• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENUTUP Tugas

Dalam dokumen Buku Ajar Agrogeologi Dan Mineralogi Tanah (Halaman 46-152)

1. Jelaskan faktor apa saja yang mendasari pembagian kelompok mineral. 2. Apa manfaat mengetahui sifat fisik mineral dalam manajemen

sumberdaya lahan

3. Suatu lahan dengan bentuk morfologi bergelombang lemah (3-8%), bahan induknya adalah batuan yang banyak mengandung mineral plagioklas. Tanahnya mengandung mineral kuarsa sekitar 80%, jelaskan bagaimana potensi pengembangan lahan tersebut dan tindakan apa saja yang dapat diberikan?.

4. Suatu lahan dengan bentuk morfologi bergelombang lemah (3-8%), bahan induknya adalah batuan yang banyak mengandung mineral olivin dan piroksin. Tanahnya mengandung mineral ferromagnesian sekitar 60%, jelaskan bagaimana potensi pengembangan lahan tersebut dan tindakan apa saja yang dapat diberikan?.

Daftar Pustaka

Kerr, P.F. 1959. Optical Mineralogy. McGraw Hill Book Co. Inc, New York. Lange, O., Ivanova, M., Lebedeva. 1967. General Geology. Foreign Languages

Publishing House, Moscow. 83 h.

Miller, J.P. and R. Scholten. 1966. Laboratory Studies in Geology. W.H Freeman and Company. San Fransisco and London.

Putnis A. 1992. Introduction to Mineral Sciences. Cambridge University Press. Tyrrell, G.W. 1958. The Principles of Petrology. E.P. Dutton and Co Publishing.

Inc, New York. http://webmineral.com

Pendahuluan

Latar Belakang

alah satu bahan induk yang banyak mengandung unsur-unsur hara yang penting bagi tanaman adalah bahan induk yang berasal dari batuan beku. Secara umum batuan beku mengandung unsur magnesium (Mg), kalsium (Ca), natrium (Na), besi (Fe), kalium (K), zink (Zn), dan lain sebagainya. Proses pelepasan hara dari batuan beku berbeda-beda, ada yang mudah melepaskan elemen/hara ke dalam larutan tanah dan ada juga yang sangat lambat. Hal ini disebabkan karena setiap jenis batuan beku mengandung mineral yang berbeda-beda dan memiliki ketahanan yang berbeda pula.

Oleh karena itu sangat penting untuk mempelajari sifat dan karaterstik dari setiap jenis batuan beku. Hal ini berguna dalam memprediksi potensi kesuburan lahan pada suatu wilayah yang tersusun atas batuan beku.

Ruang Lingkup Isi

Modul ini membantu mahasiswa dalam memahami proses dan mekanisme pembentukan batuan beku, jenis dan karateristik berbagai jenis batuan beku, proses pelapukan yang terjadi pada batuan beku serta potensi tanah yang dihasilkan dari pelapukan batuan beku.

Sasaran Pembelajaran

Modul ini dapat membantu mahasiswa dalam memahami manajemen lahan yang berkembang dari batuan beku.

Pembahasan

Proses dan Mekanisme Pembentukan Batuan Beku

Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari hasil pembekuan magma atau hasil kristalisasi (Gambar 11) dari mineral-mineral dalam bentuk agregasi yang saling interlocking. Secara umum batuan beku disusun oleh mineral : olivin, piroksin, hornblende (amphibole), biotit, Ca dan Na plagioklas, K-feldspar, muscovit dan kuarsa. Kandungan mineral yang terdapat dalam batuan beku menunjukkan perbedaan jenis batuan beku.

Kristalisasi mineral dan batuan beku yang terbentuk Kristalisasi mineral

olivin, serpentin dan Ca-plagioklas. Batuan beku yang terbentuk adalah batuan beku ultrabasa (ultramafic) dengan kandungan silika <45%. Kristalisasi mineral olivin, piroksin, amphibol dan Ca-plagioklas. Batuan beku yang terbentuk adalah batuan beku basa (basic) dengan kandungan silika 45-55%. Kristalisasi mineral piroksin, amphibol, biotit, Ca-Na Plagioklas dan Orthoklas. Batuan yang terbentuk adalah batuan beku intermediat dengan kandungan silika 55-65%. Kritalisasi mineral piroksin, amphibol, biotit, Na-plagioklas, orthoklas, muscovit dan dominan mineral kuarsa batuan beku yang terbentuk adalah batuan beku masam dengan kandungan silika >65%

Sifat Fisik Batuan Beku

Berdasarkan proses pembentukan dan tempat keterdapatannya, maka batuan beku terbagi atas tiga, yaitu :

1. Batuan beku plutonik/intrusif (batuan beku dalam), adalah batuan beku yang terdapat pada bagian bawah dari kerak litosfer. Batuan ini tersusun atas kristal-kristal mineral dalam ukuran makroskopis yang cukup besar dengan struktur batuan yang masif (padat).

2. Batuan beku gang (korok), adalah batuan beku yang terdapat diantara batuan beku plutonik dan batuan beku ekstrusif. Batuan ini tersusun atas kumpulan kristal-kristal mineral yang tidak seragam ukurannya, sebagian dapat diamati secara makroskopis dan sebagian lagi harus dengan pengamatan mikroskopis. Struktur batuan beku gang bersifat masif (padat).

3. Batuan beku ekstrusif (batuan beku luar), adalah batuan beku yang terbentuk dekat atau dipermukaan (bagian terluar dari kerak litosfer). Batuan ini sebagian besar tersusun atas kristal-kristal mineral yang berukuran sangat halus dan sebagian besar hanya dapat teramati secara mikroskopis. Struktur batuan ini bersifat vesiculasi (memperlihatkan lubang bekas pelepasan gas), hal ini disebabkan karena magma yang keluar ke permukaan mengalami perubahan temperatur secara tiba-tiba sehingga panas yang terdapat dalam cairan magma berubah menjadi gas.

Perbedaan tempat pembentukan mengakibatkan terjadinya perbedaan fisik pada batuan beku. Perbedaan ciri-ciri fisik dapat terlihat dari :

1. Tekstur batuan, meliputi :

 Kristalinitas adalah tingkat kristalisasi mineral, yaitu; holokristalin (seluruhnya tersusun oleh kristal mineral), hipokristalin (sebagian kristal dan sebagian gelas), dan holohialin (seluruhnya tersusun oleh gelas).  Granularitas adalah kenampakan ukuran kristal mineral, yaitu; fanerik

(kristal mineral dapat teramati dengan jelas secara makroskopis), porfiritik (hanya sebagian kristal mineral yang dapat teramati secara makroskopis),

 Fabrik adalah hubungan dan susunan antara kristal mineral. Fabrik terbagi dua, yaitu:

a. Bentuk adalah kenampakan dua dimensi

euhedral (bidang batas kristal nampak jelas), subhedral (batas kristal hanya sebagian yang memiliki bidang batas yang jelas) dan anhedral (bidang batas kristal tidak nampak dengan jelas).

b. Relasi adalah hubungan antara butir kri

equigranular (butir kristal mineral relatif seragam), dan inequigranular (butir kristal mineral tidak seragam).

2. Struktur batuan terbagi atas dua bagian, yaitu: a. Struktur massif adalah

kenampakan hubungan menunjukkan pori

b. Struktur vesiculasi adalah struktur batuan yang lubang-lubang akibat pelepasan gas sew

ini terdiri dari;

 Vesicle : struktur berpori, dimana lubang

 Scoria: struktur berpori, dimana lubang

Fabrik adalah hubungan dan susunan antara kristal mineral. Fabrik terbagi

Bentuk adalah kenampakan dua dimensi dari kristal mineral, yaitu; euhedral (bidang batas kristal nampak jelas), subhedral (batas kristal hanya sebagian yang memiliki bidang batas yang jelas) dan anhedral (bidang batas kristal tidak nampak dengan jelas).

Relasi adalah hubungan antara butir kristal mineral, yaitu; equigranular (butir kristal mineral relatif seragam), dan inequigranular (butir kristal mineral tidak seragam).

terbagi atas dua bagian, yaitu:

Struktur massif adalah struktur kompak dari batuan ditunjukkan denga kenampakan hubungan dari mineral-mineral dalam batuan yang tidak menunjukkan pori-pori atau bentuk aliran.

Struktur vesiculasi adalah struktur batuan yang memperlihatkan adanya lubang akibat pelepasan gas sewaktu magma membeku

Vesicle : struktur berpori, dimana lubang-lubangnya menyudut.

Scoria: struktur berpori, dimana lubang-lubangnya relatif membulat

Bentuk kristal subhedral Bentuk kristal subhedral

Relasi equigranular; karena dominan disusun oleh bentuk kristal subhedral

Fabrik adalah hubungan dan susunan antara kristal mineral. Fabrik terbagi

dari kristal mineral, yaitu; euhedral (bidang batas kristal nampak jelas), subhedral (batas kristal hanya sebagian yang memiliki bidang batas yang jelas) dan anhedral

stal mineral, yaitu; equigranular (butir kristal mineral relatif seragam), dan inequigranular

struktur kompak dari batuan ditunjukkan dengan mineral dalam batuan yang tidak

memperlihatkan adanya aktu magma membeku. Struktur

lubangnya menyudut.

lubangnya relatif membulat

Bentuk kristal subhedral Bentuk kristal subhedral

Relasi equigranular; karena dominan disusun oleh bentuk kristal subhedral

 Pumice; struktur berpori, dimana lubang dan dapat memperlihatkan arah aliran buih.

Proses Pelapukan Batuan Beku

Batuan beku secara fisik merupakan batuan yang sangat masif (kompak). Struktur yang masif menyebabkan pelapukan pada batuan beku berjalan sangat lambat. Lubang bekas pelepasan gas pada permukaan batuan tidak memiliki koneksi pada b

pada bagian luar permukaan batuan (Gambar 12).

beku yang dimulai dari arah luar ke dalam biasanya menunjukkan struktur pengelupasan seperti kulit bawang yang dikenal dengan nama

waethering. Selain struktur, komposisi kimia

dan temperatur pada saat pembekuan pelapukan batuan (Gambar 13)

.

Gambar 12 Proses pelapukan batuan beku yang dimulai dari luar dalam

Pumice; struktur berpori, dimana lubang-lubangnya agak memanjang dan dapat memperlihatkan arah aliran buih.

Pelapukan Batuan Beku

Batuan beku secara fisik merupakan batuan yang sangat masif (kompak). Struktur yang masif menyebabkan pelapukan pada batuan beku berjalan Lubang bekas pelepasan gas pada permukaan batuan tidak da bagian dalam sehingga proses pelapukan harus dimulai pada bagian luar permukaan batuan (Gambar 12). Proses pelapukan batuan beku yang dimulai dari arah luar ke dalam biasanya menunjukkan struktur pengelupasan seperti kulit bawang yang dikenal dengan nama

Selain struktur, komposisi kimia, warna batuan, derajat butir kristal temperatur pada saat pembekuan magma juga mempengaruhi proses

(Gambar 13)

roses pelapukan batuan beku yang dimulai dari luar

lubangnya agak memanjang

Batuan beku secara fisik merupakan batuan yang sangat masif (kompak). Struktur yang masif menyebabkan pelapukan pada batuan beku berjalan Lubang bekas pelepasan gas pada permukaan batuan tidak agian dalam sehingga proses pelapukan harus dimulai Proses pelapukan batuan beku yang dimulai dari arah luar ke dalam biasanya menunjukkan struktur pengelupasan seperti kulit bawang yang dikenal dengan nama spheroidal derajat butir kristal uga mempengaruhi proses

Gambar 13 Faktor-faktor yang mempengaruhi pelapukan batuan beku. Dari warna dan komposisi kimia; batuan beku A dan C lebih mudah melapuk dibanding batuan beku B dan D. Dari ukuran butir kristal dan temperatur pembekuan maka batuan beku A lebih mudah melapuk dibanding C dan batuan beku B lebih mudah melapuk dibanding D.

Potensi Lahan yang Berkembang dari Batuan Beku

Daerah yang berkembang dari bahan induk yang berasal dari batuan beku, umumnya memiliki bentuk morfologi yang bergelombang kuat (berbukit-bergunung). Hal ini disebabkan karena batuan induknya sulit mengalami pelapukan. Oleh sebab itu perkembangan tanah pada daerah berbahan induk batuan beku umumnya lambat sehingga tanah yang mungkin terbentuk adalah tanah-tanah yang bersolum dangkal (Gambar 14). Hal tersebut akan berbeda jika dibandingkan pada daerah yang berbatuan beku dengan curah hujan yang tinggi. curah hujan yang tinggi akan mempercepat proses pelapukan batuan beku, terutama batuan beku yang bersifat ultrabasa dan basa (Gambar 14). Sifat air hujan yang memiliki pH ≤5,5 akan lebih mudah melepaskan kation-kation logam alkali yang terdapat dalam mineral pada batuan beku ultrabasa

A B

Selain jenis batuan beku dan curah hujan, potensi lahan yang berkembang dari batuan beku juga dipengaruhi dengan bentuk morfologi yang terbentuk. Topografi bergelombang kuat (berbukit-bergunung) dengan curah hujan yang tinggi mengakibatkan kation/hara yang terlepas dari batuan akan mudah tercuci (leaching) dan hilang dari tanah sehingga tanah menjadi kurang subur dan didominasi oleh mineral oksida besi. Oleh sebab itu pengembangan lahan pada daerah berbatuan beku harus memperhatikan jenis batuan bekunya, curah hujan dan bentuk morfologi (topografi), sehingga manajemen pengelolaan lahan yang berkesinambungan dapat dilakukan dengan baik.

Gambar 14 A. profil tanah yang berkembang dari batuan beku yang bersifat masam di kabupaten Pangkep Sulawesi Selatan, curah hujan berkisar 1623 mm/thn-2195 mm/thn, topografi berbukit dengan ketebalan tanah (horison A) berkisar 30-50cm. B. profil tanah yang berkembang dari batuan beku yang bersifat ultrabasa di kabupaten Luwu Sulawesi Selatan, curah hujan 2800mm/thn-3980mm/thn, topografi

Batuan induk Horison tanah

Penutup Tugas

1. Buatlah poster tentang proses pembentukan batuan beku beserta karateritik masing-masing jenis batuan beku dan faktor-faktor yang menyebabkan magma sebagai sumber batuan beku mengalami pembekuan.

2. Presentasikan poster yang dibuat perkelompok.

Daftar Isi

Birkeland PW. 1999. Soils and Geomorphology. 3th Edition. Oxford University Press. New York.

Kerr, P.F. 1959. Optical Mineralogy. McGraw Hill Book Co. Inc, New York. Miller, J.P. and R. Scholten. 1966. Laboratory Studies in Geology. W.H

Freeman and Company. San Fransisco and London.

Raymond LA. 1995. Petrology: The Study of Igneous, Sedimentary, Metamorphic Rocks. WCB Publisher. USA.

Rogers JJW, Adams JAS. 1966. Fundamentals of Geology. Harper and Row Publisher. New York

Tyrrell, G.W. 1958. The Principles of Petrology. E.P. Dutton and Co Publishing. Inc, New York.

Travis, R.B. 1955. Classification of rocks. Quaterly of the Colorado School of Mines, Volume 50, Number 1.

Pendahuluan

Latar Belakang

ndonesia merupakan daerah vulkanik, baik vulkanik aktif maupun yang tidak aktif lagi. Aktivitas vulkanisme memberikan keuntungan positif selain kerusakan yang diberikan. Keuntungan positif yang diberikan berupa penambahan mineral-mineral yang kaya akan unsur hara ke dalam tanah. Penambahan ini tentu saja akan berdampak pada peningkatan kesuburan tanah.

Dibandingkan batuan beku, batuan piroklastik jauh lebih mudah melapuk, sehingga kecepatan pelepasan hara jauh lebih besar. Padahal ditinjau dari proses pembentukannya, keduanya dihasilkan dari aktivitas tekto-vulkanisme yang sama. Hal ini merupakan sesuatu sangat menarik dan akan kita bahas lebih lanjut pada bab ini.

Ruang Lingkup Isi

Modul ini membantu mahasiswa dalam memahami proses dan mekanisme pembentukan batuan piroklastik, jenis dan karateristik berbagai jenis batuan piroklastik, proses pelapukan yang terjadi pada batuan piroklastik serta potensi tanah yang dihasilkan dari pelapukan batuan piroklastik.

Sasaran Pembelajaran

Modul ini dapat membantu mahasiswa dalam memahami manajemen lahan yang berkembang dari batuan piroklastik.

Pembahasan

Proses dan Mekanisme Pembentukan Batuan Piroklastik

Aktivitas vulkanisme (erupsi) gunung api terbagi atas dua bagian (Gambar 15). Pada bagian pertama terjadi aktivitas vulkanisme yang bersifat eksplosif, yaitu aktivitas gunung api, dimana bahan piroklsatik (dapat berupa magma, runtuhan kepundan, dan dinding gunung api) dilemparkan keluar dari kepundan dengan tekanan yang tinggi sehingga menjadi hancur di udara akibat perbedaan temperatur yang berubah secara drastis. Material ini sebagian jatuh disekitar lereng gunungapi dan sebagian lagi yang berukuran lebih ringan ditransportasikan oleh angin atau gas (gas yang dihasilkan dari magma pada waktu erupsi) dan dibawa ke tempat tertentu, kemudian terendapkan dengan segera dari udara di atas tanah kering atau dalam tubuh air. Untuk erupsi bawah laut, bahan piroklastik segera terendapkan melalui tubuh air ke dalam dasar laut ke tempat yang jauh dari tubuh gunungapi. Hasil diagenesis material yang dikeluarkan oleh aktivitas vulkanisme yang bersifat eksplosif ini kemudian membentuk batuan piroklastik (WTG, 1954; Heinrich, 1956). Sedangkan bagian kedua dari aktivitas vulkanisme bersifat effusif, yaitu aktivitas gunungapi dimana bahan piroklastik tidak lagi dilemparkan keluar dengan tekanan yang tinggi, tetapi berganti dengan lava yang keluar kepermukaan dengan tekanan yang rendah tetapi dengan temperatur yang tinggi. Lava ini kemudian oleh perbedaan temperatur akhirnya mengalami pembekuan di permukaan membentuk batuan beku ekstrusif.

Sifat Fisik Batuan Piroklastik

Batuan piroklastik yang dihasilkan dari proses yang berbeda dengan batuan beku memiliki kandungan hara yang tinggi dengan karateristik batuan yang khas. Karateristik yang khas dari batuan piroklastik dapat terlihat dari sifat fisiknya, yaitu :

1. Tekstur; adalah kenampakan ukuran butir mineral atau partikel dalam tubuh batuan. Tekstur batuan piroklastik terbagi dua, yaitu:

a. Klastik kasar; jika ukuran butir dari partikel penyusun batuan piroklastik berukuran >2mm (Tabel 4). Ukuran butir juga digunakan untuk memberikan penamaan pada batuan piroklastik.

b. Klastik halus; jika ukuran butir dari partikel penyusun batuan piroklastik berukuran 2-0,0625mm (Tabel 6).

Tabel 6 Klasifikasi ukuran butir dan nama batuan piroklastik

Ukuran

butir Penamaan Batuan Piroklastik

(mm) Wentworth & William (1932) Twenhofel (1950) Fisher (1963) 256 Blocks (volcanic

breccia) Bombs Coarse Blocks

and 126

Bombs (agglomerate) Bombs

64 Lapilli

32 Lapilli

10 Lapilli (Lapilli tuff) 8

4

2 Coarse ash

(Coarse tuff) Coarse ash

0.5 (Coarse tuff) Coarse ash

0.250 0.125

Fine ash (Fine tuff) Fine ash (Fine tuff)

Perbedaan ukuran butir partikel mengakibatkan batuan piroklastik memiliki; sortasi, kemas, porositas dan permeabilitas yang berbeda. Sortasi adalah tingkat pemilahan butir batuan, jika ukuran butirnya seragam (berukuran relatif sama) maka sortasi batuan akan bagus dan sebaliknya. Sedangkan kemas adalah hubungan antar butir batuan, jika sortasinya bagus maka kemas batuan akan tertutup jika sortasi jelek maka kemas batuan akan terbuka. Sortasi dan kemas akan mempengaruhi kemampuan menyerap cairan (porositas) dan kemampuan melewatkan cairan (permeabilitas) batuan.

2. Struktur; adalah kenampakan hubungan antara butir partikel di dalam tubuh batuan piroklastik. Hubungan ini terlihat dari gradasi butiran ataupun warna butiran akibat waktu pengendapan. Hal ini ditunjukkan dengan terbentuknya perlapisan batuan.

Proses Pelapukan Batuan Piroklastik

Tekstur dan struktur batuan merupakan hal yang paling penting dalam proses pelapukan batuan piroklastik. Butiran partikel yang menyusun batuan piroklastik (Gambar 16) dari ukuran besar hingga sangat halus akan membentuk pori dalam tubuh batuan. Adanya pori membuat cairan, utamanya air mudah masuk ke dalam tubuh batuan sehingga proses pelapukan kimia pada batuan berjalan dua arah, yaitu dari arah luar dan arah dalam tubuh batuan. Hal inilah yang membuat batuan piroklastik lebih mudah mengalami pelapukan dibandingkan batuan beku. Faktor lain yang membuat batuan piroklastik mudah mengalami pelapukan dan melepaskan kation-kation logamnya adalah proses di awal pembentukannya, dimana bahan piroklastik yang terlempar dari kepundan gunungapi ke permukaan mengakibatkan perubahan temperatur yang dratis pada kristal mineral yang berakibat pada retak hingga hancurnya kristal mineral (Gambar 17). Keretakan dan kehancuran kristal mineral pada batuan piroklastik merupakan celah bagi cairan untuk masuk ke dalam kristal dan merusak/melapukkan kristal mineral, sehingga unsur hara lebih mudah untuk dilepaskan.

Gambar 16 Kenampakan fisik batuan piroklastik yang berbutir

Gambar 17 Kenampakan kristal mineral penyusun batuan piroklastik yang mengalami keretakan dan kehancuran kristal.

Potensi Lahan yang Berkembang dari Batuan Piroklastik

Batuan piroklastik yang dihasilkan dari aktivitas vulkanisme yang eksplosif, mengandung banyak mineral-mineral (olivin, piroksen, Ca-Na plagioklas, bioit, amphibol, orthoklas, muscovit dan kuarsa) yang kaya akan unsur hara (Ca, Mg, Fe, Zn, Na, S dan K) yang sangat bermanfaat bagi tanaman. Tekstur batuan piroklastik yang berbutir membuat batuan ini lebih mudah mengalami pelapukan sehingga proses pembentukan tanah akan berjalan lebih cepat dan

Bentuk topografi dan iklim (utamanya curah hujan) akan mempengaruhi tingkat kesuburan tanah yang berkembang dari batuan piroklastik. Topografi yang curam dengan curah hujan yang tinggi membuat tanah yang telah terbentuk akan intensif mengalami proses pencucian sehingga kation-kation logamnya dapat hilang dalam larutan tanah sehingga tanah dapat bereaksi masam. untuk itu perlu dilakukan penambahan kapur dan bahan organik untuk menaikkan pH tanah dan mengikat kation-kation logam agar tidak hilang dalam proses pencucian.

Lahan yang berkembang dari batuan piroklastik banyak mengandung hara yang penting untuk tanaman. Oleh sebab itu sesuai untuk pengembangan tanaman pangan dan hortikultura,

Gambar 18 Kenampakan profil tanah yang terbentuk dari batuan piroklastik. Tebal solum tanah berkisar 1-1,5 meter.

Penutup Tugas

1. Jelaskan perbedaan batuan piroklastik dan batuan beku.

2. Daerah di sekitar gunung Merapi di jawa tengah merupakan lahan yang sangat subur. Penduduk setempat dapat menanam berbagai jenis tanaman pangan dengan hasil yang sangat baik. Hal ini sangat berbeda pada daerah selatan bagian selatan dari gunung bawakaraeng yang juga merupakan daerah bekas aktivitas gunung api. Jelaskan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya dan jelaskan bagaimana hal tersebut dapat terjadi.

3. Lahan A tersusun atas bahan induk batuan beku intermediat dan jenis tanah yang berkembang adalah Inceptisol. Lahan B tersusun atas bahan induk breksi vulkanik, jenis tanah yang berkembang adalah Inceptisol. Jelaskan perbedaan potensi kedua lahan tersebut dan bagaimana manajemen keduanya?.

Daftar Isi

Birkeland PW. 1999. Soils and Geomorphology. 3th Edition. Oxford University Press. New York.

Kerr, P.F. 1959. Optical Mineralogy. McGraw Hill Book Co. Inc, New York. Miller, J.P. and R. Scholten. 1966. Laboratory Studies in Geology. W.H

Freeman and Company. San Fransisco and London.

Raymond LA. 1995. Petrology: The Study of Igneous, Sedimentary, Metamorphic Rocks. WCB Publisher. USA.

Rogers JJW, Adams JAS. 1966. Fundamentals of Geology. Harper and Row Publisher. New York

Tyrrell, G.W. 1958. The Principles of Petrology. E.P. Dutton and Co Publishing. Inc, New York.

Travis, R.B. 1955. Classification of rocks. Quaterly of the Colorado School of Mines, Volume 50, Number 1.

Pendahuluan

Latar Belakang

ekitar 75% permukaan kerak benua tertutup oleh lapisan batuan sedimen. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar lahan di permukaan bumi berkembang dari batuan sedimen. Oleh sebab itu batuan sedimen menjadi salah satu faktor penentu potensi kesuburan lahan. Batuan sedimen terdiri dari berbagai jenis, oleh karenanya lahan yang berkembang dari bahan induk batuan sedimen memiliki karateristik yang berbeda-beda pula.

Variasi jenis batuan sedimen dan tanah yang dihasilkannya merupakan hal yang sangat menarik untuk dipelajari dalam menentukan/memprediksi kualitas lahan yang akan dimanfaatkan dalam bidang pertanian dan bidang-bidang lainnya.

Ruang Lingkup Isi

Modul ini membantu mahasiswa dalam memahami proses dan mekanisme pembentukan batuan sedimen, jenis dan karateristik berbagai jenis batuan sedimen, proses pelapukan yang terjadi pada batuan sedimen serta potensi tanah yang dihasilkan dari pelapukan batuan sedimen.

Sasaran Pembelajaran

Modul ini dapat membantu mahasiswa dalam memahami manajemen lahan yang berkembang dari batuan sedimen.

Pembahasan

Proses dan Mekanisme Pembentukan Batuan Sedimen

Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari hasil akumulasi material hasil perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau dari hasil aktivitas kimia maupun organisme. Material ini kemudian diendapkan pada suatu cekungan (sungai, rawa dan laut) pada permukaan bumi yang kemudian mengalami proses diagenesis (Pettijohn, 1975).

Berdasarkan proses terbentuknya, batuan sedimen dibagi dalam beberapa jenis, yaitu:

1. Berdasarkan proses pengendapan (Gambar 19)

Batuan sedimen klastik; adalah batuan sedimen yang dihasilkan dari akumulasi material sedimen yang berukuran >256mm - <1/256mm (Wentworth, 1922). Material ini merupakan hasil pelapukan batuan yang telah ada sebelumnya. Contoh; konglomerat dan batupasir

Batuan sedimen kimiawi; adalah batuan sedimen yang dihasilkan dari hasil persenyawaan kimia dari kation-kation yang dihasilkan dari proses pelapukan dari batuan yang telah ada sebelumnya. Contohnya batugamping kristal (hasil rekristalisasi mineral kalsit) dan batugaram.

Dalam dokumen Buku Ajar Agrogeologi Dan Mineralogi Tanah (Halaman 46-152)

Dokumen terkait