• Tidak ada hasil yang ditemukan

25

Tabel 5 Skor dan sikap masyarakat pada stimulus rela-religus (lanjutan..)

No Stimulus rela-religius GAS Gaung Skor Sikap Skor Sikap 4 Masyarakat sudah lama mengenal, memanfaatkan &

menanam M.casturi 4,0 + 4,5 +

Total 3,5 - 4,0 +

Ket: Sangat setuju (5), setuju (4), netral (3), tidak setuju (2), dan sangat tidak setuju (1) dimana sikap (+) = sangat suka atau suka/setuju (≥3,8): Sikap (-) = tidak suka atau kurang suka/ tidak setuju (<3,8)

Menurut Zuhud (2007) membangun sikap masyarakat pro-konservasi, sepatutnya dilakukan melalui integrasi tiga pendekatan yaitu (1) membangun

sikap “tri stimulus amar pro-konservasi”; (2) menyambungkan dan mengembangkan pengetahuan tradisional masyarakat menjadi pengetahuan modern, yang bersifat adaptif terhadap perkembangan terkini dan (3) mengaktifkan nilai-nilai religius sebagai stimulus rela dan kuat untuk membangun sikap serta perilaku konservasi.

Integrasi tiga pendekatan untuk mambangun sikap masyarakat pro- konservasi di Kabupaten Indragiri Hilir yang di wakili oleh dua kecamatan di kabupaten ini sudah berjalan dengan baik. Hal ini dibuktikan dari stimulus- stimulus yang ada, bahwa masyarakat telah memiliki sikap “tri stimulus amar

pro-konservasi”, dalam kegiatan konservasi yang telah dilakukan nilai-nilai

religius sebagai stimulus rela dan kuat untuk membangun sikap serta perilaku konservasi juga telah muncul dan menjadi stimulus kuat di Kecamatan Gaung. Hanya saja pendekatan pengembangan pengetahuan tradisional masyarakat menjadi pengetahuan modern yang bersifat adaptif terhadap perkembangan terkini belum tampak. Disinilah peran penting pemerintah, perguruan tinggi dan penyuluh pertanian untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat.

Tri-Stimulus Amar Pro-konservasi (Zuhud 2007) merupakan konsep sistem nilai yang dibagi menjadi tiga kelompok stimulus pro-konservasi, yaitu alamiah, manfaat, dan religius-rela yang merupakan kristalisasi dari nilai-nilai kebenaran, kepentingan dan kebaikan. Konsep sistem nilai ini juga bisa diterapkan di Kabupaten Indragiri Hilir, agar M. casturi tetap lestari populasi dan lestari manfaat ekonominya. Dari penelitian yang dilakukan, sikap pro-konservasi M. casturi sebenarnya sudah ada di masyarakat. Akan tetapi, sikap yang ada tidak terlalu kuat. Sikap pro-konservasi yang ada baru pada tahapan sikap menjaga dan memanfaatkan belum pada tahapan meningkatkan populasi M. casturi yang ada.

Strategi Konservasi Ex Situ Mangifera casturi Berbasis Masyarakat Analisis SWOT

Konservasi ex situ M. casturi oleh masyarakat Kabupaten Indragiri Hilir dilakukan dalam bentuk budidaya tanaman di areal-arael yang mereka miliki seperti pekarangan rumah, kebun, pinggir sawah dan daerah-daerah pinggir anak sungai. Konservasi ex-situ yang dilakukan tidak lepas dari faktor-faktor strategis yang mempengaruhi masyarakat dalam hal budidaya yang mereka lakukan. Faktor-faktor yang ada di kelompokkan menjadi dua faktor dominan yakni faktor internal (SW/ kekuatan dan kelemahan) yang ada di masyarakat dan faktor eksternal (OT/ peluang dan ancaman) yang berasal dari luar masyarakat. Faktor-

faktor ini kemudian di analisis dengan menggunakan analisis SWOT (strenghts/ kekuatan, weaknesses/kelemahan, opportunities/peluang, dan threats/ancaman).

Faktor internal (kekuatan dan kelemahan)

Nilai pengaruh internal yang berasal dari masyarakat berupa keinginan dan sikap untuk mendapatkan nilai manfaat konservasi ex situ M. casturi yang mereka lakukan. Selain itu, nilai ini juga dipengaruhi oleh adanya penghargaan masyarakat terhadap warisan (M. casturi) yang dibawa dan ditanam oleh nenek moyang mereka. Nilai-nilai kekuatan tersebut dapat dilihat pada Tabel 6

Tabel 6 Nilai pengaruh dari faktor internal dalam konservasi ex situ M. casturi masyarakat Indragiri Hilir

Faktor Internal Kec. Gaung Anak Serka Kec. Gaung Bobot Tingkat NP Bobot Tingkat NP Kekuatan

- Kegiatan panen dan pemasaran

dilakukan dengan baik 0,09 3 0,27 0,09 3 0,27

- Dorongan yang kuat untuk memperbaiki dan menambah pendapatan

0,09 4 0,36 0,09 4 0,36

- Adanya keinginan dan kesadaran untuk melakukan budidaya M. casturi

dengan baik dan benar

0,23 3 0,69 0,23 3 0,69

Kelemahan

- Masyarakat tidak melakukan/ tidak

tahu kegiatan pra tanam yang baik 0,14 3 0,42 0,14 2 0,28 - Masyarakat tidak melakukan kegiatan

perawatan secara berkala 0,09 2 0,18 0,09 3 0,27 - Kurangnya pengetahuan masyarakat

terhadap pencegahan dan pengendalian hama dan penyakit

0,14 3 0,42 0,14 4 0,56

- Tidak adanya bimbingan dari

penyuluh pertanian 0,05 4 0,20 0,05 4 0,20

- Tidak adanya kolaborasi antara petani dan pemerintah daerah seperti pemberdayaan dan bantuan modal

0,09 3 0,27 0,09 3 0,27

- Serta tidak adanya lembaga keuangan yang memberikan bantuan

permodalan/ kredit lunak

0,05 2 0,10 0,05 2 0,10

- M. casturi lama berbuah/panen 0,05 3 0,15 0,05 3 0,15

Total 1 3,06 1 3,15

Keterangan : 1 (Pengaruh kecil), 2 (Sedang), 3 (Besar), dan 4 (Sangat Besar), NP (Nilai Pengaruh)

Pemanenen dan pemasaran dilakukan dengan baik oleh masyarakat. Buah M. casturi memiliki rasa yang sangat manis dan merupakan buah yang berbuah setahun sekali. Hal ini menyebabkan M. casturi di nanti-nanti waktu berbuahnya, ketika masa panen tiba, buah ini menjadi rebutan anak-anak dan tidak sedikit masyarakat yang mendapatkan pendapatan dari buah ini. Buah yang masak jatuh dengan sendirinya, sehingga petani tidak perlu repot untuk memanjat pohon ini selain tinggi, pohon ini juga memiliki diameter yang besar sehingga sulit dipanjat.

Sektor pertanian dan perkebunan di Indragiri Hilir memiliki komoditas utama yakni kelapa dan pinang, saat ini masyarakat mulai menanam kelapa sawit. Hampir sebagian besar masyarakat menggantungkan hidupnya dari berkebun kelapa dan pinang, harga jual yang fluktuatif mengakibatkan tidak jarang masyarakat mengalami kesulitan keuangan dan mereka setuju dengan adanya

27

sumber pendapatan lain/ menanam komoditas lain untuk menambah penghasilan. Motivasi ini dapat menjadi kekuatan untuk pengembangan budidaya M. casturi di Kabupaten Indragiri Hilir.

Gambar 12 Anakan M. casturi dan Pohon M. casturi di depan Kantor Camat Kecamatan Gaung

Keberadaan M. casturi hingga saat ini tidak lepas dari adanya kesadaran masyarakat akan pentingnya kelestarian M. casturi untuk anak cucu, ekonomi, ekologi, dan sosial. Bagi masyarakat, pohon M. casturi yang mereka miliki merupakan pohon yang harus dijaga sebagai warisan nenek moyang. Selain itu pohon ini juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan sangat digemari oleh masyarakat sebagai panganan buah lokal.

Keinginan dan kesadaran yang ada di masyarakat untuk melakukan budidaya M. casturi dengan baik dan benar, menjadi faktor penting mewujudkan konservasi ex-situ M. casturi di Kabupaten Indragiri Hilir. Keinginan dan kesadaran masyarakat yang ada memudahkan konservasi yang akan dilakukan. Keinginan dan kesadaran ini tentu tidak lepas dari nilai manfaat baik secara ekonomi, ekologis, dan sosial.

Konservasi ex situ M. casturi yang dilakukan oleh masyarakat Indragiri Hilir juga memiliki kelemahan khususnya pada aspek pengetahuan masyarakat tentang budidaya M. casturi. Pada dua kecamatan di Kabupaten Indragiri Hilir yang menjadi lokasi penelitian, terdapat perbedaan tingkat pengetahuan terhadap budidaya M. casturi yang telah dilakukan. Dari hasil wawancara diketahui bahwa masyarakat di Kecamatan GAS, pengetahuan untuk kegiatan pra-tanam yang baik lebih rendah bila dibandingkan dengan masyarakat di Kecamatan Gaung. Sedangkan untuk kegiatan perawatan, masyarakat Kecamatan GAS lebih merawat pohon M. casturi yang mereka punya daripada masyarakat di Kecamatan Gaung.

Kekurangan lain yang ada di masyarakat adalah tidak dilakukannya kegiatan pra tanam yang baik seperti adanya seleksi benih, semai dan persiapan lahan. Masyarakat juga tidak melakukan kegiatan perawatan secara berkala (penyiangan, pemupukan). Kegiatan penyiangan baru dilakukan ketika panen tiba. Pembersihan areal dibawah tegakan dilakukan untuk memudahkan dalam pemanenen yang dilakukan. Sedangkan untuk pemupukan sendiri merupakan hal yang jarang dilakukan. Beberapa individu M. casturi yang di pupuk merupakan M. casturi yang ada di tanam di dekat sawah atau kebun masyarakat. Pupuk yang diberikan juga secara tidak disengaja karena pupuk yang diberikan adalah sisa pupuk baik untuk kelapa ataupun padi yang masyarakat tanam.

Gambar 13 Buah M. casturi yang dimakan tupai dan pohon M. casturi yang berukuran besar

Budidaya M. casturi yang dilakukan masyarakat secara otodidak, pengetahuan didasarkan atas pengalaman dan interaksi yang lama terhadap M. casturi yang ditanam. Tidak adanya bimbingan dari penyuluh pertanian manjadi salah satu faktor penghambat tidak berjalannya budidaya M. casturi secara baik dan profesional di Kab. Indragiri Hilir. Tidak adanya kolaborasi antara petani dan pemerintah daerah seperti pemberdayaan dan bantuan modal serta tidak adanya lembaga keuangan yang memberikan bantuan permodalan/ kredit lunak untuk budidaya M. casturi juga membatasi budidaya M. casturi sebagai komoditas pertanian pendukung selain kelapa dan pinang yang menjadi sumber pencarian masyarakat.

M. casturi termasuk spesies mangga yang tahan terhadap hama dan penyakit, dari pengamatan yang dilakukan jarang sekali ditemukan individu yang terserang penyakit ataupun hama. Hama bagi masyarakat baru muncul ketika musim panen tiba di mana M. casturi yang masak disukai oleh kalong, tupai dan babi. Akan tetapi masyarakat tidak terlalu menganggap hal ini sebagai hama yang mengkhawatirkan karena menurut mereka mahluk hidup lain juga berhak menikmati buah (M. casturi) yang telah matang. Bagi masyarakat juga dengan adanya kalong, tupai dan babi membantu penyebaran M. casturi yang ada.

Faktor eksternal (peluang dan ancaman)

Karakteristik tanah untuk lahan budidaya M. casturi di Kabupaten Indragiri Hilir pada beberapa kecamatan sesuai dan bisa untuk budidaya. M. casturi tumbuh dan berkembang dengan baik di lahan-lahan pertanian dan pekarangan masyarakat. Hanya saja belum ada masyarakat yang benar-benar menjadikan M. casturi sebagai komoditas unggulan pertanian mereka. Lahan yang luas dan masih belum ditanami oleh masyarakat sangat memungkinkan untuk meningkatkan populasi M. casturi yang ada di Kabupaten Indragiri Hilir.

Tabel 7 Nilai pengaruh dari faktor eksternal dalam Konservasi ex situ M. casturi masyarakat Indragiri Hilir

Faktor Eksternal Kec. Gaung Anak Serka Kec. Gaung Bobot Tingkat NP Bobot Tingkat NP Peluang

- Lahan milik pribadi dan relatif luas 0,29 4 1,16 0,29 4 1,16 - Populasi M. casturi masih relatif

29

Tabel 7 Nilai pengaruh dari faktor eksternal dalam Konservasi ex situ M. casturi masyarakat Indragiri Hilir (lanjutan..)

Faktor Eksternal Kec. Gaung Anak Serka Kec. Gaung Bobot Tingkat NP Bobot Tingkat NP Peluang

- Tersedia pasar dan harganya relatif

stabil 0,29 4 1,16 0,29 4 1,16

- Adanya izin untuk

membudidayakan M. casturi 0,14 4 0,56 0,14 4 0,56

Ancaman

- Adanya anggapan bahwa M.

casturi sebagai hama 0,14 3 0,42 0,14 2 0,28

Total 1,00 3,72 1,00 3,58

Keterangan : 1 (Pengaruh kecil), 2 (Sedang), 3 (Besar), dan 4 (Sangat Besar), NP (Nilai Pengaruh)

M. casturi sangat digemari oleh masyarakat, karena buahnya yang manis dan tidak menimbulkan sakit perut bila mengkonsumsinya dalam jumlah yang banyak mengakibatkan buah ini laris di pasar-pasar tradisonal masyarakat. Di masyarakat Dayak Meratus (Kartikawati, 2004) M. casturi merupakan buah ekslusif dengan intensitas pemanfaatan tinggi. Di Kabupaten Indragiri Hilir, tidak jarang masyarakat datang langsung kerumah petani untuk memperoleh M. casturi ini. Harga jualnya pun relatif tinggi yakni Rp 8000- Rp 15.000/Kg dan relatif stabil karena jumlahnya terbatas dan peminatnya banyak. Penyebaran M. casturi sendiri di Kabupaten Indragiri Hilir hanya ada pada beberapa kecamatan saja.

Adanya anggapan bahwa M. casturi mempengaruhi produktivitas kelapa, juga dilontarkan sebagian masyarakat yang di dua kecamatan ini. Masyarakat menganggap tajuk pohon M. casturi yang lebar mempengaruhi produktifitas buah kelapa disekitar pohon M. casturi tersebut. Hal ini tidak jarang dijadikan alasan masyarakat untuk menebang/mematikan M. casturi yang di tanam (Gambar 14). Selain itu, pohon M. casturi yang tinggi dan rimbun juga membuat masyarakat takut untuk menanamnya di halaman rumah karena takut menimpa rumah jika tumbang dan ditambah lagi dengan kondisi tanah rawa sehingga mengakibatkan pohon mudah tumbang bila terkena angin kencang. Ada juga masyarakat yang beranggapan bahwa pohon M. casturi mengundang datangnya kumbang yang sering membuat sarang di tiang-tiang rumah masyarakat.

Gambar 14 Pohon M. casturi yang ditebang dan Pohon M. casturi yang sengaja di teres.

Potensi jumlah semai M. casturi yang ada saat ini tentu menjadi peluang untuk budidaya M. casturi di masa mendatang. Potensi semai M. casturi ini tentu sia-sia

jika tidak ada tindak lanjut/ usaha dari pemerintah, penyuluh pertanian dan masyarakat untuk melaksanakan kegiatan budidaya M. casturi.

Analisis Korelasi

Analisis korelasi dilakukan untuk melihat korelasi antar variabel baik variabel pada faktor internal ataupun eksternal yang mempengaruhi konservasi M. casturi di Kecamatan Gaung. Korelasi yang ada antar variabel di Kecamatan Gaung berbeda dengan Kecamatan GAS dari analisis korelasi yang dilakukan. Korelasi terjadi antara kesadaran masyarakat dengan kegiatan panen dan pemasaran, hal ini menjelaskan kesadaran masyarakat untuk konservasi M. casturi juga dipengaruhi oleh manfaat ekonomi yang mereka dapatkan. Selain itu, korelasi juga terjadi antara luas dan status lahan dengan populasi M. casturi yang ada, populasi M. casturi berkorelasi negatif dengan pencegahan dan pengendalian hama dan penyakit yang menjelaskan bahwa semakin banyak populasi M. casturi yang masyarakat miliki semakin jarang dilakukan pencegahan hama dan penyakit. Serta kegiatan pra-tanam dan perawatan dengan korelasi yang terjadi memiliki nilai kepercayaan 99%.

Korelasi pada selang kepercayaan 95% juga terjadi antara populasi M.casturi dengan pencegahan dan pengendalian hama dan penyakit, kegiatan pra- tanam dan perawatan, serta kegiatan panen dan pemasaran dengan perawatan. Hubungan antar variabel di Kecamatan Gaung lebih berkorelasi satu sama lain bila dibandingkan dengan variabel di Kecamatan GAS. Sehingga beberapa variabel bisa dihilangkan untuk menentukan faktor dominan konservasi M. casturi yang dilakukan.

Tabel 8 Uji Korelasi antar variabel Kecamatan Gaung

X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7

Dokumen terkait