilahan yang digunakan untuk menyatakan ketahanan ini, antara lain:

– Brittle (rapuh), bila mudah retak/hancur

– Elastis; suatu mineral bila dibengkokkan akan kembali pada posisi semula bila tekanan dihilangkan.

– Flexible; bila tekanan dihilangkan tidak dapat kembali pada posisi semula.

– Sectile; bila mineral dapat diiris dengan pisau (tipis-tipis). – Ductile; suatu mineral yang dapat dibentuk seperti kawat. – Maleabel; suatu mineral yang dapat ditempa.

10. Komposisi (susunan) kimia

Komposisi kimia suatu mineral merupakan hal yang sangat mendasar, karena beberapa sifat-sifat mineral sangat tergantung dari susunan kimianya. Selain komposisi kimia, sifat-sifat mineral juga tergantung kepada susunan meruang dari atom-atom penyusun dan ikatan antar atom-atom penyusun mineral. Contoh: unsur Kalsium, Karbon dan Oksigen pada batuan Karbonat (CaCO3), dll.

PENUTUP

Dalam dokumen Buku Ajar Agrogeologi Dan Mineralogi Tanah (Halaman 36-46)

Dokumen terkait