• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.2.2 Bunga Krisan Sebagai Produk

Produk yang memiliki daya saing ditandai dengan meningkatnya nilai tambah, efisiensi atau produktifitas, berorientasi pada permintaan pasar, mengandalkan kekuatan inovasi tekhnologi dan kemampuan skill sumberdaya manusianya. Rakyat yang banyak dapat dilibatkan sebagai pelaku produksi,

diharapkan manfaat ekonomi yang dihasilkan juga dinikmati oleh semua lapisan masyarakat. Pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan merupakan bagian dari pengembangan sistem dan usaha agribisnis bunga potong krisan, sehingga upaya ini tidak hanya berdaya saing tetapi juga akan berkelanjutan.

Usaha untuk mengembangkan bunga potong krisan yang sesuai dengan permintaan, memerlukan kemampuan produsen untuk dapat membaca selera dan kebutuhan konsumen. Berbagai cara dilakukan dalam rangka mengembangkan dan menemukan inovasi baru, seperti:

1. Menghasilkan varietas-varietas baru melalui persilangan.

2. Kemajuan teknologi, seperti penggunaan internet sebagai media untuk

mempermudah pemasaran produk dengan sifat tidak tahan lama (perishable product) tetapi harus sampai ke tangan konsumen dalam keadaan segar dan berkualitas. Penggunaan internet juga dapat digunakan untuk mencari informasi tentang selera konsumen bunga saat ini.

Bunga potong krisan yang banyak diminati adalah bunga yang mekar sempurna, penampilan yang sehat dan segar serta mempunyai tangkai batang yang tegar dan kekar sehingga bunga menjadi awet dan tahan lama. Bunga krisan dibagi menjadi dua jenis yaitu standar dan spray. Permintaan konsumen paling banyak adalah untuk bunga krisan jenis standar karena biasanya jenis ini digunakan untuk bahan dasar rangkaian bunga.

Bunga krisan tidak hanya dapat dijadikan sebagai bunga potong rangkaian bunga untuk dekorasi maupun ucapan selamat. Bunga krisan juga dapat dijadikan tanaman hias dalam pot. Rukmana dan Mulyana (1997) menyatakan bahwa, dari waktu ke waktu permintaan terhadap bunga krisan baik dalam bentuk bunga

potong maupun dalam pot mengalami kenaikan. Selain sebagai hiasan, bunga krisan juga dapat dapat dijadikan sebagai obat, bahan kosmetika dan juga minuman.

Indonesia memiliki potensi yang tersedia untuk usaha agribisnis bunga potong krisan, terutama dalam segi keadaan geografisnya dan luas lahannya. Namun sistem agribisnis tidak dapat berkembang tanpa dukungan usaha-usaha agribisnis. Para pelaku usaha, termasuk petani produsen dan perusahaan yang merancang, merekayasa dan melakukan proses agribisnis, mulai dari proses pemasaran sampai ke proses produksi.

2.3 Sistem Agribisnis Bunga Potong

Bunasor dalam Wahyuningsih (1999 : 9) menyatakan bahwa, sistem agribisnis bunga potong terdiri dari subsistem yang saling terkait, saling tergantung dan saling mempengaruhi satu sama lain. Sistem tersebut terdiri dari:

1. Subsistem pengadaan input dan penyaluran sarana produksi.

Dalam pengadaan input dan saran produksi dalam budidaya ini meluputi bibit, pupuk, obat-obatan dan lain-lain. Bibit yang digunakan adalah anakan dari induk tanaman krisan yang dapat dipanen maksimal enam kali panen, yang diantaranya lima kali panen untuk produksi dan satu kali panen untuk indukan baru, yaitu dengan cara stek. Pupuk yang digunakan adalah pupuk organik dan anorganik diantaranya Urea, TSP, ZA dan KNO3, sedangkan untuk obat-obatan digunakan untuk kegiatan pemeliharaan dan perawatan seperti fungisida dan insektisida.

2. Subsistem Usahatani (Budidaya)

Kegiatan yang menggunakan sarana produksi yang dihasilkan oleh subsistem agribisnis hulu atau subsistem pengadaan input dan penyaluran sarana produksi untuk menghasilkan produk pertanian primer. Peran penyuluh dalam hal ini sangat diperlukan, bukan saja untuk upaya alih tekhnologi, tetapi juga tidak kalah pentingnya dalam mengubah sikap berusaha menjadi “business oriented” yang dapat dihubungkan melalui kemampuan mengelola, sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Hal ini penting mengingat usaha bunga potong memerlukan penanganan yang serius dan telaten menyangkut penerapan cara-cara budidaya.

3. Subsistem Pemasaran

Pemasaran merupakan kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk membuat produk menjadi mudah diperoleh dan selalu tersedia untuk pelanggan sasaran. Subsistem pemasaran terdiri dari standarisasi mutu, pengolahan, penyimpanan, transportasi, distribusi, mulai dari produsen sampai ke tangan konsumen. Saluran pemasaran adalah seperangkat lembaga yang melakukan semua kegiatan yang digunakan untuk menyalurkan produk dan status kepemilikan dari titik produksi sampai ke titik konsumsi. Berdasarkan tingkatannya, saluran pemasaran terdiri dari beberapa macam.

Gambar 1, dijelaskan bahwa saluran pemasaran terbagi menjadi dua, yaitu pemasaran langsung dan pemasaran tidak langsung. Pemasaran langsung dilakukan langsung kepada konsumen tanpa perantara. Pada kegiatan

pemasaran tidak langsung, dapat melalui beberapa perantara di antaranya pedagang grosir, pemborong, pengecer dan langsung ke konsumen akhir.

Gambar 1 Saluran Pemasaran Produk Secara Umum Sumber: Kotler (1997)

2.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Turnip (2004) yang mengenai formulasi strategi pengembangan teh hijau, dapat dilihat bahwa hasil Analisis Matriks EFE menunjukan bahwa nilai rata-rata dengan skor adalah 2,4433, yang berarti perusahaan dapat memanfaatkan peluang-peluang yang ada dan mengatasi ancaman-ancaman yang dihadapi perusahaan. Sementara itu, hasil dari Analisis

Matriks IFE menunjukan nilai rata-rata dengan skor 2,5388 yang menunjukan

bahwa perusahaan mampu memanfaatkan kekuatan dan mengurangi kelemahan yang di miliki. Berdasarkan matriks IE dapat diketahui bahwa posisi perusahaan berada pada posisi V, yang berarti mampu menerapkan strategi pertahankan dan pelihara dengan strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Tahap

Produsen Produsen Produsen

Grosir

Pengecer

Konsumen Konsumen Konsumen

Pengecer Produsen Grosir Pemborong Pengecer Konsumen

pencocokan dengan menggunakan matriks SWOT yang kemudian dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan matriks QSPM.

Dari hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Lusiana (2005), mengenai analisis kelayakan usaha bunga potong krisan (Glory Farm) Kabupaten Cianjur. Alat analisis yang dipakai adalah Net Present Value (NPV), Net Benefit

Cost Ratio (Net B/C Ratio), Internal Rate of Return (IRR) dan Payback Period.

Analisis dilakukan pada dua pola, yaitu pola 1 adalah usaha berjalan (pembibitan mandiri dan penanaman mitra), pola 2 adalah pola usaha alternatif (pembibitan dan penanaman mandiri). Hasil analisis kriteria investasi yang menggunakan discount rate rata-rata modal yaitu sebesar 8,5 persen, hasilnya menunjukan bahwa kedua pola usaha layak secara finansial, namun hasil analisis memperlihatkan bahwa pola 2 lebih layak dibandingkan dengan pola 1.

Utami (2003), melakukan penelitian mengenai analisis pengambilan keputusan strategi bauran pemasaran bunga potong krisan pada PT Saung Mirwan. Alat analisis yang digunakan adalah Proses Hierarki Analisis (PHA). Berdasarkan hasil analisis dengan metode PHA, dapat diketahui bahwa prioritas menyeluruh menempatkan sasaran meningkatkan pangsa pasar dan mengoptimalkan pendapatan sebagai prioritas utama. Prioritas kedua adalah sasaran meminimumkan biaya produksi, dan prioritas ketiga adalah sasaran meningkatkan daya saing.

Nurmawati (2003) melakukan penelitian mengenai analisis strategi pengembangan pasar produk bunga potong (Kasus PT. Alam Indah Bunga Nusantara, Cipanas). Analisis kuantitatif digunakan pada Analisis Matriks IFE, Analisis Matriks EFE, Analisis Matriks IE dan Matriks SWOT. Sedangkan untuk

penentuan prioritas rekomendasi strategi pengembangan pasar menggunakan matriks QSPM. Berdasarkan Analisis Matriks IFE didapat nilai total skor sebesar 3,023 menunjukan posisi internal perusahaan yang kuat dalam menggunakan kekuatan dan memperbaiki kelemahan yang ada, sedangkan Analisis Matriks EFE menghasilkan total nilai skor sebesar 2,764 menunujukan posisi eksternal perusahaan rata-rata dalam memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman yang ada. Tahap pencocokan menggunakan Matriks SWOT kemudian dilanjutkan dengan penentuan prioritas strategi dengan menggunakan QSPM.

Penelitian tentang krisan yang telah dilakukan sebelumnya memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan penulis. Persamaannya adalah memformulasikan strategi suatu usaha dengan menggunakan metode yang sama. Perbedaannya adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini. Untuk memprioritaskan strategi, penulis

menggunakan Road Map Strategi yang bertujuan agar strategi yang dijalankan

berjalan dengan baik berdasarkan waktu penerapannya. Manfaat dari penggunaan Road Map Strategi adalah perjalanan lebih terarah, strategi jelas dalam artian tidak ada tumpang tindih strategi, kegiatan terpetakan, kondisis awal teridentifikasi secara menyeluruh dan strategi yang diambil dipahami menyeluruh oleh semua pihak sehingga semua mengetahui tugas masing-masing dalam pelaksanaan strategi.

Dokumen terkait