• Tidak ada hasil yang ditemukan

Business Continuity Management

Dalam dokumen Bank Negara Indonesia Tbk 2013 (Halaman 141-145)

Gangguan atau bencana yang diakibatkan oleh faktor alam, perbuatan manusia, maupun sistem dapat terjadi pada fungsi-fungsi usaha BNI yang kritikal sehingga menyebabkan terganggunya aktivitas bisnis dan layanan BNI.

Untuk mengantisipasi kejadian tersebut maka BNI telah menerapkan Manajemen Keberlangsungan Usaha/ Business Continuity Management yang diharapkan dapat meminimalisir risiko operasional pada saat terjadinya kondisi darurat atau bencana. Pengembangan perangkat tersebut sejalan dengan peraturan Bank Indonesia yang mewajibkan bank untuk melaksanakan proses pengendalian risiko untuk mengelola risiko yang dapat membahayakan kelangsungan usaha bank, serta selaras dengan persyaratan pada dokumen Basel II yang mewajibkan Bank untuk memiliki rencana keberlangsungan usaha dan rencana darurat (business continuity management dan contingency management) guna memastikan kemampuan bank untuk dapat tetap beroperasi dan membatasi kerugian jika terjadi gangguan terhadap aktivitas bisnisnya.

a. Tata Kelola dan Organisasi

Dalam kondisi bencana (disaster), BNI telah menyiapkan organisasi spesifik berupa Crisis Management Team (CMT) dan Emergency Task Force (ETF) yang terdiri dari Eksekutif Senior/Pimpinan Tertinggi Unit sebagai koordinator yang memiliki level kewenangan tertinggi. CMT akan aktif apabila Executive Management Team (EMT) selaku pimpinan tertinggi dari CMT menyatakan deklarasi

b. Kebijakan dan Prosedur

Terkait dengan implementasi BCM, BNI telah menetapkan:

- Kebijakan BCM Dalam Negeri. - BCM Policy for Overseas Branches. - Prosedur BCM.

- Governance Gedung BCM.

- Petunjuk Pelaksanaan Kunjungan ke Gedung BCM.

c. Proses

Setiap langkah recovery strategy dan

restoration strategy yang dilaksanakan dipantau dan dilaporkan kepada CMT sampai kondisi dinyatakan normal kembali.

Untuk memastikan tingkat kesiapan dan evaluasi BCM, BNI telah melakukan

pengujian/simulasi penanganan bencana atas implementasi BCM di seluruh unit operasional. Hal ini dilakukan secara rutin tiap tahun untuk mengetahui tingkat kesiapan masing-masing unit, ditinjau dari segi organisasi maupun infrastruktur BCM yang dimiliki. Hasil dari evaluasi dan pengujian rutin tersebut terlihat dari penanganan yang sistematis dan terarah dalam menghadapi bencana baik yang disebabkan oleh manusia, alam, maupun oleh sistem sehingga aktivitas operasional BNI di lokasi bencana dapat tetap berjalan pada tingkatan tertentu walaupun beberapa sarana dan prasarana penunjang aktivitas bisnis mengalami gangguan.

4. Risiko Likuiditas

Risiko likuiditas berhubungan dengan adanya kemungkinan bank tidak mampu untuk memenuhi kewajiban jangka pendek terhadap

138

L T h BNI

Manajemen Risiko

Pengungkapan profil maturitas rupiah dan valas bank secara individu dan konsolidasi dimuat dalam tabel 9.1.a dan b, tabel 9.2.a dan b. Perhitungan profil maturitas tersebut sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia dan tidak termasuk profil maturitas perusahaan anak yang bergerak dalam bidang asuransi.

Salah satu kekuatan dari proses pemantauan risiko BNI adalah ketersediaan informasi profil likuiditas bank. Informasi tersebut tersedia di aplikasi

Executive Information Management (EIS), yang dapat menyajikan informasi perkembangan dana maupun pinjaman secara harian sehingga dapat pula dihasilkan profil arus kas harian dan profil maturitas bulanan yang dapat digunakan sebagai salah satu sistem pemantauan dan pengelolaan risiko likuiditas bank.

Indikator Peringatan Dini

Indikator peringatan dini dijabarkan dalam indikator-indikator secondary reserve pada kondisi normal, kondisi moderat atau kondisi tight (ketat) baik untuk Rupiah maupun valuta asing, antara lain tren tingkat suku bunga pasar, tren cadangan devisa, tren DPK termasuk dana nasabah dominan. Setiap indikator telah memiliki batasan yang akan menjadi acuan dalam penetapan kondisi normal, moderat atau ketat.

Penetapan SR dalam kondisi moderat atau ketat dilakukan oleh Divisi Manajemen Risiko Bank berdasarkan data indikator-indikator yang telah ditetapkan. Setelah penetapan tersebut akan diberlakukan Liquidity Contigency Plan (LCP) SR Ideal yang moderat atau ketat.

Indikator-indikator di atas dapat direview secara periodik sesuai perkembangan kondisi eksternal maupun internal yang dipicu oleh perkembangan ekonomi baik nasional, regional, maupun global.

5. Risiko Hukum

Tata Kelola dan Organisasi

Manajemen risiko hukum dilakukan oleh Divisi Hukum, di bawah pengawasan aktif Direktur Hukum & Kepatuhan.

Satuan Kerja Bidang Hukum dalam hal ini adalah Divisi Hukum bekerja sama dengan Unit Pengelolaan Hukum atau staf yang menangani fungsi hukum yang terdapat pada Divisi/Satuan/ Unit/Kantor Wilayah atau unit organisasi lainnya Pengelolaan risiko likuiditas ini bertujuan untuk

meminimalkan kemungkinan ketidakmampuan Bank dalam memperoleh sumber pendanaan arus kas, dan membangun kekuatan likuiditas struktural neraca bank untuk mendukung pertumbuhan jangka panjang yang berkesinambungan.

Tata Kelola dan Organisasi

Manajemen Risiko Likuiditas dilakukan oleh Divisi Manajemen Risiko Bank (ERM) dan Divisi Tresuri (TRS). Kebijakan dan Prosedur Risiko Likuiditas disusun oleh Divisi ERM, selanjutnya dilaksanakan oleh Divisi TRS yang diwujudkan ke dalam manajemen strategi likuiditas. Divisi ERM juga melakukan monitoring terhadap pelaksanaan manajemen likuiditas yang dilakukan oleh Divisi TRS tersebut.

Kebijakan dan Prosedur

Divisi ERM menyusun kebijakan risiko likuiditas berupa pedoman penerapan manajemen risiko likuiditas, yang lebih lanjut dijabarkan kedalam prosedur risiko likuiditas yang berisi panduan pelaksanaan manajemen risiko likuiditas, antara lain berupa :

a. Ketersediaan alat likuid : GWM, Secondary Reserve, dan Indikator Peringatan Dini b. Pengukuran risiko likuiditas : Rasio Likuiditas,

Proyeksi Arus Kas, Profil Maturitas, dan Stress Testing

c. Pemantauan d. Pengendalian

e. Penetapan Limit Likuiditas

Proses

Dalam mengelola likuiditas, selain primary reserve

BNI menjaga dan mempertahankan secondary reserve untuk memastikan likuiditas berada pada level yang aman. Sebagai cadangan secondary reserve, BNI menjaga dan mempertahankan

tertiary reserve. Penetapan dan pemantauan limit, yaitu limit Secondary ReserveIdeal (SR Ideal) dan limit on-shore loan dilakukan secara berkala oleh Divisi ERM. Sedangkan ketersediaan atas keseluruhan reserve dipantau secara harian, mingguan, dan bulanan oleh Divisi TRS dan Divisi ERM.

Perangkat dan Metode

Dalam mengelola risiko likuiditas, BNI

menggunakan proyeksi arus kas harian dan profil maturitas bulanan, baik secara kontraktual maupun behavioral, agar dapat menetapkan strategi yang sesuai dan akurat untuk mengantisipasi kondisi likuiditas bank di masa mendatang.

Sosial Perusahaan

dimana Satuan Kerja Bidang Hukum tersebut berfungsi sebagai ‘legal watch’ yang menyediakan analisis/advis hukum kepada seluruh unit

organisasi dan/atau pegawai pada setiap jenjang organisasi.

Dalam hal Bank akan mengeluarkan produk dan/ atau aktivitas baru, Divisi Hukum melakukan prosedur analisis aspek hukum terhadap produk dan/atau aktivitas baru bersama-sama dengan Divisi Manajemen Risiko Bank dan divisi lainnya yang terkait selaku Risk Control Unit. Hal ini dilakukan untuk menilai dampak produk dan/ atau aktivitas baru tersebut terhadap eksposur Risiko Hukum serta merekomendasikan mitigasi risikonya.

Selain itu, secara berkala Divisi Hukum bekerjasama dengan Divisi Manajemen Risiko Bank menilai dan memantau implementasi Manajemen Risiko Hukum.

Kebijakan dan Prosedur

Implementasi manajemen risiko hukum mengacu pada pedoman penerapan manajemen risiko hukum serta kebijakan dan prosedur terkait lainnya.

Divisi Hukum juga melakukan evaluasi dan pengkinian atas kebijakan hukum dan/atau pengendalian risiko hukum secara berkala sesuai dengan perkembangan eksternal dan/atau internal.

Proses

Proses Manajemen Risiko Hukum dilakukan melalui penilaian/assessment berupa kajian yuridis atas produk dan/atau aktivitas baru atau penambahan/perubahan fitur produk dan/atau aktivitas Bank yang sudah ada saat ini, serta advis hukum dan/atau pendampingan hukum terkait aktivitas operasional Divisi/Satuan/Unit/ Proyek/ Cabang/Sentra Kredit.

Permintaan advis hukum dan/atau pendampingan hukum dilakukan sesuai kewenangan Satuan Kerja Bidang Hukum sebagai berikut:

a. Cabang/Sentra Kredit dan unit Iain setingkat Wilayah menyampaikan permintaan advis hukum kepada satuan kerja bidang hukum di wilayah (legal region);

Dalam melakukan pengelolaan Risiko Hukum, Satuan Kerja Bidang Hukum harus melakukan review secara berkala terhadap kontrak dan perjanjian/agreement antara bank dengan pihak lain, khususnya untuk perjanjian non standar atau perjanjian yang belum dibakukan dalam pedoman perusahaan di BNI.

6. Risiko Stratejik

Tata Kelola dan Organisasi

Manajemen Risiko Stratejik dilakukan oleh Divisi Perencanaan Strategis, di bawah pengawasan aktif Direktur Utama.

Manajemen Risiko Stratejik dilakukan melalui serangkaian proses perencanaan strategis berupa planning and budgeting yang mencakup penyelarasan strategi perusahaan dengan strategi unit serta cascading target bankwide menjadi target unit.

Dokumen perencanaan strategis meliputi: a. Corporate Plan, disusun 5 (lima) tahun sekali b. Kebijakan Umum Direksi (KUD), disusun 1

(satu) tahun sekali

c. Rencana Bisnis Bank (RBB), disusun 1 (satu) tahun sekali

d. Business Plan, disusun 1 (satu) tahun sekali Mekanisme penyusunan dokumen perencanaan strategis diawali dengan menyusun Corporate Plan sebagai acuan penetapan target dan KUD yang akan dijadikan panduan dalam penyusunan RBB. Selanjutnya, KUD dan RBB akan menjadi acuan penyusunan operational planning yang dituangkan dalam Business Plan Divisi, Wilayah dan Cabang/Sentra dan Business Plan Wilayah akan menjadi pedoman penyusunan Business Plan Cabang/Sentra. Melalui mekanisme tersebut, dapat dipastikan bahwa proses alignment strategi tetap terjaga mulai dari level corporate sampai unit terendah (cabang).

Kebijakan dan Prosedur

Implementasi manajemen risiko stratejik mengacu pada pedoman penerapan manajemen risiko stratejik serta kebijakan dan prosedur terkait lainnya.

140

L T h BNI

Dokumen Corporate Plan wajib direview setiap tahun untuk disesuaikan dengan perubahan lingkungan bisnis. Dokumen Kebijakan Umum Direksi dan Rencana Bisinis Bank, Business Plan

Unit dapat direview pada Semester I, bahkan dapat dilakukan dalam jangka waktu yang lebih pendek jika terjadi perubahan lingkungan yang signifikan.

Mekanisme untuk mengukur pencapaian rencana bisnis yang telah ditetapkan, dilakukan dengan membandingkan target terhadap realisasi bisnis dengan ketentuan sebagai bertikut:

a. Pemantauan kinerja dan strategi perusahaan (bank wide) dilakukan secara bulanan b. Pemantauan kinerja Divisi dilakukan secara

triwulanan

c. Pemantauan pencapaian kinerja perusahaan dan seluruh unit dilakukan secara semesteran dalam forum Business Meeting di Kantor Pusat dan Kantor Wilayah.

7. Risiko Kepatuhan

Tata Kelola dan Organisasi

Manajemen Risiko Kepatuhan dilakukan oleh Divisi Kepatuhan (KPN), di bawah pengawasan aktif Direktur Hukum & Kepatuhan.

Kebijakan dan Prosedur

Implementasi manajemen risiko kepatuhan mengacu pada pedoman penerapan manajemen risiko kepatuhan serta kebijakan dan prosedur terkait lainnya.

Proses

Dalam rangka memberikan kontribusi bagi pertumbuhan bisnis BNI yang sehat dan

berkelanjutan, Divisi Kepatuhan melakukan proses manajemen risiko kepatuhan antara lain:

a. Memantau Risiko Kepatuhan

Pemantauan tingkat kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku, meliputi:

1) Pemantauan terhadap penyampaian laporan kepada Bank Indonesia dan pihak eksternal lainnya.

2) Pemantauan terhadap pengenaan sanksi/ denda dari Bank Indonesia dan otoritas pengawas lainnya dan bekerjasama dengan satuan kerja terkait untuk melakukan perbaikan.

3) Pemantauan terhadap prinsip prudential banking (CAR, GWM, PDN, BMPK, NPL, PKA).

b. Memastikan seluruh kebijakan, ketentuan, sistem dan prosedur serta kegiatan usaha yang dilakukan bank telah sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia dan peraturan perundang- undangan yang berlaku, melalui:

1) Proses sertifikasi, pemberian pendapat dan analisis kepatuhan

a. Melakukan sertifikasi terhadap

rancangan kebijakan dan prosedur baru maupun existing.

b. Memberikan pendapat kepatuhan c. Melakukan analisis dampak peraturan

eksternal

d. Melakukan review terhadap kecukupan kebijakan

2) Review Ex-Ante (Preventif)

Melakukan compliance review secara preventif terhadap proses kredit dan procurement sesuai kewenangan dan kriteria yang berlaku, yaitu:

a. Credit Compliance Review (C2R) atas usulan Perangkat Aplikasi Kredit (PAK) b. Procurement Compliance Review

(PCR) atas usulan Dokumen Pengadaan Barang dan/ atau Jasa

c. Pengendalian Internal

Dalam rangka memastikan kepatuhan unit operasional terhadap ketentuan yang berlaku, BNI melakukan pengelolaan pengendalian internal melalui review ex-post (kuratif) yang dilakukan oleh unit kepatuhan di tingkat Divisi/ Wilayah/Cabang/Sentra Kredit, dengan aktivitas sebagai berikut:

1) Review Rutin 2) Compliance Testing

3) Review Insidentil yang terdiri atas: a. Review Mendadak

b. Review Khusus c. ReviewIssue

Penjelasan lebih lanjut atas pengelolaan Risiko Kepatuhan terdapat pada bagian Tinjauan Tata Kelola Penerapan Fungsi Kepatuhan.

8. Risiko Reputasi

Tata Kelola dan Organisasi

Manajemen risiko reputasi dilakukan oleh Divisi Komunikasi Perusahaan dan Kesekretariatan berkoordinasi dengan Divisi Manajemen

Pemasaran dan Portofolio Konsumer & Ritel serta Unit Pusat Layanan Pelanggan.

Sosial Perusahaan

Pemantauan terhadap pemberitaan (news management) dan pengelolaan krisis komunikasi. Bekerjasama dengan Divisi Manajemen

Pemasaran dan Portofolio Konsumer & Ritel dalam melakukan monitoring opini/komentar di

new media atau social media serta bekerja sama dengan Unit Pusat Layanan Pelanggan dalam melakukan pengelolaan keluhan nasabah.

Kebijakan dan Prosedur

Implementasi manajemen risiko reputasi mengacu pada pedoman penerapan manajemen risiko reputasi serta kebijakan dan prosedur terkait lainnya.

Proses

Proses manajemen risiko reputasi dilakukan, antara lain melalui:

a. Evaluasi secara harian, mingguan, bulanan, triwulan dan tahunan atas risiko reputasi yang dihadapi BNI, dan dituangkan dalam Laporan Media Monitoring.

b. Mengklasifikasikan media massa dalam beberapa kelompok sesuai dengan sirkulasi dan cakupan geografis. Masing-masing kelompok media ditangani secara berbeda sesuai dengan dampak risiko reputasi yang ditimbulkannya.

Standardisasi kompetensi staf kehumasan/ hubungan media di Divisi Komunikasi Perusahaan dan Kesekretariatan, kantor wilayah/regional agar memiliki kemampuan dan kepekaan dalam merespon isu dan opini yang berkembang.

c. Monitoring dan evaluasi terhadap komentar, keluhan, dan masukan yang berkembang di news media atau social media, serta pemilihan strategi untuk merespon opini yang berkembang di social media.

d. Menetapkan Service Level Agreement (SLA) sebagai standar kecepatan melakukan respon atas komplain nasabah.

e. Pengukuran dan pemantauan jumlah komplain dan tingkat penyelesaian komplain.

Pengelolaan Risiko Reputasi pada saat krisis dilakukan melalui penetapan standar Crisis Contingency Plan yang diimplementasikan ketika terjadi krisis dari skala ringan hingga skala berat.

Crisis Contingency Plan tersebut, terdiri dari: a. Review masalah atau kronologis

b. Alur informasi

c. Penentuan personal in charge

d. Penetapan kewenangan dan juru bicara e. Jadwal aktivitas penanganan krisis f. Alternatif strategi komunikasi g. Evaluasi

Penerapan Manajemen Risiko

Dalam dokumen Bank Negara Indonesia Tbk 2013 (Halaman 141-145)