• Tidak ada hasil yang ditemukan

D. Bukti Yang Dapat Diambil Pada Saat Proses Pemeriksaan Tempat Kejadian Perkara

2. bukti mati

2. bukti mati

72

Walaupun barang bukti/benda sitaan secara yuridis formal bukan berstatus sebagai alat bukti yang sah, bahkan merupakan benda mati yang tidak dapat berbicara. Akan tetapi dalam praktik penegakan hukum barang bukti tersebut ternyata dapat dikembangkan dan dapat memberikan keterangan yang berfungsi/ Untuk pengambilan dan pengumpulan bukti mati pada saat pemeriksaan tempat kejadian perkara dilakukan dengan cara, penyidik melakukan penyitaan barang bukti dan pengambilan jejak (bila ditemukan seperti sidik jari/lutut,darah, sperma dll) di tempat kejadian perkara dan setelah itu membuat berita acara penyitaannya yang nantinya berguna pada saat dipersidangan.

71

Ibid.,hal.25

72

bernilai sebagai alat bukti yang sah dalam bentuk keterangan saksi, keterangan ahli (visum et repertum(VER)) dan keterangan terdakwa.

Misalnya sebuah benda berupa senjata api atau senjata tajam setelah diambil/disita dari tempat kejadian perkara menjadi barang bukti kemudian ditunjukkan dan ditanyakan kepada saksi dan saksi tersebut memberikan keterangan bahwa bukti tersebut oleh tersangka telah digunakan untuk melakukan pembunuhan/ penganiayaan. Kemudian keterangan saksi diperkuat dengan keterangan tersangka yang membenarkan keterangan saksi tersebut.

Demikian pula mayat korban pembunuhan setalah dilakukan pemeriksaan ilmiah oleh ahli kedokteran kehakiman (laboratorium forensik) kemudian hasil pemeriksaannya dituangkan kedalam visum et repertum yang isi nya bersesuaian dan memperkuat keterangan saksi atau tersangka, maka barang bukti/benda sitaan/benda mati yang berubah bentuk menjadi VER yang dengan sendirinya mempunyai nilai dan kekuatan sebagai alat bukti yang sah dalam bentuk keterangan ahli.

Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa barang bukti/benda sitaan meskipun bukan merupakan alat bukti yang sah tetapi dalam praktek penegakan hukum ternyata dapat dikembangkan dan mempunyai manfaat/kegunaan dalam upaya pembuktian atau setidak-tidaknya dapat berfungsi sebagai sarana untuk mendukung dan memperkuat keyakinan hakim73

73

HMA. Kuffal, Tata Cara Penggeledahan dan Penyitaan , (Malang: UMM Press, 2005),hal.26-28.

sebagaimana yang terdapat pada pasal 181 KUHAP yang berbunyi:

1 .hakim ketua sidang memperlihatkan kepada terdakwa segala barang bukti dan menyatakan kepadanya apakah ia mengenal benda itu dengan memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 45 undang-undang ini.

2. jika perlu benda itu diperlihatkan juga oleh hakim ketua sidang kepada saksi.

3. apabila dianggap perlu untuk pembuktian, hakim ketua sidang membacakan atau memperlihatkan surat atau berita acara kepada terdakwa atau saksi dan selanjutnya minta keterangan seperlunya tentang hal itu.

Disamping itu dengan diajukannya barang bukti didepan persidangan, maka hakim melalui putusannya dapat secara sekaligus menetapkan status hukum dari barang bukti yang diambil pada saat pemeriksaan tempat kejadian perkara yakni dapat ditetapkan kepada pihak yang paling berhak atau dirampas untuk kepentingan negara atau untuk dimusnahkan atau dirusak sehingga tidak dapat dipergunakan lagi74

Sehingga dalam pengambilan dan pengumpulan barang bukti harus dilakukan dengan cara yang benar disesuaikan dengan bentuk/macam barang bukti yang akan diambil/dikumpulkan yang dapat berupa benda padat, cair dan gas. Adapun yang dapat diambil dan dikumpulkan barang bukti oleh penyidik dalam kasus-kasus yakni:

74

A. jika tindak pidana dengan/ disertai pembongkaran dan memasuki tempat tertutup.

a. jalur masuk/ keluar pelaku adalah bekas ban kendaraan ataupun bekas kaki/sepatu/sandal

b. Ceceran puntung/bungkus rokok, sandal, saputangan dan lain-lain. Tetesan atau bekas tetesan darah.

c. Pada tempat masuk/keluar (jendela,pintu) adalah sidik jari, bekas kaki, bekas alat pembongkar (obeng, linggis dan lain-lain), rambut.

d. Didalam TKP (ditempat-tempat diperkirakan terjadi kontak dengan pelaku) adalah sidik jari, bekas kaki, barang-barang yang tertinggal dari pelaku puntung/bungkus rokok, saputangan, sarung tangan, korek api, kancing pakaian, rambut, tanah dan lain-lain. Bekas gigitan pada makanan/ buah-buahan, darah, peluru senjata tajam/senjata api, tali, alat pemukul dan lain-lain. e. Pada korban mati adalah darah, pakaian, bekas-bekas perlawanan

seperti rambut, hasil goresan kuku, serat pakaian,luka-luka atau cedera atau korban, benda-benda asing bukan berasal dari tubuh, pengambilan sidik jari pada kulit tangan, badan dan bekas cekikan pada leher.

f. Pada pelaku/orang yang dicurigai (termasuk tempat kediamannya) adalah darah, pakaian-pakaian, sepatu, sandal, (termasuk tanah, rumput yang melekat),sidik jari, cakaran

kuku,dan bekas gigitan, rambut dan bekas-bekas luka, kendaraan tersangka, alat-alat senjata yang ada kaitannya dengan pelaku/tersangka yang dicurigai.75

B. jika pada kasus pembakaran (kebakaran yang disengaja), kebakaran (kelalaian) antara lain harus diambil dan dikumpulkan barang bukti sebagai berikut:

a. Di jalur mendekat/keluar adalah ceceran bahan bakar, minyak tanah, bensin, thiner dan lain-lain. Ceceran alat pembakar seperti korek api, kain, kayu. Ceceran tempat bahan bakar seperti kaleng, botol kaca/plastik. Jejak kaki/sepatu/sandal, puntung rokok.

b. Di tempat kejadian perkara adalah bekas/sisa bahan bakar seperti minyak tanah, bensin, thiner, bahan peledak. Bekas atau sisa obat pembara seperti korek api, detonator/fuse. Potongan kawat listrikyang sambungannya tidak sempurna, sekering dan kotak sekering.sambungan pipa gas/klep pengaman yang bocor. Gas, sisa/hasil bakar. Sisa kompor/lampu/obat nyamuk.

c. Pada tersangka (termasuk tempat kediamannya) adalah bekas/sisa dan bau bahan bakar. Sisa alat pembakar seperti rokok.76

C. jika pada tindak pidana narkotika/obat bius barang bukti yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

75

Surat Keputusan Kapolri,. Op.Cit, hal 104

76

a. Pada korban adalah bahan/obat-obatanyang diduga narkotika baik jenis maupun wujudnya. Obat-obatan yang diduga berbahaya. Alat-alat suntikan. Bekas-bekas suntikan.

b. Di tempat kejadian perkara adalah catatan-catatan tiker serta hal-hal lainnya. Bahan obat-obatan yang diduga narkotika baik jenis maupun wujudnya. Obat-obatan berbahaya, alat-alat suntikan, bekas bungkus/sampul obat, alat isap (sedot).

c. Pada tersangka (termasuk tempat kediamannya) adalah bahan/obat-obatan yang diduga narkotika baik jenis maupun wujudnya. Obat-obatan bahan berbahaya, alat-alat suntikan, bekas bungkusan/sampul obat.77

D. jika kasus yang ada hubungannya dengan racun maka bukti yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

a. Pada korban adalah muntahan, data kesehatan (medical history) yang bisa didapat pada dokter/ RS dimana korban pernah berobat. Obat-obatan/racun (pada badan atau pakaian).

b. Ditempat kejadian perkara adalah obat-obatan berbahaya. Sisa makanan/minuman. Sisa racun termasuk racun tikus/serangga/tumbuh-tumbuhan. Desinfektan (karbol,glysol).

c. Pada tersangka adalah obat obatan berbahaya serta sisa racun. E. jika kasus yang terjadi merupakan kejahatan susila barang bukti yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

77

a. Pada korban adalah noda darah, sperma. Rambut, serat pakaian. Pakaian termasuk pakaian dalam. Bekas-bekas perlawanan seperti benda yang melekat dikuku/tangan.

b. Ditempat kejadian perkara adalah noda darah, sperma. Sidik jari, bekas kaki. Rambut, tanah yang tercecer. Barang-barang yang tertinggal dari pelaku seperti sapu tangan, kertas-kertas, puntung rokok, korek api, botol minuman. Bekas-bekas perlawanan.

c. Pada tersangka (termasuk tempat kediamannya) adalah noda darah, sperma, rambut. Pakaian yang dicurigai. Rokok dan korek api. Bekas-bekas perlawanan korban, rumput, tanah yang melekat pada pakaian/sepatu.serta sidik jari dan cetakan kaki/sepatu/sandal.78

F. jika kasus yang terjadi merupakan tindak pidana pemalsuan surat barang bukti yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

a. Alat tulis menulis. Bekas-bekas kertas korban. Klise-klise untuk cetakan. Tinta-tinta, kanvas, dokumen atau surat berharga. Contoh-contoh tanda tangan. Cap-cap palsu (stempel). Alat-alat cetak.

G. jika kasus yang terjadi merupakan kecelakaan lalu lintas (sengaja atau tidak, termasuk tabrak lari) bukti yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

a. Pada korban adalah (termasuk kendaraan miliknya) barang atau benda yang terpindah dari kendaraan bermotor lawan seperti cat

78

mobil, minyak oli dan rem, pecahan kaca, bekas bau pada pakaian korban serta pakaian korban.

b. Ditempat kejadian perkara adalah bekas rem dan jejak-jejak lain dari kendaraan. Cat mobil, minyak oli, pecahan kaca. Pecahan-pecahan kasar dari kendaraan bermotor. Pada kendaraan motor yang dicirigai. Barang yang terpindah dari korban atau kendaraannya seperti serat pakaian, darah kering, rambut, daging/kulit korban. Bekas kerusakan yang baru terjadi contoh cat mobil, minyak oli dan rem serta kaca.79

Jika pengambilan dan pembungkusan barang bukti yang memerlukan bantuan ahli (seperti identifikasi, labfor dan dokter forensik) maka cara pengambilannya adalah:

A. Jika kejahatan yang menggunakan pisau, pisau yang digunakan ada sidik jarinya maka cara pengambilannya adalah:

1. Menggunakan tali yang diikatkan pada pangkal, pisau dapat diangkat dengan mempergunakan ujung ibu jari dan telunjuk, jangan sekali-sekali menggenggamnya.

2. Letakkan diatas sehelai karton tebal, ikat dengan kawat yang halus atau benang yang kuat.

3. Masukkan pisau yang telah terikat pada karton tersebut kedalam kotak yang sesuai sehingga tidak dapat bergeser.

79

4. Bungkus, segel dan beri label untuk kepentingan pemeriksaan identifikasi.80

B. Jika senjata api yang diperkirakan terdapat sidik jari maka:

1. Pungutlah senjata api tersebut dengan mempergunakan ujung ibu jari dan jari telunjuk pada bagian pelindung penarik, kemudian angkat perlahan-lahan.

2. Letakkan senjata api tersebut pada sehelai karton yang tebal, ikat dengan benang atau tali yang cukup kuat pada bagaian pemegang dan pangkal larasnya.

3. Apa bila pada ujung laras senjata api didapat bekas-bekas sobekan kain, rambut maka ini harus dijaga jangan sampai rusak atau hilang.

4. Pada ujung laras hendaknya ditutup dengan kertas dan diikat agar tidak kemasukan kotoran.

5. Masukkan senjata api tersebut pada sebuah kotak yang sesuai ukurannya agar tidak dapat bergerak.

6. Kemudian tutup, bungkus, segel dan beri label.81 C. Jika anak peluru yang ditemukan di tempat kejadian perkara maka:

1. Ambil dengan hati-hati menggunakan ujung telunjuk dan ibu jari pada kedua ujung anak peluru tersebut dan jangan sampai menambah goresan. 80 Ibid.,hal 108. 81 Ibid.,hal 109.

2. Jika ditemukan lebih dari satu peluru pisahkan satu dengan yang lain, bungkus satu persatu dengan terlebih dahulu dibalut kapas. D. Jika terdapat selongsong peluru maka:

karena untuk kepentingan pembuktian selongsong ada pada bagian dasar, maka cara mengambilnya dengan menggunakan alat (lidi, pensil dll) dimasukkan dalam lubang selongsong dan dimasukkan kedalam kantong pelastik.

E. Jika serbuk/ mesiu maka:

1. Parafin/lilin yang telah dicairkan, balutkan atau tumpahkan pada bagian yang terdapat mesiunya.

2. Setelah kering buka parafin tersebut dan masukkan pada kantong plastik yang bersih bungkus, segel dan beri label.

F. Jika peluru yang belum terpakai maka:

1. Caranya sama dengan anak peluru dan selongsong.

2. Jika masih terdapat didalam selinder supay dibiarkan dan jangan dikeluarkan.

3. Jika masih terdapat dalam magazen maka magazen tersebut harus dikeluarkan dari senjatanya, dengan menggunakan alas sapu tangan dan jangan merusak/mengjilangkan sidik jari yang mungkin terdapat pada senjatanya, bungkus, segel dan beri label.82

G. Jika pecahan logam, peluru/serpihan (bahan peledak, kaca dll)

82

1. Membungkus secara terpisah baik menurut jenisnya, waktu maupun tempat diketemukannya.

2. Pengambilan dan pengumpulannya sama seperti pada anak peluru, bungkus, segel dan beri label.

H. Pada pakaian sikorban maka:

1. Dibungkus tersendiri terutama bila ada lubang peluru, sobek karena pisau, noda darah, sperma pada pakaian tersebut.

2. Bungkus segel dan beri label. I. Jika dokumen atau surat maka:

Semua dokumen yang ada hubungannya dengan tindak pidana dan yang disita harus dijaga keasliannya. jangan sampai terjadi kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan akibat kecerobohan cara mengambil, mengumpulkan dan menyimpan.

1. Lipatlah sesuai dengan lipatan aslinya.

2. Jangan mengadaka coret-coretan pada dokumen tersebut.

3. Jika hendak memberi tanda pada sampul dimana dokumen tersebut disimpan, simpan pada sampul/amplop.kemudian bungkus, diikat, label dan segel.

J. Jika pada rambut maka:

1. Pungutlah rambut-rambut dengan menggunakan pinset.

2. Tempatkan rambut tersebut pada sehelai kertas putih kemudian lipatlah kertas tersebut sehingga rambut itu terjepi ditengahnya.

3. Masukkanlah lipatan kertas itu kedalam kotak/kantong tutup rapat-rapat, bungkus, segel dan beri label.

K. Jika pada sperma maka cara pengambilannya adalah:

1. Jika masih basah usahakan untuk dapat dipindahkan kedalam botol kaca dan tutup rapat.

2. Jika sudah kering biarkan pada tempatnya semula, bungkus bersama tempatnya, beri label dan segel.83

L. Jika pada darah maka cara pengambilannya adalah:

1. Darah basah yang ditemukan pada benda-benda lunak antara lain pakaian, sprei, selimut, keset dll.

a. jumlah kecil

potong/guntinglah setengah dari pada tempat masukkan kedalam botol kemudian cairkan saline (larutan garam dapur NaCl 0.9%) dan tutup rapat, bungkus, beri label dan segel.

b. jumlah besar

pindahkan darah yang tergenag itu kedalam botol/bejana dengan menggunakan pipet tambahkan cairan saline kedalamnya kira-kira 1/5 dari jumlah darahnya,

2. Darah basah yang ditemukan pada benda keras antara lain ubin, besi dan batu.

a. jumlah kecil

83

usahakan memindahkan sebanyak mungkin darah tersebut didalam botol yang bersih, berikan cairan saline1.5 dari arah yang ada tutup yang rapat, bungkus beri label dan segel. Sisanya biarkan mengering kemudian korek dengan pisau/silet secukupnya. Masukkan dalam lipatan kertas putih, masukkan dalam amplop, beri label dan segel.

b. jumlah besar

contoh darah yang diambil dalam jumlah yang lebih banyak, caranya sama dengan pada darah jumlah yang kecil.

3. Darah kering yang diketemukan pada benda-benda lunak antara lain pakaian, sprei, selimut, keset dll.

a. jumlah kecil

ambil dan bungkus barang/bagian barang dimana darah kering melekat beri label dan segel

b. jumlah banyak

caranya sama dalam pegambilan darah yang basah.

4. Darah kering yang ditemukan pada benda keras antara lain ubin, besi dan batu.

a. jumlah kecil

kerik seluruhnya masukkan kedalam bejana/botol tuangkan cairan saline secukupnya an butol ditutup rapat bungkus dan beri label dan segel.

kerik sebanyak mungkin dan seterusnya caranya sama seperti pengambilan darah yang basah.

5. cairan yang lain cara pengambilannya dan pengawetan dapat dilakukan sama dengan cara pengambilan darah dan sperma. M. Jika sisa makanan/muntahan makanan.

Pindahkan kedalam botol/kantong plastik yang diangkat dengan cara menggunakan sendok atau alat lain kemudian ditutup/diikat dan disegel.

N.Untuk jejak jari, jejak jari terbagi menjadi 3 jenis yakni :

1. Jejak jari yang nyata (langsung dapat dilihat, miaslnya jejak jari berasal dari jari-jari yang kotor karena tanah, oli, darah dll)

2. Jejak jari plastik(akibat dari pada barang –barang lunak yang terpegang misalnya: coklat, mentega, sabun. Sehinga menimbulkan lekukan-lekukan yang menggambarkan jari dengan garis-garis pilarnya)

3. Jejak jari laten( jejak jari yang perlu dikembangkan terlebih dahulu sebelum dapat dilihat) jenis ini merupakan jejak jari terbanyk yang dapat dijumpai di TKP, jejak jari ini sangat tinggi nilai buktinya dalam suatu perkara tindak pidana karena:tidak ada orang memiliki sidik jari yang sama, sidik jari tidak pernah berubah seumur hidup, sidik jari dapat dirumus.84

cara pengambilan jejak jari yang ditemukan di TKP dilakukan sebagai berikut:

84

a. Potret jejak jari yang ditemukan (bila laten harus dikembangkan terlebih dahulu dengan metode serbuk atau metode kimia).

b. Angkat (lifting), jejak jari yang ditemukan dengan lifter bagi jejak jari latent yang telah dikembangkan dengan serbuk, kemudian tempelkan pada kartu “pendapatan sidik jari dari TKP”.

c. Cetak jejak jari plastis yang ditemukan dengan silikon dan turunkan hasil cetakannya dalam kotak yang sesuai dengan ukurannya.

d. Bagi jejak jari nyata, usahakan untuk dikirim bersama benda/barang, bila mana ia melekat. Bila benda/barang tersebut terlalu besar untuk dibawah seluruhnya, lakukan pemotongan dan potongan benda/barang tersebutlah yang harus dikirimkan.

O. Jejak alat/perkakas (Tool marks).

Alat-alat/perkakas yang digunakan dalam kejahatan, hampir selalu meninggalkan bekas di tempat kejadian perkara. Pada umumnya berupa goresan-goresan atau lekukan pada benda-benda tertentu yang menjadi sasaran tindak kejahatan. jejak-jejak/alat perkakas ini membawa segala ciri atau tanda-tanda istimewa yang ada pada alat/perkakas aslinya ( misalnya: obeng yang telah rusak ujungnya, meninggalkan jejak bekas yang berbeda dengan obeng lain yang masih baru atau yang kerusakannya berbeda). cara mengambil jejak alat perkakas ini dengan cara menuang dan mencetaknya dengan silikon.

Diatas permukaan tanah yang lembek gembur, atau berpasir injakan kaki/sepatu dan gilasan roda kendaraan meninggalkan bekas berupa cetakan dari pada bentuk asalnya. jejak ini merupakan alat bukti yang dapat menunjang pengungkapan suatu tindak pidana karena dapat dilakukan perbandingan antara jejak yang ditemukan kemudian didalam penyidikan. cara pengambilan jejak ini adalah dengan mencetak/menuangnya dengan gips.

Q. Pengambilan dan pengumpulan barang bukti gas.

Berhubung cara-cara pengambilan dan pengawetan sukar dilakukan, lebih-lebih banyak jenis gas yng sangat membahayakan manusia dan makhluk hidup lainnya maka dalam pemeriksaan harus didatangkan ahli, yang dapat dilakukan oleh petugas lapangan dengan memperhatikan bahaya yang mungkin ada, yaitu dengan mengumpulkan gas termasuk gas hasil kebakaran dengan cara mengumpulkan dalam kantong plastik dari nilon dibeberapa tempat di tempat kejadian perkara.85

85

BAB IV

KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI OLEH PENYIDIK DALAM

Dokumen terkait