• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bukan Ahli Waris

Dalam dokumen 15-mawaris (Halaman 120-125)

Bab 7 : Ahli Waris

B. Yang Termasuk Ahli Waris

2. Bukan Ahli Waris

Untuk lebih mempertegas, disini penulis garisbawahi siapa saja mereka yang seolah-olah dianggap sebagai ahli waris padahal bukan. Mengapa perlu ada pembahasan khusus seperti ini?

Jawabnya, di tengah masyarakat kita ini sering kali banyak yang bingung dan bertanya, kalau si anu dan si anu dapat warisan atau tidak. Padahal kalau mau teliti, bila tidak termasuk di dalam daftar ahli waris, berarti bukan ahli waris.

Tetapi tetap saja kadang masih banyak yang merasa bingung. Untuk itulah penulis bukan hanya mencantumkan siapa saja yang termasuk ahli waris, tetapi yang bukan termasuk ahli waris pun juga ditegaskan.

Kalau kita perhatikan dengan seksama diagram para ahli waris di atas, kita akan menemukan beberapa orang yang ternyata bukan termasuk ahli waris, walau pun dilihat dari kedudukannya memang boleh dibilang sangat dekat dengan almarhum. Tetapi ternyata mereka memang tidak termasuk di dalam daftar ahli waris. Mereka antara lain :

a. Anak Angkat

Anak angkat bukan termasuk anak yang mendapat hak waris. Karena yang dimaksud dengan anak adalah anak yang merupakan dari benih sang muwarrits sendiri, dimana anak itu hasil pernikahan yang sah secara syariah.

Sebenarnya bukan hanya anak angkat yang tidak menerima harta waris, tetapi juga termasuk ayah angkat, ibu angkat, saudar angkat, paman angkat dan seterusnya.

Tambahan lagi bahwa syariat Islam tidak mengakui adanya anak angkat, bahkan mengharamkan pengangkatan anak. Meski pun hukum yang berlaku di negeri kita mengakui keabsahan anak angkat, namun dalam urusan bagi waris, anak angkat tetap bukan ahli waris.

b. Anak Tiri

Anak tiri bukan termasuk ahli waris. Yang dimaksud tiri adalah anak dari pasangan. Misalnya, seorang laki-laki menikahi janda yang sudah punya anak.

Dalam keseharian, sering kita sebut dia sebagai anak tiri. Meski hubungan keduanya sangat dekat, tetapi dalam hukum syariah, anak tiri bukan ahli waris. Karena anak itu bukan dari darah daging muwarrits.

Dan termasuk yang juga bukan ahli waris adalah ayah tiri, dan ibu tiri.

c. Mantan Suami mantan Istri

Suami adalah ahli waris dari istri yang meninggal. Istri juga ahli waris dari suami yang meninggal. Tetapi hubungan saling mewarisi ini berhenti tatkala hubungan suami istri di di antara keduanya telah selesai karena perceraian.

Maka mantan istri bukan ahli waris dan mantan suami juga bukan ahli waris. Walau pun mereka pernah hidup bersama puluhan tahun lamanya.

d. Keponakan

Keponakan memang ada yang masuk dalam ahli waris, namun tidak semua keponakan termasuk dalam daftar ahli waris. Dari 4 hubungan keponakan, hanya satu saja yang menjadi ahli waris.

keponakan yang satu ini saja yang termasuk ke dalam ahli waris.

 Anak laki-laki dari saudari perempuan almarhum, bukan termasuk ahli waris.

 Anak perempuan dari saudara laki-laki almarhum, bukan termasuk ahli waris.

 Anak perempuan dari saudari perempuan almarhum, bukan termasuk ahli waris.

e. Mertua – Menantu

Meski sudah seperti anak sendiri, hubungan antara mertua dan menantu tidak saling mewarisi. Yang menjadi ahli waris adalah anak muwarrits langsung atau orangtuanya. Sedangkan pasangannya jelas bukan termasuk ahli waris.

Dalam kasus sering terjadi menantu malah lebih repot mengurusi harta pasangannya. Yang jadi anaknya saja tidak terlalu meributkan, malah menantu yang bukan ahli waris kelihatan punya ambisi untuk mendapat harta dari peninggalan mertuanya.

f. Saudara Ipar

Saudara ipar adalah saudara dari istri atau suami. Misalnya, seorang wanita ditinggal mati suaminya. Maka saudara wanita itu adalah saudara ipar bagi almarhum. Kedudukannya tidak terdapat dalam daftar ahli waris.

Misal lain, seorang suami ditinggal mati istrinya. Maka saudara suami itu adalah ipar bagi almarhumah. Kedudukannya bukan sebagai ahli waris.

g. Cucu Dari Anak Perempuan

Meski pun cucu termasuk dalam daftar ahli waris, namun tidak semua cucu bisa termasuk di dalamnya. Cucu yang merupakan anak dari anak perempuan almarhum bukan termasuk ahli waris, baik cucu itu laki-laki atau pun

perempuan.

Yang termasuk ahli waris adalah cucu dari anak laki-laki, baik cucu itu laki-laki atau perempuan.

h. Paman dan Bibi Jalur Ibu

Paman memang termasuk dalam daftar ahli waris, tetapi tidak semua paman. Hanya paman yang merupakan saudara ayahnya almarhum saja yang termasuk ahli waris. Sedangkan paman yang merupakan saudara ibunya almarhum, bukan termasuk ahli waris.

i. Saudara lain ayah lain ibu

Dalam daftar para ahli waris ada saudara seayah seibu, saudara seayah saja dan saudara seibu saja. Mereka bisa saling mewarisi. Tapi adakah saudara yang lain ayah lain ibu?

Jawabnya ada. Misalnya seorang duda yang punya anak menikah dengan janda yang punya anak. Maka anak si duda dan anak si janda adalah saudara. Tetapi hubungan persaudaraan di antara mereka unik, yaitu saudara lain ayah dan lain ibu.

Ida – Adi --- Lia – Ali | | Edi Edo

Dari diagram di atas kita lihat : Bila pasangan Ida dan Adi bercerai, begitu juga pasangan Lia dan Ali bercerai, lalu Adi menikah dengan Lia, maka Edi dan Edo adalah saudara. Tetapi ayahnya Edi bukan ayahnya Edo, dan ibunya Edi bukan ibunya Edo.

Ini namanya saudara lain ayah lain ibu. Mereka tidak saling mewarisi.

Mereka semua sesungguhnya tidak pernah terdaftar sebagai ahli waris. Dan secara otomatis berarti mereka tidak

mendapat bagian dari pembagian waris.

Tetapi apakah mutlak dalam sebuah pembagian waris, mereka tidak mungkin mendapat harta?

Jawabnya memang tidak mutlak. Kalau mau, sebenarnya bisa saja mendapat harta, asalkan bukan lewat pewarisan, melainkan lewat cara-cara lain. Misalnya lewat penghibahan dari almarhum sebelum wafat, atau lewat pemberian wasiat.

Sebagai contoh, seseorang wafat meninggalkan seorang mantan istri yang telah diceraikan sebulan yang lalu, seorang istri yang masih sah dan seorang istri yang telah diceraikannya sejak 2 tahun lalu. Siapakah diantara mereka yang dapat warisan ?

Jawaban :

Yang mendapat warisan adalah istri yang telah diceraikan sebulan yang lalu dan istri yang masih sah. Sedangkan istri yang telah diceraikan 2 tahun sebelumnya, tidak mendapat warisan. Karena hubungannya dengan mantan istri itu sudah bukan istri lagi.

Sedangkan istri yang baru diceraikan sebulan yang lalu tetap mendapatkan warisan, lantaran masa iddahnya belum berakhir. Sebagaimana diketahui bahwa masa iddah seorang wanita yang diceraikan suaminya adalah 3 kali masa suci dari haidh.

Dalam dokumen 15-mawaris (Halaman 120-125)

Dokumen terkait