• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

B. Saran

5. Buatlah kesimpulan dari percobaan di atas!

6. Buatlah laporan hasil percobaan dengan format sebagai berikut. A. Judul Percobaan B. Tujuan C. Dasar Teori D. Hasil Percobaan E. Pembahasan F. Kesimpulan G. Daftar Pustaka

Perubahan LKS berjudul “pH Larutan Penyangga” secara keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 2.

Pada praktikum kedua, peneliti mengimplementasikan LKS yang berjudul

“Mencari Molaritas pH Penyangga” yang terdapat pada Buku Pengayaan Guru “Demonstrasi Kimia Berbasis POE” halaman 63. LKS berjudul “Mencari

63

banyak perubahan pada LKS yang terdapat pada Buku Pengayaan Guru tersebut. Perubahan yang dilakukan mencangkup desain dan konten LKS. Perubahan tersebut seperti perubahan judul praktikum, tujuan, alat, bahan, langkah kerja pada kegiatan predict, observe, pertanyaan pada kegiatan explain serta kunci jawaban pertanyaan LKS. Perubahan desain pada LKS tersebut seperti menambahkan ikon atau gambar pada LKS, menambahkan kotak identitas yang terdiri dari nomor kelompok dan nama serta absen anggota kelompok praktikum. Untuk lebih menarik perhatian siswa, peneliti menambahkan gambar yang diletakkan di samping kotak identitas tersebut.

Selain desain, peneliti juga merubah isi LKS POE tersebut. Pada awalnya,

LKS yang terdapat pada Buku Pengayaan Guru “Demonstrasi Kimia Berbasis

POE” berjudul “Mencari Molaritas pH Penyangga”, dimana tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mempelajari larutan penyangga dan sifatnya. Judul dan tujuan yang tercantum pada LKS tersebut belum sesuai dengan maksud dari praktikum yang akan dilaksanakan oleh siswa. Pada praktikum kedua siswa diharapkan dapat mencari konsentrasi dari salah satu komponen penyusun larutan penyangga. Berdasarkan hal tersebut, judul dan tujuan praktikum yang tercantum dalam LKS

Buku Pengayaan Guru “Demonstrasi Kimia Berbasis POE” halaman 63 tidak

sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu, peneliti merubah judul LKS

praktikum menjadi “Mencari Molaritas Komponen Penyangga”, sedangkan tujuan

dari praktikum tersebut juga diubah, yaitu untuk menentukan molaritas komponen penyangga berdasarkan pH-nya.

64

Dalam penelitian ini, peneliti merubah langkah kerja pada kegiatan predict dan juga observe agar sesuai dengan tujuan praktikum yang sesungguhnya. Berikut ini adalah cuplikan langkah kerja LKS pada kegiatan predict dalam Buku

Pengayaan Guru “Demonstrasi Kimia Berbasis POE” yang belum diperbaiki.

1. Isilah gelas kimia dengan 10 mL larutan NH3 x M (konsentrasi belum diketahui) dengan menggunakan gelas ukur, kemudian tambahkan 10 mL larutan NH4Cl 1 M, selanjutnya aduklah campuran tersebut.

2. Periksa pH larutan dengan kertas indikator universal dan catat hasilnya. 3. Isilah masing-masing 3 tabung reaksi (1, 2 dan 3) dengan 5 mL larutan

nomor 1 di atas.

4. Tambahkan ke dalam masing-masing tabung sebanyak 5 mL akuades. 5. Periksa pH larutan dengan kertas indikator universal dan catat hasilnya. (Wirastiti, 2016, h.63)

Langkah kerja di atas tidak sesuai untuk kegiatan prediksi siswa. Pada kegiatan memprediksi ini, seharusnya siswa difokuskan untuk membuat campuran dari komponen larutan penyangga dimana salah satu larutan yang dicampurkan belum diketahui konsentrasinya. Campuran tersebut kemudian diukur pH awalnya dengan menggunakan kertas indikator universal. Siswa tidak perlu membagi campuran ke dalam tabung reaksi yang berbeda kemudian ditambah dengan akuades dan diukur pH-nya lagi. Dalam praktikum ini, peneliti menggunakan prinsip titrasi untuk menentukan konsentrasi dari salah satu komponen penyangga. Agar titik ekuivalen pada grafik titrasi yang dibuat lebih mudah ditentukan, maka larutan NH4Cl 0,1 M yang merupakan garam diganti dengan larutan HCl 0,1 M,

65

sehingga untuk menentukan konsentrasi NH3 nantinya menggunakan proses titrasi antara asam kuat (HCl 0,1 M) dan juga basa lemah (NH3). Berikut ini adalah langkah kerja kegiatan prediksi yang sudah diperbaiki.

1. Isilah gelas kimia dengan 5 mL larutan NH3 X M (konsentrasi belum diketahui) dengan menggunakan gelas ukur, kemudian tambahkan 5 mL larutan HCl 0,1 M.

2. Ukurlah pH larutan dengan kertas indikator universal dan catat hasilnya. Setelah siswa membuat campuran larutan sesuai langkah kerja di atas, siswa kemudian diminta untuk menjawab satu pertanyaan prediksi. Berikut ini adalah pertanyaan prediksi yang belum diperbaiki.

Apakah pH akan berubah jika pada tabung 1 dan 3 masing-masing ditetesi 1 tetes HCl 0,1 M dan 1 tetes NaOH 0,1 M? Jelaskan mengapa hasilnya seperti prediksi Anda!

(Wirastiti, 2016, h.63)

Pertanyaan di atas tidak dapat menggiring siswa dalam memprediksi perubahan pH campuran dari dua komponen larutan penyusun, dimana konsentrasi salah satu larutan penyusunnya belum diketahui. Berikut ini adalah pertanyaan prediksi LKS yang sudah diperbaiki.

Prediksikan pH campuran larutan NH3 X M dan HCl 0,1 M tersebut bila ditambah 2 mL H2SO4 0,1 M (asam kuat) dan bila ditambah 2 mL NaOH 0,1 M (basa kuat) ! Jelaskan mengapa hasilnya seperti prediksi Anda!

66

Melalui pertanyaan prediksi di atas, siswa diharapkan mampu memprediksi perubahan pH campuran larutan NH3 X M dan HCl 0,1 M bila ditambah dengan sedikit asam kuat maupun sedikit basa kuat. Setelah menjawab pertanyaan prediksi, siswa kemudian melakukan kegiatan observasi untuk mengetahui kebenaran jawaban prediksinya. Berikut ini adalah langkah kerja kegiatan observasi yang belum diperbaiki.

Selanjutnya lakukan percobaan berikut untuk mengetahui kebenaran jawaban prediksi. Dengan langkah kerja yang hampir sama. Ukur pH larutan NaCl 0,1 M, berilah perlakuan dengan menuangkan NaCl 0,1 M dalam 3 gelas kimia yang berbeda, masing-masing ditetesi akuades, larutan asam kuat dan larutan basa kuat.

(Wirastiti, 2016, h.64)

Langkah kerja di atas tidak sesuai dengan langkah kerja yang terdapat pada kegiatan prediksi. Seharusnya pada kegiatan observasi, siswa melakukan pembuktian dari jawaban prediksinya yaitu bagaimana perubahan pH campuran yang sudah dibuat jika ditambahkan dengan sedikit asam kuat maupun basa kuat. Siswa dapat membuktikan jawaban prediksinya dengan menentukan konsentrasi larutan NH3 terlebih dahulu. Dalam menentukan konsentrasi larutan NH3 yang belum diketahui, maka siswa melakukan proses titrasi antara asam kuat (5 mL HCl 0,1 M) dengan basa lemah (NH3 X M), dimana volume NH3 X M yang digunakan tersebut divariasikan. Berikut ini adalah langkah kerja kegiatan observasiyang sudah diperbaiki.

67

Selanjutnya lakukan percobaan berikut untuk mengetahui kebenaran jawaban prediksi.

1. Isilah gelas kimia dengan 5 mL HCl 0,1 M.

2. Tambahkan 3 mL larutan NH3 X M, kemudian ukurlah pH campuran tersebut.

3. Tambahkan 3 mL lagi NH3 X M ke dalam gelas kimia, kemudian ukurlah pH-nya.

4. Ulangi langkah tersebut dengan menambah volume NH3 X M sesuai tabel data pengamatan.

Melalui langkah kerja di atas, siswa melakukan proses titrasi antara asam kuat (HCl 0,1 M) dan juga basa lemah (NH3 X M), dimana volume NH3 X M yang ditambahkan ke dalam campuran tersebut divariasikan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui perubahan pH campuran apabila volume larutan NH3 X M yang digunakan terus menerus ditambah jumlahnya sampai proses titrasi berakhir.

Data hasil pengamatan dari kegiatan observasi kemudian dimasukkan ke dalam tabel hasil pengamatan. Tabel hasil pengamatan pada praktikum kedua sebelum dan sesudah diperbaiki dapat dilihat pada Gambar 6.

68 (b)

Gambar 6. Tabel Hasil Pengamatan Praktikum Kedua yang Belum Diperbaiki (a) dan yang Sudah Diperbaiki (b)

(Wirastiti, 2016, h.64)

Setelah mendapat data pengamatan pada kegiatan observasi, siswa kemudian harus menjawab beberapa pertanyaan pada kegiatan explain. Berikut ini adalah pertanyaan LKS pada kegiatan explain yang belum diperbaiki.

1. Bagaimana perubahan pH pada larutan yang diuji setelah ditambah akuades, asam kuat, dan basa kuat?

2. Tuliskan persamaan reaksi pada larutan uji NH3 + NH4Cl setelah ditambah HCl dan NaOH!

3. Dengan menggunakan pH hasil percobaan, hitunglah molaritas larutan ammonia yang dipakai! Kb NH3 = 1,8 x 10-5

4. Buatlah kesimpulan dari percobaan di atas!

5. Buatlah laporan hasil percobaan dengan format sebagai berikut : A.Judul Percobaan B. Tujuan C. Dasar Teori D.Cara Kerja E. Hasil Percobaan F. Pembahasan G.Kesimpulan H.Daftar Pustaka

69 (Wirastiti, 2016, h.64-65)

Agar menyesuaikan dengan langkah kerja siswa pada kegiatan prediksi dan juga observasi serta agar siswa dapat menentukan konsentrasi larutan NH3, maka pertanyaan pada kegiatan explain tersebut juga diubah. Berikut ini adalah pertanyaan-pertanyaan pada kegiatan explain yang sudah diperbaiki.

1. Buatlah grafik titrasi (pH terhadap volume NH3 X M)! 2. Tentukan titik ekuivalen dari grafik yang sudah Anda buat! 3. Berapa konsentrasi NH3 berdasarkan grafik? Kb NH3 = 1,8 x 10-5

4. Apakah larutan yang diprediksi merupakan larutan penyangga? Jelaskan jawaban Anda!

5. Buatlah kesimpulan dari percobaan di atas!

7. Buatlah laporan hasil percobaan dengan format sebagai berikut : A.Judul Percobaan B. Tujuan C. Dasar Teori D.Hasil Percobaan E. Pembahasan F. Kesimpulan G.Daftar Pustaka

Melalui pertanyaan-pertanyaan di atas, siswa dituntun untuk membuat grafik titrasi antara asam kuat (HCl 0,1 M) dan basa lemah (NH3 X M). Dari grafik titrasi yang sudah dibuat, siswa diminta untuk menentukan pH titik ekuivalen dan

70

volume larutan NH3 X M yang digunakan saat titik ekuivalen. Berdasarkan data tersebut siswa dapat menghitung konsentrasi larutan NH3 menggunakan rumus penentuan pH larutan penyangga basa. Setelah konsentrasi larutan NH3 diketahui, kemudian siswa menentukan apakah campuran yang sebelumnya dibuat pada kegiatan predict merupakan larutan penyangga atau bukan penyangga. Terakhir siswa diminta untuk menyimpulkan hasil percobaan dan membuat laporan praktikum.

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kedua ini juga diubah sesuai dengan kegiatan praktikum siswa. Format laporan yang harus dibuat oleh siswa diubah dengan menghilangkan poin cara kerja. Hal ini dilakukan karena LKS siswa juga dilampirkan pada laporan sehingga dirasa siswa tidak perlu lagi menuliskan langkah kerja praktikum. Secara keseluruhan, perubahan LKS praktikum kedua dapat dilihat pada Lampiran 2.

b. Persentase Keterlaksanaan Praktikum

Data keterlaksanaan praktikum diambil dari tiga sumber instrumen penelitian, yaitu dari angket keterlaksanaan praktikum, lembar observasi keterlaksanaan praktikum, dan lembar observasi aktivitas guru. Keterlaksanaan praktikum dengan metode demonstrasi dan teknik POE dilihat dari persentase ketiga sumber data tersebut.

1) Persentase Keterlaksanaan Praktikum Dilihat dari Angket Keterlaksanaan Praktikum

Angket keterlaksanaan praktikum diisi oleh siswa setelah kedua praktikum dengan metode demonstrasi dan teknik POE selesai dilaksanakan. Angket tersebut

71

memberikan gambaran pelaksanaan praktikum pada tahapan kegiatan predict, observe, explain, dan pemahaman siswa yang dikaitkan dengan demonstrasi pendahuluan, penjelasan guru serta LKS praktikum. Angket keterlaksanaan praktikum ini memiliki sepuluh poin indikator, dimana untuk tahap kegiatan predict terdiri dari lima poin indikator, kegiatan observe terdiri dari tiga poin indikator dan kegiatan explain terdiri dari dua poin indikator. Masing–masing poin indikator tersebut memiliki beberapa kriteria terkait pemahaman siswa yang muncul dari penjelasan guru, penjelasan LKS maupun dari demonstrasi sebelumnya.

Tahap kegiatan pertama yang terdapat dalam angket keterlaksanaan praktikum yaitu kegiatan predict. Pada tahap kegiatan ini, terdapat lima poin indikator keterlaksanaan. Masing-masing poin indikator memiliki tiga kriteria yang berbeda. Kriteria tersebut terkait indikator yang muncul berdasarkan pemahaman siswa terhadap penjelasan guru, penjelasan dalam LKS atau dari demonstrasi sebelumnya. Uraian masing-masing indikator pada tahap predict adalah sebagai berikut.

Indikator pada poin pertama yaitu siswa dapat mengamati perbedaan dan persamaan objek atau bahan dengan menggunakan alat. Berdasarkan analisis data diketahui bahwa keterlaksanaan indikator tersebut memiliki persentase yang paling besar pada kriteria ‘muncul berdasarkan pemahaman siswa terhadap penjelasan guru’, yaitu sebesar 87%. Angka tersebut menunjukkan bahwa siswa masih banyak mengandalkan penjelasan guru dan kurang memperhatikan penjelasan LKS maupun demonstrasi sebelumnya. Padahal petunjuk untuk siswa

72

dalam hal mengamati perbedaan dan persamaan objek atau bahan dengan menggunakan alat sudah tertuang di dalam LKS praktikum. Tingginya ketergantungan siswa terhadap guru dalam hal ini juga dapat disebabkan karena setiap kelompok hanya diberi satu LKS. Jumlah LKS yang terbatas ini menyebabkan hanya beberapa anggota kelompok saja yang memperhatikan petunjuk LKS, sedangkan yang lainnya lebih mengandalkan penjelasan dari guru.

Indikator pada poin kedua yaitu siswa dapat menggunakan alat dan bahan yang sesuai. Berdasarkan analisis data diketahui bahwa keterlaksanaan indikator tersebut memiliki persentase yang paling besar pada kriteria ‘muncul berdasarkan pemahaman siswa terhadap penjelasan guru’, yaitu sebesar 84%. Angka tersebut menunjukkan bahwa siswa masih mengandalkan guru dalam menggunakan alat dan bahan untuk kegiatan memprediksi. Siswa cenderung lebih memperhatikan penjelasan dari guru daripada petunjuk LKS maupun penjelasan pada demonstrasi sebelumnya.

Pada saat praktikum berlangsung, guru memang memberikan arahan kepada siswa dalam melaksanakan kegiatan predict, sehingga perhatian mereka terhadap petunjuk di LKS kurang maksimal. Hal ini dilakukan oleh guru karena waktu praktikum yang terbatas, sehingga untuk menghemat waktu yang ada guru menjelaskan terlebih dahulu detail langkah demi langkah kegiatan predict kepada semua siswa. Akibatnya keterampilan siswa dalam menggunakan alat dan bahan lebih dominan muncul berdasarkan penjelasan dari guru dibandingkan penjelasan dari LKS maupun dari demonstrasi sebelumnya.

73

Indikator pada poin ketiga yaitu siswa dapat membedakan dari pengamatan mereka yang relevan untuk masalah yang dihadapi. Berdasarkan analisis data diketahui bahwa keterlaksanaan indikator tersebut memiliki persentase yang paling besar pada kriteria ‘muncul berdasarkan pemahaman siswa terhadap

penjelasan guru’, yaitu sebesar 90%. Angka tersebut menunjukkan bahwa keterampilan siswa dalam membedakan hasil pengamatannya masih banyak bergantung kepada penjelasan guru daripada penjelasan dalam LKS maupun demonstrasi sebelumnya.

Indikator pada poin keempat yaitu siswa dapat menggunakan data berdasarkan pemahaman mereka untuk memprediksi jawaban pertanyaan. Berdasarkan analisis data diketahui bahwa keterlaksanaan indikator tersebut memiliki persentase yang paling besar pada kriteria ‘muncul berdasarkan

pemahaman siswa terhadap penjelasan guru’, yaitu sebesar 87%. Angka tersebut menunjukkan bahwa peran guru untuk menggiring siswa dalam menjawab pertanyaan prediksi masih dominan. Pemahaman siswa dalam hal memprediksi kurang begitu muncul jika siswa hanya mengandalkan petunjuk LKS maupun demonstrasi sebelumnya.

Ketergantungan siswa kepada guru tersebut dapat disebabkan karena penjelasan LKS yang kurang jelas, sehingga tidak dapat dipahami oleh siswa dengan baik. Selain itu, kemungkinan siswa kurang memahami materi larutan penyangga yang sedang dipraktikumkan. Kurangnya pemahaman siswa terhadap materi inilah yang membuat mereka kebingungan dalam hal membedakan hasil pengamatannya untuk masalah yang sedang dihadapi. Akibatnya siswa lebih

74

banyak mengandalkan penjelasan guru daripada penjelasan dalam LKS maupun dari demonstrasi sebelumnya.

Tingginya ketergantungan siswa terhadap penjelasan guru ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti pertanyaan prediksi yang kurang jelas dan kurangnya pemahaman siswa tentang materi yang sedang dipraktikumkan. Kejelasan pertanyaan prediksi di dalam LKS merupakan faktor yang sangat penting, karena jika pertanyaan tersebut membingungkan dapat membuat prediksi siswa menjadi salah. Selain itu, pemahaman siswa terhadap materi yang sedang dipraktikumkan juga cukup penting karena menjadi modal utama bagi siswa dalam menjawab pertanyaan prediksi.

Indikator pada poin kelima yaitu siswa dapat melakukan ekstrapolasi (meramalkan hal yang mungkin terjadi dengan mengaplikasikan hasil data mereka). Berdasarkan analisis data diketahui bahwa keterlaksanaan indikator tersebut memiliki persentase yang paling besar pada kriteria ‘muncul berdasarkan pemahaman siswa terhadap penjelasan guru’, yaitu sebesar 71%. Angka tersebut menunjukkan bahwa peran guru dalam kegiatan ekstrapolasi siswa masih dominan. Siswa kurang dapat menggunakan penjelasan di dalam LKS maupun demonstrasi sebelumnya untuk meramalkan hal yang mungkin terjadi dengan mengaplikasikan hasil data mereka.

Saat kegiatan praktikum, guru masih harus menggiring siswa dalam menggunakan data hasil kegiatan predict yang sudah siswa peroleh untuk menjawab pertanyaan prediksi. Hal ini disebabkan karena pemahaman siswa tentang materi larutan penyangga belum teralalu baik, sehingga mereka masih

75

kesulitan dalam menghubungkan data dengan jawaban prediksinya. Meskipun demikian, sudah ada beberapa siswa yang dapat membuat prediksi hanya dengan melihat penjelasan di LKS-nya.

Tahap kegiatan berikutnya yaitu tahap kegiatan observe. Pada tahap ini, terdapat tiga poin indikator keterampilan. Masing-masing poin indikator memiliki tiga kriteria yang berbeda. Kriteria tersebut terkait indikator yang muncul berdasarkan pemahaman siswa terhadap penjelasan guru, penjelasan dalam LKS atau dari demonstrasi sebelumnya. Uraian ketiga indikator pada tahap kegiatan observe adalah sebagai berikut.

Indikator pada poin keenam yaitu siswa dapat menentukan apa yang harus diukur. Berdasarkan analisis data diketahui bahwa keterlaksanaan indikator tersebut memiliki persentase yang paling besar pada kriteria ‘muncul berdasarkan

pemahaman siswa dari penjelasan dalam LKS’, yaitu sebesar 94%. Angka tersebut menunjukkan bahwa siswa sudah dapat menentukan apa yang harus diukur dengan melihat penjelasan atau petunjuk LKS praktikum. Tingginya criteria tersebut dapat dikarenakan petunjuk LKS sudah jelas dan dapat menuntun siswa untuk menentukan hal-hal apa saja yang harus diukur selama kegiatan observasi berlangsung.

Indikator pada poin ketujuh yaitu siswa dapat membandingkan apa yang sebenarnya mereka lakukan dengan apa yang mereka rencanakan. Berdasarkan analisis data diketahui bahwa keterlaksanaan indikator tersebut memiliki persentase yang paling besar pada kriteria ‘muncul berdasarkan pemahaman siswa dari penjelasan dalam LKS’, yaitu sebesar 71%. Angka tersebut menunjukkan

76

bahwa siswa sudah dapat memahami penjelasan dalam LKS dengan baik dan tidak terlalu bergantung kepada penjelasan dari guru maupun dari demonstrasi sebelumnya.

Keterampilan siswa dalam indikator ini muncul karena di dalam LKS praktikum sudah memuat penjelasan yang menuntun siswa untuk membandingkan hasil prediksinya dengan hasil observasi yang akan mereka peroleh. Penjelasan tersebut dapat dilihat dalam langkah kerja pada kegiatan predict dan juga observe. Meskipun ada beberapa siswa yang masih mengandalkan penjelasan guru dalam indikator ini, tapi sebagian besar siswa sudah dapat melaksanakannya berdasarkan penjelasan dalam LKS.

Indikator pada poin kedelapan yaitu siswa dapat mencatat data dengan benar. Berdasarkan analisis data diketahui bahwa keterlaksanaan indikator tersebut memiliki persentase yang paling besar pada kriteria ‘muncul berdasarkan pemahaman siswa dari penjelasan dalam LKS’, yaitu sebesar 87%. Tingginya persentase pada kriteria tersebut menunjukkan bahwa siswa sudah dapat mencatat data hasil pengamatannya berdasarkan penjelasan di LKS dan tidak lagi terlalu bergantung pada penjelasan dari guru maupun dari demonstrasi sebelumnya.

Tingginya persentase dari kriteria tersebut dapat disebabkan karena di dalam LKS sudah tercantum tabel data hasil pengamatan, sehingga siswa hanya tinggal memasukkan data pengamatannya pada tabel tersebut. Tabel hasil pengamatan dalam LKS sudah dilengkapi dengan keterangan terkait data apa yang harus diisikan di dalamnya. Hal ini memudahkan siswa dalam mencatat data hasil pengamatannya dengan benar. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa

77

demonstrasi yang sudah dilakukan sebelumnya tidak terlalu berperan dalam memunculkan keterampilan mencatat siswa, karena siswa sudah paham hanya dengan melihat penjelasan di LKS-nya masing-masing.

Tahap kegiatan terakhir yang terdapat dalam angket keterlaksanaan praktikum adalah kegiatan explain. Pada tahap ini, terdapat dua poin indikator keterampilan. Masing-masing poin indikator memiliki dua kriteria yang berbeda. Kriteria tersebut terkait indikator yang muncul berdasarkan pemahaman siswa terhadap penjelasan guru dan pemahaman siswa terhadap penjelasan di dalam LKS. Uraian kedua indikator pada tahap kegiatan explain adalah sebagai berikut.

Indikator pada poin kesembilan yaitu siswa mendiskusikan apa yang mereka temukan dalam kaitannya dengan pertanyaan awal mereka. Berdasarkan analisis data diketahui bahwa keterlaksanaan indikator tersebut memiliki persentase yang sama besar pada kriteria ‘muncul berdasarkan pemahaman siswa terhadap

penjelasan guru’ dan kriteria ‘muncul berdasarkan penjelasan dalam LKS’, yaitu sebesar 81%. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa keterampilan siswa dalam hal berdiskusi muncul setelah memperoleh penjelasan dari guru dan dari penjelasan yang terdapat di dalam LKS-nya.

Saat melaksanakan kegiatan explain, guru memang memberi arahan kepada siswa dalam hal mendiskusikan hasil yang mereka peroleh dengan jawaban prediksi yang sebelumnya sudah dibuat. Guru menginstruksikan kepada seluruh siswa untuk ikut aktif berdiskusi di dalam kelompoknya masing-masing. Selain itu, keterampilan siswa dalam indikator ini juga muncul berdasarkan penjelasan dalam LKS. Di dalam LKS praktikum tersebut sudah dilengkapi dengan

78

pertanyaan-pertanyaan khususnya pada kegiatan explain yang menggiring siswa untuk membandingkan hasil prediksi dengan data observasi yang diperolehnya.

Indikator pada poin kesepuluh yaitu siswa mengidentifikasi pola atau kecenderungan dalam pengamatan atau pengukuran mereka dan memerhatikan perubahan yang terkait. Berdasarkan analisis data diketahui bahwa keterlaksanaan indikator tersebut memiliki persentase yang paling besar pada kriteria ‘muncul berdasarkan pemahaman siswa terhadap penjelasan guru’, yaitu sebesar 87%. Angka tersebut menunjukkan bahwa siswa masih banyak mengandalkan penjelasan dari guru daripada penjelasan dalam LKS.

Tingginya angka ketergantungan siswa terhadap penjelasan guru dapat dikarenakan pemahaman siswa tentang larutan penyangga masih kurang. Hal tersebut dibuktikan dengan masih banyaknya siswa yang berkali-kali bertanya kepada guru, baik menyangkut langkah kerja maupun hasil yang diperolehnya. Hal ini menyebabkan siswa belum dapat mengidentifikasi pola atau kecenderungan dalam pengamatannya secara maksimal, sehingga guru harus memberikan penjelasan kepada siswa tersebut. Akibatnya keterampilan siswa dalam indikator ini lebih banyak muncul karena penjelasan dari guru, bukan dari penjelasan dalam LKS.

Keterampilan mengidentifikasi pola atau kecenderungan dalam pengamatan atau pengukuran memang merupakan keterampilan yang tidak mudah, apalagi materi larutan penyangga yang dipraktikumkan siswa membutuhkan pemahaman konsep yang tinggi. Keterampilan ini harus sering dilatih agar siswa lebih teliti dan lebih kritis dalam mengidentifikasi pola atau kecenderungan dalam

79

pengamatan atau pengukuran selama praktikum. Selain itu, sebelum melakukan praktikum, guru sebaiknya memberikan bekal yang cukup kepada siswa tentang

Dokumen terkait