• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka

2.1.4 Buku Cerita Bergambar

Kata media berasal dari bahasa latin yaitu jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Menurut Sadiman (2014:6) Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Secara umum media pembelajaran dalam pendidikan disebut media, yaitu berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk berpikir, menurut Gagne (dalam Sadiman, 2014:6). Sedangkan menurut Brigs (dalam Sadiman, 2014:6) media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.

Media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim dan penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, minat dan perhatian sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi (Sadiman, 2014:7). Adapun menurut Sanjaya (2012: 57) menyatakan bahwa media adalah perantara dari sumber informasi ke penerima informasi, contohnya video, televisi, komputer, dan

lain sebagainya. Alat-alat tersebut merupakan media manakala digunakan untuk menyalurkan informasi yang akan disampaikan.

Menurut Sanjaya (2012:75) terdapat sejumlah prinsip yang harus diperhatikan dalam penggunaan media dalam pembelajaran. Prinsip-prinsip tersebut diuraikan seperti di bawah ini:

a. Media digunakan dan diarahkan untuk mempermudah siswa dalam upaya memahami materi pembelajaran

b. Media yang digunakan oleh guru harus sesuai dan diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran

c. Media yang digunakan harus sesuai dengan materi pembelajaran

d. Media pembelajaran harus sesuai dengan minat, kebutuhan, dan kondisi siswa.

e. Media yang digunakan harus memperhatikan efektivitas dan efisiensi. f. Media yang digunakan harus sesuai dengan kemampuan guru dalam

menggunakannya.

Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah diberikan, maka media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran agar dapat merangsang pikiran, perasaan, minat dan perhatian siswa sehingga proses interaksi komunikasi edukasi antara guru (atau pembuat media) dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdaya guna. Media yang digunakan dalam proses pembelajaran harus dapat memotivasi siswa untuk giat dalam belajar, Sesuatu dapat dikatakan

sebagai media apabila media tersebut digunakan dalam menyampaikan atau menyalurkan pesan dengan tujuan-tujuan pendidikan dan pembelajaran.

Menurut Sudjana (2011:2), manfaat media pembelajaran dalam proses belajar peserta didik, yaitu:

a. Proses pembelajaran akan lebih menarik perhatian peserta didik, sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.

b. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh peserta didik dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran.

c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga peserta didik tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, karena ada guru yang mengajar padasetiap jam pelajaran.

d. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktifitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.

Penggunaan media dalam pembelajaran dapat membuat peserta didik dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga melakukan aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan memerankan. Oleh karena itu, hal ini perlu diperhatikan oleh guru adalah

karakteristik dan kemampuan masing-masing media agar media yang dipilih sesuai dengan perkembangan siswa.

2.1.4.2 Bahan Ajar

Bahan ajar adalahseperangkat materi yangdisusun secara sistematis sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan peserta didik untuk belajar. Bahan ajar berkualitas tinggi dapat berkontribusi secara substansial terhadap kualitas pengalaman belajar siswa dan outcome siswa (Horsley, Knight, dan Huntly, 2010: 45). Senada dengan pernyataan di atas, Warpala (2011: 23) menyatakan bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Dalam penyusunan bahan ajar sebagai salah satu sumber belajar yang masuk dalam kategori bahan/alat pengajaran harus mampu sesuai dengan tujuan pembelajaran, karakteristik peserta didik, kepraktisan dan kemudahan dalam penggunaannya, serta kesesuaian dengan materi yang satu dengan yang lainnya. Dengan memperhatikan syarat tersebut, diharapkan dapat menunjang proses belajar mengajar agar bisa dimanfaatkan untuk memfasilitasi seseorang untuk belajar. Agar bahan ajar

dalam penelitian ini layak digunakan dalam pembelajaran di kelas dapat dilihat dari aspek materi, aspek kemanfaatan dan aspek media pembelajaran.

Adapun penilaian bahan ajar ditinjau dari para ahli dan peserta didik yang meliputi beberapa aspek. Bahan ajar yang layak digunakan untuk pembelajaran di kelas dapat dilihat dari aspek materi, aspek kemanfaatan dan aspek media pembelajaran. Adapun penilaian kelayakan modul dilihat dari para ahli dan juga peserta didik. Aspek penilaian perlu ditetapkan untuk mengukur kualitas program pembelajaran yang akan dikembangkan agar nantinya saat pelaksanaan tidak menimbulkan berbagai persepsi tentang media pembelajaran yang dibuat.

2.1.4.3 Membaca

Menurut Aminuddin (2009:15) Istilah membaca dapat mencangkup pengertian yang luas sekali. Hal itu terjadi karena membaca dapat dibedakan dalam berbagai ragam sesuai dengan (1) tujuan, (2) proses kegiatan, (3) objek bacaan, dan (4) media yang digunakan. Dari adanya keanekaragaman itu dapat dimaklumi bahwa merumuskan pengertian membaca dalam satu pengertian saja sangatlah sulit. Untuk itu perumusan pengertian membaca dalam pembahasan ini dipaparkan dengan bertolak dari hakikat membaca itu sendiri. Menurut Aminuddin (2009:15-17) Rumusan yang dimaksud adalah sebagai berikut.

a. Membaca adalah mereaksi

Membaca disebut sebagai kegiatan memberikan reaksi karena dalam membaca seseorang terlebih dahulu melakukan pengamatan terhadap huruf sebagai representasi bunyi ujaran maupun tanda penulisan lainnya. Dari reaksi itu lebih lanjut terjadi kegiatan rekognisi, yakni pengenalan bentuk dalam kaitannya dengan makna yang dikandungnya serta pemahaman yang keseluruhan masih harus melalui tahap kegiatan tertentu.

b. Membaca adalah proses

Membaca pada dasarnya adalah kegiatan yang cukup kompleks. Disebut kompleks karena membaca melibatkan berbagai aspek, baik fisik, mental, bekal pengalaman dan pengetahuan maupun aktivitas dan merasa. Dalam membaca keseluruhan aspek itu terproses untuk mencapai tujuan tertentu melalui tahapan (1) persepsi, (2) rekognisi, (3) komperhensi, (4) interpretasi, (5) evaluasi, dan (6) kreasi atau utilisasi.

Pada tahap persepsi, kegiatan yang terjadi adalah pengamatan bentuk penulisan atau “tanda-tanda hitam” dalam teks. Pada tahap rekognisi, kegiatan yang terjadi adalah upaya memahami hubungan antara “tanda hitam” dengan makna, pada tahap komperhensi pembaca berusaha memahami makna kata, kalimat dan paragraf serta relasi setiap makna itu dalam membangun suatu kesatuan, pada tahap

interpretasi pembaca berusaha mendalami perolehan pemahaman dari kegiatan komperhensi yang relative masih tersurat ke proses analisis utuk menyusun kesimpulan.

Lebih lanjut, dalam tahap evaluasi kegiatan yang terjadi adalah pemilihan satuan-satuan gagasan yang memadai maupun tidak memadai sesuai dengan latar tujuannya sebagai langkah awal pemberian kriteria, dan tahap kreasi atau ultilisasai, yakni tahapan yang berkaitan dengan pengolahan perolehan pengetahuan lewat bacaan untuk mencapai kreasi atau tujuan-tujuan tertentu. Sesuai dengan adanya ragam kegiatan membaca, keseluruhan tahapan itu memang tidak dilalui seluruhnya. Dalam membaca komprehensif, misalnya kegiatan dapat berhenti pada tahap tiga, membaca kritis pada tahap lima, sementara membaca kreatif berakhir pada tahap enam. c. Membaca adalah pemecahan kode dan penerimaan pesan

Dalam kegiatan berbahasa, pemeran yang terlibat di dalamnya dapat dibedakan antara sender “penyampaian pesan” dengan receiver “penerima pesan”. Penyampaian pesan secara aktif menciptakan kode sebagai media pemapar gagasan atau melaksanakan encoding, sedangkan penerima pesan berupaya memecahkan kode yang diterima untuk berusaha memahami pesan atau gagasan yang dikandungnya. Dalam hubungnnya dengan kegiatan membaca dalam interaksi komunikasi tulis itu pengarang berperan sebagai pengirim pesan dan

pencipta kode, sedangkan pembaca adalah pihak penerima pesan yang sekaligus juga berperan sebagai pemecah kode.

Masih banyak sebenarnya rumusan yang berkaitan dengan hakikat membaca, misalnya membaca adalah kegiatan bertujuan, membaca adalah kunci perolehan informasi atau pengetahuan, membaca adalah kreativitas karena dalam membaca seseorang bukan hanya melakukan analisis, tetapi juga sintesis, bukan hanya memahami apa yang tersurat, tetapi juga yang tersirat, dan lain-lain. Akan tetapi dari perumusan di atasa, diharapkan telah diperoleh gambaran pengertian membaca secara memadai.

2.1.4.4 Buku cerita bergambar

Gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual kedalam bentuk dua dimensi sebagai hasil perasaan dan pikiran. Gambar dapat dipergunakan sebagai media dalam penyelenggaraan proses pendidikan sehingga memungkinkan terjadinya proses belajar-mengajar. Tarigan (1995:209) mengemukakan bahwa pemilihan gambar haruslah tepat, menarik dan dapat merangsang siswa untuk belajar. Media gambar yang menarik, akan menarik perhatian siswa dan menjadikan siswa memberikan respon awal terhadap proses pembelajaran. Media gambar yang digunakan dalam pembelajaran akan diingat lebih lama oleh siswa karena bentuknya yang konkrit dan tidak bersifat abstrak. Gambar adalah suatu bentuk ekspresi komunikasi universal yang dikenal khalayak luas.

Buku cerita bergambar adalah buku bergambar tetapi dalam bentuk cerita, bukan buku informasi. Dengan demikian buku cerita bergambar sesuai dengan ciri-ciri buku cerita, mempunyai unsur-unsur cerita (tokoh, plot, alur). Buku cerita bergambar ini dapat dibedakan menjadi dua jenis, (1) buku cerita bergambar dengan kata-kata, (2) buku cerita bergambar tanpa kata-kata. Kedua buku tersebut biasanya untuk prasekolah atau murid sekolah dasar kelas permulaan dan rendah.

Buku cerita bergambar merupakan sesuatu yang tidak asing dalam kehidupan anak-anak. Disamping itu, buku adalah sebuah media yang baik bagi anak-anak untuk belajar membaca. Buku cerita bergambar merupakan kesatuan cerita disertai dengan gambar-gambar yang berfungsi sebagai penghias dan pendukung cerita yang dapat membantu proses pemahaman terhadap isi buku tersebut. Melalui buku cerita bergambar, diharapkan pembaca dapat dengan mudah menerima informasi dan deskripsi cerita yang hendak disampaikan.

Pada anak usia dini, alangkah baiknya jika kita mengenalkan buku cerita bergambar yang sesuai dengan usia mereka, untuk membantu perkembangannya. Karena pada saat usia dini, perkembangan otak anak berkembang secara pesat. Sehingga kita harus memotivasi anak untuk selalu belajar dan media pembelajaran membaca permulaan yang efektif adalah melalui buku cerita bergambar.

Mitchell (dalam Nurgiantoro, 2005:159) mengungkapkan fungsi dan pentingnya buku cerita bergambar sebagai berikut:

1. Membantu perkembangan emosi anak.

2. Membantu anak belajar tentang dunia dan keberadaannya.

3. Belajar tentang orang lain, hubungan yang terjadi dan pengembangan perasaan.

4. Memperoleh kesenangan.

5. Untuk mengapresiasi keindahan, dan 6. Untuk menstimulasi imajinasi.

Dari beberapa paparan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa media buku cerita bergambar sangat cocok jika diterapkan dalam proses pembelajaran membaca permulaan di kelas rendah, karena media tersebut dapat merangsang siswa dalam pembelajaran membaca khususnya membaca siswa Sekolah Dasar kelas permulaan maupun kelas rendah, media buku cerita bergambar tersebut diwujudkan dalam bentuk visual ke dalam bentuk dua dimensi sebagai hasil pikiran dan perasaan.

Dokumen terkait